Ambera bekerja sebagai kasir di sebuah toko roti milik Nyonya Catelyn. Nyonya Catelyn memiliki tubuh yang gemuk tapi itu tidak menghalanginya dalam membuat roti, bahkan ia sangat lincah dan Ambera kagum akan hal itu. Seperti saat ini ketika pembeli sedang kosong, Ambera membantu Nyonya Catelyn untuk membuat roti. Itung-itung untuk belajar juga karena Ambera suka memasak.
"Ambera, setelah ini kita akan menambahkan ragi. Ragi akan membuat roti menjadi mengembang dan elastis." Nyonya Catelyn menerangkan fungsi dari ragi seraya memasukannya ke dalam adonan, Ambera yang mendengarnya mengangguk mengerti. "Oh, ya. Tolong kau keluar roti yang sudah matang dari oven, ya?"
"Baik, Nyonya." Ambera bergegas untuk mengeluarkan roti dari oven itu, ketika Ambera berhasil mengeluarkannya bau harus khas roti langsung masuk ke dalam penciuman Ambera. "Wangi sekali."
Nyonya Catelyn tersenyum. "Tentu saja, bagian terbaik dari roti adalah ketika ia keluar dari oven. Sangat menggiurkan."
Ambera setuju. "Benar, aku jadi ingin memakannya." Ambera tertawa setelah ia mengatakan hal itu kemudian ia meletakkan roti itu ke tempat yang telah di sediakan.
Nyonya Catelyn juga tertawa. "Jika kau mau kau boleh makan sepuasnya. Itupun jika kau sanggup, haha." Nyonya Catelyn memang baik, dan mungkin satu-satunya orang yang sudah Ambera anggap sebagai keluarganya. Nyonya Catelyn bahkan mau menerima Ambera untuk bekerja paruh waktu dan kadang ia juga memberi Ambera roti ketika pulang bekerja.
"Aku sudah kenyang makan roti, mungkin aku akan kembali mendapatkan bagianku ketika pulang nanti." Ambera membuka sarung tangan dan menghampiri Nyonya Catelyn yang tengah membentuk roti.
"Haha, kau tahu saja. Jadi bagaimana sekolahmu tadi?" Nyonya Catelyn terkadang juga menanyakan bagaimana Ambera di sekolah dan biasanya Ambera menceritakan dengan semangat. Gadis 18 tahun itu menyukai suasana sekolah.
"Hmm, ya seperti biasa. Menyenangkan." Tiba-tiba saja Ambera teringat ketika ia merasakan mual luar biasa tadi pagi, Ambera ragu apakah ia harus menceritakannya atau tidak.
"Benarkah? Tapi kau terlihat pucat saat ini, apakah ada hal yang mengganggumu?" Untuk beberapa alasan terkadang nyonya Catelyn peka, tapi untuk beberapa alasan lainnya terkadang ia cuek dan Ambera bersyukur jika nyonya Catelyn baik kepada-nya. Ambera tidak tahu mengapa, tapi wanita yang berusia 50 tahun itu pernah menikah tapi tidak punya anak. Ambera hanya tahu jika suaminya meninggal dan ia tidak pernah menikah lagi.
Ambera menyentuh pipinya, padahal ia merasa sudah cukup baik. Ternyata wajahnya masih terlihat pucat. "Um ... Aku pikir aku kurang tidur, akhir-akhir ini aku sedikit kesulitan untuk tidur."
"Benarkah? Seharusnya kau lebih beristirahat, apa paman dan bibimu tidak memberi waktu untuk istirahat?" Nyonya Catelyn cukup tahu bagaimana keadaan Ambera, gadis 18 tahun itu pernah bercerita jika paman dan bibinya tidak terlalu baik dan Catelyn susah menebak apa yang terjadi. Buktinya Ambera bekerja.
Ambera menggeleng. "Tidak, mereka tidak mengganggu waktu istirahat ku. Aku pikir ini mungkin karena badanku terasa tidak enak akhir-akhir ini. Aku juga sering merasa mual di pagi hari." Akhirnya Ambera menceritakannya, begitulah Ambera ia tidak dapat menyembunyikan rahasia kepada Nyonya Catelyn. Ia selalu luluh melihat bagaimana wanita bertubuh gempal itu khawatir kepadanya.
Nyonya Catelyn menepuk dahinya, untung saja ia telah membuka sarung tangan plastik yang ia pakai. "Astaga, jika kau sakit kau seharusnya tidak usah bekerja, apa kau sudah periksa?" tanyanya.
Ambera hanya tersenyum kecil. "Tidak perlu, mungkin nanti akan sembuh sendiri." Ambera tidak memiliki cukup uang, jika pun Nyonya Catelyn mau membantu Ambera tidak mau merepotkan. Ambera sudah banyak berhutang budi kepada wanita berambut ikal itu.
"Jika kau butuh bantuan, jangan sungkan untuk memintanya."
Ambera mengangguk kemudian tersenyum tulus. "Terimakasih."
~~~
Mikael memperhatikan Lucifer yang terlihat menutup mata dengan tubuh terikat kuat dengan Rantai Suci, ia masih penasaran apa yang Lucifer lakukan ketika iblis itu kabur. Itu benar-benar mencurigakan apakah dengan Lucifer yang terlihat pasrah.
"Sebenarnya apa yang kau lakukan di dunia manusia dengan waktu yang sesingkat itu?"
Satu hal lagi yang membuat Mikael heran adalah siapa yang membebaskan Lucifer, padahal Rantai suci itu tidak dapat dilepas sembarangan. Rantai itu memang tidak menyakiti Lucifer, tapi itu efektif untuk membatasi gerakan Lucifer. Jika memakai Rantai lain, makan rantai itu dengan mudah iblis itu putuskan.
"Apa kau merencanakan sesuatu?"
Kekuatan Lucifer telah diambil, sekarang ia benar-benar tidak berdaya. Itulah setidaknya yang Mikael ketahui. Ia bersama dengan para malaikat lain telah membuat Lucifer tertidur selama 1000 tahun ke depan, kekuatan Lucifer lenyap dan itu artinya Lucifer tidak bisa ikut campur dalam kematian manusia.
Lucifer memang selalu membuat masalah, ia kerap kali ikut campur dengan ajal manusia yang telah di tetapkan. Ia membunuh manusia padahal itu bukan hari kematiannya, ia juga menyelamatkan manusia yang seharusnya kecelakaan dan tewas hingga beberapa hari kemudian ia membunuhnya dengan cara lain. Seperti menjatuhkannya dari gedung.
Memikirkannya saja Mikael hanya bisa geleng-geleng kepala, tapi setidaknya ia tenang karena selama Lucifer terlelap ia tidak akan bisa melakukan apa-apa. Mikael hanya harus mencari tahu apa yang Lucifer lakukan di dunia manusia selama ia kabur itu.
~~~
Malam ketika Lucifer kabur dari penjara ....
Lucifer menatap gadis manusia yang tidak sadarkan diri setelah apa yang ia lakukan, tidak ada rasa bersalah sama sekali di hatinya kerena telah membuat manusia yang tertidur di atas ranjang besar ini pingsan.Ya, Lucifer terlalu keras melakukannya tadi, ia terlalu terburu-buru.
Lucifer duduk di samping tubuh Ambera yang telah kembali berpakaian lengkap, ia menjulurkan tangannya dan menyentuh kepala Ambera. Membaca semua ingatan yang ada di kepala Ambera, semua tanpa terkecuali. "Ternyata hidupmu lumayan keras, tapi aku harus melakukan ini. Kau harus hamil anakku dan melahirkannya."
Lucifer menatap wajah Ambera. "Kau cantik untuk ukuran manusia," ujarnya. Ia menyentuh wajah Ambera. "Mungkin ini yang membuatku memilih mu untuk mengandung dan melahirkan anakku." Lucifer menyentuh perut Ambera. "Tidak lama lagi, kau akan lahir. Kau harus melakukan tugas pertamamu ketika kau lahir."
Tugas pertama yang Lucifer maksud pada calon bayi di perut Ambera adalah membebaskannya. "Aku sudah menyimpan setengah dari kekuatanku di dalam dan aku akan mengambilnya lagi nanti."
Kemudian Lucifer kembali menyentuh kepala Ambera, ia harus menghapus ingatan malam ini. Ingatan yang mungkin saja membuat Ambera syok ketika ia kembali mengingatnya. "Aku akan menghapus ingatan malam ini, hiduplah dengan baik dan jaga anakku." Kemudian cahaya merah muncul dari tangan Lucifer yang tengah memegang kepala Ambera hingga beberapa saat kemudian cahaya itu meredup.
"Sekarang aku akan mengantarkanmu pulang." Lucifer berdiri, kemudian ia menggendong Ambera di depan tubuhnya. Ia sudah tahu semua tentang Ambera karena ia membaca ingatannya. Jadi, tidak terlalu sulit untuk menemukan alamat gadis itu.
Jam 2 malam, Ambera kembali merasakan ngilu di perutnya, angat sakit, bahkan Ambera meringis di dalam kamarnya ini. Ambera memegangi perutnya, ia bisa merasakan pergerakan samar di sana. "Sa-sakit." Ambera mencoba berdiri, rasa sakit ini benar-benar tidak tertahankan. Ia harus ke rumah sakit.Dengan susah payah Ambera keluar dari kamarnya, mungkin ia akan meminta pamannya untuk mengantarkan dirinya ke rumah sakit. Ambera tiba di depan kamar Paman dan bibinya, gadis itu mengetuk pintu itu.TokTok"Pa-paman. Tolong buka pintunya." Ambera bahkan harus bersandar di dinding dengan tangan yang tidak terlepas dari perutnya, keringat dingin telah mengalir di keningnya jatuh hingga dagu.Tidak ada jawaban. Ambera kembali mengetuk pintu itu.TokTok"Paman, bibi. Tolong buka pintunya." Ambera mengetuk lebih keras, matanya berkaca-kaca dan Ambera merosot ke lantai. "Buka, tolong ...." Ambera mengetuk lebih keras hingga akhirnya pintu itu ter
"Lagi-lagi kau membuat kerusakan di muka bumi ini, ini sudah tidak bisa diampuni. Kau harus menerima hukuman mu, Lucifer."Lucifer Demonico menatap barisan malaikat yang berada di depannya, mereka selalu begitu hanya bisa melakukannya bersama-sama. "Kerusakan? Aku hanya bersenang-senang." Lucifer menyeringai, gigi taringnya tampak ketika ia melakukan itu, ia tidak merasa bersalah sama sekali atas hal yang ia lakukan. Ia memang iblis dan ia tidak punya rasa bersalah.Mikael, si malaikat yang ditugaskan untuk memberi hukuman kepada Lucifer. "Membunuh manusia kau bilang untuk bersenang-senang? Itu belum waktunya mereka untuk mati dan kau telah melampaui takdir mereka."Mereka berdiri berhadap-hadapan, di belakang Mikael ada 70 malaikat dengan sayap putih yang siap membantunya memberi penghukuman kepada Lucifer, dan Lucifer yang berdiri menatap bisa mereka. Dua sisi yang berlawanan sedang bersama, Mikael dengan aura putih bersihnya dan Lucifer dengan aura hitam kela
Malam begitu muram, petir menyambar-nyambar dan badai begitu kuat. Menerbangkan anak rambut seorang gadis yang tengah berjalan di bawah guyuran hujan dengan payung yang melindunginya. Jalan ini sangat sepi, toko-toko telah ditutup oleh pemiliknya dan mungkin ia satu-satunya yang mau berjalan di bawah guyuran hujan ini."Dingin sekali." Ambera Cressida, gadis itu berjalan dengan mata yang bergerak liar menatap sekitarnya. Gadis 18 tahun itu di perintahkan untuk membeli rokok oleh sepupunya, Ambera tidak punya pilihan lain selain menaatinya mengingat ia menumpang tinggal di rumah pamannya.Ya, selama ini ia hanya hidup menumpang di rumah pamannya yang merupakan kakak dari ibunya karena kedua orang tuanya sudah meninggal ketika ia berusia 10 tahun karena kecelakaan. Mobil yang mereka tumpangi tiba-tiba saja meledak dan terbakar. Di saat itulah Ambera di adopsi oleh keluarga pamannya.Dari pada mengadopsinya mungkin lebih tepatnya menjadikan Ambera sebagai pembantu,
"Apa yang telah kau lakukan dengan kabur dengan penjara seperti itu?" Mikael menarik rantai yang melilit leher Lucifer kuat hingga Lucifer terjatuh di atas tanah neraka tempat mereka berpijak saat ini.Lucifer tertawa meski ia jatuh. "Apa lagi? Menatap dunia yang akan aku lihat lagi, mungkin?" Lucifer mendongak lalu menyeringai, ia menatap Mikael yang menatap geram kepadanya."Siapa yang membebaskan mu?" tanya Mikael lagi dengan geram, ia tidak tahu siapa yang membebaskannya dan Mikael yakin Iblis yang satu ini pasti berbuat ulah.Seringaian tidak hilang dari wajah Lucifer, ia tidak peduli dengan leher dan sayapnya yang terikat. Yang penting ia sudah berhasil membuahi seorang gadis manusia. "Kenapa kau ingin tahu, bukankah saat ini kau harus menghukum ku?""Kau benar-benar iblis yang terkutuk, tidurlah kau dalam waktu yang panjang." Beberapa malaikat lain menarik tubuh Lucifer dan mengikatnya dalam posisi
Jam 2 malam, Ambera kembali merasakan ngilu di perutnya, angat sakit, bahkan Ambera meringis di dalam kamarnya ini. Ambera memegangi perutnya, ia bisa merasakan pergerakan samar di sana. "Sa-sakit." Ambera mencoba berdiri, rasa sakit ini benar-benar tidak tertahankan. Ia harus ke rumah sakit.Dengan susah payah Ambera keluar dari kamarnya, mungkin ia akan meminta pamannya untuk mengantarkan dirinya ke rumah sakit. Ambera tiba di depan kamar Paman dan bibinya, gadis itu mengetuk pintu itu.TokTok"Pa-paman. Tolong buka pintunya." Ambera bahkan harus bersandar di dinding dengan tangan yang tidak terlepas dari perutnya, keringat dingin telah mengalir di keningnya jatuh hingga dagu.Tidak ada jawaban. Ambera kembali mengetuk pintu itu.TokTok"Paman, bibi. Tolong buka pintunya." Ambera mengetuk lebih keras, matanya berkaca-kaca dan Ambera merosot ke lantai. "Buka, tolong ...." Ambera mengetuk lebih keras hingga akhirnya pintu itu ter
Ambera bekerja sebagai kasir di sebuah toko roti milik Nyonya Catelyn. Nyonya Catelyn memiliki tubuh yang gemuk tapi itu tidak menghalanginya dalam membuat roti, bahkan ia sangat lincah dan Ambera kagum akan hal itu. Seperti saat ini ketika pembeli sedang kosong, Ambera membantu Nyonya Catelyn untuk membuat roti. Itung-itung untuk belajar juga karena Ambera suka memasak."Ambera, setelah ini kita akan menambahkan ragi. Ragi akan membuat roti menjadi mengembang dan elastis." Nyonya Catelyn menerangkan fungsi dari ragi seraya memasukannya ke dalam adonan, Ambera yang mendengarnya mengangguk mengerti. "Oh, ya. Tolong kau keluar roti yang sudah matang dari oven, ya?""Baik, Nyonya." Ambera bergegas untuk mengeluarkan roti dari oven itu, ketika Ambera berhasil mengeluarkannya bau harus khas roti langsung masuk ke dalam penciuman Ambera. "Wangi sekali."Nyonya Catelyn tersenyum. "Tentu saja, bagian terbaik dari roti adalah ketik
"Apa yang telah kau lakukan dengan kabur dengan penjara seperti itu?" Mikael menarik rantai yang melilit leher Lucifer kuat hingga Lucifer terjatuh di atas tanah neraka tempat mereka berpijak saat ini.Lucifer tertawa meski ia jatuh. "Apa lagi? Menatap dunia yang akan aku lihat lagi, mungkin?" Lucifer mendongak lalu menyeringai, ia menatap Mikael yang menatap geram kepadanya."Siapa yang membebaskan mu?" tanya Mikael lagi dengan geram, ia tidak tahu siapa yang membebaskannya dan Mikael yakin Iblis yang satu ini pasti berbuat ulah.Seringaian tidak hilang dari wajah Lucifer, ia tidak peduli dengan leher dan sayapnya yang terikat. Yang penting ia sudah berhasil membuahi seorang gadis manusia. "Kenapa kau ingin tahu, bukankah saat ini kau harus menghukum ku?""Kau benar-benar iblis yang terkutuk, tidurlah kau dalam waktu yang panjang." Beberapa malaikat lain menarik tubuh Lucifer dan mengikatnya dalam posisi
Malam begitu muram, petir menyambar-nyambar dan badai begitu kuat. Menerbangkan anak rambut seorang gadis yang tengah berjalan di bawah guyuran hujan dengan payung yang melindunginya. Jalan ini sangat sepi, toko-toko telah ditutup oleh pemiliknya dan mungkin ia satu-satunya yang mau berjalan di bawah guyuran hujan ini."Dingin sekali." Ambera Cressida, gadis itu berjalan dengan mata yang bergerak liar menatap sekitarnya. Gadis 18 tahun itu di perintahkan untuk membeli rokok oleh sepupunya, Ambera tidak punya pilihan lain selain menaatinya mengingat ia menumpang tinggal di rumah pamannya.Ya, selama ini ia hanya hidup menumpang di rumah pamannya yang merupakan kakak dari ibunya karena kedua orang tuanya sudah meninggal ketika ia berusia 10 tahun karena kecelakaan. Mobil yang mereka tumpangi tiba-tiba saja meledak dan terbakar. Di saat itulah Ambera di adopsi oleh keluarga pamannya.Dari pada mengadopsinya mungkin lebih tepatnya menjadikan Ambera sebagai pembantu,
"Lagi-lagi kau membuat kerusakan di muka bumi ini, ini sudah tidak bisa diampuni. Kau harus menerima hukuman mu, Lucifer."Lucifer Demonico menatap barisan malaikat yang berada di depannya, mereka selalu begitu hanya bisa melakukannya bersama-sama. "Kerusakan? Aku hanya bersenang-senang." Lucifer menyeringai, gigi taringnya tampak ketika ia melakukan itu, ia tidak merasa bersalah sama sekali atas hal yang ia lakukan. Ia memang iblis dan ia tidak punya rasa bersalah.Mikael, si malaikat yang ditugaskan untuk memberi hukuman kepada Lucifer. "Membunuh manusia kau bilang untuk bersenang-senang? Itu belum waktunya mereka untuk mati dan kau telah melampaui takdir mereka."Mereka berdiri berhadap-hadapan, di belakang Mikael ada 70 malaikat dengan sayap putih yang siap membantunya memberi penghukuman kepada Lucifer, dan Lucifer yang berdiri menatap bisa mereka. Dua sisi yang berlawanan sedang bersama, Mikael dengan aura putih bersihnya dan Lucifer dengan aura hitam kela