"Pagi Elara, Apa Pak Tirta ada di kantor?" Entah kenapa pagi ini Sera merasa gelisah. Ponsel Pras tidak aktif sejak subuh tadi. Akhirnya ia menutuskan untuk menghubungi sekretaris Pras setelah jam kantor mulai berjalan. "Pak Tirta semalam mengiirm pesan bahwa tidak ke kantor hari ini karena ada keluarganya yang sedang sakit." "Apa? Saudaranya sakit? Kenapa Pras tidak cerita padaku?" bathin Sera gelisah. "Pagi Bu Sera! Meeting dengan Pak Levin dan Pak Roy pagi ini ditunda. Sekretarisnya bilang, anak Pak Roy kecelakaan." Tiba-tiba Dido masuk ke ruangannya. " A-anak Pak Roy yang mana? Grace?" tanya Sera spontan karena terkejut. "Saya tidak tau." "Dido, tolong cari tau di rumah sakit mana anak Pak Roy di rawat!" "Baik,Bu." Dido bergegas kembali ke ruangannya dan langsung menghubungi sekretaris Roy. Namun ternyata sekretaris Roy pun belum tau dimana anak Roy dirawat. Karena kecelakaannya sudah lebih dari seminggu yang lalu. Sejak itu Roy dan Levin tidak datang ke kantor. Siang ini
"Sebainya kita pikirkan ulang mengenai rencana pernikahan kita. Aku permisi!" Pras tersentak mendengar ucapan Sera. Dengan kasar ia kembali meraih tubuh Sera yang tadi sempat melepaskan diri, lalu mendekapnya dari belakang. "Sera ..., tolong jangan bicara seperti itu. Tolong percaya Aku. Cuma Kamu yang ada di hatiku." "Astaga, Pras! Kamu apa-apaan, sih! Bikin malu aja. Lihat, banyak orang di sini! Lepasin, nggak!" Wajah Sera memerah karena diperhatikan oleh setiap orang yang melewati lorong tempat mereka berdiri. Apalagi orang-orang itu mengenali wajah Pras yang sudah tak asing bagi mereka. "Aku tidak akan lepasin Kamu, kecuali kita bicara dimobilku sekarang!" Pras berbisik di belakamg telinga Sera. "Iyaa, iyaa. Tapi tangan Kamu ini tolong lepas dulu!" balas Sera kesal dengan suara pelan. Kedua tangannya berusaha melepaskan lingkaran tangan Pras yang menyentuh dadanya. Sera sangat ingin marah, namun ia sudah menjadi pusat perhatian orang-orang sekitarnya. Terpaksa ia menahan emo
"Jadi, apa yang hendak Kamu tanyakan, Sayang?" Pras membawa Sera duuduk di atas kursi santai di tepi kolam renang. Suasana petang itu cukup sejuk. Dalam hatinya Sera tak berhenti memandang takjub dekorasi dan desain interior rumah besar itu. Pras yang hanya memakai celana pendek dan kaos polos pas body, merebahkan diri pada kursi santai yang cukup panjang. Sepertinya kursi itu memang di desain untuknya yang memiliki tinggi tubuh di atas rata-rata. Sera hanya duduk di kursi yang berada tepat di sebelah Pras. Kedua kursi itu cukup rapat hingga Sera merasa kurang nyaman. "Santai saja Sayang. Baringkan tubuhmu di sini!" Pras menepuk-nepuk kursi yang diduduki Sera. "Aku duduk saja," sahut Sera menggeleng. Pras tersenyum. Ia paham Sera pasti menolak karena tak nyaman. Salah satu sikap Sera yang ia suka sejak dulu, Sera pandai menjaga kehormatannya. Tidak seperti banyak wanita yang ia kenal sebelumnya. Bahkan ketika di Amerika, para wanita datang menawarkan diri padanya. Pras pun ban
Hari yang dinanti-nantikan akhirnya akan tiba. Malam ini Sera mengangkut kedua anaknya, beserta dua babysitter dan satu ART nya ke hotel tempat acara akad nikah sekaligus resepsi, yang akan berlangsung besok. Pras ingin melakukan penjagaan ketat terhadap Sera dan kedua anaknya menjelang akad nikah nanti. Dengan semuanya berada di satu hotel, membuat Pras lebih tenang. Apalagi Pangeran masih masa menyusui, Pras tidak ingin Sera kelelahan dan membawa pengaruh buruk pada Pangeran. "Jangan sampai Pangeran kekurangan ASI. Walau sudah makan makanan pendamping, jagoanku itu harus sehat!" gumam Pras sambil menggoda pangeran yang berada dalam pengkuan Sera. "Iyaaa ..." sahut Sera singkat. Pras melirik Sera. Ia melihat wajah cantik itu murung sejak tadi mereka masuk ke kamar hotel yang cukup luas itu. Sera memperbolehkan Pras masuk karena di kamar itu juga ada Giska, dua babysitter dan ARTnya. Pras yang tadi duduk di hadapan Sera kini berpindah tepat di sebelah calon istrinya itu. "Ada
"M-maaf, Aku lupa! Tapi nggak apa-apa. Nanti juga Kamu akan liat semuanya." Pras tak menghiraukan tatapan melotot dari Sera. Pangeran sudah tak sabar ingin berpindah ke tangan kekarnya. "Apa Pangeran sudah diberi ASI?" Sera hanya mengangguk. Wajahnya masih nampak shock akibat melihat pakaian yang dikenakan Pras. "Ya sudah Kamu istirahat saja. Biar Aku coba menidurkan Pangeran di kamarku." Sera lagi-lagi hanya mengangguk. Ia pun terheran melihat Pangeran yang langsung tenang dalam gendongan Pras. Sera kembali merebahkan tubuhnya di ranjang. Ia merasa sangat mengantuk. Namun, pikirannya masih tertuju pada Pangeran. Lelah menunggu, Pras tak kunjung membawa kembali Pangeran ke kamarnya, akhirnya Sera tertidur pulas. Di kamarnya, Pras pun tertidur bersama Pangeran di ranjangnya yang sangat luas. Bocah yang belum genap satu tahun itu sepertinya memang ingin tidur bersamanya malam itu. Hingga menjelang subuh Pangeran terjaga dan menendang-nendang Pras sambil.menangis. Pras terkejut d
"Astaga ... dia cantik sekali!" gumam Pras tanpa sadar ketika barisan pengantin wanita di hadapaannya muncul. Napasnya seakan terhenti ketika melihat Serani berada paling depan melangkah anggun bersama Giska, nampak sangat cantik dan berbeda. Pras seakan terhipnotis oleh penampilan Serani kali ini. Serani terus mengayunkan kakinya perlahan dengan iringan musik yang lembut dan iringan kata-kata mutiara dari MC, tampak sangat memukau para tamu dengan pakaian pengantin muslimah modern yang ia kenakan. Tubuhnya yang tinggi bak model papan atas sangat elegan dengan gaun berwarna silver, serta hijab dengan hiasan yang panjang menjuntai hingga terkesan mewah dan sangat berkelas. Di depannya, barisan pengantin pria, dimana Pras berada paling dengan dengan stelan jas berwarna senada, terlihat sangat tampan dan mempesona. Kharisma seorang Tirta Prasetya sukes menghipnotis para tamu yang hadir siang itu. Keduanya saling memandang dan lalu bertemu tepat di depan pelaminan. Pras memberikan lenga
Pras terkekeh melihat Serani yang ternganga dengan mata melotot. Namun sesaat kemudian wanita cantik itu langsung menutup wajahnya yang mulai memerah. "Astaga, Pras. Kamu itu ya!" jerit Sera tertahan "Hey, mau kemana, Sayang?" Pras langsung meraih tubuh Sera yang hendak kembali masuk ke kamarnya. "Aku mau tidur sama Pangeran saja malam ini," ketus Sera seraya memberontak dari cengkraman tangan kokoh Pras pada kedua lengannya. "Hei ... Oke, Aku minta maaf. Sayang, please ...!" Pras berusaha terus menahan Sera yang hendak kembali masuk. Akhirnya Pras memutuskan untuk melepaskan cengkraman tangannya dan secepat kilat meraih tubuh Sera ke dalam gendongannya. Sera memekik saat Pras berhasil menggendongnya ala bridal dan membawa istrinya itu ke kamar utama. "Pras, turunin Aku!" " Ssttt ..., Jangan berisik! Nanti Pangeran bangun!" bisik Pras dengan mendekatkan bibirnya ke telinga Sera. Lalu menutup pintu kamar utama dengan satu kakinya. Perlahan Pras merebahkan tubuh Sera di ranjang
"Siapa yang datang ke rumahku? Tidak ada orang lain yang tau rumahku kecuali keluarga besarku," gumam Pras. "Prass ..., " Suara Sera bergetar karena cemas. "Tenanglah, ada Aku di sini! Ayo turun!" Pras perlahan turun ,lalu membukakan pintu untuk Sera. Dari pintu belakang para babysitter dan Giska turun dari mobil. "Selamat datang Tuan, Nyonya Serani!" Loly dan dua ART tergopoh-gopoh menghampiri mereka. "Loly, siapa yang datang?" tanya Pras tak sabar. "Tuan Vincent dan Nyonya Meri, Tuan." "Apaa? Opa dan Omaku datang? Bukankah mereka masih di Amerika?" Wajah Pras kembali menegang, membuat Serani.semakin cemas. "Sekarang dimana mereka berada?" tanya Pras lagi. "Mereka ada di ruang keluarga, Tuan." "Baiklah. Loly, Langsung antar Anak-anakku dan babysitter ke kamarnya." Loly dan dua ART itu mengangguk, lalu membantu para babysittter membawa barang ke kamar mereka tanpa melewati pintu utama. Giska pun menurut dengan arahan dari Loly yang cukup ramah. Sementara Pangeran tertidur pul