Share

50.

Author: Demina07
last update Last Updated: 2021-10-27 22:57:13

           “Mama kawatir dengan kondisi Rengga pa. Bahkan dia tidak memperhatikan kondisinya sendiri,” Kata mama Winda sedih

            “Kita harus terus mendukungnya ma. Kita tahu, bahwa saat ini dia sangat membutuhkan kita,” Balas papa berusaha menenangkan mama.

            “Kata dokter Andre, kondisi Bella sudah stabil. Semoga dia segera sadar dari komanya pa,” ujar mama Winda sendu. Papa Gilang segera mendekap istrinya, yang prihatin akan kondisi putranya.

            Dari kejauhan, mereka mengawasi cucu-cucu mereka. Yang tengah bermain bersama dengan pengasuh mereka. Sedangkan ibu Bella, kini tengah memastikan kondisi cucu dan anaknya di pavilun melati.

          &nbs

Demina07

Hai-hai pembaca yang budiman. Masih ada yang setia menanti kelanjutan dari cerita ini kah? Aku turut senang, kalau kalian menikmati setiap alur dalam cerita ini. Mungkin akan ada banyak kekurangan di sana-sini. Maka dari itu, kalian bisa langsung komen di kolom yang sudah tersedia :). Enjoy guys

| Like
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • For Husband   51.

    POV Bella Setelah Mas Rengga hilang dibalik pintu. Selanjutnya Dokter Ani muncul, dengan senyum mengembang diwajahnya. Auranya begitu cerah, yang secara tidak langsung menular padaku. Sebelum Dokter Ani mencapai ranjang, terdengar tangisan dari salah satu bayi dalam box. Secara spontan aku berusaha bangun, yang langsung diintrupsi oleh dokter Ani. “Biar aku saja Bella, kamu tetaplah berbaring,” Dengan nada perintah di akhir kalimatnya. Membuatku kembali bebaring pasrah. Tubuhku rasanya masih lemas, setelah koma selama 7 hari. Dokter Ani kembali mendekat, bersama bayi dalam gendongannya. Lalu duduk tepat disisi kanan ranjangku. “Oh..dia bayi yang tampan Bella. Hah, rasanya aku ingin memili

    Last Updated : 2021-10-28
  • For Husband   52.

    POV Bella Anak-anak menerjangku dengan pelukan. Begitu bayi dalam gendonganku sudah berpindah tangan. Bahkan kata-kata papanya, tidak mereka hiraukan. Malah semakin mengeratkan pelukannya pada tubuhku. Aku membalas pelukan tersebut tak kalah erat. Dengan kecupan dipuncak kepala mereka, seraya mengusapnya bergantian. “Mama sudah selesai istirahatnya,” tanya Amira. Aku awalnya bingung, namun setelahnya aku tersenyum. Mendengar Aldo menanggapi pertanyaan Amira. “Karena kita sudah jadi anak yang baik. Makanya mama menyelesaikan istirahat dengan cepat,” balas Aldo antusias. Aku mengangguk, mengiyakan kata-kata Aldo yang begitu polos. Pasti Mas Rengga yang bilang pada mereka. Bahwa aku tengah istirahat hingga berhari-hari. Aku mengelus pipi cabi Aldo, yang semakin cab

    Last Updated : 2021-10-28
  • For Husband   53

    POV Bella. Sudah hampir 2 minggu aku melakukan pemulihan, dengan tetap memperhatikan anjuran Dokter Andre. Setiap kali aku ingin melakukan sesuatu. Sebisa mungkin dilakukan diranjang, tanpa harus berpindah tempat. Kecuali untuk panggilan alam. Mas Rengga selalu mengingatkan, agar menyusui bayi sambil rebahan saja. Sehingga kedua tanganku tak perlu menyangga tubuh mereka. Aku sangat bosan, hanya berada dikamar ini. Merasa tubuhku sudah lebih baik daripada hari-hari yang lalu. Setelah meminum obat yang diresepkan Dokter Andre. Walau memang masih agak lemas, tiap kali melangkahkan kaki. Selama itu pula, Mas Rengga selalu menemaniku. Terkadang anak-anak juga ikut tidur dikamar ini bersamaku.

    Last Updated : 2021-12-25
  • For Husband   54

    POV Rengga Menghela napas lega, setelah selesai melakukan pembahasan perihal problem di perusahaan cabang Suarabaya. Reno dan Ria sudah keluar dari ruangan. Meninggalkan bertumpuk dokumen yang perlu aku periksa dan tandatangani. Pembahasan tersebut lumayan memakan konsentrasi dan emosiku. Karena orang yang terlibat ternyata cukup banyak. Akan semakin menyita waktu, untuk proses penyelidikan. Menurut penjelasan Reno dalam kunjungannya kemarin ke Surabaya. Direktur belum mengetahui, bahwa ada yang tidak beres dalam arus dana perusahaan. Hah, aku rasa sudah saatnya memilih direktur baru, untuk menggantikannya. Ditengah proses berpikir tersebut, aku ingat kalau hari ini waktunya Andre mengontrol Bella ke rumah. Aku lirik jam, sudah menunjukkan lewat istirahat makan

    Last Updated : 2021-12-25
  • For Husband   55.

    POV Rengga Aku beranjak menuju ruang keluarga, untuk menemui Andre. Aku lihat dia tampak menerima telpon dari seseorang. Aku dudukan diriku berhadapan dengannya. Menunggu beberapa saat, sampai Andre selesai dengan telponnya. “Maaf Ga membuatmu menunggu.” Ucapnya seraya menyimpan ponsel ke atas meja. “Santai saja Dre.” balasku menampilkan wajah tenang. “Jadi mengenai kondisi Bella. Sudah baik, hanya harus tetap diperhatikan istirahat dan asupan makanan. Disamping untuk kebutuhan produksi asinya. Cek up lusa depan, untuk memastikan keseluruhan kondisinya. Nanti akan aku kabari lagi waktunya. Dan jangan lupa terus dampingi dia Ga.” aku mengangkat sebelah alis, melihatnya tampak berpikir lain

    Last Updated : 2021-12-25
  • For Husband   56.

    POV Rengga Aku sedang bersandar dikursi kebesaranku. Setelah meeting yang aku hadiri, membuat kepalaku sedikit pusing. Aku harus, setidaknya menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang sempat tertunda. Kemudian baru fokus ke Cabang perusahaan yang bermasalah. Kemarin Bella sudah melakukan cek up, seperti yang sudah diatur oleh Andre. Aku belum sempat membicarakan hasilnya secara mendalam dengan Andre. Karena banyak urusan kantor, yang begitu mendesak untuk diselesaikan lebih dulu. Aku lirik jam, masih menunjukkan setengah 1. Masih ada setengah jam, sebelum waktu makan siang selesai. Aku rasa cukup, untuk membicarakan hasil cek up Bella dengan Andre via telpon. Aku raih ponsel yang tergeletak di laci meja. Banyak pesan dari Bella yang aku balas lebih dahulu. Selanjutn

    Last Updated : 2021-12-26
  • For Husband   57.

    POV Rengga Aku pulang setelah selesai dengan pekerjaanku. Menyerahkan segala urusan kantor kepada Reno semntara waktu. Sampai aku kembali dari Surabaya. Sampai dirumah, aku jumpai suasana sepi. Lalu segera menuju ruang kerja. Ada beberapa dokumen yang harus aku selesaikan, untuk dibawa Ria besok pagi. Sedikit berkutat dengan berkas, membuatku lupa dengan waktu yang sudah menunjukkan jam 4 sore hari. Aku bereskan berkas, mengumpulkannya menjadi satu. Aku tandai setiap berkas, agar Ria mudah untuk memilahnya. Selesai dengan hal itu, aku beranjak keluar menuju kamar. Aku buka pintu perlahan, menemukan Bella yang masih terlelap. Aku alihkan pandangan, pada meja kecil dekat meja rias, yang terdapat bekas makan siang. Mendekat ke ranjang, lalu menekan tombol untuk memanggil

    Last Updated : 2021-12-26
  • For Husband   58.

    POV Rengga Aku masih terus bergerak cepat, hingga kami meraih klimaks bersama. “Ahkkkkk hhh Mas,” teriak Bella yang aku peluk dari belakang. “Hah, hhh nikmat sayang,” aku mengatur napas setelah klimaks yang luar biasa. Kami masih dalam keadaan yang menyatu. Sampai aku putar kran shower, membuat kami sama-sama basah oleh kucuran air. Kami menyelesaikan mandi lebih lama. Karena aku yang sudah tidak tahan menahan hasrat untuk berada didalamnya. Tubuh mulusnya selalu membuatku lupa diri. Setelah beberapa kali mengandung dan melahirkan, tidak tampak perubahan signifikan pada tubuhnya. Hanya beberapa bagian seperti panta

    Last Updated : 2021-12-27

Latest chapter

  • For Husband   74.

    POV Bella Pagi hari sebelum matahari menampakkan cahayanya. Mas Rengga sudah membangunkanku dengan cara kesukaannya. Berjalan pelan ke tepi pantai. Kami bertelanjang kaki menikmati air laut. Yang menjilat kaki kami seiring deburnya yang menepi. Lalu sedikit menjauh, duduk diatas pasir. Tanpa meminta, Mas Rengga sudah mengerti. Dengan menarikku perlahan untuk duduk dengan nyaman. Sweternya sudah membukus setengah badanku. Melindungi dari terpaan hawa dingin dipagi hari. Semalam, dengan telaten dia membereskan pakaian kami, ke dalam lemari yang sudah disediakan. Dan diluar dugaanku, dia bertahan tanpa menyentuhku. Walau setiap kali bersama, dia hampir lepas kendali. Posisiku begitu nyaman,

  • For Husband   73.

    POV Bella Hari selanjutnya, aku dikejutkan dengan kehadiran Dokter Brian saat makan siang. Mas Rengga juga memilih makan siang dirumah. Padahal jarak antara kantor kerumah ini, lebih jauh. Setelah berbincang santai dengan dokter Brian. Aku mulai paham, alasan kenapa dia datang. Bayangan yang memaksa hadir dalam pikiranku tersebut. Menjadi ketakutan tersendiri untukku. Setiap kali melihat ranjang dari sofa, yang berada bersebrangan. Selalu mengingatkanku, pada pesan Renita. Kemudian ulasan bayangan Rengga dan Renita. Bergumul dibawah selimut yang sama. Dengan tanpa satu helai kain yang menutupi tubuh mereka. Agaknya sering kali mengganggu pikiran dan mempengaruhi moodku. Selama sisa kami berad

  • For Husband   72.

    POV Rengga Andre datang setelah 15 menit kami menunggu. Aku silahkan dia memeriksa kondisi Bella, yang masih belum sadar. Aku was-was, menunggu hasil pemeriksaan Bella. Melihat raut wajah tenang Andre. Kini terasa tampak lebih mengkawatirkan. Dia sudah merapihkan alatnya, memasukkan kedalam tas. “Apakah Bella pernah punya riwayat gangguan kecemasan?” tanya Andre tenang. Pertanyaan Andre jelas tidak biasa. Mengingat Bella selalu tampak tenang, diam juga ceria. “Dia pernah mengalami sedikit trauma dibangku SMA Dok. Apakah ada hubungannya dengan keadaannya saat ini?” tanya Ibu cemas. Andre masih terlihat mengamati Bella yang belum sadar. “Sejauh ini. Itu diagnosa yang bisa saya berikan. Mung

  • For Husband   71.

    71 POV Bella Setelah perjalanan yang cukup lama. Karena dihadang kemacetan jakarta. Akhirnya kami sampai dikedai es krim. Yang biasa aku kunjungi bersama Mas Rengga. Dia membantuku turun dari mobil. Sedangkan kedua anak lelakiku, sudah gesit menarik kedua tanganku. “Hati-hati Aldo, Ares ingat kondisi Mama,” kata Mas Rengga dengan nada tegas. Aku usap kedua puncak kepala mereka. Berusaha mencairkan suasana, dengan senyuman lembut. Sedangkan Amira sudah digendong Mas Rengga, mengikuti dari arah belakang. “Papa hanya kawatir sayang,” ucapku menenangkan. Setelah kami sudah duduk didepan kedai.

  • For Husband   70.

    POV Rengga Dilorong menuju ruang praktek Andre. Aku lihat, Renita sudah mengirimkan nama ruangan, tempat Mamanya dirawat. Apakah tepat, jika aku mengajak Bella untuk ikut menjenguk Mamanya Renita. Aku baru saja dimaafkan. Aku tidak mau lagi diacuhkan oleh Bella. Batinku cemas. Aku berjalan menghampiri Bella, duduk disebelahnya. “Maaf ya lama,” kataku sebelum mencium keningnya. “Em Mas, jangan menciumku seenaknya seperti itu,” ujarnya. Sambil mengusap bekas ciumanku. Aku abaikan itu, biar saja semua orang melihat. Orang sekitar akan tahu. Jika wanita yang tengah minum air disebelahku ini, adalah istriku. Te

  • For Husband   69.

    POV Rengga Aku masih menggendong Arlan yang sempat rewel. Karena mulai tumbuh gigi, membuatnya tidak nyaman. Yang berakibat pada terpotongnya jam tidurku. Ayah sempat menengok ke kamar. Kemudian pergi, setelah mengetahui Arlan sudah ada dalam gendonganku. Beliau hanya tersenyum singkat. Lalu berlalu kembali ke kamarnya. Semenjak aku tak lagi menyentuh Bella, alias puasa diatas ranjang. Aku akan tertidur lebih malam dari biasanya, dan jarang sekali bisa nyenyak. Hal tersebut juga dikarenakan anak-anak. Yang mungkin terbangun dimalam hari. Jika ada sesuatu yang membuat mereka tidak nyaman. Setelah jam lewat tengah malam, Arlan baru terlelap. Aku kembali ke kamar, mendapati Bella yang tengah tertidur. Masih sambil menyusui Arga. Aku lihat putraku satu ini masih men

  • For Husband   68.

    POV Rengga Pagi ini aku merasa agak lega. Sebelum berangkat ke kantor, Bella ternyata masih memperhatikan penampilanku. Sudah beberapa hari ini, dia tak lagi menyiapkan setelan kantorku. Tetapi dari semua itu, dia masih peduli padaku. Walau tetap mengunci mulutnya. Hanya dengan berbicara pada orang lain saja. Aku dapat mendengarkan suaranya. Sebagai ganti ciuman, aku hanya puas dengan mengusap kepalanya. Aku sudah memesan rangkaian bunga mawar merah kesukaannya. Yang akan dikirimkan ke rumah. Aku harap dia dapat sedikit terkesan oleh perhatianku ini. Tidak banyak pertemuan hari ini. Jadi aku dapat langsung pulang. Setelah selesai berdiskusi bersama Reno. Mengenai beberapa file kerja sama yang harus aku pelajari.

  • For Husband   67.

    POV Bella Aku tengah berbaring, sambil menyusui Alex. Ketika Mas Rengga masuk kamar. Setelah beberapa saat lalu, aku dengar suara mobilnya berhenti. Setelah meletakkan tas kerjanya disofa. Dia mendekat, dengan seulas senyum dibibirnya. Selanjutnya mencium Alex, lalu beralih mencium keningku. Kehangatan memenuhi dada, saat dia mencium keningku lama. Seakaan melepas rindu diantara kami. Atau mungkin, hanya aku yang berpikir seperti itu. Karena seharian ini, pikiranku terus dipenuhi olehnya. Walau aku sudah berusaha mengalihkan pikiranku. Dengan lebih sibuk, mengurus anak-anak. Namun tak dapat dipungkiri, pikiranku masih tersita olehnya. Awalnya aku puas membuatnya berharap. Bahwa aku akan tetap mau dicium. Dan memberikan ciumanku, sebelum dia berangkat ke kantor. Aku ta

  • For Husband   66.

    POV Bella Akhirnya kami kembali ke Jakarta. Aku tidak sabar untuk berjumpa dengan anak-anak. Aku lihat jam dipergelangan tangan. Mungkin mereka masih disekolah saat ini. Hem, aku ingin memasakkan mereka makanan kesukaannya. Aku lihat Mas Rengga yang tidur di kursi depan. Dengan Arga yang juga lelap bersandar di dadanya. Dia seperti kurang tidur semalam. Karena dia berada diruang kerja, setelah selesai makan malam. Hem biar saja, aku memang sengaja mendiamkannya. Tidak aku hiraukan perkataan maafnya. Kali ini, aku tidak akan semudah itu memaafkannya. Dia harus diberi pelajaran. Supaya bisa mengendalikan keganasan burung besarnya itu. Seenaknya saja memperlakukanku. Dikira aku hamil besar seperti ini, karena perbuatan siapa. Aku akan membuatnya tersiksa lebih dala

DMCA.com Protection Status