Home / Romansa / Fragile Heart / Bab 4. Kau Bajingan!

Share

Bab 4. Kau Bajingan!

last update Huling Na-update: 2023-07-25 18:10:55

Jasmine benar-benar berpikir bahwa dia sudah berhasil berdamai dengan masa lalunya, mengikhlaskan Xavier dan menjalani kehidupan tanpa pria itu. Semuanya berjalan dengan baik dan sesuai rencana, walau terkadang dia masih merindukan Xavier. Tapi hanya pada saat dan momen-momen tertentu, saat rasa kesepian mulai menggerogoti hati dan jiwanya, pria itu muncul seperti sebuah penghiburan, sebuah pengingat bahwa dulu dia pernah mencintai dengan begitu dalam, walau pada akhirnya cintanya tersebut dipatahkan.

Tidak cukup sampai di sana, kini Xavier muncul kembali seperti sebuah badai yang menerpa kehidupan Jasmine yang sudah tenang dan damai. Hal yang paling mengejutkan Jasmine adalah Xavier dan kakaknya akan bertunangan.

Jasmine berharap bahwa sekarang dia sedang bermimpi, dan segera terbangun dari mimpi buruknya. Sayangnya, ini semua adalah kenyataan. Xavier Coldwell—pria yang meninggalkannya begitu saja beberapa tahun silam—akan menjadi kakak iparnya.

Mata Jasmine berkaca-kaca membayangkan itu. Dia menenggelamkan wajahnya di bantal, menarik napas dalam-dalam dan menghentikan tangisannya sebelum menjadi sebuah tangisan histeris.

“Bodoh! Kenapa masih menamgis?! Kau harus berhasil move-on!” ucapnya dengan kekehan sarkas yang suaranya teredam oleh permukaan yang empuk itu.

Jasmine kemudian mengubah posisinya menjadi terlentang dan dia menatap langit-langit kamarnya yang berwarna putih polos. Dadanya masih terasa sesak, tapi setidaknya air matanya sudah berhenti mengalir.

Namun saat pikirannya mulai menjurus ke lamunan, wajah Xavier muncul dalam benaknya. Pria itu tampak lebih tampan dari terakhir kali Jasmine melihatnya. Wajahnya lebih maskulin dengan rahang tajam dan dagu yang sedikit gelap karena jambang yang mungkin belum dia cukur selama beberapa hari.

Tubuh pria itu juga lebih tinggi dan lebih tegap, dadanya lebih bidang dari yang Jasmine ingat. Bukannya Jasmine memperhatikan sampai detail, tapi hanya dengan melihat sekilas saja dia sudah tahu bahwa pria itu memang ... banyak berubah.

Di sini, Jasmine juga sadar bahwa dirinya sudah banyak berubah. Yang masih sama dari dirinya selama empat ahun ini adalah hatinya. Dia masih tetap sama yaitu masih memikirkan sosok pria yang melukainya.

Jasmine membenci kenyataan tersebut. Sehingga, dia bertekad untuk melawannya sebaik mungkin. Rasa sakit yang dia rasakan sekarang perlahan akan mengubah rasa cinta menjadi benci. Jasmine tidak sabar untuk hal tersebut terjadi. Dia harus menjaga sikapnya juga agar kakak dan orang tuanya tidak curiga pada hubungannya dengan Xavier di masa lalu. Lebih daripada itu, dia merasa bahwa sebaiknya dia pergi sejauh mungkin dari tempat ini. Agar dia tidak perlu bertemu dengan Xavier lagi.

Jasmine memikirkan Bernard. Walau mereka adalah sepasang kekasih, tapi perasaan Jasmine pada Bernard tidak pernah bisa melebihi rasa sayang antara seorang teman, dan Bernard tahu juga mengerti hal tersebut. Jadi, haruskah dia menggunakan Bernard sebagai alasan?

Seketika, ide itu pun muncul. Jasmine akan berkata pada orang tuanya bahwa dia akan menyusul Bernard ke Dubai, agar dia bisa menghindara acara pertunangan kakaknya. Ya, lebih baik begitu, daripada dia tersiksa melihat kakaknya bertunangan dengan pria yang masih sangat dia cintai. Dia tidak sanggup akan hal itu.

***

Makan malam tiba, Jasmine turun ke ruang makan menggunakan dress polos tertutup berwarna ungu. Dia sengaja mengenakan pakaian yang berwarna cerah, riasannya tampak tebal karena lipstik berwarna terang yang dia gunakan.

Jasmine melakukan itu untuk menutupi fakta bahwa beberapa saat lalu dia habis menangis. Lingkaran mata, hidung, pipi, dan mungkin seluruh wajahnya pasti tampak memerah kalau tanpa riasan. Ditambah dengan bibir yang pucat. Dia akan tampak seperti orang sakit kalau datang tanpa sedikit bersiap-siap.

Di ruang makan, sudah ada kedua orang tua Jasmine, beserta Jelena, dan tentu saja ... Xavier.

“Jasmine, kenapa lama sekali. Aku sudah sangat lapar!” keluh Jelena.

Jasmine hanya menampilkan senyum tipis dan menggumamkan permintaan maaf. Dia duduk di samping ibunya, dan tepat di hadapannya adalah Xavier. Mati-matian wanita itu berusaha untuk tidak melirik ke arah pria itu.

“Sudah, yang penting kita semua sudah kumpul,” kata Mila, menengahi.

“Ya, ayo mulai makan malamnya,” sahut Johan.

Makan malam dimulai. Jelena nampak romantis menyuapi Xavier. Wanita itu menunjukkan jelas kasih sayangnya dan perhatian luar biasa pada sang tunangan. Harusnya ini adalah hal normal, tapi sayangnya tindakan Jelena membuat Jasmine menjadi sangat tidak nyaman.

Bagi Jasmine, ini adalah makan malam keluarga tersulit yang pernah dia lalui. Daging yang dipanggang setengah matang dan seharusnya terasa lembut di lidahnya itu, kini entah kenapa terasa begitu sulit bahkan untuk ditelan. Obrolan antara ayahnya dan juga pria yang duduk di hadapannya sekarang terdengar mengalir, sesekali disahuti oleh ibu dan juga kakaknya.

 Jasmine bahkan tidak berusaha untuk tertarik sedikitpun pada topik pembicaraan mereka. Dia memakan makanannya dengan pelan dan raut wajahnya tetap tenang dan terkendali, walau di dalam dia merasa begitu kacau seperti badai topan di bulan November.

Saat akhirnya makan malam itu berakhir, Jasmine merasa begitu lega. Daging di atas piringnya masih tersisa setengah, namun dia merasa akan muntah bahkan untuk sekadang menggigit satu suapan lagi.

“Jasmine, kau baik-baik saja, Nak? Kenapa kau tidak menghabiskan makananmu.”

Jasmine mendengar suara lembut ibunya di samping dan menoleh sembari melebarkan senyumnya. “Aku tadi sore sudah makan cemilan cukup banyak, Mom, jadi perutku sekarang penuh dengan cepat.”

Mila hanya mengangguk-angguk saja, lalu memanggil pelayan untuk membawakan makanan penutup. Dia lalu menatap ke arah Jelena. “Jelena, Mommy sudah menyuruh chef untuk membuatkan kue kesukaanmu, dan puding untuk Jasmine juga.”

Mila beralih menatap Xavier. “Bagaimana denganmu, Xavier? Apa kau punya makanan penutup favorit?”

Xavier, yang beberapa saat tampak melamun, membalas tatapan Mila dan tersenyum padanya. “Aku juga suka puding, Bibi. Sama seperti Jasmine.”

Mila tersenyum senang. “Kebetulan sekali!” ucapnya, lalu menyuruh pelayan untuk mengeluarkan hidangan pudding mereka yang memiliki banyak varian, yang pastinya tidak akan bisa habis mereka makan malam ini.

Jelena berbisik pada Xavier, “Aku tidak tahu kalau kau suka puding?”

Xavier mengernyit. “Oh, ya? Kau mungkin tidak pernah bertanya.”

Sementara itu, Jasmine mengepalkan tangannya erat di pangkuan. Dia tahu pasti apa kesukaan Xavier. Dia masih ingat semuanya dengan sangat jelas. Dia yakin, bahwa Xavier tidak suka pada makanan manis, apalagi puding. Lalu untuk apa pria itu mengatakan sesuatu yang sebaliknya?

Untuk pertama kali pada malam itu, Jasmine akhirnya melirik Xavier dan berpikir, bahwa empat tahun pastinya cukup bagi seseorang untuk mengubah selera makannya. Jadi Jasmine pun menunduk lagi. Tidak mungkin Xavier mengatakan itu untuk menarik perhatian Jasmine.

Karena ya, pria itu berhasil.

Bahkan kini, sebuah senyum puas tampak di bibir Xavier dengan tatapan yang tertuju kepada Jasmine.

Jasmine mengabaikannya lagi sepanjang malam itu.

***

Rasa lelah membebani pundak Jasmine setelah dia berpamitan dengan keluarganya untuk kembali ke kamarnya. Perutnya terasa tidak enak, dan dia juga merasa sedikit mual seolah asam lambungnya naik. Tapi ini tentu diakibatkan bukan karena dia telat makan seperti sebelumnya, tapi karena dia merasa stres.

Belum genap satu hari kemunculan Xavier kembali dalam hidupnya, pria itu sudah mempengaruhi Jasmine sampai sebesar ini. Jasmine melangkah cepat menuju kamarnya, tidak sabar untuk kembali menenggelamkan diri ke dalam selimutnya dan menangis.

Hatinya sakit melihat kedekatan antara Xavier dan Jelena. Walau Jasmine tahu bahwa tidak seharusnya dia merasa seperti itu, tapi dia tidak bisa mengontrol perasaan di dadanya.

Beruntung, belum ada satu pun dari keluarganya, terutama kakaknya, yang curiga pada hubungannya dengan Xavier. Itu mungkin juga karena Jasmine berhasil mengontrol ekspresi wajahnya dengan baik, agar emosi yang sebenarnya tengah dia rasakan di dalam tidak nampak dari luar.

Saat hendak membuka pintu kamarnya, tiba-tiba saja sebuah tangan menyentuh tangan Jasmine. Dia terkesiap dan sontak berbalik. Matanya membelalak saat melihat Xavier berada di hadapannya, hanya berjarak beberapa senti darinya.

Mata Jasmine melebar.  “Xa-Xavier?!”

Xavier tidak menyahutnya. Tatapan mata pria itu dalam. Lagi, Jasmine mendapati dirinya tenggelam dengan cepat dalam manik mata kelam pria itu.

“Minggir! Kau menghalangiku!” sahut Jasmine sekaligus membenci diri sendiri karena suaranya justru terdengar gemetar.

Xavier mengulurkan tangan, menangkup wajah Jasmine, dan mengusapkan ibu jarinya dengan lembut ke bawah mata Jasmine. Tatapannya sangat dalam—seakan memberikan arti yang sangat luas hingga sulit terungkap.

Sentuhan ringan itu membawa banyak sekali memori yang Jasmine pikir sudah dia kubur dalam-dalam, namun kini semua itu menerpanya seperti air bah. Mata Jasmine terbelalak. Sengatan rasa yang dia rasakan mengirim kejut ke dalam dadanya, membuat jantungnya berdentum dengan sangat cepat.

Hanya karena satu sentuhan ringan!

Sementara itu, Xavier menundukkan wajahnya, bersejajar ke wajah Jasmine sambil berbisik, “Seperti yang kuduga, kau menangis.”

Mendengar itu, Jasmine tersadar. Dia langsung menepis tangan Xavier dari wajahnya dan mendorong pria itu dengan kasar. Raut wajahnya memancarkan jelas kobaran kebencian yang nyata.

“Jaga sikapmu, Xavier Coldwell!” desis Jasmine tajam. Tidak ingin bersama pria itu lebih lama lagi, Jasmine membuka pintu kamarnya dan masuk ke dalam. Dia bersandar di baliknya dengan napas terengah-engah seolah dia baru saja melihat hantu di lorong.

Dari balik pintu tersebut, Jasmine bisa mendengar suara bariton Xavier. Pria itu berkata, “Kita harus bicara, Jasmine. Aku akan terus mengganggumu sampai kau siap melakukannya.”

Lutut Jasmine langsung melemas setelah mendengar ucapan pria itu. Dia jatuh ke lantai dengan umpatan di lidahnya.

“Bajingan!”

Kaugnay na kabanata

  • Fragile Heart    Bab 5. Penjelasan Tidak akan Mengubah Apa pun!

    Malam itu, Jasmine tidak bisa tidur. Dia berguling di atas ranjangnya untuk mencari posisi yang nyaman, berharap kantuk akan segera menjemputnya, tapi tidak juga bisa. Dia tidak bisa berhenti memikirkan Xavier.Pria itu seolah menghantui benaknya dengan cara yang paling mengganggu. Padahal besok, dia harus berangkat pagi sekali untuk sebuah rapat penting di perusahaannya. Dia tidak ingin datang dengan keadaan yang buruk.Tidur biasanya selalu bisa menjadi obat bagi Jasmine, namun kali ini rasanya begitu sulit. Kalau dia memberikan Xavier kesempatan untuk berbicara, akankah pria itu mau meninggalkannya sendiri? Empat tahun lalu, Xavier pergi tanpa penjelasan apa pun dan Jasmine lelah untuk memikirkan jawabannya. Namun kali ini, Xavier telah kembali dengan cara yang sangat buruk dan kembali menimbulkan pertanyaan serta badai perasaan baru dalam diri Jasmine.Jasmine bangkit dari posisi berbaringnya seraya menghela napas panjang. Dia memegangi kepalanya yang terasa berat dan kembali ber

    Huling Na-update : 2023-07-25
  • Fragile Heart    Bab 6. Kita Berdua Tepat Waktu

    “Shit!” umpat Jasmine berulang kali saat dia dengan susah payah mengenakan sepatunya di ruang gantinya dengan gerakan tergesa-gesa. Dia mengambil tas dengan asal, memasukkan barang-barangnya ke dalam, lalu menarik sebuah mantel berwarna cokelat dari lemari dan melangkah setengah berlari keluar dari kamarnya.Jasmine melirik arlojinya, lalu terbelalak. “Aku terlambat!” ucapnya dan kini dia benar-benar berlari. Saat turun dari tangga, Jasmine memelankan langkahnya, teringat pada kejadian semalam ketika dia hampir terjatuh. Setelah sampai di lantai bawah, Jasmine pergi ke ruang makan untuk berpamitan dengan kedua orang tuanya yang saat itu tengah sarapan.“Mom! Dad! Aku pergi dulu!” seru Jasmine, tidak perlu merasa repot-repot untuk sarapan terlebih dahulu.Mila memanggilnya, tapi Jasmine tidak berhenti dan sudah lebih dulu berada di teras. Saat di sana, langkah Jasmine sontak terhenti. Dia bisa merasakan keringat mulai terbentuk di permukaan kulitnya.“Jasmine?” Jelena berdiri di hadapa

    Huling Na-update : 2023-09-05
  • Fragile Heart    Bab 7. Sesuatu Hal Rumit untuk Diungkap  

    Jasmine sontak berbalik dan menatap Xavier tajam. “Apa maksudmu?”Sebelah alis milik Xavier yang tebal dan hitam terangkat sedikit, kepuasan masih mengerling di tatapannya yang tertuju pada Jasmine.“K-kau ... kau mengatur ini?!” serunya.Xavier tidak menjawab, dia melangkah melewati Jasmine dan duduk di kursi dengan meja bundar terbuat dari marbel di depannya. Xavier menyentuh permukaan yang dingin itu sembari menjawab dengan singkat, “Ya.”Jasmine membelalakkan mata. “Berengsek!” rutuknya di antara napasnya yang menjadi tajam. “Aku tidak ingin membuang-buang waktuku untuk ini!” serunya lagi, lalu hendak melangkah pergi saat ucapan Xavier menghentikannya.“Bersikaplah profesional, Nona Welsh! Kau tidak mau jabatan yang baru kau dapatkan kembali diturunkan, bukan?” Kata-kata angkuh penuh ancaman Xavier berhasil membuat Jasmine tak berdaya.Jasmine menutup matanya, merasakan kemarahannya yang mengalir mulai surut perlahan. Xavier benar. Jasmine harusnya bisa bersikap lebih profesional.

    Huling Na-update : 2023-09-05
  • Fragile Heart    Bab 8. Masalah Terbesar Jasmine

    Jasmine menatap makan siangnya dengan tatapan kosong, pikirannya masih terfokus pada pembicaraan bersama Xavier. Pria yang telah mencampakannya itu berkata kalau dia masih menyukainya.Dalam kondisi sekarang, dia dan Xavier tidak akan mungkin …Jasmine mendesah, lalu berkata dalam hati, ‘Apa yang sedang aku pikirkan? Menerima Xavier kembali setelah dicampakan oleh makhluk tidak berperasaan itu?’Tidak akan pernah! Jasmine terlalu menyayangi dirinya untuk jatuh dalam pelukan pria itu kembali. Apa yang dikatakan Xavier pasti hanya karena dirinya adalah seorang bajingan.Jasmine memijat pelipis, memikirkan ini saja sudah membuat kepalanya pening.“Jasmine?”Jasmine tersadar, menatap ke arah Ivy yang duduk di hadapannya. Mereka berdua telah sepakat menjadikan makan siang sebagai hari perayaan kenaikan jabatan. Sialnya, sekarang, bisa-bisanya Jasmine malah melamunkan Xavier—pria berengsek yang sudah tak ingin lagi dia pikirkan.“Apa kau sedang dalam masalah? Kau sama sekali tidak menyentuh

    Huling Na-update : 2023-09-05
  • Fragile Heart    Bab 9. Kau Mengenali Pria Tampan Ini?

    Jasmine membuka lembaran demi lembaran di kepalanya sendiri, mencari-cari kisah yang cocok untuk menjelaskan soal Xavier kepada Ivy. Menjalin hubungan dengan Xavier sebagai kekasih, di masa lalu, membuat Jasmine harus menutup rapat rahasia itu. Sampai kapan pun, dia tidak akan pernah membiarkan orang tahu tentang kisahnya dengan Xavier.“Aku mendengarmu berteriak, jadi aku langsung melihat situasi di luar. Apa yang terjadi, Jasmine? Siapa pria tampan ini? Apa kau mengenalinya?” Rentetan pertanyaan Ivy, membuat raut wajah Jasmine memucat akibat panik.“Dia ini—” Kepala Jasmine berputar mencari jawaban yang tepat.Mantan kekasih? Orang yang pernah aku cintai? Calon kakak ipar? Atau ... investor?Tidak ada jawaban yang bisa dia pilih. Dia harus memikirkan keberlangsungan hubungannya dengan Bernard. Calon kakak ipar yang tiba-tiba datang akan lebih menimbulkan kesalahpahaman. Tidak ada alasan bagi seorang investor menyusulnya ke acara non-formal ini, Ivy akan menyangka kalau mereka memili

    Huling Na-update : 2023-09-05
  • Fragile Heart    Bab 10. Taman Tak Lagi Indah

    Kegelapan menutupi langit dengan erat, tanpa secercah cahaya bintang yang menghiasi langit. Hanya bulan yang menjulang tinggi, menyapu permukaan bumi dengan sinar lembutnya.Di arah sana, tepatnya di halaman Starlight Car Park dua insan sedang beradu pandang dalam pertentangan. Waktu seakan berhenti membawa kenangan yang telah lama tertinggal, saat di mana hanya ada mereka berdua, saat luka kembali merajut dan mengkhianati Jasmine berulang kali.Sentuhan lembut Xavier di permukaan pipinya membuat Jasmine terhanyut, segera tersadar ketika tahu maksud Xavier yang ingin menciumnya. Dia langsung memalingkan muka sehingga sebuah kecupan hanya berlabuh di pipinya.“Menjauh dariku, Sialan!” seru Jasmine dengan suara tegas, hatinya hancur oleh sikap Xavier yang seolah meremehkan soal mereka di masa lalu. “Kita sudah selesai!”Xavier menatap dalam Jasmine yang masih ada di hadapannya. “Kisah kita tidak pernah selesai, Jasmine.”Jasmine menggelengkan kepalanya dengan senyuman sinis. “Tidak pern

    Huling Na-update : 2023-09-05
  • Fragile Heart    Bab 11. Penampilan Berbeda

    Lutut Jasmine seakan lemas, memandangi Xavier dan kakaknya berciuman dengan mesra. Pegangannya pada pembatas beranda menjadi erat. Dia tidak bisa merasakan ada di mana hati dan pikirannya saat ini. Kosong.Tubuhnya begitu kaku untuk dibalikkan, padahal dia tahu kalau terus menatap pemandangan di depannya hanya akan membuat hatinya semakin tercabik-cabik. Terlebih saat pandangan dia dan Xavier kemudian bertemu.Berbeda dengan Jasmine, Xavier tidak tampak terkejut, justru semakin mengeratkan pelukan pada Jelena dan mencium wanita itu semakin mesra. Dia bahkan memejamkan mata seolah benar-benar menikmati keromantisan tersebut.Sementara di sini, Jasmine merasakan pilu. Bayangan kebersamaannya dengan Xavier kembali terlintas, kali ini posisinya sudah digantikan oleh Jelena. Perasaan frustrasi seketika memuncak. Sialnya, dia tidak bisa menghapus perasaannya sampai detik ini.Karena sudah tidak tahan lagi, Jasmine akhirnya memilih untuk segera masuk ke kamar, berlari menghampiri ranjang, da

    Huling Na-update : 2023-09-05
  • Fragile Heart    Bab 12. Ingin Kembali ke Masa Lalu  

    Mata Jasmine mengawasi lalu lintas di luar jendela, tetapi pikirannya jauh dari perjalanan mereka. Hatinya terasa hancur karena ingatan yang masih segar tentang semalam. Wajah kakaknya dan Xavier terpampang jelas dalam ingatan, berciuman dengan begitu mesra, sesuatu yang juga dia dan Xavier pernah lakukan dulu, ketika mereka masih menjadi sepasang kekasih.Jasmine berusaha menenangkan diri, mencari cara untuk mengatasi perasaan campur aduknya, tetapi itu tidak mudah. Setiap kali dia melihat ke arah Xavier, bayangan kakaknya yang sedang berciuman dengan mantan kekasihnya itu langsung menghantamnya kembali.“Kau cantik.”Dua kata yang berhasil memecahkan keheningan yang terbentang di dalam mobil yang tengah melaju ini. Xavier tidak menyembunyikan senyumannya, terlihat tulus, tapi Jasmine tidak ingin mengakui karena hanya akan membuatnya terjatuh dalam jurang yang selama ini mati-matian dia hindari.“Tapi ngomong-ngomong, kenapa sejak di rumah tadi kau berusaha menutup mulutmu dengan sca

    Huling Na-update : 2023-09-05

Pinakabagong kabanata

  • Fragile Heart    Bab 80. Ending Scene (TAMAT)  

    Pagi-pagi, Xavier sudah meminta sopir menjemput kedua anaknya. Ya, pria itu tak ingin merusak rencana yang sudah dia buat. Untungnya keluarganya dan keluarga Jasmine mengerti bahwa Xavier ingin mengajak Jasmine dan juga dua anaknya berlibur.“Xavier, kenapa kita harus membawa paspor?” tanya Jasmine bingung.Xavier membelai lembut pipi Jasmine. “Kita akan pergi ke luar negeri, Sayang. Tentunya membutuhkan paspor.”Mata Jasmine membelalak terkejut. “Apa? Kau ingin mengajakku dan anak-anak ke luar negeri? Kenapa mendadak sekali, Sayang. Aku pikir kau hanya mengajakku berlibur ke luar kota saja.” Jasmine sama sekali tidak menyangka Xavier akan mengajaknya dan anak-anak berlibur ke luar negeri. Dia pikir Xavier akan mengajak berlibur ke luar kota saja. Namun, ternyata dugaannya salah besar. Suaminya itu malah mengajaknya untuk berlibur ke luar negeri.Xavier mendekat, dan memeluk pinggang istrinya itu. “Aku ingin mengajakmu ke negara yang ingin kau kunjungi. Tahun lalu kita tidak jadi ke

  • Fragile Heart    Bab 79. Extra Part II

    Jasmine dan Xavier harus merelakan dua anaknya dibawa oleh keluarga mereka. Sopir keluarga Xavier menjemput Jacob, dan sopir keluarga Jasmine menjemput Xavera. Meski masih kecil, tapi Xavera tidak pernah rewel jika berada di keluarga Jasmine ataupun Xavier. Kedua anak mereka akan menginap satu hari di keluarga mereka. Mereka terpisah, demi agar kedua orang tua Jasmine dan kedua orang tua Xavier tidaklah berdebat.Jasmine hendak mengajak Xavier ke dalam rumah mereka, tapi gerak mereka sama-sama terhenti di kala ada sebuah mobil masuk ke dalam halaman parkir. Tampak kening Jasmine mengerut dalam, menatap sosok pria tak asing di matanya baru saja turun dari mobil.“Dylan?” Xavier menatap pria yang menghampirinya.“Hi, lama tidak jumpa, Xavier,” ucap pria bernama Dylan itu.Xavier mendesah kasar. “Kenapa kau di sini?”Dylan terkekeh rendah. “Apa begini menyambut sepupumu, huh?”Jasmine langsung teringat di kala Dylan mengatakan ‘Sepupu’. Kepingan memorinya mengingat sosok pria tampan yang

  • Fragile Heart    Bab 78. Extra Part

    Tiga tahun berlalu … “Bibi Jelena coming!” Jacob berseru melihat sosok Jelena yang muncul. Tampak jelas raut wajah bocah laki-laki tampan berusia tiga tahun—menunjukkan jelas kebahagiaannya.“Halo, Sayang.” Jelena langsung menggendong Jacob, dan menciumi pipi bulat Jacob. “Kau semakin tampan dan menggemaskan.”Jacob berbinar menatap Jelena. “Apakah aku sudah seperti Dad, Bibi?”Jelena mencubit pelan hidung mancung Jacob. “Kau bahkan jauh lebih tampan dari Daddy-mu.”Jacob tersenyum riang mendengar ucapan bibinya.“Wah, Jelena, rupanya kau datang.” Jasmine tersenyum seraya mendekat menghampiri kakaknya. Belakangan ini kakaknya sangat sibuk berpergian ke luar negeri. Hal tersebut yang membuat Jasmine jarang sekali bertemu dengan kakaknya. “Hi, Jasmine. Aku ke sini merindukan dua keponakanku.” Jelena tersenyum manis, seraya menatap Jasmine.Jasmine membalas senyuman Jelena.“Mommy, Bibi Jelena bilang aku lebih tampan dari Daddy,” ucap Jacob bangga. Jasmine membelai pipi bulat Jacob.

  • Fragile Heart    Bab 77. Perfect Ending

    Beberapa bulan berlalu …. “Jelena, kau yang benar saja, kenapa kau ingin ke Argentina selama enam bulan? Apa kau berniat meninggalkan keluargamu?” Mila mengomel pada Jelena yang ingin pergi ke Argentina selama enam bulan. Wajar saja jika Mila marah, karena putri sulungnya itu mendadak ingin pergi. Padahal putrinya tidak membuka cabang salon.Johan dan Jasmine yang berada di sana memilih duduk dengan tenang, menunggu penjelasan Jelena. Mereka menikmati minuman dan cemilan yang diantar sang pelayan. Sudah cukup Mila saja yang mengomel. Johan dan Jasmine tak ingin mengomeli Jelena—yang sudah tampak kepusingan.“Mom, aku ke Argentina karena ingin liburan dan melihat pontensi bisnis di sana. Mungkin saja aku bisa membuka cabang salonku di sana.” Jelena menjelaskan pada sang ibu.Mila memijat keningnya. “Kau pergi sampai enam bulan. Lama sekali! Dulu waktu di New York, kau bertahun-tahun di sana. Sudahlah lebih baik kau fokus pada cabang salonmu saja yang sudah ada. Mommy lebih setuju kau

  • Fragile Heart    Bab 76. Resmi Menjadi Suami Istri

    Hari yang ditunggu-tunggu telah tiba. Hari di mana Jasmine dan Xavier akan menjadi satu. Tidak pernah mereka sangka akan tiba dititik ini. Berbagai hantaman badai telah mereka lalui. Berpisah empat tahun, dan semesta kembali mempertemukan dengan cara yang unik. Sebuah cara yang tidak pernah mereka sangka.Sebuah gaun pernikahan mewah sudah terbalut di tubuh Jasmine. Semua orang di ruang rias, memuji penampilan Jasmine yang sangatlah cantik. Jelena dan Mila yang ada di sana sampai menangis karena melihat penampilan Jasmine luar biasa cantik.“Jasmine, kau sangat cantik.” Jelena dan Mila memeluk Jasmine bergantian.Jasmine tersenyum lembut. “Kalian juga sangat cantik.”Mila membelai pipi Jasmine. “Mommy tidak menyangka kau akan menikah lebih dulu dari kakakmu.”“Mom, Jasmine berhak bahagia. Siapa pun yang menikah duluan tidak masalah,” sambung Jelena lembut dan hangat.“Maafkan aku,” ucap Jasmine merasa bersalah.Jelena menggelengkan kepalanya. “Kau tidak bersalah. Kau dan Xavier berhak

  • Fragile Heart    Bab 75. Persiapan Pernikahan

    Rencana pernikahan Xavier dan Jasmine telah tercium di media. Sebagai pengusaha ternama tentunya nama Xavier Coldwell tentunya bahan perbincangan. Bagaimana tidak? Seharusnya yang menjadi istri Xavier adalah Jelena, tapi malah berubah menjadi Jasmine—adik kandung Jelena.Berbagai gossip miring masuk ke media. Namun, Xavier langsung menegaskan bahwa sejak awal yang dia cintai adalah Jasmine. Pun pria itu sampai memberikan keterangan bahwa dia pertama kali memiliki hubungan dengan Jasmine. Baik Xavier ataupun Jelena sama-sama memberikan keterangan, karena tak ingin Jasmine dijelek-jelekkan di hadapan publik.Sikap Jelena dan Xavier yang membela Jasmine, membuat publik yang tadinya menjelek-jelekkan Jasmine, menjadi tak lagi menjelek-jelekkan. Xavier tak menceritakan secara lengkap kisahnya dengan Jasmine di media. Hanya sekilas saja. Tentu Xavier tidak ingin orang tak dikenal mengetahui tentang masa lalunya dengan Jasmine.Saat ini persiapan pernikahan Xavier dan Jasmine bisa dikatakan

  • Fragile Heart    Bab 74. Lamaran Manis

    Jasmine melambaikan tangan ke arah mobil Jelena yang mulai pergi meninggalkan mansion Xavier. Senyuman lembut terlukis di wajahnya. Jelena hanya bisa menginap satu malam saja, karena harus mengurus pekerjaannya.“Jasmine,” panggil Xavier yang muncul dari belakang.“Ya?” Jasmine mengalihkan pandangannya, menatap Xavier.“Jelena sudah pulang?”“Sudah.” “Gantilah pakaianmu. Aku sudah menyiapkan dress untukmu di kamar. Aku ingin mengajakmu ke suatu tempat.”“Kau ingin mengajakku ke mana, Xavier?”“Nanti kau akan tahu.” Xavier membelai lembut pipi Jasmine.Jasmine menghela napas dalam. “Baiklah, tunggu sebentar. Aku akan mengganti pakaianku dulu.”“Aku akan menunggu.” Xavier mengecup bibir Jasmine. Detik selanjutnya, Jasmine melangkah masuk ke dalam rumah menuju kamar. Wanita itu memilih menuruti keinginan Xavier tanpa banyak bertanya.*** Dress berwarna kuning dengan kombinasi hijau sangat cantik di tubuh Jasmine. Xavier pun tak tahan untuk meloloskan pujian. Hari itu Jasmine terlihat s

  • Fragile Heart    Bab 73. Jelena yang Baik Hati

    Jasmine menatap cermin melihat perutnya yang masih rata. Wanita itu mengusap lembut perutnya. Dalam benaknya membayangkan jika kelak nanti perutnya membuncit. Dulu dia gagal, karena keguguran. Sekarang cerita telah berbeda, karena dirinya kembali mengandung.Terakhir dokter mengatakan kandungannya sangat sehat. Hal tersebut membuat Jasmine optimis bahwa dirinya akan melahirkan bayi kedua ini. Terkadang Jasmine merasa bahwa ini semua adalah mimpi, tapi dia sangat sadar bahwa dirinya berada di dunia nyata.“Melamun di pagi hari. Apa yang kau pikirkan, hm?” Xavier mendekat, memeluk Jasmine dari belakang.Jasmine tersentak di kala ada yang memeluknya dari belakang. Namun, keterkejutannya hanya sebentar saja, karena dia melihat dari pantulan cermin Xavier yang tengah memeluknya dari belakang.“Xavier, kau mengejutkanku,” ucap Jasmine pelan.Xavier mengecup tengkuk leher Jasmine. “Kau melamun. Apa yang kau pikirkan?”Jasmine terdiam sebentar. “Aku masih tidak menyangka hubungan kita akan mu

  • Fragile Heart    Bab 72. Matahari dan Bulan Bersinar pada Waktunya  

    London, UK. Hiruk pikuk London menyambut. Cuaca indah dan menyegarkan. Jasmine dan Xavier sudah berada di dalam mobil. Setibanya di bandara, sudah ada sopir yang menjemput. Tentu semua ini diatur oleh Xavier. Jasmine hanya memilih menurut dan patuh akan apa yang diminta oleh pria itu.“Xavier, kau akan membawaku ke mana? Pulang ke rumah orang tuaku?” tanya Jasmine ingin tahu. Jantungnya terus berdebar kencang seolah ingin berhenti dari tempatnya. Perasaan yang dirasakan oleh Jasmine benar-benar sangatlah campur aduk.“Tidak. Aku akan membawamu ke rumah orang tuaku,” jawab Xavier yang sontak membuat Jasmine terkejut.Jasmine tersentak. “A-apa? K-kau membawaku ke rumah orang tuamu?”Xavier menatap keterkejutan di wajah Jasmine. Dia membelai pipi Jasmine sambil berkata, “Nanti kau akan tahu. Jangan khawatir. Aku akan selalu di sisimu. Empat tahun kita sama-sama tersiksa. Sekarang sudah waktunya untuk bahagia.”Jasmine memilih menyandarkan kepalanya di lengan kekar Xavier. Dia percaya pa

I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status