Share

Bab 22. Jalan Keluar

Tanpa malu aku langsung menangis di depan mereka bertiga. Aku tidak bisa berpura-pura sedang baik-baik saja, padahal nyatanya aku memang sedang tidak baik-baik saja.

Entah sudah seperti apa bentuk wajahku saat ini. Mata bengep, hidung merah dan keluar ingus, bibir menebal karena menegang setelah menangis, mungkin wajahku sudah mirip hantu yang penasaran setelah meninggal karena patah hati ditinggal sang kekasih.

"Sudah-sudah, sana cepat pulang! Malu kalau sampai dilihat tetangga yang lain." Bapaknya Lika kembali menyuruhku pulang karena tidak ingin aku menjadi sasaran objek ghibah ibu-ibu kompleks di tempat tukang sayur keliling besok pagi.

Aku berjalan kembali ke rumah setelah berpamitan dan mengucapkan terima kasih pada ketiganya. Tapi saat aku hendak membuka pintu, sebuah suara panggilan membuat langkahku terhenti.

"Tunggu!!"

Aku menoleh dan melihat Bagas menghampiriku. Ada apa Bagas berlarian menyusulku? Apakah salah satu dari si kembar terbangun?

"Ada apa, Gas?"

Bukannya
Hana Sofia

Jangan lupa berikan ulasan dan komentar ya, kak. Biar tambah semangat nulisnya.

| Sukai
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status