Home / Romansa / For Love Or Money / Chaotic atmosphere

Share

Chaotic atmosphere

Author: Veraazuera
last update Last Updated: 2021-03-22 12:18:48

Siang itu, Xandro dan Gresya menghadiri meeting. Semenjak meeting itu di mulai, Xandro mencoba menjelaskan kepada kliennya, atas produk yang akan mereka luncurkan.

Sepanjang penjelasan, klien mereka sangat mempusatkan perhatiannya pada materi yang di sampaikan oleh Xandro. Seolah semua yang di sampaikan lelaki itu dengan bahasa yang di gunakan Xandro juga tidak berbelit-belit. Memudahkan kliennya mengerti apa maksud dan tujuannya.

Gresya yang berada tidak jauh dari Xandro, perhatiannya sedari tadi tersita oleh lelaki itu. Bukan dengan apa yang telah di sampaikan oleh lelaki itu, tetapi manik matanya sama sekali tidak beralih pada wajah tampan Xandro. Matanya berbinar-binar, lelaki yang di hadapannya itu, seorang sekretaris yang sangat handal. Di mata Gresya dia sangat berwibawa.

Pantas saja Tuan William-Sang Papa, terus memuji dia sebagai sekretaris terbaik di perusahaan mereka. Berkat Xandro juga, perusahaan Tuan William berkembang pesat.

Setelah Xandro berbicara panjang lebar di dalam pertemuan itu, semua orang di dalam sana bertepuk tangan, berdecak kagum. Senyuman mengembang hingga menampakan deretan gigi yang tersusun rapi.

Dan rasa kepuasan di lontarkan oleh klien mereka. Hingga kontrak kerja kembali mereka dapatkan. Di akhir pertemuan, mereka saling berjabat tangan.

"Kau sangat genius, Xandro. Aku tidak menyangka, kita lagi-lagi mendapatkan kontrak kerja," tutur Gresya.

"Bukan-kah lebih baik begitu?! semua ini akan menguntungkan perusahaanmu juga, bukan?" timpal Xandro.

"Hum...kau benar! bagaimana kita merayakan ini, Xandro?" Gresya melipat tangan di atas perut." Seperti...dinner gitu! Sebagai rasa ucapan terima kasihku, kepadamu. Ya...atas kinerjamu di perusahaan ini."

Xandro bergeming. Ia tampak menimang-nimang ucapan Gresya. Lalu mengangkat kepala untuk memandang wanita itu yang tengah tersenyum kepadanya."Hmm..mh, Baiklah! Aku terima tawaranmu!"

Gresya yang mendengar ucapan Xandro, bagaikan petasan yang meletus di langit dan menumpah kerlap-kerlip bermacam warna.

Matanya melebar disertai rasa bahagia yang meluap dari hati terkecil di dalam sana. Detak jantungnya berdebar tak karuan. Sensasi atas perkataan setuju Xandro, sangat menyeruak bagi seorang Gresya.

"Kau serius?" tanya Gresya memastikan. Matanya berbinar-binar.

"Hmm...iya!"Tanpa ragu Xandro mengangguk tegas.

"Ok...kalau begitu nanti aku kirim pesan kepadamu, dimana tempatnya nanti!" Gresya bersuara."Apa perlu aku jemput kau nanti?"

Dengan cepat di sanggah oleh Xandro."Tidak usah! kau kasih tau saja nanti dimana tempatnya. Dan aku akan datang."

'Ok...tidak masalah. Yang penting kita akan dinner nanti.' Batin Gresya.

"Hemm... ok!" Gresya menagngguk.

Menurut Xandro tidak ada lagi yang penting ia bicarakan, iapun keluar dari ruangan tersebut. Tanpa menolehkan lagi kepalanya kepada wanita itu.

Setelah ia berada di luar, tepatnya di depan pintu yang sudah di tutup kembali oleh Xandro. Ia tersenyum kecut. Terlihat dari satu sudut bibir terangkat ke atas. Sudut mata melirik kearah pintu ruangan tersebut. Kemudian ia pergi menjauh dari sana.

"Yes...Yes...Yes."

Gresya yang masih di dalam ruangan, ia melompat-lompat kecil. Tepukan pelan dari kedua telapak tangannya, menimbulkan suara kecil di ruangan tersebut.

Bersyukur tidak ada satupun orang di dalam sana. Yang melihat tingkah konyolnya. Kecuali...seorang lelaki yang memperhatikan tingkah konyolnya di balik layar CCTV. Ia terkekeh, tidak menyangka hanya sekedar mengucap "aku terima tawaranmu" membuat wanita itu terjingkrak-jingkrak. 

Saat sore telah kembali menyapa, Xandro telah sampai dirumahnya. Rumah yang di berikan oleh Tuan William. Sebagai bentuk terima kasihnya memajukan perusahaan. 

Rumah dua tingkat berkisaran 1 milyar itu hanya di huni oleh Xandro seorang. Bukan Tuan William tidak mampu membelikan Xandro rumah mewah dari itu. Namun, untuk apa bagi Xandro. Hanya dia seorang di dalam rumah besar itu. Ke dua orang tuanya telah meninggal saat kecelakaan maut menimpa mereka. Saat hendak menghadiri acara wisuda Xandro. 

Di balik rasa bahagia memakai toga, ternyata keadaan pilu menyertai di hari wisudanya tersebut. Hidup sebatang kara, beruntung dewi fortuna berpihak padanya. Ia di terima kerja di perusahaan Tuan William kala itu. Di saat ke suksesan menyertai hidupnya, namun ia tidak bisa membahagiakan orang tua yang terlah pergi selama-lamanya.

Dan memiliki jabatan sebagai sekretaris sudah beberapa tahun ini. Tentunya semua itu Venna sebagai wanita yang selama ini sebagai kekasih, ia tahu seluk beluk hidup Xandro.

Xandro menyandarkan tubuhnya pada badan kursi. Kepalanya mengadah ke atas dengan mata tertutup rapat. Rasa lelah yang menggelayuti tubuhnya begitu terasa. Hingga pejaman mata beberapa menit. 

Sore hari telah berganti gelapnya malam. Bersyukur malam ini begitu cerah. Banyak bintang menemani sang bulan untuk memancarkan cahayanya.

Seorang wanita tengah menghiasi wajahnya dengan make up terbilang mahal. Gaun sepanjang lutut yang ia kenakan berlebel branded. Sepatu high heels setinggi 7 cm. Jam termahal melingkar di pergelangan tangan. Rambut tergerai dengan bagian ujung ikal menggantung. Melengkapi penampilan Gresya malam ini. Untuk acara dinner yang telah ia janjikan siang tadi di kantor.

Gresya mematri dirinya di depan cermin. Memutar tubuhnya melihat penampilan sempurna itu. Ia merasa malam ini sangat perfect. Dia menganggap dirinya sangat cantik. Dia bahkan membayangkan juga, jika Xandro akan terhipnotis dwngan penampilannya malam ini. Setidaknya lelaki itu akan melihat ke arahnya malam ini.

"Aku yakin, kau akan mnyadari kecantikan aku, Xandro." Gresya bermonolog sendiri. Di selingi senyuman di hadapan cermin. 

Bak negeri dongeng, seolah ia juga bertanya pada cermin itu siapa yang paling cantik. Bertanya dan di jawab sendiri olehnya.

Saat Gresya merasa sudah waktunya mendekati jam sesuai perjanjian. Gresya melangkah keluar dari kamar. Setelah meraih tas kecil di atas tempat tidur.

Kaki Gresya menuruni setiap anak tangga dengan sangat hati-hati. Namun, masih juga menimbulkan bunyi di high heels yang ia kenakan.

Langkah Gresya terhenti tepat di ruang tamu. Saat Tuan William bersuara."Kau mau kemana, Gresya?"

Gresya tersenyum. Ia rasa Tuan William tidak akan melarangnya untuk keluar malam ini. Dengan menyebut nama Xandro saja, lelaki itu pasti tidak banyak ocehan terhadapnya.

"Aku dinner sama Xandro,pa. Sebagai rasa terima kasihku, berkat dia lagi-lagi aku mendapatkan kontrak." Ucap Gresya. Wajahnya seolah memohon agar di injinkan.

Tuan William bergeming. Menghentikan bacaan pada tulisan di koran yang ia pegang itu. Semenit kemudian, menurunkan koran tersebut dari pandangannya. Tangannya bergerak membenarkan kaca mata yang membantu ia melihat.

"Ya, sudah! setelah itu cepat oulang kembali!"

Gresya mengangguk semangat. Tidak henti-hentinya ia melempar senyum kebahagiaan itu."Hemm...aku akan oulang setelah selesai."

Gresya kembali melangkahkan kaki keluar dari rumah. Melangkah lebar menuju mobilnya yang masih berada di luar.

Sesampainya di sebuah restauran, Gresya turun dari mobil. Ia mengayunkan langkahnya masuk ke restauran. Memilih salah satu meja disana. Lalu menduduki kursi tersebut.

"Xandro, semoga kau benar-benar datang malam ini." Gumam Gresya.

Tidak lama kemudian seorang lelaki dengan pakaian jas yang membaluti tubuh dan kaki jenjang di tutupi celana bahan hitam, melangkah ke dalam restauran. 

Sayang-nya, Gresya tidak melihat itu. Ia malah menatap dirinya dari kaca kecil di tangan. Masih terfokus akan diri nan cantik rupa itu.

Hingga deheman dari seorang lelaki menyadarkan dia dari kegiatan yang konyol tersebut. Membuang pandangan matanya dari kaca yang iapegang, Gresya mengalihkan pada Xandro yang telah berdiri di hadapannya. Dengan begitu tampan rupawan. 

Siapa pun yang melihat lelaki itu, tentu saja terhipnotis seketika. Begitu juga yang di alami Gresya. Bibir yang terbuka dan mata yang menyorot akan kekaguman.

'Dia telah datang...dia dihadapan ku sekarang.' Batin Gresya.

"Sorry...aku datang terlambat," ucap Xandro. Suara kelaki itu mendayu indah di telinga Gresya.

"Tidak apa, aku juga baru sampai." Sahut Gresya dengan begitu manis.

Saat Gresya berdiri dari duduknya, hendak meraih tangan Xandro. Tiba-tiba seorang wanita tidak kalah cantik dari Gresya, bergelayut manja di lengan Xandro.

"Sayang..." Seruan Venna membuat suasan hening seketika. Semilir angin dingin melewati mereka.

Gresya terpaku membisu. Matanya bergantian menatap sepasang kekasih itu di hadapannya. Ia sesaat kehilangan udara untuk di hirup. Dengan raut wajah rasa terkejut. Rasanya ia ingin terhuyun dari getaran pedih yang mulai menelusup di sukmanya.

Xandro dapat melihat rasa kecewa di raut wajah Gresya. Sorotan mata yang tiba-tiba meredup dari cahaya yang sempat terang. Senyuman yang hendak ia pancarakan, di tahan  baik oleh Xandro. Setidaknya ia tidak ingin menambah suasana menegangkan bagi Gresya.

Tidak lama kemudian, suara Xandro memecah keheningan di antara mereka."Ah iya, Nona Gresya. Perkenalkan ini kekasih saya. Tidak masalahkan Nona, saya membawa kekasih saya untuk merayakan keberhasilan kita mendapat kontrak lagi? Hem..."

Bak di terkam sembilu tepat dihulu hati. Rasa sayatan tajam menggores perih. Lukanya tidak tampak, tapi perihnya sangat mencengkram kuat. Hingga getaran sakit itu menjalar ke seluruh tubuhnya. Saliva seakan tertahan, rasa tercekat di tenggorokan. Gresya mencoba untuk dalam keadaan baik-baik saja. Itu tidak mudah...sangat tidak mudah. Di saat hatinya bertolak belakang dengan sandiwara yang siap ia mainkan.

"Oh..hemm..ya,i-iya saya ti-tidak keberatan," ucapan Gresya terbata-bata. Lidahnya seketika kelu.

Venna melempar senyuman terbaiknya ke arah Gresya."Perkenalkan saya, Venna Marlinda, Kekasih Xandro." Venna mengulurkan tangan ke Gresya yang tengah mematung itu.

"A-aku, Gresya Zavinka, atasan Xandro." 

Gresya menyambut tangan Venna. Memaksakan senyuman di lengkungan bibirnya hadir. Lalu ia cepat menyamarkan kembali senyuman tersebut.

"Silahkan duduk!" tutur Gresya kemudian.

Xandro menarik kursi untuk di duduki Venna. Setiap pergerakan Xandro yang manis itu terpatri jelas di mata Gresya. Mata yang menatap sendu kepada ke dua insan itu.

Venna yang nampak begitu bahagia, seolah dia wanita yang sangat istimewa dalam hidup Xandro. Ia mendarat duduk di kursi yang di persilahkan oleh Xandro untuknya.

Tangan Gresya perlahan mengepal di bawah sana. Merapal mantra kekesalan atas apa yang di perbuat oleh Xandro terhadapnya.

Lelaki itu sengaja...ya, dia sangat sengaja. Merencanakan ini semua terhadap Gresya. Yang menaruh harap atas balas cinta yang tulus darinya. Berharap akan menjadi objek yang akan di lihat oleh Xandro malam ini. 

Tapi lihat, bagaimana lelaki itu mengahancurkan hayalan dari Gresya. Hayalan begitu tinggi ia terbangkan semenjak tadi siang di kantor. Sampai dia begitu semangat untk segera pulang, lalu mempersiapkan diri untuk tampil cantik.

Semuanya hancur...hancur begitu saja.!

'Cukup sekali ini saja,Xandro...cukup sekali ini saja kau mempermainkan aku. Tidak untuk selanjutnya. Kau lihat saja nanti! apa yang bisa aku perbuat!!' Batin Gresya. Amarahnya membara.

Bersambung...

Related chapters

  • For Love Or Money   Deruman Mesin

    Sebuah mobil sedan melesat di jalanan yang sepi kendaraan. Dengan kecepatan diatas rata-rata. Hingga meninggalkan deruman mesin yang membekas di pendengarnya.Sorotan mata tajam bak elang menyambar ke jalanan yang lurus. Ia tidak memikirkan apa yang akan terjadi padanya, jika tetap dalam kecepatan tinggi tersebut. Tidak terpikir olehnya, bahwa nyawa dia dalam bahaya. Dia sama sekali tidak memikirkan hal itu.Dia hanya memikirkan bagaimana rasa sakit yang menghujamnya sedari tadi bisa terurai. Jika dengan cara mengendarai dengan kecepatan tinggi bisa menghilang rasa yang tersulut sakit itu, kenapa tidak? Begitu-lah pikiran yang tidak lagi dapat disadarkan.Namun, seseorang yang melintasi jalanan itu, membuat wanita di dalam mobil tersebut terperanjak. Kedua bahunya ikut terangkat kemudian terhuyun seiring rasa terkejutnya dari lamunan itu tersadar.Tetapi karena ia mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi, mem

    Last Updated : 2021-03-22
  • For Love Or Money   Gresya Vs Xandro

    Sepasang kaki melangkah lebar kearah ruang Direktur Utama. Membawa beberapa lembar berkas yang hendak di tanda tangani. Kaki jenjang yang di tutupi oleh celana bahan, tampak pas di kenakan olehnya.Dengan langkah tegap, sorotan mata terkesan dingin berhenti di depan pintu ruangan tersebut. Tangannya bergerak mengetuk pintu ruangan itu. Hingga terdengar dari dalam sahutan menyuruh masuk.Tangan lelaki itu, yang tak lain Xandro bergerak mendorong gagang pintu. Hingga terdengar suara decitan dari pintu itu. Tampak seorang wanita duduk dengan nyaman di kursi kerjanya. Membelakangi Xandro yang kita telah di dekat meja kerjanya itu."Selamat pagi, Nona. Ada beberapa berkas yang harus anda tanda tangani. Dan satu jam lagi ada meeting penting dengan klien kita dari Australia." Kata Xandro.Manik matanya kepada sang Direktur belum juga lepas. Sebab, sang Direktur masih membelakangi Xandro. Dia masih bergeming. Hingga p

    Last Updated : 2021-03-24
  • For Love Or Money   Supermaket

    "Apa kau melihat, Xandro?" tanya Gresya kepada Alex. Setelah mereka sama-sama kembali ke kantor. Lelaki itu tidak menampakan lagi wujudnya. Sampai jam kantor telah usai.Sesaat membuat Alex mencerna pertanyaan Gresya. Raut wajahnya seperti orang menaruh kecurigaan terdalam kepada wanita itu."Hai, apa kau tidak mendengarkan ucapanku, ha?" hardik Gresya.Membuat Alex terkejut, kedua bahunya sontak terjingkrak. "Eh..hum, aku tidak melihatnya.""Mungkin--"Ucapan Alex terhenti. Saat Gresya meninggalkan dia tengah melanjutkan ucapannya. Wanita itu pergi hingga tubuhnya menghilang di balik lift yang ia masuki. Lift itu bergerak turun. Namun, Alex tidak mengetahui pasti, di lantai berapa yang menjadi tujuannya."Ah...benar-benar tidak sopan! hanya Xandro yang di tanya. Tanyaan aku sekali-kali, gitu!" Alex berdecit. Ia berkacak pinggang dengan netra berputar. Lalu melangkah pergi dari sana

    Last Updated : 2021-03-26
  • For Love Or Money   Hard-heradted Gina

    Setelah ke pergian Gresya, Venna melangkah pergi dari supermarket itu. Menuju mobilnya yang ada di seberang jalan. Dengan barang belanjaan di tangan sedari tadi ia pegang.Venna masuk ke mobil. Ia kembali melajukan mobilnya pada jalan yang kini ada genangan air. "Cantik juga ya, Atasan Xandro. Apa mungkin ia tidak bakalan suka? setiap hari mereka selalu bertemu dan dalam pekerjaan selalu terlibat. Tidak mungkin seorang lelaki, tidak akan jatuh cinta terhadap dia. Lelaki mana coba, yang tidak menyukai Nona Gresya. Secara...dia anak orang kaya, cantik, wanita karir." Gumam Venna."Iiiisshh..."Venna menepuk-nepuk pelan kepalanya dengan telapak tangan. Seakan ia tidak ingin berpikiran buruk terhadap Xandro. Lelaki itu cukup setia selama ini dan dia tahu itu."Mikir apa aku ini!!"***"Semuanya sudah beres 'kan? jangan sampai kita kelupaan sesuatu, Ve. Kau sudah mengunci pintunya?" tanya Gina. Wanita itu selalu cerewet ter

    Last Updated : 2021-04-08
  • For Love Or Money   Unusual heartbeat

    Sesampainya di apartemen, Venna menaruh cake itu di dapur. Mengeluarkan cake itu dari kotak lalu, memotong kue itu dan menaruh di atas piring.Dia sengaja membiarkan kue itu di atas meja makan. Mungkin saja, Gina merasakan lapar dan melahap kue itu untuk mengganjal perut.Sebab, wanita itu tengah duduk di balkon. Menatap sang langit ikut tak bercahaya di malam ini. Entah apa yang ada di pikiran wanita itu, yang pasti Venna tidak ingin mengganggu.Sepanjang perjalanan menuju apartemen, dia tidak sama sekali bersuara. Hanya tatapan sinis yang di dapati oleh Venna. Ketika ia memutar lagu pop itu.Dengan entengnya, Venna tak menghiraukan tatapan yang menghunus padanya. Tapi, Venna yakin, bahwa Gina masih terbelenggu atas kehadiran Fando.Venna melangkah ke kamar, tubuh yang berasa lengket oleh keringat, membuat dia tidak betah lagi untuk segera membersihkan. Mengayunkan kaki memasuki kamar mandi setelah mengambil handuk yang tergantung.Se

    Last Updated : 2021-04-09
  • For Love Or Money   Hospital

    Pagi ini, Xandro terburu-buru memberi laporan pada Gresya. Sebelum jadwal kemudian ada peninjauan proyek di suatu daerah. Langkah kaki Xandro terhenti tepat diruang wanita itu."Tok...tok..tok""Masuk!" ujar Gresya. Saat ia tengah membalikkan berkas-berkas di tangan.Ceklek..."Selamat pagi, Nona! ada berkas yang harus anda tanda tangani." Xandro memberikan berkas itu pada Gresya."Kau tidak perlu formal begitu, Xan! Khusus untukmu, panggil aku Gresya saja," tangan Gresya memberi ukiran di atas kertas tersebut. Namun, pandangannya masih tertunduk."Tidak!" bantah Xandro."Selama dikantor kau atasanku. Dan akan aku panggil nama mu saat berada diluar jam kerja.""Sepertinya, Anda terlalu nyaman berbicara dengan kekasih saya." Sambungnya.Mengingat ia sempat menghampiri Venna di cafe. Setelah mengambil mobil yang telah di perbaiki itu. Dan wanita itu mengatakan, bahwa dia bertemu dengan Gresya dipusat perbelanjaan. 

    Last Updated : 2021-04-10
  • For Love Or Money   White paper

    Alex telah sampai di rumah sakit yang di sebutkan oleh Gresya lewat pesan itu. Memakirkan mobil di basement. Langkah lebar Alex kini memasuki rumah sakit. Ia langsung menuju meja resepsionis. Untuk menanyakan ruang dimana lelaki itu dirawat. Wanita itu tidak memberitahu di ruang mana lelaki itu berada."Permisi! Maaf, Nona, pasien atas nama Xandro julius diruang berapa, ya?" tanya Xandro kepada seorang wanita di meja resepsionis. Dengan seragam khas rumah sakit itu."Tunggu, sebentar!" wanita itu langsung mengecek daftar nama pasien yang masuk hari ini.Alex mengangguk tegas. Matanya masih mematri wanita cantik itu. Dengan wajah oval, mata bulat, hidung tinggi minimalis. Ah...dia benar-benar cantik."Tuan, pasien berada di lantai sembilan no 28," ucap wanita itu. Dahinya di buat mengerut melihat lelaki dihadapannya tidak berhenti tersenyum."Tuan..." Wanita dengan seragam rumah sakit itu melambaikan tangan di wajah Alex."Tuan, apa Anda baik-b

    Last Updated : 2021-04-11
  • For Love Or Money   Former Blood

    Siang hari di kantor, Gresya melangkah lebar masuk dari parkiran menuju kantor. Setelah selesai meeting dengan klien di sebuah restauran. Melewati setiap karyawan yang ia lalui.Ia mengetahui bahwa Xandro masuk kerja hari ini. Setelah kemaren kesehatannya terganggu sampai harus di bawa kerumah sakit. Seharusnya lelaki itu di rumah, sampai ia benar-benar sehat. Dan itu membuat Gresya tidak menyangka, bahwa Xandro memaksakan diri untuk kembali bekerja.Rambut yang diikat ekor kuda itu, berayun mengikuti gerak tubuhnya. Berjalan bak model. High Heels yang ia kenakan saling berbenturan di lantai marmer.Setiap mata yang melihat wanita itu, menunduk seraya memberi hormat pada atasan. Begitu juga dengan Alex. Namun, pria itu tidak mengalihkan pandangannya. Dia terus mematri pergerakan wanita itu. Hingga hilang di balik pintu ruang Xandro yang di buka olehnya.Sesampainya Gresya di dalam ruangan Xandro, raut wajah lelaki itu tampak tegang

    Last Updated : 2021-04-13

Latest chapter

  • For Love Or Money   Arley Alexander

    Dalam hati yang begitu hancur, tangan Venna menggusar rambutnya. Membenamkan wajah pada kedua lututnya. Hati yang remuk redam membuat Venna tidak dalam pikiran jernih lagi. Selang infus yang tersemat di tangan, Venna mencabut dengan paksa. Kakinya bergegas turun dari tangga. Langkah yang terseok-seok, ia mencoba untuk keluar dari ruang rawat itu. Setelah berada diluar, Venna mencoba menelisik sekitar sana. Melihat keadaan sepi tanpa seorangpun yang lalu lalang, ia bergegas menjauh dari ruang rawatnya tersebut. Sangat berhati-hati, akhirnya Venna dapat juga keluar dari rumah sakit. Tidak tahu arah dan kemana tujuan Venna, ia hanya terus berlari di pinggir trotoar. Tubuh gemetar yang di rasakan Venna, membuat ia berhenti sejenak. Ia yang berada ditengah masyarakat tengah lalu lalang, Venna tidak memperdulikan tatapan penuh tanya dari orang lain yang tertuju untuknya. "Aku harus menemui Xandro. Aku yakin dia pasti masih sangat mencintaiku."

  • For Love Or Money   Ex-Lover

    Suara pendeteksi detak jantung dengan konstan berbunyi di ruangan sunyi, senyap. Dari bunyian mesin, menandakan jika di ruangan itu terdapat makhluk hidup sedang bernapas, berdetak. namun, matanya terpejam rapat. Ya, dia adalah Venna Marlinda.Venna belum sadarkan diri. Setelah dia ditemukan semalam, tergeletak di jalanan. Gina yang belum melihat tanda-tanda Venna pulang, ia mencemaskan sahabatnya itu. Ketika ia menghubungi Venna, namun teleponnya tidak ada jawaban. Begitu pula dengan nomer ponsel Xandro. Gina pun mencari keluar menggunakan taksi.Tidak jauh dari apartemennya, Gina melihat seorang wanita tergeletak di jalanan. Dari pakaian yang terlihat oleh Gina, tentu saja ia tahu kalau itu adalah sahabatnya.Gina membawa Venna langsung dengan taksi yang ia tumpangi tadi menuju rumah sakit terdekat.Gina terbangun saat bunyi pintu terbuka. Di balik pintu itu menampakan Papa Zainal. Sebelumnya, ia menghubungi Papa Zainal. Mengabari keadaan wanita i

  • For Love Or Money   Broken Heart

    Tidak dalam sepenuhnya sadar dari rasa kantuk semenjak tadi menggelayut manja di mata Venna, ia mencoba membalikkan badan. Nanar matanya, menangkap manik mata Xandro. Lelaki itu masih sama terdiam semenjak ucapannya mengudara.Udara yang mulai terasa dingin pada malam hari yang di taburi bintang di atas sana, sangat bercahaya terang. Sesuai dengan apa yang di rasakan oleh Venna. Perasaan yang sempat di buat bahagia oleh Xandro dan bagaikan di atas awan. Seketika terhenyak, jatuh serta remuk menahan sakit.Venna berharap dan meminta apa yang di dengar olehnya, tidak sebuah kenyataan. Mungkin saja ia salah, bisa jadi juga efek dari rasa kantuk yang ia rasa. Ingin sekali ia meminta tuli saat ini juga. Tapi, ia lebih baik memastikan dulu ucapan itu benar atau tidaknya."Boleh aku mendengarnya sekali lagi? Ah, tadi aku kurang menangkap ucapanmu sayang. Takutnya aku salah dengar." Tidak, ucapan Xandro tentu jelas terngiang di telinga Venna. Ia hanya beralasan se

  • For Love Or Money   Chinatown

    Mobil yang di jalankan Xandro membelah jalanan. Ada hal yang berbeda dari suasana di mobil kali ini. Xandro lebih banyak diam. Menampakan garis-garis halus di sela-sela alis yang di kerutkan itu. Tatapannya lurus ke depan. Namun, penuh sendu. Seperti banyak beban yang ia pikul.Venna sungguh di buat heran atas sikap kekasihnya itu. Baru seminggu ini dia tidak bertemu, sudah membuat Venna tidak mengenali sifat Xandro yang ia lihat hari ini."Sayang, kau kenapa?" Venna tidak bisa berdiam diri menanyakan keadaan lelaki itu.Tetapi seruan Venna, tidak membuat Xandro tersadar dari diamnya. Venna memegoyangkan bahu Xandro."Sayang ..."Xandro terjingkrak dari lamunannya. Hingga membuat bahunya ikut terangkat. Lalu menoleh pada Venna yang tengah menatapnya penuh rasa kekhawatiran.Xandro menggeleng samar. Ia mencoba menerbitkan senyuman di balik rasa gelagapan."Ti-tidak, A-aku tidak apa.""Kau yakin tidak apa?!" selidik Venna. Merasa kurang pe

  • For Love Or Money   First kiss

    Genap sudah satu minggu Xandro di rumah. Sekarang ia telah masuk kembali ke kantor, tanpa pengetahuan Gresya. Wanita itu tengah berada di luar kota. Semenjak kedatangannya ke rumah Xandro beberapa hari lalu.Sama-sama sibuk dengan pekerjaan masing-masing membuat hubungan Xandro dan Venna hanya komunikasi lewat pesan singkat. Selama itu juga Venna tidak mengetahui Xandro tidak bekerja.Drrrt...drrrt...Getaran ponsel terdengar riuh di atas meja kerja Xandro. Ia menoleh pada benda pipih yang menyala itu."Hallo," seru Xandro datar."Hay, sayang, maaf ya aku baru bisa menghubungimu. Aku rindu!" ucap Venna. Bibir yang cemberut dan wajah yang tiba-tiba sendu menggambarkan isi hatinya yang tengah memendam kerinduan mendalam pada sang kekasih."Kau tidak sibukkan hari ini? Gimana kalau kita jalan? Aku kebetulan lagi gak banyak pengunjung."Xandro mendengar, tapi raut wajahnya tidak menanggapi wanita itu. Sorotan matanya kosong memandang ke dep

  • For Love Or Money   Gresya's curiosity

    Hari demi hari terus berganti. Dan hari ini, sudah hari ketiga Xandro tidak masuk kerja. Menghabiskan waktu di rumah. Berdiam diri seraya mempulihkan kembali kesehatan. Istrirahatkan diri dari pekerjaan sementara waktu. Ya, itu yang di harapkan oleh Xandro. Tapi sayang, tubuhnya semakin terasa lelah. Darah yang mengalir di hidungnya masih saja keluar.Bahkan, kini berpengaruh pada nafsu makannya. Seharian ini, hanya tiga suap yang bisa ia telan. Bersyukur Pak Tio bisa masak. Dia yang membuat bubur untuk Xandro.Sudah tiga hari ini juga, Venna hanya bisa mengirimkan pesan pada Xandro. Dewi Fortuna tengah berpihak padanya. Cafe-Venna, sedang di padati pengunjung. Sehingga dia ikut langsung turun tangan melayani pengunjung.Tetapi, semua itu malah di syukuri oleh Xandro. Setidaknya ia tidak perlu berbohong pada Venna. Dia hanya istirahat yang cukup, serta minum obat yang di berikan Dokter Jino. Lelaki itu sebagai Dokter langganannya, meradang amarah. Ia sudah

  • For Love Or Money   You are the woman I Love You

    Pulang dari kantor, Xandro melajukan mobilnya menuju cafe Venna. Ia telah berjanji membawa wanita itu untuk nonton di sebuah bioskop.Sesampainya di cafe, wanita itu melempar senyuman pada Xandro. Kaki jenjang Venna mulai mengayun mendekati mobil lelaki itu."Maaf, lama membuatmu menunggu!" titah Xandro."Tidak apa! ayo kita berangkat, sayang!"Mobil pun kembali di lajukan oleh Xandro pada jalan beraspal itu. Sepanjang perjalanan, Venna mengikuti alunan lagu yang di putar. Sekali-kali ia melirik Venna dari kaca spion. Xandro ikut menerbitkan senyuman di raut wajahnya.Senyuman begitu mekar, perlahan menyurut. Perasaan gundah itu kembali menyentak dalam ingatan Xandro. Ia bahagia, bahagia melihat wanita yang dia cintai itu begitu nyaman di dekatnya.Apa bisa dia akan membuat kekasihnya selalu bahagia? Mengingat... Ah, rasanya tidak sanggup untuk membayangkan semua ini. Setidaknya, dia sebisa mungkin tidak akan melukai hati wanita

  • For Love Or Money   Former Blood

    Siang hari di kantor, Gresya melangkah lebar masuk dari parkiran menuju kantor. Setelah selesai meeting dengan klien di sebuah restauran. Melewati setiap karyawan yang ia lalui.Ia mengetahui bahwa Xandro masuk kerja hari ini. Setelah kemaren kesehatannya terganggu sampai harus di bawa kerumah sakit. Seharusnya lelaki itu di rumah, sampai ia benar-benar sehat. Dan itu membuat Gresya tidak menyangka, bahwa Xandro memaksakan diri untuk kembali bekerja.Rambut yang diikat ekor kuda itu, berayun mengikuti gerak tubuhnya. Berjalan bak model. High Heels yang ia kenakan saling berbenturan di lantai marmer.Setiap mata yang melihat wanita itu, menunduk seraya memberi hormat pada atasan. Begitu juga dengan Alex. Namun, pria itu tidak mengalihkan pandangannya. Dia terus mematri pergerakan wanita itu. Hingga hilang di balik pintu ruang Xandro yang di buka olehnya.Sesampainya Gresya di dalam ruangan Xandro, raut wajah lelaki itu tampak tegang

  • For Love Or Money   White paper

    Alex telah sampai di rumah sakit yang di sebutkan oleh Gresya lewat pesan itu. Memakirkan mobil di basement. Langkah lebar Alex kini memasuki rumah sakit. Ia langsung menuju meja resepsionis. Untuk menanyakan ruang dimana lelaki itu dirawat. Wanita itu tidak memberitahu di ruang mana lelaki itu berada."Permisi! Maaf, Nona, pasien atas nama Xandro julius diruang berapa, ya?" tanya Xandro kepada seorang wanita di meja resepsionis. Dengan seragam khas rumah sakit itu."Tunggu, sebentar!" wanita itu langsung mengecek daftar nama pasien yang masuk hari ini.Alex mengangguk tegas. Matanya masih mematri wanita cantik itu. Dengan wajah oval, mata bulat, hidung tinggi minimalis. Ah...dia benar-benar cantik."Tuan, pasien berada di lantai sembilan no 28," ucap wanita itu. Dahinya di buat mengerut melihat lelaki dihadapannya tidak berhenti tersenyum."Tuan..." Wanita dengan seragam rumah sakit itu melambaikan tangan di wajah Alex."Tuan, apa Anda baik-b

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status