Share

Bab 3

Author: Siti_Rohmah21
last update Last Updated: 2022-12-27 22:20:01

'Jika memang pernikahan yang kita jalani hanyalah sebuah skenario dari istrimu. Sungguh bodohnya kamu, Mas, dijadikan robot olehnya. Syakila yang mencoba mengendalikan kamu,' batinku masih mengeluh di hadapan Mas Danu yang mencekal pergelangan tangan ini.

Seandainya boleh memilih saat itu, aku lebih memilih menjadi perawan tua daripada harus berujung seperti ini. Kenyataan pahit harus ditelan disaat cinta yang sudah tumbuh menggunung.

Kemudian, aku melepaskan genggaman tangannya dan dengan bahasa isyarat aku pun berpamitan dengannya.

"Mas, aku mau pulang. Belum masak," ujarku sembari menggerakkan tangan ini. Rasanya air mataku yang sudah ditahan sejak menginjakkan kaki ke kantor, ingin tumpah ketika melihat wajahnya. Sebab terbayang-bayang foto prewedding yang telah aku temui di laci itu.

"Ya sudah, kamu hati-hati. Langsung pulang ke rumah ya!" pesan Mas Danu masih sama sikapnya seperti biasa. Tidak ada yang berbeda padanya. Itu yang membuatku muak. Kenapa ada laki-laki munafik seperti ini?

Aku mengalihkan pandangan, tanpa menimpali percakapan dengannya. Kemudian aku beranjak pergi. Khawatir air mata yang sudah mulai mengembun ini tumpah di hadapannya.

Aku langkahkan kaki ini dengan hentakan sangat cepat. Berharap ada yang bisa kulakukan kembali setelah ini. Setidaknya ada hal yang membuat hidupku kembali bersemangat.

Menyesali, itulah yang aku alami saat ini. Aku menyesal, karena tidak menuruti kemauan papa dulu. Kehilangan pita suara sampai sudah dewasa seperti ini, bukanlah karena cacat dari lahir. Namun, aku mengalami kecelakaan saat itu, bersama keluarga yang menewaskan almarhumah mama pada saat usiaku 7 tahun. Saat itu, aku mengalami benturan hebat hingga merusak pita suara. Itulah makanya papa sebegitu sayangnya padaku. Sebab aku kehilangan seorang ibu sekaligus kehilangan suara.

Penyesalan itu tidak lain karena papa pernah mengajakku untuk terapi bicara. Namun, aku selalu menolak permintaannya. Sebab merasa dengan kekurangan ini, masih ada laki-laki yang tulus mencintaiku.

'Sebaiknya, aku coba tanya pada papa. Di mana bisa terapi agar suaraku kembali normal seperti dulu,' ucapku dalam hati.

Aku ambil benda pipih yang berada dalam tas, bermodalkan nekat. Aku akan ikut arahan Papa yang dulu telah aku hiraukan, yaitu terapi suara agar kembali normal. Sebab bisu ini, bukan bisu sejak lahir.

[Pah, aku mau terapi agar bisa bicara. Aku harus ke mana? Tolong beritahu di mana tempatnya.] Seperti itu isi pesan yang aku kirim kepada papa.

[Nanti papa antar, ke rumah seorang dokter spesialis. Ia praktek di daerah Jakarta.]

Papa membalas chatku dengan cepat. Ia memang orang tua paling hebat yang aku punya.

[Baik, Pah. Aku akan terapi sampai bisa bicara kembali. Agar aku bisa mengungkapkan perasaan ini, pada mereka yang telah menyakitiku.]

Ketikan jari saling berbalas. Aku harap tidak mengganggunya.

[Kamu yang sabar, Fika. Anak papa yang paling pintar. Pasti tahu langkah apa yang harus kamu lakukan, jangan cengeng ya, kamu itu wanita kuat.]

Papa benar, aku memang kuat. Buktinya, bisa menjalani hidup sampai saat ini. Meskipun trauma saat kecelakaan itu selalu menghantuiku.

[Aku pulang dulu, ya Pah. Nanti segera beritahu di mana tempatnya.]

Kini semangatku berkobar untuk membalas perlakuan Mas Danu dan Syakila. Aku sangat menginginkan mereka mendapatkan balasannya atas perbuatan yang telah mereka lakukan selama ini.

Setibanya di rumah, aku lihat di parkiran sudah ada mobil Syakila terparkir di depan persis mobilku. Menyesal rasanya kalau ingat, telah memberikan ia sebuah mobil sebagai ucapan terima kasih padanya yang telah memperkenalkan laki-laki seperti Mas Danu.

Namun, ternyata ia sama seperti wanita lainnya, mengincar harta yang aku miliki. Tidak ada teman yang tulus menghampiri, selalu saja ada maunya di balik semuanya.

"Hai, Fika. Kamu dari mana?" tanya Syakila dengan suara kencang. Tangannya pun melambai-lambai ke arahku yang baru saja turun dari mobil.

Aku harus menggunakan bahasa isyarat padanya. Sebab, tidak ingin Syakila mencurigai bahwa aku telah mengetahui kebusukannya yang memanfaatkan Mas Danu sebagai bonekanya.

"Kamu baru sampai atau dari tadi?" tanyaku sambil menggerakkan tangan. Ia sudah paham bicara dengan bahasa isyarat. Sebab cukup lama sekali ia berteman denganku.

"Baru aja parkir mobil, kamu dari mana? Kata Mbok, habis ke kantor suamimu, ya?" ucapnya dengan senyuman. Seketika hatiku hancur mendengar apa yang ia ucapkan. Sandiwaranya sungguh luar biasa.

'Bukankah ini rencanamu? Kenapa bisa berpura-pura tidak tahu seperti itu. Aku heran, bisa-bisanya kamu melihat suami sendiri menikah dengan orang lain,' gerutuku di dalam hati.

Kalau bukan karena ingin memanfaatkan kekurangan ini, mungkin tidak akan bisa ia semudah itu melepaskan laki-laki yang mengikat janji sehidup semati denganku.

"Ayo, masuk!" ajakku menggandengnya. Map yang tadi aku bawa, sudah papa amankan supaya aku tidak terus menerus memandang foto tersebut.

Syakila terus bicara mengenai kegiatannya. Tiba-tiba di kepala muncul ide, aku mencoba menanyakan kepada ia tentang pernikahan. Kenapa ia sampai saat ini belum menikah, dan belum mengenalkan padaku sosok pria yang ia bilang akan menikahinya setahun lagi.

"Kamu belum mengenalkan padaku, calon suami yang kata kamu setahun lagi akan menyuntingmu?!" Syakila tampak terkejut melihat bahasa isyarat yang aku berikan padanya. Pertanyaan yang selama ini tidak pernah aku lontarkan. Sebab, khawatir akan menyinggungnya.

Mata Syakila membuka lebar saat pertanyaan itu terlontar. Ia belum menjawabnya, sepertinya Syakila tengah mencari alasan, sebab kelihatan dari bibirnya yang menganga.

'Aku ingin dengar alasanmu, Syakila,' gumamku dalam hati.

Bersambung

Related chapters

  • Foto Prewedding di Laci Kerja Suamiku    Bab 4

    Syakila masih tercengang, mendengar pertanyaan yang aku lontarkan tadi. Mungkin ia masih mencari alasan yang tepat kenapa belum mengenalkan calon suaminya. Sudah beberapa detik aku hitung, ia belum menjawab pertanyaan itu.Aku memandang matanya dengan tatapan penuh, wanita itu sudah menikah sejak tahun 2018 silam. Seandainya ada bukti satu lagi yang akurat, ini lebih bagus untuk memperkuat tuduhan kepada mereka.Hitungan detik sudah berubah ke menit, namun ia belum juga bersuara. Aku pun mengerutkan alis melihat Syakila diam membisu. 'Ayolah jawab Syakila, bukankah kamu tidak bisu? Bukankah kamu bisa mengeluarkan madu dari mulutmu yang sebenarnya pahit seperti empedu? Syakila, aku tidak akan pernah memaafkan kamu dan Mas Danu, kalau terbukti telah mempermainkan pernikahanku hanya untuk harta semata,' batinku kesal menunggu lama ia berbicara."Aku akan membawa calon suamiku kehadapanmu, Fika. Tapi, nanti setelah calon suamiku lulus dari kuliahnya di Jerman!" Akhirnya ku dengar sahuta

    Last Updated : 2022-12-27
  • Foto Prewedding di Laci Kerja Suamiku    Bab 5

    Seandainya aku memberikan jawaban iya pada papa. Apa aku harus bilang juga pada Mas Danu, bahwa aku hendak terapi ke luar negeri? Aku ingin Mas Danu dan Syakila terkejut saat mendengar suara indahku nanti. Sebaiknya dirahasiakan saja dulu.Dadaku masih terasa sesak menjadi wanita kedua, apalagi hanya menjadi batu loncatan. Harta lah yang menjadi incaran mereka, itu yang sebenarnya sangat menyakitkan. Ketulusan hati tidak ada secuil pun dalam diri mereka. [Aku mau, Pah. Tapi, aku ingin pastikan kedua insan tersebut juga tidak akan berduaan selama aku pergi. Papa bisa memberikan tugas pada Mas Danu keluar negeri juga, dengan negara yang berbeda.] Balasan pesan yang aku ketik tanpa sepengetahuan Syakila. Ia sedang ke toilet saat ini. Ternyata ponsel Syakila pun ia tinggal. Aku melirik ke layar ponsel yang menyala, tidak sengaja melihat pesan dari Mas Danu dari layar jendela.[Sayang, nanti malam pulang dari kantor aku ke rumah. Jangan lupa pakai lingerie yang aku belikan kemarin.]De

    Last Updated : 2022-12-28
  • Foto Prewedding di Laci Kerja Suamiku    Bab 6

    Syakila tiba-tiba datang mengejutkanku, sudah memakai jaket juga membawa kunci motor. Ia hendak ingin membeli makanan. Sangat kebetulan, saat Syakila pergi aku akan geratak seisi kamar, mencari bukti-bukti yang akan menguatkanku nanti."Kamu mau ke mana?" Gerakan tangan ini sudah membuatnya mengerti."Aku beli nasi goreng dulu, kamu mau ikut?" tanya Syakila sembari menutup resleting jaket yang ia pakai. "Aku di rumah aja, khawatir Mas Danu datang," jawabku. Ia pun tersenyum ketika melihat tanganku menjawabnya."Oke, kamu hati-hati ya di rumah!" ujar Syakila dengan suara keras dan aku tersenyum padanya. Kemudian ia bergegas ke luar rumah. 'Semoga lama perginya. Aku akan kirim pesan ke papa terlebih dulu, agar memberikan perintah pada Mas Danu untuk ke rumahnya,' ucapku dalam hati.[Pah, suruh Mas Danu ke rumah papa. Jangan sampai ia datang ke rumah Syakila. Tadi ia bilang akan bermalam di sini untuk menemaniku, tolong ya, Pah. Entah bagaimana caranya, Mas Danu tidak boleh ke sini. Ak

    Last Updated : 2022-12-28
  • Foto Prewedding di Laci Kerja Suamiku    Bab 7

    'Buku nikah?' batinku bertanya-tanya.'Astaga.' Sambil mengusap dada aku membatin sendiri. Ini dia yang aku cari sejak tadi. Buku nikah mereka. Dengan menghela napas panjang, aku coba buka segera isi dari buku nikah tersebut. Aku memejamkan mata lalu membukanya kembali. Berharap perkiraanku salah. Ya Tuhan, foto suamiku juga sahabat yang telah menikah sejak tiga tahun silam. Mereka benar-benar sudah terikat dalam status pernikahan. Foto prewedding itu bukan editan semata tapi benar adanya, bukan hanya sekadar berprasangka.Kini bukti telah aku pegang, aku harap ia tidak mengetahui akan hal ini. Kemudian, aku mengambil gambar bagian depan buku nikah, bagian di mana ada foto mereka. 'Aku sudah dapat bukti foto-foto buku nikah asli mereka,' gumamku sambil tersenyum semringah. Kemudian, aku masukkan kembali buku nikah tersebut. Lalu merapikan baju-baju yang sudah berantakan. Setelah sudah rapi semuanya, aku segera mengirim bukti-bukti kepada papa. Agar ia mengetahui bahwa menantu yang

    Last Updated : 2023-01-06
  • Foto Prewedding di Laci Kerja Suamiku    Bab 8

    "Amit-amit, kamu serius Fika? Jangan-jangan cuma mirip! Kalau memang iya, Aku nggak mau lah dijadikan istri kedua, kaya gak ada laki-laki lain aja!" ucap Syakila. Bibirnya cemberut ketika mengatakan hal itu. Apa wanita itu tidak sadar diri telah menjadikanku istri kedua suaminya?Namun, sikap Syakila barusan sudah mampu membuatku jadi mesam-mesem sendiri. Sebab, akhirnya ia terperanjat dengan apa yang kukatakan barusan. Kalau otaknya masih dipakai untuk mikir, tentu ia langsung kepikiran dengan apa yang dilakukannya terhadapku. Menjadikan istri kedua dan sebenarnya yang kulakukan sekarang adalah hal sama seperti reaksi dia barusan, tidak akan rela jadi istri kedua dari suaminya. Aku menelan ludah. 'Nanti akan kuurus semuanya kembali seperti awal. Dimana kamu hanya teman yang menggantungkan hidupnya dari seorang teman yang cacat. Setelah saat itu tiba, akan aku tendang kamu sejauh-jauhnya bersama suamimu itu.' Aku terus menerus bergumam dalam hati."Coba kamu cari tahu dulu. Jangan a

    Last Updated : 2023-01-07
  • Foto Prewedding di Laci Kerja Suamiku    Bab 9

    Kami kembali tidur. Aku lihat ke arah Syakila, ia juga begitu, langsung memiringkan tubuhnya.Tiba-tiba aku terbangun kembali, entah kenapa mata dan tangan ini ingin membuka laptop yang ada di meja.Akhirnya aku membukanya di bawah, nyaris dekat dengan kolong tempat tidur. Ya, tentu memastikan dulu Syakila sudah benar-benar pulas.Iseng-iseng aku membukanya, ternyata ia tengah memutar suatu video tapi belum sempat dikeluarkan, mungkin sudah keburu aku datang tadi. Kemudian, dengan lancangnya aku membuka video tersebut."Aku capek, Mas. Hidup gini terus, susah terus! Kapan kamu ngebahagiain aku?" ungkap Syakila, aku mendengarnya ia bicara seperti itu pada pada suami yang ternyata suamiku juga."Sabar, kamu mau sabar kan hidup denganku?" tanya Mas Danu. Dada ini sesak, tapi aku harus sabar. Mataku sambil melirik, namun wanita itu masih pulas, Syakila memang tipikal seperti itu, istilahnya tidur seperti kebo."Mas, kamu mau ngebahagiain aku kan? Mau ikutin semua kemauanku?" tanyanya la

    Last Updated : 2023-01-08
  • Foto Prewedding di Laci Kerja Suamiku    Bab 10

    Kemudian, Papa mengirimkan suatu video.[Nak, simak baik-baik rekaman ini. Percakapan antara Papa dan Danu ketika di rumah, saat Danu sudah tak bisa menggunakan mobile banking yang papa sudah bekukan.]Aku menyimaknya, tapi sebelumnya, aku pura-pura bergegas ke toilet. Khawatir Syakila bangun dari tidurnya."Pah, ini kenapa mobile banking nggak bisa digunakan?" Aku dengar Mas Danu bicara seperti itu pada papaku. Jelas sekali, meskipun aku bisu dan sedikit terganggu pendengaran, tapi kali ini Mas Danu mengucapkan dengan lantang."Danu, di luar negeri sana, kamu sudah mendapatkan fasilitas komplit. Jadi, untuk sementara keuanganmu Papa bekukan terlebih dulu. Nanti sepulang dari sana, akan Papa buka kembali! Kamu tidak keberatan kan?" Papa hebat sudah bicara seperti itu, pasti Mas Danu sulit mengelak lagi dengan alasan Papa yang masuk akal. "Papa tidak percaya denganku?""Bukan tidak percaya, tapi mencegah sesuatu hal yang kita tidak inginkan, itu lebih baik." "Ya sudah, Pah. Aku ke ka

    Last Updated : 2023-01-08
  • Foto Prewedding di Laci Kerja Suamiku    Bab 11

    POV Sang PapaAnak adalah segalanya untukku, membuat Fika bahagia adalah termasuk kebahagiaan aku juga, seorang single parents. Sejak mamanya meninggal, saat itulah aku sebagai papanya berjanji tidak akan melakukan kesalahan secuil apapun kepada Fika. Ya, anak satu-satunya yang lebih memilih untuk tidak mau membuka suaranya sejak kejadian kecelakaan yang menewaskan ibundanya.'Seandainya kamu mau papa ajak terapi dari dulu, mungkin saat ini kamu bersanding dengan laki-laki yang layak. Bukan laki-laki pecundang seperti Danu,' batinku.Malam itu saat mobil Syakila terparkir di depan, aku menghubungi salah seorang preman untuk mencurinya. Aku berani melakukan hal ini, bukan karena ingin melanggar hukum. Namun, ingin memberikan pelajaran pada mereka yang silau akan harta."Kamu ambil mobil yang tadi saya kirimkan fotonya berikut alamat. Lalu bakar segera. Saya tidak ingin melihat mobil itu masih berkeliaran di sini. Ingat itu ya!" suruhku pada salah satu orang suruhan. Daripada mobil itu

    Last Updated : 2023-01-09

Latest chapter

  • Foto Prewedding di Laci Kerja Suamiku    Bab 54. Akhir Kebahagiaan Fika

    Seorang pria berhasil membawa maling tersebut bersama dengan Ari dan Haris. Mereka berdua diseret ke mobil dan diperintahkan masuk olehnya."Udah jebloskan aja ke penjara, kalau sudah berani kabur sih artinya sangat berani," ucap Haris.Kemudian, kami memutuskan untuk membuat laporan ke kantor polisi atas penjambretan tadi. Namun, sebelumnya, aku menghubungi papa melalui pesan singkat untuk sekadar memberikan informasi padanya.[Pah, aku ke kantor polisi ya. Ada jambret tadi.]Setelah mengirimkan pesan, aku duduk kembali ke mobil dan menuju kantor polisi.***Setibanya di kantor polisi dan selesai membuat laporan, pihak kepolisian pun sangat berterima kasih terhadap kami, sebab ternyata orang yang menjambret adalah buronan. Jadi ini justru sangat memudahkan kami juga dalam membuat laporan."Ayo, Fik, pulang!" ajak Haris. "Ri, kami pamit, terima kasih bantuannya, sudah membantu menangkap maling tadi.""Iya, sama-sama. Kalian hati-hati," ucap Ari sembari meninggalkan kami yang masih mem

  • Foto Prewedding di Laci Kerja Suamiku    Bab 53. Detik-detik Ending

    Kemudian Tante Siska membicarakan perihal dokter yang memanggil Mas Danu dan dirinya. Ia bilang bahwa Syakila menitip pesan pada dokter, bahwa akan mendonorkan matanya untukku.Lagi-lagi ini hal yang tidak masuk akal, Syakila tengah memperjuangkan hidupnya tapi ia malah ingin menyerahkan matanya untukku.Aku terharu mendengarnya, sekaligus ingin menolak apa yang menjadi niat baik Syakila."Maaf Tante aku tolak mentah-mentah, ini tidak adil jika aku menyetujuinya," ucapku dengan tegas.Aku pun meminta apa-apa untuk melarang Tante Siska membujukku. Ini semua demi kebaikan bersama, seharusnya Syakila juga sembuh, bukan malah ingin mendonorkan matanya untukku."Tante paham betul, tapi ini keinginan Syakila," jawab Tante Siska lagi."Aku tolak, Tante," ucapku lagi."Kenapa tolak?" tanya Tante Siska.Aku hanya menggelengkan kepala dan tidak berkomentar apa-apa lagi."Baiklah, tapi Syakila sudah meninggal dunia, Fika," ucap Tante Siska membuatku spontan melotot. Mata ini benar-benar membuka l

  • Foto Prewedding di Laci Kerja Suamiku    Bab 52

    Mereka semua berhamburan keluar. Hanya aku yang tersisa di dalam. Papa pun ikut karena aku yang menyuruhnya.Aku merebahkan tubuh sambil menunggu kedatangan mereka. Dalam hati kecil ini berharap ada kabar baik yang dokter katakan pada mereka semua.Kecemasan yang aku alami memang terbilang berlebihan, Syakila bukan siapa-siapa, hanya seorang sahabat yang pernah menghancurkan hidupku. Namun, justru saat ini aku menginginkan dia bisa bertahan hidup.Selang beberapa menit kemudian, papa datang bersama dengan Haris dan Ari. Namun, tidak dengan Tante Siska juga Mas Danu, ia masih menemani Syakila. Setidaknya bukan kabar buruk yang aku terima, sebab tidak ada yang papa ucapkan saat mereka masuk ke dalam ruangan."Kok cepat? Nggak ada sepuluh menit," tanyaku seakan menyecar."Iya, Syakila tadi sadar, dan dokter ingin bicara dengan Danu dan Siska," kata papa sambil menarik kursi lalu duduk di dekatku."Syukurlah, ternyata Syakila masih berjuang untuk hidup," timpalku dengan disertai helaan na

  • Foto Prewedding di Laci Kerja Suamiku    Bab 51

    Dikarenakan teriakan Kau sangat kencang, Papa yang tadi berada di luar pun panik dan masuk ke dalam.Begitu juga dengan Haris dan Ari yang masuk mengekor di belakang papa."Ada apa, Fika? Kenapa kamu teriak?" tanya papa."Tadi aku dengar di kamar mandi suara kran mengalir, Pah, Aku takut Coba lihat ke sana!" Aku ketakutan sambil memegang selimut dan meremasnya."Aku akan melihat!" Itu suara Haris ia yang bersedia memantau toilet.Berselang kemudian Haris pun datang. "Nggak ada siapa-siapa dan kran pun masih tertutup." Ucapannya membuatku terdiam.Telingaku ini sudah berfungsi kembali seperti orang normal. Tadi jelas-jelas aku mendengar suara air mengalir dari keran kamar mandi."Mungkin kamu lelah, Fika, lebih baik kamu tidur ya, jangan mikirin macam-macam. Apalagi halusinasi tentang Syakila lagi, doakan aja dia mendapatkan yang terbaik untuk kesembuhannya," pesan papa.Kemungkinan besar halusinasiku ini terjadi karena terlalu takut. Ya, aku merasa sebagai penyebab kehancuran Syakila.

  • Foto Prewedding di Laci Kerja Suamiku    Bab 50

    "Tapi, Syakila di ruangan ICU, Fik," ucap Haris."Iya, katanya kritis lagi," susul Ari."Jadi aku halusinasi?" Aku bertanya sambil menutup seluruh wajah dengan kedua telapak tangan."Fika, kamu istirahat ya, jangan sampai cemas berlebihan hingga membuat kamu jadi berpikiran tentang Syakila," tambah papa.Aku terdiam, bukankah ada suaranya tadi? Ya, suara raungan wanita bisu. Aku dapat mengetahuinya, sebab pernah berada di posisi Syakila dulu. "Aku yakin itu Syakila, apa dia ingin bicara denganku?" "Fika, biar aku dan Ari yang lihat kondisi Syakila ya," pesan Haris.Aku mengangguk senang, senyumku melebar ketika ia melakukan hal itu. Sebab, memang dari tadi aku menunggunya menawarkan diri setelah aku suruh.Setelah mereka pergi, aku pun ditemani papa. Ia duduk di sebelahku sambil mengusap lembut jari jemari ini."Kamu itu lelah, kepikiran sana sini, jadilah mikirin Syakila lagi, padahal sudah tidak ada yang perlu kamu cemaskan, dia sudah ditangani oleh dokter, Papa rasa dokter juga p

  • Foto Prewedding di Laci Kerja Suamiku    Bab 49

    Aku merasa ini semua tidak adil jika harus kehilangan indera yang sangat penting, yaitu penglihatan. Seandainya mata ini tak bisa melihat dunia, aku pasti merasa orang yang paling buruk sedunia. Sebab, musibah yang ku terima tidak ada ujungnya.Dokter mulai melepaskan perban yang mengelilingi kepala dan mata ini. Kemudian, setelah lilitan terakhir ia menyuruhku untuk membuka mata.Perlahan aku buka mata yang biasa memandang indahnya dunia. Namun, setelah membukanya, aku malah menelan pil pahit. Semua berbayang, bahkan samar-samar. Untuk mengenali wajah papa saja aku tak mampu."Pah, mataku kenapa begini?" Aku bertanya sambil berteriak. Sebab, aku takut salah apakah yang berdiri di sebelahku persis itu papa atau dokter?"Nak, kamu yang sabar. Kamu pasti kuat, dokter bilang masih ada harapan dengan donor mata," ungkap papa.Papa memelukku, kemudian mengelus rambut ini."Kenapa aku tidak pernah merasakan bahagia, Pah? Baru sembuh dan bisa bicara, kini harus menerima kenyataan bahwa matak

  • Foto Prewedding di Laci Kerja Suamiku    Bab 48

    Aku tersadar tapi tak bisa membuka mata, sebab saat meraba ternyata mataku dibalut perban. Aku sudah berada di ruangan yang tak terlihat di mana tempatnya. Semuanya gelap, aku bahkan tak melihat satu titik pun lampu yang bersinar. Hanya suara gemericik air dan bunyi alat yang sepertinya aku kenal."Aku di mana? Kenapa gelap? Seingat aku tadi ada yang menabrak dari arah belakang, apakah aku di rumah sakit?"Tiba-tiba terdengar suara riuh yang memanggil satu sama lainnya. "Pasien sadar, pasien sadar!"Aku dengar suara riuh itu, hingga suara hentakan sepatu terdengar menghampiriku. Kemudian dadaku seperti ada yang sentuh. "Tenang ya, Bu, kami hanya ingin memeriksa," ucapnya. Aku paham sekarang, saat ini aku berada di rumah sakit. Sebab, sudah ada suara yang memeriksa. Jadi suara alat yang kudengar adalah alat-alat medis untuk mendeteksi jantung."Dok, kenapa saya tidak bisa melihat Dokter?" tanyaku padanya. "Apa karena diperban?" tambahku lagi."Nanti kita buka perban ya, Bu. Setelah sem

  • Foto Prewedding di Laci Kerja Suamiku    Bab 47

    "Pah, katakan apa yang terjadi dengan Syakila? Tadi tuh aku dibayangi dia terus!" Aku terus mendesaknya untuk mengatakan semua padaku."Syakila sudah sadar dan terus meminta bertemu dengan kamu," terang papa.Aku terdiam, lalu mencari tempat duduk. Tadi aku merasakan bertemu dengan Syakila. Itu artinya hanya halusinasi?"Pah, tapi tadi ....""Tadi Fika halusinasi lagi, Pak. Dia bilang bertemu dengan Syakila," serobot Haris. Aku pun menautkan kedua alis seraya tak menyukai atas tindakan Haris yang memotong pembicaraanku."Benarkah itu bukan halusinasi aku merasa seperti nyata," sanggahku.Ari memintaku untuk menekuk air putih kemudian menyuruhku untuk tenang. "Tarik napas Fika, Jangan memikirkan hal yang di luar kendali kita, jalani saja hidup ini Jangan memikirkan sesuatu yang belum kita hadapi," ungkap Ari.Aku terdiam sejenak, kemudian suara panggilan untuk keberangkatan ke Yogyakarta sudah terdengar. Akhirnya kami pun bergegas supaya cepat tiba di rumah sakit dan menemui Syakila.S

  • Foto Prewedding di Laci Kerja Suamiku    Bab 46

    Papa terlihat mengaktifkan speakernya. Kemudian meletakkan ponsel miliknya di atas meja."Halo, Wijaya ada apa?" Tante Siska bertanya duluan. "Tadi aku dan Danu lagi bertemu dokter, makanya nggak diangkat," tambah Tante Siska."Oh, gitu. Gimana kondisinya Syakila? Di sini Fika halusinasi terus," ungkap papa pada Tante Siska."Hm, tadi pagi juga dia cerita, tapi entah apa ini firasat dari Fika? Mungkin Syakila minta diikhlaskan gitu segala perbuatannya," celetuk Tante Siska membuat kami seketika saling bertumbuk pandangan."Maksud kamu?""Dokter bilang sudah tidak ada perubahan pada Syakila, hanya keajaiban Tuhan yang akan membantunya, tadi kami berembuk ingin mencopot alat medis, tapi Danu masih ingin keajaiban itu terjadi," ungkap Tante Siska. "Jadi gimana solusinya?" "Aku punya usul, bagaimana kalau Fika diajak ke sini. Bicara di telinga Syakila kalau ia sudah benar-benar memaafkannya," usul Tante Siska.Apa yang dikatakan olehnya ada benarnya juga. Bisa saja aku merasa tidak ten

DMCA.com Protection Status