Home / Romansa / For Love Or Money / Alex's curiosity

Share

Alex's curiosity

Author: Veraazuera
last update Last Updated: 2021-03-17 23:47:38

Xandro kembali ke ruangannya. Meninggalkan Gresya yang masih terpaku di dalam ruangan pertemuan tadi. Meletakan berkas yang sedari tadi ia pegang diatas meja kerjanya tersebut.

Entah mengapa, raut wajah kekesalan Gresya atas pengakuannya,malah membuat dia menahan senyum di hadapan wanita itu. Dan Xandro menumpahkan senyuman yang di tahan sedari tadi, tepat saat ia mendarat duduk di kursi kerjanya. Seperti orang gila, tersenyum-senyum sendiri.

Seketika ia tersadar dari senyuman itu. Tangannya memeriksa jadwal yang mungkin saja akan melibatkan dia dan Gresya bertemu kembali. Dan sekali lagi ia merasa senang. Terlihat dari lengkungan bibir membentuk senyuman. Untuk hari ini ia rasa cukup berdebat dengan wanita itu.

Kalau boleh memilih, Xandro lebih senang berkerja dengan Tuan William. Dari pada bersama Gresya. Apa boleh buat, semua di putuskan oleh Tuan William. Dia menempatkan Xandro kepada perusahaan yang di kelola Gresya. Wanita yang berambisi labil. 

Akhir-akhir ini Xandro merasa, wanita itu berubah. Awal dia masuk di perusahaan ini, Gresya sangat acuh. Berbicara satu atau dua kata saja. Tetapi, sudah beberapa minggu ini dia lihat Gresya berbeda. Wanita itu banyak melempar senyum kepadanya. Bertanya yang tidak penting. Memang tentang pekerjaan. Namun, hal yang di tanyakan itu sudah sering Xandro jelaskan. Menjadi sekeretaris Gresya suatu hal yang membosankan bagi seorang, Xandro.

Apa lagi kejadian hari ini. Gresya memperlihatkan sikap aslinya. Membuat Xandro cukup terheran dengan perlakuan wanita itu. Berprilaku senonohnya. Kalau saja Gresya bukan atasannya, mungkin wanita itu sudah di caci maki oleh Xandro. Karena pada dasarnya, Xandro tergolong lelaki yang hanya mencintai satu wanita. Wanita itu ialah Venna. Wanita cantik, mandiri, lembut, manis...Ah, dia segalanya bagi Xandro.

Seketika lamunan Xandro buyar oleh kedatangan Alex-Rekan satu kerjanya. Xandro memutar tubuhnya dan mata menatap temannya itu.

"Kau...? tidak bisakah mengetuk pintu sebelum masuk? main menerobos saja!" sembur Xandro.

"Aku lagi malas basa-basi," ucap Alex sambil mendaratkan duduk dikursi, di hadapan Xandro."Tampaknya ada yang lagi bahagia!" sindirnya.

Alex Bramanta, berumur 27 tahun. Memilik alis tebal hitam tegak. Kulit sawo matang, postur tubuh di bawah Xandro berkisar 168 cm. Tetapi dia juga memliki tubuh bak roti sobek.

Lelaki itu hanya beda setahun dari Xandro. Sayangnya, wajah tampan lebih mendominasi Xandro. Jangan salah, Alex lebih banyak memiliki mantan dan pacar di luar sana. Benar kata orang, terkadang orang yang memiliki wajah pas-pasan, dia-lah banyak wanita. Hemm..mungkin perkataan itu cocok untuk Alex.

"Hum...setiap hari aku bahagia. Emang sepertimu! direndung masalah terus."Xandro memperbaiki duduknya." Makanya, jadi orang jangan kebanyakan gaya. Menyimpan wanita di mana-mana,"

Xandro tentu saja tahu, bagaimana kisah percintaan Alex. Hanya kepada Xandro ia terbuka tentang masalah pribadinya. Namun, tidak sedikit nasehat juga yang ia berikan kepada lelaki itu.

Ejekan Xandro, membuat Alex terpojok. Apa yang di ucapkan Xandro, memang benar adanya. Dia selalu di pusingkan oleh wanita. Ketika ia ketahuan memiliki wanita lain. Bukannya jerah atas masalah itu, Alex semakin menggilai prilaku konyol tersebut.

Apa boleh buat, wanita yang sesuai kriterianya juga belum ketemu. Dalam angan-angannya, dia ingin mendapatkan wanita seperti Venna. Bukan berarti Alex harus merebut Venna dari Xandro. Tidak...dia tidak seperti itu! 

Jika saja Venna memiliki kembaran dan memiliki sifat sama persis, mungkin Alex akan mendekatinya. Sangat mustahil itu terjadi. Walaupun kembar, tidak akan ada manusia berwatak yang sama. Karena manusia itu hanya memiliki rambut yang sama hitam, tetapi tidak dengan prilakunya.

"Kenapa, ha...? emang sepertimu, tunduk pada satu wanita,"sindir Alex, tidak mau kalah.

Xandro terkekeh."Kau hanya tidak tau saja, Lex! Bagaimana rasanya tunduk karena cinta dan sayang yang mendalam. Jika kau tahu itu, mungkin kau menyadari ucapanmu suatu hari nanti."

Alex terdiam. Matanya berputar disertai hembusan napas. Bahunya juga memberi respon dari rasa yang menyeruak dalam dadanya-Ikut melorot. "Entahlah, sampai sekarang hatiku belum di sentuh oleh cinta."

Dengan cepat disela oleh Xandro." Karena kau harus taubat dulu..."Xandro tertawa lebar."Hahahah..."

Alex menggeleng pelan kepalanya."Tapi tujuan utama ku kesini, bukan itu Xandro."

Xandro terus mendengarkan ucapan Alex. Tangnnya bergerak membalik-balik berkas serta mata yang memeperhatikan setiap bacaan di dalam berkas tersebut.

"Lalu..."

Bagi Xandro tidak ada yang menarik dari ucapan Alex setelah pembicaraan mereka tadi. Lantas apa salahnya, ia memeriksa berkas itu sambil mendengar perkataan yang akan di sampaikan oleh Alex.

Tatapan ringan kepada Xandro terus terurai dari manik mata Alex. Interogasi yang akan ia lakukan terhadap lelaki itu, mungkin tidak pertanyaan biasa. Sebab kali ini, topiknya sangat menarik perhatian Alex belakangan ini. "Semua ini menyangkut--"

Alex menghentikan ucapannya. Menimang-nimang apa benar dari yang terlihat oleh matanya. Atau hanya dia yang terlalu berambisi menarik kesimpulan?

Xandro belum juga mentap Alex. Lelaki itu masih sibuk dengan berkas-berkas itu. 

"Menyangkut? menyangkut apa, maksudmu? bicara yang benar!!"pinta Xandro.

"Nona Gresya..."Sahut Alex.

Mata Xandro teralih begitu saja dari berkas di tangannya. Saat nama "Gresya" di ucap oleh Alex. Menaikan tatapannya ke Alex, lelaki itu juga menatap ke arahnya. Dia harus bisa setenang mungkin di hadapan Alex. Sebab, lelaki itu sangat pandai membaca raut wajah seseorang. 

"Ada apa dengannya?" tanya Xandro enteng.

Alex menarik kursinya lebih mendekati meja kerja Xandro. Dengan badan menghuyun ke depan."Apa kau tidak melihat perubahannya, belakangan ini?"

"Apanya? berubah, menjadi apa dia?" Xandro mencoba tidak membuka terlebih dulu.

"Hai--"Alex berdecit."Sekali-kali kau harus memperhatikan wanita lain. Jangan hanya Venna yang kau lihat!!"

Alex merasa kesal. Lelaki di hadapannya itu, memang susah menangkap sinyal dari setiap ucapannya itu.

"Pertanyaanmu, tidak jelas," elak Xandro.

"Apa kau tidak lihat? jika Nona Gresya sikapnya berubah tergadapmu, bodoh!"

Xandro tersenyum tipis. Mengumpat dalam hati agar detak jantungnya tidak terdengar oleh Alex. Sebab, ia memang merasa tegang di sela pembicaraan mereka. 

"Bukannya bagus jika dia berubah. Apa kau lupa awal dia menjadi atasan kita di sini. Betapa cueknya wanita itu!"pangkas Xandro.

"Iya benar dia berubah..tapi semua itu terjadi hanya kepadamu, Xandro. Raut wajahnya berubah, hanya kepada kau saja!"

"Ha..."Xandro berucap." Itu hanya prasangka kau saja!"

Xandro kembali menaruh berkas itu di atas meja. Jari tangn Xandro saling bertaut di atas perutnya  Lalu menyandarkan punggungnya pada kursi.

"Sekali-kali kau harus memperhatikan sikap Nona Gresya. Mungkin nanti kau membenarkan ucapan, ku," Alex terus mengungkapkan pikirannya kepada Xandro.

'Tanpa kau beritahu, aku sudah melihat semuanya." Umpat Xandro dalam hati.

Xandro hanya mengangguk samar.

"Atau kau sudah mengetahuinya? hanya saja kau pura-pura tidak mengetahui semua itu? dan tergiur dengan pesona tubuhnya?" terka Alex. Cercaan pertanyaan itu terjabar di pikirannya.

"Jika kau tidak mau lagi dengan Venna, biar dia untukku saja!" sambungnya.

Alex menaikan satu alisnya. Tatapan Xandro seketika menajam ke arah Alex."Jangan asal bicara! sekali lagi kau berucap seperti itu akan aku patahkan lidahmu."

"Waoowww.. Takut!!" ejek Alex. Sebelum gelak tawanya berderai.

"Jika tidak ada hal yang penting yang ingin kau bicarakan lagi. Lebih baik kau keluar dari ruangan ku,"

Alex juga merasa tidak lagi ada yang ia bahas. Ia pun memlih menuruti ucapan Xandro." Baiklah...baiklah. Tolong kau kondisikan mukamu itu! aku hanya bercanda. Aku bukan sosok teman yang suka tikung teman."

Alek beranjak dari duduknya. Saat hendak keluar dari ruangan Xandro, langkahnya tertahan di depan pintu yang sudah terbuka." Ah ya...nanti aku pulang bersamamu, ya? sekali-sekali berbaik hatilah terhadapku. Ok!"

Tanpa menunggu jawaban Xandro, Alex kembali menutup pintu tersebut.

Xandro bergeming. Apa semua orang menyadari hal yang sama seperti Alex? orang lain punya mata dan telinga juga bukan? Dan pikiran untuk mencerna. Tidak menutup kemungkinan, mereka semua akan menyadari hal itu.

***

Xandro dan Alex telah berada di pakiran mereka hendak masuk. Namun, suara yang mengudara nama Xandro, menghentikan langkah mereka. 

Seorang wanita dengan tinggi semampai. Bodi yang aduhai, berjalan kearah mereka. Rambutnya yang tergerai, berayun mengikuti gerak tubuhnya. 

"Nona Gresya?" Alex menyuarakan nama wanita itu.

Senyum Alex begitu mengembang ke wanita itu. Tetapi, di abaikan begitu saja olehnya. Senyuman itu sebenarnya tertuju pada Xandro yang sama sekali tidak menoleh pandangan kepadanya.

Dengan percaya diri, Alex bertanya."Ada apa, Nona?"

Gresya tidak mengubris pertanyaan Alex. "Xan, nanti kau kirim lewat Email kepada ku, ya, Jangan lupa!"

"Hemm..." Xandro menyahutinya dengan deheman. Membuat Alex yang di sebelah Xandro menautkan alis.

Xandro masuk ke dalam mobil begitu saja. Menyisakan semilar angin melewati Gresya yang mendapat perlakuan dingin Xandro.

"Nona, kau mau pulang? apa sebaiknya aku antar? Aku siap jika dibutuhkan?" Alex menawarkan diri kepada Gresya.

Tanpa menjawab pertanyaan Alex, Gresya pergi dari sana. Baginya, tidak ada gunanya menangapi tawaran bodoh dari lelaki itu.

Membuat pria itu menggeleng kepala dengan tangan menggusar rambutnya. Ia di buat terperangah. Sikap Gresya jauh berbanding terbalik kepada Xandro. Tetapi di sini, Xandro yang tidak mengacuhkannya.

"Hai..kau mau pulang atau tidak?" seruan Xandro menyadarkan Alex dari lamunannya.

Ia pun bergegas masuk. Mobil Xandro bergerak membelah keramaian kota."Xan...aku heran ya, kenapa Gresya bersikap hangat padamu? kepadaku, ia ketus."

Xandro yang tengah mengemudi, mengangkat bahunya." Mana aku tahu. Kenapa kau tidak bertanya kepada dia langsung?!"

"Kau gila!! apa kau tidak lihat, aku di abaikan olehnya?

Seutas senyum Xandro menampakan deretan gigi nan rapi putih itu." Makanya, kau terlalu percaya diri."

"Menyebalkan!!"umpat Alex

Bersambung....

Related chapters

  • For Love Or Money   Fried Rice

    Saat hendak mengantarkan Alex, Xandro menghentikan mobilnya di dekat pedagang kaki lima. Pedagang dengan gerobak bertulisan nasi goreng. Membaca tulisan "nasi goreng" tentunya membuat Xandro teringat akan makanan kesukaan dari seorang wanita.Siapa lagi, wanita itu ialah Venna. Dia sangat menyukai menu makanan tersebut. Apalagi pedagang itu telah menjadi langganan Venna."Xan...kau mau ngapain? kenapa kita berhenti disini?" tanya Alex."Kau tidak lihat, tulisan itu?" jawab Xandro."Ah..aku tau, kau mau traktir aku makan?" Alex mendorong gagang pintu mobil."Ayo...kebetulan aku lapar.""Terserah kau saja!"Mereka pun keluar dari mobil. Mendekati pedagang kaki lima itu. Xandro dan Alex memesan makanan mereka. Tidak lama menunggu, pesanan telah di sajikan kehadapan mereka."Xan...kenapa lo mau sih, makan disini?" tanya Alex. Ucapannya sedikit di pelankan. Al

    Last Updated : 2021-03-19
  • For Love Or Money   Iunch

    Hari demi haripun berlalu begitu cepat. Semenjak kedatangan Pak Zainal di apartemen Venna. Semenjak itu Venna tidak lagi menutup komunikasi antara dia dan sang Papa. Ia sadar, tidak harus menjauhi Papanya. Jika jarak dia dan papanya semakin renggang akan lebih mudah bagi Sellin Karlina-mama sambung, memperngaruhi pikiran sang Papa. Bisa jadi harta menjadi incaran Sellin. Jadi, Venna memutuskan untuk membuang sedikit egoisnya. Demi menyelamatkan Papa dari cengkreman wanita itu.Dia membiarkan Papanya menyadari siapa wanita yang di sampingnya suatu saat ini. Yang terpenting, hubungan dia dan sang Papa baik-baik saja.Hari ini Venna telah mempunyai janji dengan sang Papa. Pak Zainal mengajak Venna untuk makan siang di luar tidak jauh dari kantornya. Sekarang Venna telah menuju ke sana. Meninggalkan Cafe yang di kendalikan oleh Gina.Sinar sang surya begitu terik menyinari alam semesta. Terjebak di kemacetan suatu hal yang s

    Last Updated : 2021-03-20
  • For Love Or Money   Chaotic atmosphere

    Siang itu, Xandro dan Gresya menghadiri meeting. Semenjak meeting itu di mulai, Xandro mencoba menjelaskan kepada kliennya, atas produk yang akan mereka luncurkan.Sepanjang penjelasan, klien mereka sangat mempusatkan perhatiannya pada materi yang di sampaikan oleh Xandro. Seolah semua yang di sampaikan lelaki itu dengan bahasa yang di gunakan Xandro juga tidak berbelit-belit. Memudahkan kliennya mengerti apa maksud dan tujuannya.Gresya yang berada tidak jauh dari Xandro, perhatiannya sedari tadi tersita oleh lelaki itu. Bukan dengan apa yang telah di sampaikan oleh lelaki itu, tetapi manik matanya sama sekali tidak beralih pada wajah tampan Xandro. Matanya berbinar-binar, lelaki yang di hadapannya itu, seorang sekretaris yang sangat handal. Di mata Gresya dia sangat berwibawa.Pantas saja Tuan William-Sang Papa, terus memuji dia sebagai sekretaris terbaik di perusahaan mereka. Berkat Xandro juga, perusahaan Tuan William berkembang

    Last Updated : 2021-03-22
  • For Love Or Money   Deruman Mesin

    Sebuah mobil sedan melesat di jalanan yang sepi kendaraan. Dengan kecepatan diatas rata-rata. Hingga meninggalkan deruman mesin yang membekas di pendengarnya.Sorotan mata tajam bak elang menyambar ke jalanan yang lurus. Ia tidak memikirkan apa yang akan terjadi padanya, jika tetap dalam kecepatan tinggi tersebut. Tidak terpikir olehnya, bahwa nyawa dia dalam bahaya. Dia sama sekali tidak memikirkan hal itu.Dia hanya memikirkan bagaimana rasa sakit yang menghujamnya sedari tadi bisa terurai. Jika dengan cara mengendarai dengan kecepatan tinggi bisa menghilang rasa yang tersulut sakit itu, kenapa tidak? Begitu-lah pikiran yang tidak lagi dapat disadarkan.Namun, seseorang yang melintasi jalanan itu, membuat wanita di dalam mobil tersebut terperanjak. Kedua bahunya ikut terangkat kemudian terhuyun seiring rasa terkejutnya dari lamunan itu tersadar.Tetapi karena ia mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi, mem

    Last Updated : 2021-03-22
  • For Love Or Money   Gresya Vs Xandro

    Sepasang kaki melangkah lebar kearah ruang Direktur Utama. Membawa beberapa lembar berkas yang hendak di tanda tangani. Kaki jenjang yang di tutupi oleh celana bahan, tampak pas di kenakan olehnya.Dengan langkah tegap, sorotan mata terkesan dingin berhenti di depan pintu ruangan tersebut. Tangannya bergerak mengetuk pintu ruangan itu. Hingga terdengar dari dalam sahutan menyuruh masuk.Tangan lelaki itu, yang tak lain Xandro bergerak mendorong gagang pintu. Hingga terdengar suara decitan dari pintu itu. Tampak seorang wanita duduk dengan nyaman di kursi kerjanya. Membelakangi Xandro yang kita telah di dekat meja kerjanya itu."Selamat pagi, Nona. Ada beberapa berkas yang harus anda tanda tangani. Dan satu jam lagi ada meeting penting dengan klien kita dari Australia." Kata Xandro.Manik matanya kepada sang Direktur belum juga lepas. Sebab, sang Direktur masih membelakangi Xandro. Dia masih bergeming. Hingga p

    Last Updated : 2021-03-24
  • For Love Or Money   Supermaket

    "Apa kau melihat, Xandro?" tanya Gresya kepada Alex. Setelah mereka sama-sama kembali ke kantor. Lelaki itu tidak menampakan lagi wujudnya. Sampai jam kantor telah usai.Sesaat membuat Alex mencerna pertanyaan Gresya. Raut wajahnya seperti orang menaruh kecurigaan terdalam kepada wanita itu."Hai, apa kau tidak mendengarkan ucapanku, ha?" hardik Gresya.Membuat Alex terkejut, kedua bahunya sontak terjingkrak. "Eh..hum, aku tidak melihatnya.""Mungkin--"Ucapan Alex terhenti. Saat Gresya meninggalkan dia tengah melanjutkan ucapannya. Wanita itu pergi hingga tubuhnya menghilang di balik lift yang ia masuki. Lift itu bergerak turun. Namun, Alex tidak mengetahui pasti, di lantai berapa yang menjadi tujuannya."Ah...benar-benar tidak sopan! hanya Xandro yang di tanya. Tanyaan aku sekali-kali, gitu!" Alex berdecit. Ia berkacak pinggang dengan netra berputar. Lalu melangkah pergi dari sana

    Last Updated : 2021-03-26
  • For Love Or Money   Hard-heradted Gina

    Setelah ke pergian Gresya, Venna melangkah pergi dari supermarket itu. Menuju mobilnya yang ada di seberang jalan. Dengan barang belanjaan di tangan sedari tadi ia pegang.Venna masuk ke mobil. Ia kembali melajukan mobilnya pada jalan yang kini ada genangan air. "Cantik juga ya, Atasan Xandro. Apa mungkin ia tidak bakalan suka? setiap hari mereka selalu bertemu dan dalam pekerjaan selalu terlibat. Tidak mungkin seorang lelaki, tidak akan jatuh cinta terhadap dia. Lelaki mana coba, yang tidak menyukai Nona Gresya. Secara...dia anak orang kaya, cantik, wanita karir." Gumam Venna."Iiiisshh..."Venna menepuk-nepuk pelan kepalanya dengan telapak tangan. Seakan ia tidak ingin berpikiran buruk terhadap Xandro. Lelaki itu cukup setia selama ini dan dia tahu itu."Mikir apa aku ini!!"***"Semuanya sudah beres 'kan? jangan sampai kita kelupaan sesuatu, Ve. Kau sudah mengunci pintunya?" tanya Gina. Wanita itu selalu cerewet ter

    Last Updated : 2021-04-08
  • For Love Or Money   Unusual heartbeat

    Sesampainya di apartemen, Venna menaruh cake itu di dapur. Mengeluarkan cake itu dari kotak lalu, memotong kue itu dan menaruh di atas piring.Dia sengaja membiarkan kue itu di atas meja makan. Mungkin saja, Gina merasakan lapar dan melahap kue itu untuk mengganjal perut.Sebab, wanita itu tengah duduk di balkon. Menatap sang langit ikut tak bercahaya di malam ini. Entah apa yang ada di pikiran wanita itu, yang pasti Venna tidak ingin mengganggu.Sepanjang perjalanan menuju apartemen, dia tidak sama sekali bersuara. Hanya tatapan sinis yang di dapati oleh Venna. Ketika ia memutar lagu pop itu.Dengan entengnya, Venna tak menghiraukan tatapan yang menghunus padanya. Tapi, Venna yakin, bahwa Gina masih terbelenggu atas kehadiran Fando.Venna melangkah ke kamar, tubuh yang berasa lengket oleh keringat, membuat dia tidak betah lagi untuk segera membersihkan. Mengayunkan kaki memasuki kamar mandi setelah mengambil handuk yang tergantung.Se

    Last Updated : 2021-04-09

Latest chapter

  • For Love Or Money   Arley Alexander

    Dalam hati yang begitu hancur, tangan Venna menggusar rambutnya. Membenamkan wajah pada kedua lututnya. Hati yang remuk redam membuat Venna tidak dalam pikiran jernih lagi. Selang infus yang tersemat di tangan, Venna mencabut dengan paksa. Kakinya bergegas turun dari tangga. Langkah yang terseok-seok, ia mencoba untuk keluar dari ruang rawat itu. Setelah berada diluar, Venna mencoba menelisik sekitar sana. Melihat keadaan sepi tanpa seorangpun yang lalu lalang, ia bergegas menjauh dari ruang rawatnya tersebut. Sangat berhati-hati, akhirnya Venna dapat juga keluar dari rumah sakit. Tidak tahu arah dan kemana tujuan Venna, ia hanya terus berlari di pinggir trotoar. Tubuh gemetar yang di rasakan Venna, membuat ia berhenti sejenak. Ia yang berada ditengah masyarakat tengah lalu lalang, Venna tidak memperdulikan tatapan penuh tanya dari orang lain yang tertuju untuknya. "Aku harus menemui Xandro. Aku yakin dia pasti masih sangat mencintaiku."

  • For Love Or Money   Ex-Lover

    Suara pendeteksi detak jantung dengan konstan berbunyi di ruangan sunyi, senyap. Dari bunyian mesin, menandakan jika di ruangan itu terdapat makhluk hidup sedang bernapas, berdetak. namun, matanya terpejam rapat. Ya, dia adalah Venna Marlinda.Venna belum sadarkan diri. Setelah dia ditemukan semalam, tergeletak di jalanan. Gina yang belum melihat tanda-tanda Venna pulang, ia mencemaskan sahabatnya itu. Ketika ia menghubungi Venna, namun teleponnya tidak ada jawaban. Begitu pula dengan nomer ponsel Xandro. Gina pun mencari keluar menggunakan taksi.Tidak jauh dari apartemennya, Gina melihat seorang wanita tergeletak di jalanan. Dari pakaian yang terlihat oleh Gina, tentu saja ia tahu kalau itu adalah sahabatnya.Gina membawa Venna langsung dengan taksi yang ia tumpangi tadi menuju rumah sakit terdekat.Gina terbangun saat bunyi pintu terbuka. Di balik pintu itu menampakan Papa Zainal. Sebelumnya, ia menghubungi Papa Zainal. Mengabari keadaan wanita i

  • For Love Or Money   Broken Heart

    Tidak dalam sepenuhnya sadar dari rasa kantuk semenjak tadi menggelayut manja di mata Venna, ia mencoba membalikkan badan. Nanar matanya, menangkap manik mata Xandro. Lelaki itu masih sama terdiam semenjak ucapannya mengudara.Udara yang mulai terasa dingin pada malam hari yang di taburi bintang di atas sana, sangat bercahaya terang. Sesuai dengan apa yang di rasakan oleh Venna. Perasaan yang sempat di buat bahagia oleh Xandro dan bagaikan di atas awan. Seketika terhenyak, jatuh serta remuk menahan sakit.Venna berharap dan meminta apa yang di dengar olehnya, tidak sebuah kenyataan. Mungkin saja ia salah, bisa jadi juga efek dari rasa kantuk yang ia rasa. Ingin sekali ia meminta tuli saat ini juga. Tapi, ia lebih baik memastikan dulu ucapan itu benar atau tidaknya."Boleh aku mendengarnya sekali lagi? Ah, tadi aku kurang menangkap ucapanmu sayang. Takutnya aku salah dengar." Tidak, ucapan Xandro tentu jelas terngiang di telinga Venna. Ia hanya beralasan se

  • For Love Or Money   Chinatown

    Mobil yang di jalankan Xandro membelah jalanan. Ada hal yang berbeda dari suasana di mobil kali ini. Xandro lebih banyak diam. Menampakan garis-garis halus di sela-sela alis yang di kerutkan itu. Tatapannya lurus ke depan. Namun, penuh sendu. Seperti banyak beban yang ia pikul.Venna sungguh di buat heran atas sikap kekasihnya itu. Baru seminggu ini dia tidak bertemu, sudah membuat Venna tidak mengenali sifat Xandro yang ia lihat hari ini."Sayang, kau kenapa?" Venna tidak bisa berdiam diri menanyakan keadaan lelaki itu.Tetapi seruan Venna, tidak membuat Xandro tersadar dari diamnya. Venna memegoyangkan bahu Xandro."Sayang ..."Xandro terjingkrak dari lamunannya. Hingga membuat bahunya ikut terangkat. Lalu menoleh pada Venna yang tengah menatapnya penuh rasa kekhawatiran.Xandro menggeleng samar. Ia mencoba menerbitkan senyuman di balik rasa gelagapan."Ti-tidak, A-aku tidak apa.""Kau yakin tidak apa?!" selidik Venna. Merasa kurang pe

  • For Love Or Money   First kiss

    Genap sudah satu minggu Xandro di rumah. Sekarang ia telah masuk kembali ke kantor, tanpa pengetahuan Gresya. Wanita itu tengah berada di luar kota. Semenjak kedatangannya ke rumah Xandro beberapa hari lalu.Sama-sama sibuk dengan pekerjaan masing-masing membuat hubungan Xandro dan Venna hanya komunikasi lewat pesan singkat. Selama itu juga Venna tidak mengetahui Xandro tidak bekerja.Drrrt...drrrt...Getaran ponsel terdengar riuh di atas meja kerja Xandro. Ia menoleh pada benda pipih yang menyala itu."Hallo," seru Xandro datar."Hay, sayang, maaf ya aku baru bisa menghubungimu. Aku rindu!" ucap Venna. Bibir yang cemberut dan wajah yang tiba-tiba sendu menggambarkan isi hatinya yang tengah memendam kerinduan mendalam pada sang kekasih."Kau tidak sibukkan hari ini? Gimana kalau kita jalan? Aku kebetulan lagi gak banyak pengunjung."Xandro mendengar, tapi raut wajahnya tidak menanggapi wanita itu. Sorotan matanya kosong memandang ke dep

  • For Love Or Money   Gresya's curiosity

    Hari demi hari terus berganti. Dan hari ini, sudah hari ketiga Xandro tidak masuk kerja. Menghabiskan waktu di rumah. Berdiam diri seraya mempulihkan kembali kesehatan. Istrirahatkan diri dari pekerjaan sementara waktu. Ya, itu yang di harapkan oleh Xandro. Tapi sayang, tubuhnya semakin terasa lelah. Darah yang mengalir di hidungnya masih saja keluar.Bahkan, kini berpengaruh pada nafsu makannya. Seharian ini, hanya tiga suap yang bisa ia telan. Bersyukur Pak Tio bisa masak. Dia yang membuat bubur untuk Xandro.Sudah tiga hari ini juga, Venna hanya bisa mengirimkan pesan pada Xandro. Dewi Fortuna tengah berpihak padanya. Cafe-Venna, sedang di padati pengunjung. Sehingga dia ikut langsung turun tangan melayani pengunjung.Tetapi, semua itu malah di syukuri oleh Xandro. Setidaknya ia tidak perlu berbohong pada Venna. Dia hanya istirahat yang cukup, serta minum obat yang di berikan Dokter Jino. Lelaki itu sebagai Dokter langganannya, meradang amarah. Ia sudah

  • For Love Or Money   You are the woman I Love You

    Pulang dari kantor, Xandro melajukan mobilnya menuju cafe Venna. Ia telah berjanji membawa wanita itu untuk nonton di sebuah bioskop.Sesampainya di cafe, wanita itu melempar senyuman pada Xandro. Kaki jenjang Venna mulai mengayun mendekati mobil lelaki itu."Maaf, lama membuatmu menunggu!" titah Xandro."Tidak apa! ayo kita berangkat, sayang!"Mobil pun kembali di lajukan oleh Xandro pada jalan beraspal itu. Sepanjang perjalanan, Venna mengikuti alunan lagu yang di putar. Sekali-kali ia melirik Venna dari kaca spion. Xandro ikut menerbitkan senyuman di raut wajahnya.Senyuman begitu mekar, perlahan menyurut. Perasaan gundah itu kembali menyentak dalam ingatan Xandro. Ia bahagia, bahagia melihat wanita yang dia cintai itu begitu nyaman di dekatnya.Apa bisa dia akan membuat kekasihnya selalu bahagia? Mengingat... Ah, rasanya tidak sanggup untuk membayangkan semua ini. Setidaknya, dia sebisa mungkin tidak akan melukai hati wanita

  • For Love Or Money   Former Blood

    Siang hari di kantor, Gresya melangkah lebar masuk dari parkiran menuju kantor. Setelah selesai meeting dengan klien di sebuah restauran. Melewati setiap karyawan yang ia lalui.Ia mengetahui bahwa Xandro masuk kerja hari ini. Setelah kemaren kesehatannya terganggu sampai harus di bawa kerumah sakit. Seharusnya lelaki itu di rumah, sampai ia benar-benar sehat. Dan itu membuat Gresya tidak menyangka, bahwa Xandro memaksakan diri untuk kembali bekerja.Rambut yang diikat ekor kuda itu, berayun mengikuti gerak tubuhnya. Berjalan bak model. High Heels yang ia kenakan saling berbenturan di lantai marmer.Setiap mata yang melihat wanita itu, menunduk seraya memberi hormat pada atasan. Begitu juga dengan Alex. Namun, pria itu tidak mengalihkan pandangannya. Dia terus mematri pergerakan wanita itu. Hingga hilang di balik pintu ruang Xandro yang di buka olehnya.Sesampainya Gresya di dalam ruangan Xandro, raut wajah lelaki itu tampak tegang

  • For Love Or Money   White paper

    Alex telah sampai di rumah sakit yang di sebutkan oleh Gresya lewat pesan itu. Memakirkan mobil di basement. Langkah lebar Alex kini memasuki rumah sakit. Ia langsung menuju meja resepsionis. Untuk menanyakan ruang dimana lelaki itu dirawat. Wanita itu tidak memberitahu di ruang mana lelaki itu berada."Permisi! Maaf, Nona, pasien atas nama Xandro julius diruang berapa, ya?" tanya Xandro kepada seorang wanita di meja resepsionis. Dengan seragam khas rumah sakit itu."Tunggu, sebentar!" wanita itu langsung mengecek daftar nama pasien yang masuk hari ini.Alex mengangguk tegas. Matanya masih mematri wanita cantik itu. Dengan wajah oval, mata bulat, hidung tinggi minimalis. Ah...dia benar-benar cantik."Tuan, pasien berada di lantai sembilan no 28," ucap wanita itu. Dahinya di buat mengerut melihat lelaki dihadapannya tidak berhenti tersenyum."Tuan..." Wanita dengan seragam rumah sakit itu melambaikan tangan di wajah Alex."Tuan, apa Anda baik-b

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status