Ada terlalu banyak harap yang disematkan pada sesuatu yang terlalu mustahil digapai.
Berlimpah asa yang digantung untuk membuat sesuatu menjadi tercapai.Akan tetapi, manusia sampai lalai.Bahwa ada sesuatu lain yang patut diinginkan agar jumpanya tak harus sampai menjadi sebuah perpisahan.***
— ditulis sembari mendengarkan komposisi milik Antonio Vivaldi - Summer (L'Estate), the 3rd Movement —
Akhir Oktober, 2021.
Memang terang, tetapi langit tak memunculkan warna birunya. Kilatan-kilatan mungkin belum berniat muncul, tetapi ada gemuruh lain yang seperti tengah memangku kegelisahan tanpa mau berbagi. Ada awan keabu-abuan imajinatif yang mengelilinginya
Harta yang sesungguhnya kita punya bukanlah materi, melainkan sebuah rasa sayang dari orang yang dikasihi.***Akhir Oktober, 2021.Sebenarnya April tidak bisa marah berlama-lama seperti ini pada sahabatnya. Ia hanya ingin Fira menyadari kesalahannya saja untuk beberapa hari. Akan tetapi, sudah seminggu dan April baru memulai kalimat pertamanya tadi pagi.Aprilia Faranisa memang marah, tetapi kasih sayangnya lebih banyak. Ia ingin memulai kata lebih dulu, tetapi tetap saja egonya meminta mengulur waktu lebih lama. Namun, untuk pertama kalinya setelah bertahun-tahun bersahabat, baru kali ini ia terlalu mengkhawatirkan Fira.Sore belum terlal
Ketika kita menunggu—baik agar harap segera terwujud atau hari yang buruk segera terlewat—waktu tak ubahnya bergerak kian melambat. Sedangkan untuk bahagia tersendiri, waktu seolah berlalu terlalu cepat.***Awal November, 2021.Semuanya terasa begitu hampa, sunyi, dan senyap ketika orang yang paling dekat dengan hati kita benar-benar pergi, mustahil berharap untuk dapat kembali. Hanya tinggal berharap memori yang terus melekat itu tidak mengganggu untuk menjalani hari-hari selanjutnya.Mentari baru saja terbit beberapa jam lalu. Tidak terlalu terik, tidak pula tertutup mega keabu-abuan, setia pada kehangatan. Rumah itu, setiap ruangan yang dilewati angin terasa begitu sunyi meskipun sese
And I might never get there,but I'm gonna try.If it's ten thousand hoursor the rest of my life. [1]***Pertengahan November, 2021.Terlampau panjang jarak yang diulur nyatanya malah makin membuat seseorang tergerus rasa percayanya. Meskipun sebelah sisi hatinya berkata jika sang kekasih baik-baik saja atau tetap pun menaruh setia yang sama, tetap saja ada sudut lain yang berkata sebaliknya. Bahkan ketika kita tahu bahwa seseorang yang sudah jelas baik-baik saja pun, tidak ada yang pernah berjalan dengan tepat semestinya.Malam masih terlalu dini, bahkan garis-garis jingga yang tergambar di balik jendela setengah terbuka itu masih tampak sediki
Pertengahan November, 2021."Done!" ucap salah seorang gadis setelah menekan tombol enter di laptopnya. Wajahnya berseri-seri, bersemangat, menatap satu-persatu di antara empat gadis lain yang duduk di sekelilingnya. "Salinannya juga udah aku kirim ke grupchat. Kalau ada yang mau ditambah atau revisi lagi, bilang aja."Sementara April sibuk kembali dengan laptopnya—mengerjakan tugas lain—teman-teman sekelompoknya saling berterimakasih lantas meninggalkannya sendirian. Gadis itu sengaja memilih tempat yang paling sudut, tidak terlalu berisik, dan lumayan jauh dari pandangan orang-orang. Tetapi seperti biasa, ia masih tetap bisa menatap air mancur di dekat taman walau tidak terlalu dekat.Jam makan siang hampir berlalu, langit
Pertengahan November, 2021.Jari-jemari terkepal kuat di bawah meja, buku-bukunya bahkan sampai sampai memutih, dan urat-urat di tangannya juga kelihatan. Jika saja bukan karena alasan kesopanan, lelaki itu pasti akan langsung melayangkan tinju pada pria berjas hitam yang menyandang kepongahan itu. Namun, ia tak melakukannya. Sangat konyol melukai ayah sendiri sebagai alasan masuk penjara."Kamu nggak bisa balik semudah itu," ucapnya dingin, tak terbantahkan. Alih-alih memutar tumit, pria dengan setelan formal serba hijau itu memilih menatapi jendela kaca yang memamerkan langsung pemandangan gedung-gedung modern pencakar langit. "Papa, kan, udah bilang. Kamu nggak bakal balik kalau belum pegang perusahannya.""Tapi, Pa, aku nggak bisa," kata lelaki yang duduk
Awal Februari, 2022.Sepertinya waktu terlalu cepat berlalu ketika kita sibuk dengan masa kini, menata masa depan, dan sejenak melupakan sesuatu yang mungkin menghambat mimpi menjadi terwujud. Fira kembali mengingat, akhir tahun lalu sangat-sangat sibuk. Bahkan sama sekali tak sempat lagi duduk di kafetaria atau di depan kolam. Dia hanya bolak-balik perpustakaan untuk mempersiapkan ujian akhir semester.April juga sama. Kadang sahabatnya itu tidur ketika pagi hampir menjelang untuk membuat laporan-laporan mendadak. Mereka juga sempat beberapa kali begadang bersama hanya untuk mengerjakan tugas sampai pagi. Itu juga tidak langsung tidur karena ketika pagi harinya mereka melakukan ujian lagi. Menjadi kelelawar atau terjaga sampai tiga hari sepertinya memang akan jadi kebiasaan mereka kalau sudah menjelang penilai
Awal Februari, 2022.Terlalu panjang jarak yang diulur, terlalu sedikit kepekaan terhadap rasa yang sudah berumur, dan terlampau hangus kelopak kamboja yang telah berjamur. Terkadang manusia lupa atau bahkan sengaja tak ingat jika janji dahulu yang diutarakan dalam suka yang terlampau gembira, malah akan mendatangkan ingkar dengan sakit tak terkira.Zhafira Freya semestinya sadar, kepergian tanpa hubungan yang tetap terus dijalin melalui komunikasi jarak jauh sebenarnya sudah berakhir saat itu juga. Fira juga seharusnya sadar, jika Arya tidak pernah berusaha menghubunginya maka artinya lelaki itu sudah punya tempat pulang yang lain. Dan ketika pesan dari nomor tak dikenal itu diterima, Fira seharusnya tidak buru-buru memacu langkah ke bandara.Arya hanya ingin memamerkan kekasih barunya. Menjelaskan jika tidak ada hubungan lagi di antara mereka secara resmi.Dengan wajah yang masih banjir itu, tumitnya memutar. Meninggalkan tempa
can only wishI was the main character?I only side characterthat you won't see.[1]***Pertengahan Februari, 2022."Mungkin di bagian bawahdress-nya, kamu tambahin lengkungan lebih banyak lagi biar makin kental femininnya." Randi menggaruk dagunya. Sebentar kemudian ia menunjuk-nunjuk kertas putih bergambar pakaian wanita yang masih sketsa hitam putih di atas meja. "Terus bagian pinggangnya kayak lebih bagus dikasih pita panjang sama hiasan bunga-bunga kecil."Fira terdiam sembari memikirkan bagian-bagian yang ditunjuk lelaki itu. "Kamu yakin nanti bunganya nggak bakal bikin rame?" Dari kertas desain, ia beralih menatap Randi.