Meski dia cemas setengah mati, Kelly berupaya untuk tetap tampil tenang. Dia tak sudi menunjukkan gejolak perasaan yang sedang dikecapnya saat ini.
“Hai, Ke! Apa kabar?” tanya Kelly, berbasa-basi. Nuke menggumamkan jawaban yang tak terlalu jelas.
Nuke mengangguk sopan saat Kelly mempersilakannya duduk di ruang tamu kecil yang berhadapan dengan meja resepsionis. Tidak ada pelukan hangat seperti pertemuan mereka dulu. Dari ekspresi Nuke yang kaku dan cenderung dingin, Kelly menguatkan hati untuk menghadapi kemungkinan terburuk.
“Maaf, ya, karena aku datang tanpa memberi tahu kamu lebih dulu.”
“Tidak apa-apa,” sahut Kelly.
Lalu, Nuke pun langsung bicara ke poin utama, tanpa tedeng aling-aling. “Begini, Kel. Aku cuma ingin tahu, kenapa kamu tega melakukan ini padaku? Kita sudah saling kenal bertahun-tahun, kan? Kamu seharusnya tahu, aku sangat mencintai Duncan. Kalau nggak, mana mungkin aku berencana untuk meni
Ketika Nuke meninggalkan Kirana Mahardika dan melangkah menuju mobilnya, Kelly mengikuti gerak-geriknya dari balik kaca jendela toko. Dari luar, aktivitas di dalam Kirana Mahardika tidak bisa terlihat dengan jelas. Namun dari dalam, berlaku sebaiknya. Kelly bisa leluasa melihat ke luar.Saat itu, beraneka perasaan bergumul di dada gadis itu. Namun dia menolak untuk menghidu rasa bersalah yang mengetuk dari berbagai arah. Kelly menegarkan diri, mengingatkan bahwa ini risiko yang harus dihadapinya. Sejak awal, dia sudah menduga jika ini yang akan terjadi. Tuduhan bahwa dirinya berselingkuh dengan Duncan.“Aku sama sekali nggak menyangka kalau kamu itu musuh dalam selimut, Kel. Kalau melihat penampilanmu, pasti nggak akan ada yang menyangka kalau kamu itu tega merebut tunangan temanmu sendiri.” Ucapan Nuke itu terngiang lagi di telinga Kelly. Jika ada yang patut disyukuri, Nuke ternyata memilih untuk bicara dengan suara pelan dan tak memancing kehebohan dengan
Duncan menatap Kelly dengan bibir tersenyum tipis. “Kalau Felix tertarik pada Nuke, nggak ada yang bisa kita lakukan untuk mencegahnya. Sama seperti aku yang akhirnya sadar bahwa menikah dengan orang lain sementara hatiku sudah menjadi milikmu, adalah hal yang mengerikan. makanya aku membuat pilihan dan kita berada di sini sekarang.”Kelly mendesah, “Aku tahu teorinya. Tapi karena Cilla itu orang yang tangguh dan aku belum pernah melihatnya menangis hanya karena laki-laki, aku merasa ikut bertanggung jawab.”Duncan merespons, “Kalau diingat lagi, dalam banyak kesempatan, Felix memang sering memuji-muji Nuke. Tapi aku tidak pernah memikirkan masalah itu atau curiga dia punya perasaan khusus. Aku pun tak tahu seberapa baik hubungan mereka saat aku dan Nuke masih bertunangan. Tapi paling tidak saat ini aku mulai paham kenapa Felix begitu marah padaku walau buatku reaksinya itu agak tak masuk akal.”Kelly tak bicara. Gadis itu mer
Duncan menelepon Kelly hingga tiga kali setelah gadis itu tiba di tempat indekosnya. Namun Kelly malah mematikan ponselnya. Berjam-jam kemudian, dia cuma membolak-balikkan tubuh di aras ranjang dengan mata minus kantuk. Gadis itu seakan berada di sebuah titik dengan dua kutub saling tarik-menarik di sekitarnya.Kelly akhirnya mengetikkan sederet pesan di grup WhatsApp yang beranggotakan dirinya, Violet, serta Wynona. Kedua sahabat Kelly sudah tahu bahwa dirinya dan Duncan berniat menjalin hubungan yang serius. Sudah pasti dukungan datang dari keduanya apalagi setelah mereka melihat foto Duncan.“Kamu benar-benar pengin memperbaiki garis keturunan ya, Kel?” goda Violet beberapa minggu silam via telepon. “Tapi aku setuju dengan pilihanmu. Duncan ini cakep, koki pula. Asal kamu hati-hati saja. Pasti banyak saingan. Cewek-cewek kan umumnya menganggap kalau laki-laki yang memilih koki sebagai profesi itu, seksi,” candanya.“Termasuk aku.
Meski Cilla tak mau membahas dari mana dia mendapat semua informasi itu, Kelly menebak bahwa sumbernya adalah Duncan. Kelly juga berprasangka, tadi sahabatnya sengaja meninggalkan kantor lebih cepat karena bertemu Duncan. Sayang, dia tak bisa membuktikannya karena Cilla terlalu sibuk mengomelinya.“Apa sih yang kamu pikirkan? Urusanku dengan Felix sama sekali nggak ada kaitannya dengan kamu, Kel! Apa pun yang dilakukan Felix saat ini, itu adalah pilihannya. Setelah ini, awas saja kalau kamu merasa bersalah karena hal-hal semcam itu. Karena tingkahmu ini benar-benar tak masuk akal.”Kelly merasa sangat lega karena Cilla sudah nyaris normal. Sudah hampir kembali ke sosok Ancilla yang selama ini dia kenal. Entah apa tepatnya yang dikatakan Duncan, yang pasti Cilla tampaknya tak lagi bersedih. Seolah bisa membaca isi benak yang berkelindan di kepala Kelly, Cilla membahas tentang apa yang dilakukannya tatkala Kelly datang tadi.“Hari ini akan jadi h
Pelan tapi pasti, pasangan itu mulai serius membahas rencana pernikahan. Jika sebelumnya Duncan nyaris dibuatkan resepsi mewah untuk merayakan perkawinannya dengan Nuke, kini sebaliknya. Duncan menginginkan resepsi sederhana yang cuma dihadiri oleh keluarga dan teman dekat mereka. Kelly langsung setuju dengan ide itu.“Kamu yakin mau menikah dengan acara ala kadarnya?” tanya Nina prihatin. “Duncan itu banyak duitnya, lho! Entah dia pelit atau apa, kok sekarang mendadak sok idealis. Padahal tadinya dia dan Nuke bakalan bikin pesta mewah. Eh maaf, kamu nggak kesal cuma karena aku menyebut nama mantannya Duncan, kan?”Kelly memeluk bahu calon adik iparnya sambil melepaskan tawa. “Aku tidak butuh pesta mewah, Nin. Aku cuma butuh mempelai pria yang tepat. Dan aku nggak akan kesal atau cemburu cuma karena kamu menyebut nama Nuke. Dia bagian dari masa lalu Duncan yang nggak mungkin dihapus begitu saja. Aku pun punya masa lalu yang Duncan juga sud
“Baiklah, aku menghormati keputusanmu. Terserah kamu saja bagaimana nyamannya. Pokoknya, kalau ada sesuatu, kamu harus memberitahuku. Jangan cuma menyimpan semuanya sendirian. Karena aku tak mau kamu merasa tidak aman tanpa melakukan apa pun,” pesan Duncan beberapa hari silam.Kelly mengangguk setuju. Melihat sikap Sherwin, dia memang tak berniat menyimpan semuanya sendiri andai lelaki itu makin tak terkontrol. Sempat terpikir oleh Kelly untuk mengajukan komplain resmi pada pihak perusahaan tempat Sherwin bekerja. Akan tetapi, dia membatalkannya karena menilai bahwa tak seharusnya urusan pribadi malah memberi pengaruh buruk pada urusan pekerjaan. Kelly juga cemas jika Sherwin makin marah dan melakukan sesuatu yang merugikan gadis itu.Nina menarik tangan kanan Kelly, mengembalikan gadis itu pada kekinian. “Yuk ah, tadi katanya mau pulang lebih cepat. Kakakku masih mau meeting dengan calon pengantin yang akan memakai restorannya bulan depan. A
“Jadi, apa kalian sudah berencana akan tinggal di mana setelah menikah?” tanya Nina setelah mereka meninggalkan dapur. “Masa iya kakakku pindah ke tempat kosmu yang sempit itu? Kamu juga pasti nggak akan mau tinggal di rumahku, kan? Karena pasti lebih nyaman kalau kalian cuma berdua. Apalagi kalau nanti sudah punya anak. Kata teman-temanku yang sudah menikah, masalah anak bisa bikin mereka ribut dengan mertua. Apalagi kalau tinggal serumah. Karena biasanya nenek dan kakek itu memanjakan cucu lebih dari papa dan mamanya,” cerocos Nina.Tawa geli Kelly tak bisa terbendung mendengar rentetan kata-kata yang dilontarkan calon adik iparnya itu. “Kamu sudah memikirkan masa depan sejauh itu, ya?”“Jangan pura-pura tak paham pertanyaanku tadi,” kritik Nina.Kelly pun menjawab, “Iya, aku paham, kok! Soal rumah, kami memang akan tinggal sendiri setelah menikah. Tapi kami belum membahas detailnya.” Ya, Duncan dan K
Selama beberapa saat, Kelly hampir yakin jika Sherwin akan melompat maju dan mencekiknya. Dia benar-benar bersyukur karena itu cuma imajinasinya belaka karena Sherwin tak melakukan apa pun kecuali bertanya dengan nada ketus yang begitu menakutkan. “Kamu akan menikah? Dengan siapa?”“Aku ma....”Nina yang tidak pernah bisa berdiam diri lebih dari lima menit, tampaknya tidak memerhatikan bagaimana sikap Sherwin berubah kaku. Dia malah memotong kata-kata Kelly dengan penuh semangat. Dan Kelly tak punya waktu untuk memperingatkan temannya agar tetap menutup mulut saja.“Kamu sudah berapa lama tidak bertemu Kelly, sih? Dia akan menikahi koki Perisa, yang kebetulan adalah kakak kandungku. Mereka punya kisah romantis yang unik. Bertemu di Auckland, tapi malah benar-benar saling tertarik saat su....”Sherwin menggeram, memotong kata-kata Nina dengan tatapan penuh kemarahan yang ditujukan pada mantan kekasihnya. “Berarti s
Wynona memasuki masa berkabung karena patah hati tanpa air mata atau kesedihan yang berlarut-larut. Kendati berpisah dari David setelah hubungan selama sembilan tahun, tetap saja bukan hal yang mudah untuk dihadapi. Akhir hubungan mereka begitu tak menyenangkan karena sikap David dan keluarganya. Namun Wynona makin yakin dia sudah mengambil keputusan yang tepat.Ada beberapa sebab, tak cuma melulu “dosa” David saja, melainkan juga kesalahan Wynona. Sejak malam itu, David bahkan tak berusaha menghubungi Wynona lagi. Lelaki itu seolah menghilang begitu saja. Sembilan tahun yang mereka miliki bersama-sama, tak penting. Wynona pun tampaknya dianggap bukan lagi perempuan yang pantas untuk diperjuangkan.Sementara dari sisinya, Wynona kian yakin bahwa perasaannya pada David sudah benar-benar tawar. Hatinya sudah berubah. Gadis itu tak keberatan disalahkan karena seolah memberi peluang pada Leon untuk masuk dalam hidupnya.Dia tak akan menampik hal itu. Nam
Kata-kata yang dilontarkan orangtua Leon itu membuat Wynona benar-benar merasa dihargai. Dia tak bisa mencegah rasa haru menusuk-nusuk dadanya. Namun. Tentu saja dia tak boleh menangis lagi di sini. Sudah cukup air mata yang ditumpahkannya hari ini.“Wyn, mau main ludo atau halma?” Suara erangan terdengar dari berbagai arah sebagai respon untuk kata-kata Anton. Lelaki itu menunjukkan ekspresi tak berdosa saat membela diri. “Papa kan belum pernah main ular tangga dengan Wynona.”“Tolong Pa, kreatiflah sedikit. Setiap tamu selalu diajak main halma atau ludo. Apa tidak ada yang lain?” gerutu Trisa. Lalu, perempuan itu bicara pada tamunya. “Wyn, kapan kamu bisa mengirim daftar belanjaan untuk minggu depan? Lebih cepat lebih baik, kan?”“Iya Kak, aku akan menyiapkan daftarnya secepatnya. Besok atau paling telat lusa,” janji Wynona.Trisa mengangguk senang. “Mungkin sehari sebelum acara, akan leb
“Tidak apa-apa. Walau sebenarnya aku ke sini cuma ingin bertemu Om, Tante, dan Kakak,” sahut Wynona. “Agak pesimis juga awalnya, karena menurut Leon, Kakak nggak tinggal di sini.”Trisa tersenyum lebar. “Begitulah kalau menjadi anak perempuan satu-satunya. Kalau aku nggak datang selama beberapa hari, pasti ada yang menelepon. Kalau tidak Mama, Papa, kadang asisten rumah tangga. Ada saja alasan yang diajukan. Yang terbanyak sih, Nadya. Padahal, mereka itu merindukanku,” kelakarnya.“Hahah, aku jadi sangat iri. Aku juga anak perempuan satu-satunya tapi tak ada yang merindukanku seperti itu.”Trisa menatap Wynona sungguh-sungguh. “Aku justru yang iri dengan kemampuan memasakmu, Wyn! Aku semur hidup cuma bisa memasak nasi goreng. Itu pun menggunakan bumbu instan. Kemampuan memasakku nol besar. Padahal Mama jago di dapur. Dan kami terbiasa dimanjakan dengan masakannya.”Setelah kembali ke ruang tamu,
Wynona hampir menabrak dada seseorang saat membalikkan tubuh. Sendok kayu yang dipegangnya, jatuh ke lantai. Tangan kanannya memegang dadaku, seakan dengan begitu rasa kaget gadis itu akan berkurang jauh.“Syukurlah kamu baik-baik saja,” gumamnya dengan ekspresi lega tergambar jelas. Leon pasti tidak pernah tahu kalau Wynona pun tak kalah lega melihatnya.“Kamu mengagetkanku,” bibir Wynona cemberut. Dia hendak berjongkok memungut sendok kayu, tapi Leon bergerak lebih cepat dan menaruh benda itu di wastafel.“Dapurnya indah. Aku suka,” puji Wynona. “Sebentar, aku harus memindahkan mi-nya dulu.”“Butuh mangkuk besar?” Leon membuka sebuah pintu kabinet di bagian atas dan mengeluarkan sebuah mangkuk kaca transparan. “Apakah ini cukup?”Wynona mengangguk. Dengan gerakan hati-hati, dia menyusun mi, kol, dan telur rebus yang sudah dipotong-potong. Saat hendak menua
David menatap Wynona tak percaya. Kemarahan tergambar di setiap gerak tubuhnya. “Putus? Kenapa kamu terlalu cepat mengambil keputusan?”Gadis itu menggeleng. “Ini bukan keputusan yang terburu-buru. Selama ini, aku hanya tidak berani mengakui kenyataan.”“Wynona!”Gadis itu menatap wajah David dengan perasaan campur aduk. Betapa lelaki ini pernah membuat hati Wynona berpesta karena cintanya. Betapa David pernah menjadi orang terpenting dalam hidup gadis itu. Betapa Wynona pernah sangat ingin mengubah dirinya agar menjadi sosok paling diinginkan dalam hidup lelaki ini. Itulah kuncinya, pernah. Artinya, itu sudah berlalu lama, sebelum gadis itu akhirnya diterpa kesadaran. Terlambat, tapi Wynona tidak menilainya sebagai sebuah kefatalan. Dia tidak menyesali semuanya. Gadis itu hanya menganggap semua ini sebagai proses panjang yang mendewasakan.“Wyn, jangan cuma karena masalah ini, hubungan kita m
“Wyn,” David menjajari langkah kekasihnya. Sementara Wynona berusaha berjalan lebih cepat. Dia hampir mencapai pintu gerbang ketika David berhasil meraih lenganku.“Apa kamu tidak mendengarku?” tanyanya marah. Ekspresinya berubah keras.“Aku cuma ingin pulang. Aku tidak mau dihina lagi.”David menggelengkan kepalanya. “Mama hanya ingin tahu tentang kamu.”Wynona menatap David dengan tajam. Andai bisa, dia ingin mengguncang tubuhnya David dan meniupkan kesadaran di benaknya agar lelaki ini melihat fakta yang sebenarnya.“Vid, mamamu tidak menyukaiku. Sampai kapan pun akan tetap seperti itu. Percayalah, tidak akan ada yang berubah. Dan aku tidak nyaman diperlakukan seperti tadi.”David masih memegang lengan Wynona. “Aku tidak mengizinkanmu pulang. Nanti aku akan mengantarmu, Wyn! Sekarang, ayo kita masuk ke dalam lagi,” ajaknya.Wynona menggeleng tegas seraya melepa
Wynona tersenyum kecil menanggapi gurauannya. David nyaris tidak pernah antusias menikmati masakanku. Gadis itu mengitari ruang tamu yang luas itu dengan tatapannya. Ada belasan perempuan paruh baya yang bergaya trendi. Juga ada beberapa gadis muda yang usianya tak jauh beda dengan Wynona. Aneka aroma parfum mahal menyengat hidung. Membuat campuran aneh yang memusingkan kepala Wynona. Semua orang sibuk berbincang seraya menikmati aneka makanan yang tampak lezat. Gadis itu tidak melihat kehadiran ayah dan saudara David lainnya.Irene mendekat ke arah Wynona, Sofia, dan David yang duduk di sebuah sofa panjang. Perempuan itu memilih sofa tunggal di depan mereka. Wynona baru ingat, dia sama sekali tidak diperkenalkan dengan tamu yang ada.“Ma, coba cicipi ini.” Sofia menyodorkan sepotong kecil pie yang dibawa Wynona. Irene menggigit ujungnya sedikit. Entah mengapa, Wynona menjadi tegang karenanya.“Enak,” ujarnya. Namun dia menolak m
Wynona mendesah. “Kukira kamu akan memberiku usul yang masuk akal. Kamu kan tahu apa yang terjadi padaku saat resepsi? Kenapa kamu masih bisa mengusulkan ini?”“Wyn, aku tidak ingin melihatmu sedih atau terluka. Akan tetapi, ada kalanya kita harus berhadapan dengan kepahitan untuk mengetahui apa sebenarnya kebenaran di baliknya. Kalau kamu tidak mau bertemu mamanya David, apa masalah kalian akan selesai? Bukannya malah membuat semuanya menjadi makin rumit?”Wynona mengerutkan alis. “Aku tidak mengerti maksudmu.”Gadis itu mendengar suara tawa ringan di seberang.“Menghindar pasti lebih mudah. Tapi, apa kamu tidak penasaran ingin tahu bagaimana sebenarnya sikap keluarga David? Maksudku, mamanya. Kamu butuh kesempatan untuk bisa menilai dengan objektif. Dan menurutku, ini saat yang tepat.”Wynona tercenung mendengarnya. Keheningan menyergap selama sesaat.Leon bicara lagi. “Sebenarnya
Wynona masih berada di dalam kepungan kabut membingungkan sebagai efek dari kata dan tindakan Leon. Dia masih belum bisa berpikir dengan jernih untuk tahu apa yang sebenarnya diinginkan. Semuanya serba membingungkan. Seakan Wynona berada di sebuah labirin paling rumit di dunia.Lalu, David menghubunginya setelah berhari-hari menghilang tanpa kabar. “Wyn, apa kamu baik-baik saja?” tanyanya penuh perhatian.“Ya,” dusta Wynona sembari menggigit bibir.“Aku minta maaf untuk berbagai masalah di antara kita. Tapi aku ingin menyelesaikannya satu per satu.” Jeda beberapa detik. “Mama ingin bertemu denganmu. Nanti malam bisa?”Wynona benar-benar tak siap dengan permintaan itu. “Nanti malam?”“Iya. Apa kamu tidak bisa? Ada pekerjaan?”“Aku....”Jawaban Wynona belum tuntas tapi sudah menukas dan mendesak. “Tolong luangkan waktu, ya? Aku tidak enak kalau har