POV Rengga
Pagi hari aku sudah bangun lebih dulu dan membersihkan diri. Aku sempatkan diri untuk menemui bibi. Agar dia sekalian memasak untuk sarapan. Karena aku yakin, Bella akan bangun sedikit terlambat. Karena pergulatan kami semalam.
Setelahnya aku kembali ke kamar utama. Melihatnya yang masih terlelap dalam selimut. Aku lepas kaosku, kemudian ikut bergabung disebelahnya. Aku posisikan lenganku sebagai bantalnya. Seperti mengerti, dia malah semakin merapat dan aku memeluknya. Sesekali kuelus perutnya yang menempel erat dengan perutku.
“Maafkan Papa ya sayang, yang kadang terlalu memaksa Mamamu,” Gumamku.
Aku kemudian mencium keningnya lama. Dia menggeliat, lalu kuamati dia mulai bangun. Sepertinya dia sudah sadar, deng
POV Rengga “Sini deketan biar Mas elusin. Mungkin mereka kangen sama Mas, kan tadi pagi belum dijenguk,” Kataku dengan nada menggoda. Aku membantunya merapat padaku. Lalu segera aku elus perut besarnya, agar bayi-bayiku tenang didalan sana. Saat terasa ada yang mengganjal, segera saja aku singkap gaunnya. Terlihat maternity belt menyangga perutnya dengan sempurna. Walau aku tak melarang. Namun aku tak suka ketika Bella menggunakan penyangga perut itu. Aku rasa adanya benda itu, hanya mempersempit ruang bayi-bayiku untuk bergerak. “Mas aku hanya menggunakannya saat keluar rumah,” katanya menatapku memberikan pengertian. “Iya aku tahu, sekarang dilepas ya biar Mas bantu,” perintahku t
POV Rengga “Sayang... kamu sudah bangun,” ucapku serak. Aku terduduk menatapnya yang masih memunggungiku. Aku lihat dia masih mengelusi perutnya. Membuat rasa bersalahku timbul menguasai pikiran dan hatiku. “Sayang..” aku usap lengannya. Masih berusaha mendapat perhatiannya. Aku lihat dia ingin bangkit. Langsung saja aku tata bantal dipunggungnya, agar dapat bersandar dengan nyaman. Kemudian dia menatapku dengan mata berkaca-kaca. “Sayang tolong jangan seperti ini,” kataku sendu. Aku usap air matanya yang jatuh. “Tolong jangan menangis, hukumlah aku semaumu,” pintaku sendu. Aku gerakkan tangannya untuk menampar dan
POV Bella Sesampainya di rumah, dia keluar lebih dulu. Kemudian membantuku turun dari mobil. Dia selalu memeluk pinggangku, ketika berjalan berjalan bersama seperti ini. Semenjak kehamilanku menginjak bulan ke-lima. Kami berdua, melangkah menuju kamar untuk membersihkan diri. Setelah aku selesai mandi. Sudah tersaji makan malam dimeja kecil serta dua bangku berhadapan. Walau agak bingung, namun Mas Rengga segera menuntunku. Duduk didepan meja dan mulai makan. Seperti biasa, setelah porsiku sendiri sudah habis. Dia menyuapiku dengan makanan yang ada piringnya. Meski sudah aku tolak, namun dia tetap memaksa. Aku hanya menurut untuk kebaikanku. . Tak terasa, kehamilanku sudah memasuk
POV Bella Mengatur nafasku yang masih tak beraturan. Karena permainan ranjang Mas Rengga. Aku hanya mengangguk. Ketika diingatkan, waktu yang mendekati jam makan siang. Dia sudah memakai celananya. Kemudian memijit punggungku perlahan. Selesai bercinta, dia selalu seperti ini. Mengelus perut, memijat punggung, bahkan kakiku. Dia yang membuatku pegal. Namun, dia juga yang meringankan rasa pegal tersebut. Walau awalnya dia bilang, ingin aku istirahat. Tetapi, aku juga tidak menolak. Saat hal tersebut hanya menjadi alibi, agar dia dapat bercinta denganku. “Aku siapkan dulu ya makan siangnya,” kataku. Aku perlahan bang
POV Bella “Sudah bangun sayang,” ucapnya, seraya memperbaiki letak bra-ku. Selanjutnya dia menata bantal, sebagai sandaran punggungku. Aku masih menatapnya dengan pandangan sayu. Lalu berpaling kearah nakas. Yang sudah tersaji potongan buah dan kudapan lainnya. Seketika perutku jadi lapar. Aku coba meraihnya. Tetapi Mas Rengga lebih dulu mengambilnya untukku. “Kalau ingin bilang, biar Mas yang ambilkan,” ujarnya. Kemudian dia mulai menyuapiku perlahan. Tanpa terasa, kudapan tersebut habis olehku. Mas Rengga memakluminya. Karena memang nafsu makanku yang bertambah, sejak mengandung. Dia memanggil bibi, untuk membereskan bekas kudapan tersebut. Lalu kembali mendekat, mencium pipiku.
POV Rengga Aku rangkul pinggangnya, menjaga agar tetap tegak dan seimbang. Berjalan perlahan menuruni anak tangga, sampai diruang keluarga. Melihat dia diruang kerja tadi. Membuat jantungku sudah berdetak dua kali lebih cepat. Takut sesuatu yang buruk akan terjadi, selama dia berjalan kemari. Walau raut wajahku biasa saja. Namun tidak dengan pikiranku, yang sudah kemana-mana. Dalam hati aku bersyukur, tidak ada hal buruk yang terjadi. “Ini dia pengantin baru kita Pa.., yang katanya gak mau diganggu waktunya,” ujar Mama meledekku. “Ma...” ucapku memeringati. Lalu terdengar tawa Mama dan Papa, yang berusaha menahan tawa. Aku tuntun dia duduk di sofa, tepat bersebelahan dengan Papa dan Mama.
POV Rengga Hari-hari selanjutnya berjalan seperti biasa. Sebelum hari kelahiran bayi-bayiku makin dekat. Aku selesaikan pekerjaan yang menumpuk, untuk beberapa hari kedepan. Sehingga aku dapat mengambil waktu libur lebih lama. Agar pekerjaan itu terselesaikan. Hampir satu minggu ini, aku habiskan waktuku diruang kerja. Sering kali Bella menyusul, hanya untuk mengingatkan jam makan. Dia tidak banyak bicara, ketika aku lebih sibuk dari hari biasa. Hanya dia akan tetap menungguku menyelesaikan pekerjaan dikamar. Walau seringkali aku temukan dia sudah tertidur pulas. Meskipun capek dan mengantuk, aku tetap menyempatkan diri. Untuk memijat punggung dan kakinya yang bengkak. Setelah pekerjaan benar-benar selesai, aku renggangkan badanku yang letih. Karena hampir sehar
POV Bella Setelah kunjungan orang tua kami ke rumah. Aku lihat Mas Rengga sibuk bekerja, hingga kadang lupa dengan jam makan. Aku tidak mau banyak bertanya. Yang nanti malah mengganggu fokusnya untuk bekerja. Sesekali aku datangi ruang kerjanya, untuk mengingatkan waktu makan. Walau kadang merasa sepi dan kesusahan. Karena sebelumnya, dia tidak pernah benar-benar meninggalkanku. Hampir satu minggu ini, aku terlelap tanpanya disisiku, dan bangun tanpanya. Aku pikir dia benar-benar sibuk. Pagi hari ini, aku lihat dia masih tertidur nyenyak di sampingku. Aku ulas senyum, mengusap rambutnya. Beberapa menit aku habiskan dengan memandangi wajahnya. Sebelum aku ketahuan olehnya. Lalu menciumku dengan liar. “Aku rindu padamu sayang,” katanya. Setelah melepas pagutan pan