POV Indra Laksmana.Aku segera membuka saluran youtube dan mencari berita trending hari ini."Astaga!! Apa-apaan ini?!" Aku berteriak tak percaya. Bagaimana mungkin video pesta pernikahanku tadi siang yang berakhir berantakan malah menjadi viral.Selain mempermalukan keluarga kami di acara pesta pernikahan, ternyata Bu Olla juga mengunggah video rekaman kejadian di acara resepsi tadi dan menjadikannya berita viral.Bu Olla mengupload rekaman kejadian tadi siang dengan memberikan judul 'suamiku menikahkan wanita selingkuhannya dengan pria lain hanya untuk menutupi kehamilan si wanita dari istri sah-nya'.Jangan tanya bagaimana reaksi netizen melihat video yang dalam hitungan jam sudah ditonton lebih dari dua puluh juta kali. Mereka semua memberikan sumpah serapahnya pada pernikahan kami, juga mengutuk kami berdua. Heran deh sama netizen negara ini, apapun yang berbau gosip dan aib rumah tangga orang bisa cepet banget viralnya.Aku tak kuat membaca komentar pedas para netizen satu per
POV Indra Laksmana "Pagi-pagi begini sudah rapi pada mau kemana?" Heran aku, tumben-tumbenan orang satu rumah kompak siap-siap hendak pergi. Bapak dan Ibu malah sudah siap dengan koper di tangannya. Semalam aku sengaja tak pulang ke rumah, jadi praktis tidak tahu rencana liburan mereka kali ini. Haha, lucu juga sebenarnya. Tadi malam adalah malam pernikahan kami, tapi aku malah memilih menghabiskan waktu di luar. Rasanya aku jijik melihat Mona di rumah, apalagi kalau harus melakukan kewajibanku padanya. Hii… "Buruan siap-siap! Kita tungguin, cepetan!" titah ibu. Aku masih heran. Sebenarnya hendak kemana mereka ini. Apa jangan-jangan mereka merencanakan bulan madu pernikahan ku dan memaksa untuk ikut. "Jangan bilang kalau kita mau liburan bulan madu. Enggak kan, Bu?" "Halah, buruan cepetan,Ndra! Ibu sudah gak sabar, nih." Ibu mendorongku ke dalam rumah dan memaksaku bersiap-siap. "Gak pake lama!!" Ya sudah, ku turuti saja apa maunya ibu. Kalau ditolak ibu bisa merepet kemana-m
POV Indra Laksamana."B-bu… Bu Olla?" Panik Mona. Ia berusaha menyembunyikan rasa keterkejutannya. Aku pun juga tak menyangka kalau Bu Olla ternyata ada di rumah ini dari sebelum kita datang."Masih berani datang ke rumah ini lagi, hah? Punya nyali juga rupanya." Makin lama Bu Olla makin dekat ke anak tangga paling bawah. Mona makin ketakutan setengah mati.Apa aku bilang tadi? Aku sudah mengingatkan tapi masih pada ngeyel. Sekarang ketakutan sendiri kan?"Bu-bukan begitu, Bu. Ehm, Mon-mona cuma…""Heh, siapa kamu ngusir mantu saya dari rumah ini?" Kejadian tak terduga malah terjadi. Ibu yang gak tau duduk perkara malah main nyolot aja.Aduh, ibu… bisa panjang urusannya kalau begini. Kenapa ibu gak diam aja sih?! Ucapan ibu itu malah menambah keruh suasana, loh.Hahaha, Bu Olla tertawa mengejek respon ibu. "Siapa saya? Saya yang punya rumah ini. Surat rumah dan tanah ini masih terdaftar atas nama saya, loh. Jadi kapan saja saya bisa bebas mengusir Mona dari rumah ini. Paham?"Bukannya
POV Indra Laksmana.Begitu melihat kami turun dari truk angkut satu persatu, para tetangga langsung mendekat dan mengerubung di dekat pagar.Aku cuek saja menurunkan barang-barang Mona dari atas truk dibantu bapak. Irfan? Hm, anak itu langsung masuk ke dalam tanpa berniat membantu kami sama sekali."Oh, ini toh yang katanya orang kaya baru di kampung kita?""Ya jelas lah, Jeng, kan baru dapat menantu tajir melintir.""Eh, tapi denger-denger nih ya, mantu barunya itu pelakor, lho. Hii,"Mendengar sindiran dari para tetangga yang berkumpul di dekat gerbang rumah, ibu langsung naik pitam dan mendatangi mereka."Minggir!! Jangan pada ngumpul di depan rumah saya!" Ibu langsung mengusir para tetangga yang sepertinya memang berniat julid terhadap keluarga kami.Bukannya pergi setelah diusir, ibu-ibu itu malah sengaja mengeraskan sindirannya."Eh, Jeng, perasaan kemarin pamit ke saya mau pindahan ke rumah mewah mantunya. Kenapa sekarang malah jadi menantunya yang pindahan ke sini?""Iya loh,
POV Indra Laksmana."Huwek!!"Apa Irfan sedang masuk angin? Kenapa dia tiba-tiba mual dan ingin muntah di kantin."Makanan sampah!!" Irfan menutup mulutnya seperti sedang menahan sesuatu yang berdesakan ingin keluar dari mulutnya?Bukankah katering ini berasal dari Maya?Ada apa memangnya? Perasaan makanan ini enak-enak saja. Aku tahu betul makanan ini dimasak secara higienis dan penuh cita rasa. Maya bukan orang yang jorok atau tak bisa memasak. Ia mahir dan bisa diandalkan dalam masak-memasak.Jadi apa yang membuat Irfan seperti itu?Segera ku dekati Irfan dan menepuk punggungnya untuk meredakan rasa mualnya. "Ada apa, Fan?" Tanyaku sambil menyodorkan segelas air putih.Cuih, Irfan meludah ke samping sebelum menunjuk box pientang nasi katering yang tadi dimakannya."Lihat makanan ini! Tidak higienis dan jorok sekali!" Ucap Irfan seraya menahan mual.Beberapa orang mulai berkerumun karena penasaran dengan apa yang terjadi."Memangnya kenapa dengan kateringnya? Perasaan box pientang j
POV Rosmala. Dua pasang mata kecil itu kembali datang merasuki mimpiku. Sejak pertemuan kami di pesta pernikahan wanita simpanan Donny, dua anak kecil itu selalu membayangi pikiranku. Hatiku menjadi gelisah dan tak tenang. Apakah aku berhalusinasi? Bukankah kedua anak kembar itu sangat-sangat mirip dengan Maya, keponakanku yang sudah tewas karena ku bunuh tiga puluh tahun yang lalu. Ah, tidak mungkin juga, kan arwahnya gentayangan dan menghantuiku? Itu siang bolong, loh. Lagi pula penampakan mereka sungguh lincah dan sehat, jauh dari kata menyeramkan seperti yang biasanya hantu tampakkan. "Mas Bram, kamu sudah dapat rekaman cctv dari hotel?" Tanyaku pada salah satu orang kepercayaanku yang bernama Bram. Ia juga yang dulu ikut andil dalam misi pembunuhan Rasti dan Maya. Sepulang dari pesta, aku langsung menceritakan apa yang kulihat di tempat resepsi kepada Mas Bram. Responnya pun sama denganku, ia juga tidak mempercayai penglihatanku. Ia langsung memutuskan untuk menyelidiki masa
POV Raden Angga Wijaya. Semua bukti dan berkas-berkas gugatan sudah ku persiapkan sebaik mungkin. Aku segera menghubungi pengacara kepercayaan Kakek Harun untuk bertemu dan mengurus tuntutan hukum bagi kedua ibu beranak tersebut. "Pak Rustam, di dalam file ini ada banyak sekali bukti kasus kejahatan yang dilakukan oleh Bu Rosmala dan Doni. Diantaranya adalah membunuh Kakek Harun, Mama Rasti, dan juga Maya. " Aku menyerahkan sebuah diska lepas kepada pengacara kepercayaan Kakek Harun, Pak Rustam namanya. Beliau juga yang diberi kepercayaan oleh Mama Rasti untuk membuat surat wasiat mengenai ahli waris untuk seluruh kekayaan yang ia miliki. "Ckck, saya tidak menyangka, putri sulung Pak Harun tega menghabisi nyawa ayah kandung, adik kandung, dan juga keponakannya sendiri demi sebuah ambisi harta." Geram Pak Rustam. Ia merasakan kehilangan yang mendalam atas kepergian Pak Harun, bos sekaligus orang yang telah banyak membantunya memberikan kehidupan yang lebih layak. Orang luar saja bis
POV Author. "Mas Bram? Kak Ros?" Pekik Rasti saat netranya melihat pemandangan menjijikan di hadapannya. Rasti tidak bisa percaya akan apa yang dilihat matanya. Bagaimana mungkin laki-laki yang berstatus sebagai calon tunangannya ini malah asik berduaan dengan sang kakak dalam keadaan tanpa sehelai benang yang melilit tubuh. Rosmala sedang berbagi peluh dengan Bram di atas ranjang di apartemen milik Rasti. "Rasti gak nyangka Kak Ros tega sama Rasti." Ucap Rasti sambil menyeka air matanya yang bercucuran. Ia tidak menyangka kakaknya akan menggunakan cara yang licik untuk merebut sang kekasih hati. Hari itu, Rosmala sengaja mengirimkan pesan kepada Rasti yang mengabarkan bahwa ia ada di apartemen milik Rasti. Rasti yang sedang mengumpulkan tugas kuliah di kampus langsung buru-buru pulang karena merasa kasihan jika sang kakak menunggu terlalu lama. Tapi rupanya Rasti malah mendapatkan kejutan dari sang kakak. Rosmala memang sudah lama menyimpan rasa kepada Bram. Ia merasa iri me