Beranda / Lain / Fitnah dan Dendam / 2. Jangan Pasung Kakak!

Share

2. Jangan Pasung Kakak!

Penulis: Desi Fitriani
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Om, tolong jangan hukum, Kakakku. Semua orang tau bagaimana kondisi kakak, Nana mohon jangan hukum kakak, Om." Burhan menatap prihatin pada gadis kecil gemuk yang sedang memeluk kakinya tersebut.

Gadis kecil yang sering dipanggil penduduk dengan sebutan Nana itu sebenarnya seumuran dengan anak Burhan. Burhan berjongkok di depan Alina, ia memberikan penjelasan kepada Alina tentang apa yang akan terjadi pada kakaknya.

"Nana, mendobrak pintu orang yang sedang mandi itu salah atau tidak?" tanya Burhan.

Alina menatap Burhan, dengan air mata yang terus turun ia menganggukan kepala.

"Tapi semua orang tau kondisi kakakku seperti apa," ucap Alina.

"Iya, Om juga tau itu, Nak tapi kita perlu bertindak sebelum dia melakukan hal yang sama lagi. Om, harap kamu mengerti."

"Jangan pasung kakak, Om," lirih Alina yang membuat Burhan iba.

Burhan jadi membayangkan putrinya yang sedang memohon seperti ini, Burhan mengusap kepala Alina. Ia tersenyum pada Alina, lalu berkata, "om nggak akan memasung kakakmu, Nak. Om, Janji."

"Nana kenapa nangis? Lihatlah banyak orang di sini. Kita akan terkenal dan jadi artis, Na. Asikk, kita akan jadi artis," ucap Reza bertepuk tangan kesenangan melihat banyak orang berkumpul di depan rumahnya.

Burhan menunggu kedua orang tua Reza dan juga istrinya, mungkin istrinya kurang setuju dengan perubahan hukuman ini. Namun, apa boleh buat ia juga tak bisa mengingkari janjinya pada Alina.

"Pak Kades, ada apa ini? Kenapa, Pak Kades berkunjung? Apakah ada pembagian sembako?" tanya salah satu warga.

"Tidak ada pembagian bantuan dalam bentuk apapun, di sini saya hanya ingin menindak tegas Reza yang mulai meresahkan warga," ucap Burhan.

"Meresahkan bagaimana, Pak?" tanya salah satu ibu-ibu yang ikut berkumpul di sana.

"Ya, nanti akan saya jelaskan. Kita tunggu orang tuanya Reza dan istri saya dulu. Jadi, kalian harap bersabar, yang mau pulang silahkan dan yang mau menunggu juga tidak apa-apa," tegas Burhan.

Burhan menatap kerumunan tersebut, tidak ada yang berniat untuk pulang. Semua warga penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi pada Reza. Reza itu sebenarnya sangat tampan, ketika orang berkunjung mungkin akan terpesona dengan ketampanannya. Namun, banyak orang tertipu karena memang dia sedikit terganggu kejiwaannya, kalau orang desa bilang dia gila.

***

Semua sudah berkumpul, warga mulai menuntut untuk dijelaskan dengan apa yang sebenarnya terjadi. Sementara Reza sang tersangka utama kini asik melambaikan tangannya.

"Pak, cepetan ini ada apa sebenarnya?" tanya warga yang belum tau akan ada apa sebenarnya.

"Baik-baik, karena sudah berkumpul keluarga Reza dan Istri saya, maka akan saya mulai. Sebelumnya saya mohon maaf membuat kalian sudah menunggu, tapi tadi saya sudah meminta kalian pulang bagi yang mau dan satu lagi tidak ada yang meminta kalian berkumpul di sini. Kalian di sini atas kemauan kalian sendiri. Di sini sudah ada istri saya sebagai korban dan Reza sebagai pelaku. Sebelumnya semua orang sudah tau akan kekurangan Reza, semua warga juga memaklumi keadaannya. Di sini tidak ada yang keberatan dengan keberadaan Reza yang berkeliaran kemana, benar?" jelas Burhan kepada seluruh warga.

"Benar!" seru seluruh warga.

"Sekitar jam 10 tadi Reza datang ke rumah saya untuk meminta minum, saya mengambilkan minum tidak merasa keberatan juga saya. Namun, satu kejadian yang meresahkan, menjadikan istri saya korban. Reza ini mendobrak pintu kamar mandi kami yang posisinya istri saya sedang mandi. Dengan ini saya memutuskan untuk memasung Reza agar tak terjadi hal serupa," ucap Burhan dengan lantang.

"Wah meresahkan sekali, walaupun dia tidak waras mana boleh seperti itu."

"Hah, yang bener? Astaga mulai nggak boleh berkeliaran kalau begini."

"Udah pasung aja dia, Pak! Semua setuju kalau Reza di pasung takut kejadian ini terus berlanjut. Semua setuju kalau dia di pasung?" tanya seorang pemuda pada seluruh warga.

"Setuju!"

"Pasung, Pasung, Pasung," ucap seluruh warga.

Alina yang mendengar itu menatap Burhan dengan tak percaya, bukankah tadi ia sudah berjanji tidak memasung Reza? Alina menarik-narik baju Burhan, matanya melotot.

"Ingat, kau sudah berjanji padaku!" Alina memberikan kepalan tangannya sebagai bentuk ancaman.

"Harap tenang semuanya," ucap Burhan.

Semua warga kembali diam, sementara Reza mulai ketakutan karena ia sangat mengerti arti pasung itu apa. Ia berjongkok di belakang Alina, ia ingin berlindung di sana.

"Nana, aku takut. Aku takut," ucap Reza.

"Atas dasar kemanusiaan, saya memutuskan bahwa Reza tidak di hukum pasung. Namun, sebagai hukuman untuk menebus kesalahan ia akan tetap di hukum kurung dan di beri pemahaman bahwa hal yang dia lakukan salah! Reza akan di kurung di dalam gudang tidak terpakai di rumah kami selama 4 bulan, apa kalian setuju?" tanya Burhan.

Seorang warga mengangkat tangannya, "kalau setelah keluar dari hukuman tiba-tiba melakukan kesalahan yang sama? Apakah bapak siap bertanggung jawab?"

"Tenang, saya akan jadi penjamin Reza bila dia menyelesaikan masa hukumannya, saya janji tidak akan terjadi lagi hal seperti itu!" tutur Burhan.

"Kenapa tidak di pasung saja, Pa? Dia udah kelewatan sama mama loh!" ucap Bu Mirna.

"Di sini, Mama juga salah. Sebelum papa ke sini papa ngecek kamar mandi pintu nggak rusak, itu artinya mama nggak ngunci pintu kamar mandi pas mandi. Sepenuhnya ini bukan kesalahan Reza, dia mau buang air lalu pergi ke WC, salahnya di mana?" tanya Burhan.

"Papa, nggak percaya sama mama?" tanya Bu Mirna.

Burhan menarik nafasnya, cukup baginya jangan sampai ia dan istrinya ribut di sini. Keluarganya orang terpandang jangan sampai karena masalah ini citra keluarganya rusak.

"Om, jahat! Katanya nggak bakal ngehukum kak Reza!" teriak Alina.

Burhan duduk menyejajarkan badannya dengan Alina. Ia ingin memberikan penjelasan kalau ia sudah menepati janjinya pada gadis kecil tersebut.

"Nana, tadi om janji apa coba? Nggak melakukan hukuman pasung ke kakakmu. Sekarang om udah nepati janji 'kan?" tanya Burhan.

"Tapi kakakku nggak di siksa, Om?" tanya Alina.

"Nggak, Sayang. Om tetap memperlakukan kakakmu dengan baik, tetap diberi makan, diberi minum. Dia cuma dikurung doang tanpa di pasung, kok."

Alina tersenyum mendengar penjelasan dari Burhan, ia senang kakaknya tidak jadi di hukum pasung. Tiba-tiba Alina kembali cemberut, ia bingung bagaimana nanti kalau merindukan sang kakak.

"Kalau aku mau bertemu apa bisa, Om?" tanya Alina.

"Bisa, dong. Udah ah jangan cemberut kami tetap memberikan yang terbaik untuk kakakmu."

Sementara di sisi lain, Dewi menarik Mirna menjauh dari orang-orang. Ia ingin Reza di bebaskan karena menurutnya anaknya itu tidak bersalah.

"Bebaskan Reza atau semua orang akan tau kelakuanmu."

Bab terkait

  • Fitnah dan Dendam   3. Kalian Pembunuh

    Dewi sedang berkutat di dapur, tiba-tiba Alina datang membawa garam yang baru saja dibelinya di toko mbok Jum. Alina menyerahkan garam tersebut ke ibunya, ia menatap Dewi dengan ragu. Kenapa ibunya seperti tenang? Tidakkah ibunya rindu pada Reza? entahlah mungkin ibunya terlalu pandai menutupi rasa sedih."Bu, apa ibu tidak merindukan kakak?" tanya Alina sembari menarik-narik baju sang ibu."Rindu dan khawatir, tapi ibu berusaha percaya pada keluarga pak Burhan bahwa mereka akan merawat kakakmu. Kenapa? Apa kamu rindu dia? kalau kamu rindu silahkan kamu datangi dia," ucap Dewi.Alina menganggukkan kepalanya pertanda dia mengiyakan perkataan ibunya."Kemarin om Burhan bilang aku boleh mengunjungi kakak kapan saja, Bu," ucap Alina."Benarkah?" tanya Dewi."Iya, Bu. Emmm, boleh, 'kan?" tanya Alina.Dewi menatap putrinya, ia tersenyum. Dewi juga bersyukur mempunyai putri yang sangat menyayangi kakaknya meski Alina tau kalau

  • Fitnah dan Dendam   4. Terusir Dari Desa

    "Kalian Pembunuh!"Semua orang menatap ke arah Alina, termasuk Dewi dan Ujang. Tentu saja semua orang kebingungan sekaligus terkejut dengan sikap Alina yang tiba-tiba marah ini. Dada Alina naik turun sebagai pertanda ia sedang emosi. Namun, apalah daya semarah apapun dia tidak ada yang bisa dilakukan olehnya gadis kecil tersebut selain berteriak dan menangis."Ayah, Ibu, mereka pembunuh. Mereka membunuh kak Reza. Resta dan Restu bilang selama ia di kurung di gudang di kasih nasi basi, selama kakak di kurung ia di cambuk. Mereka membunuh kakakku, Yah, Bu! Mereka pembunuh!" ucap Alina bercucuran air mata.Dewi segera mendekap putrinya. Ia menatap Mirna dengan tatapan penuh benci, ia kira Mirna akan menjaga Reza setelah mendapat ancaman tersebut. Namun, semua itu salah. Sementara Burhan yang mendengar itu merasa sedikit takut kalau warga mempercayai kata-kata Alina. Burhan menatap Resta dan Restu yang sedang bermain, benarkah anaknya berkata demikian kepada A

  • Fitnah dan Dendam   5. Kembali Ke Desa

    13 Tahun KemudianSeorang gadis keluar dari toko kue kecil milik ibunya, ia tersenyum kepada setiap orang yang di temuinya di jalan. "Ibu kemana sih? Masa ninggalin aku di toko sendirian," ucap Alina.Alina mengambil handphone di sakunya kemudian mengotak atik ponselnya, kemudian menelepon kontak yang diberi nama "ibuku"Alina menempelkan handphonenya ke telinga meski belum tersambung, syukurnya telpon cepat tersambung."Hallo, Bu dimana?" "Udah di rumah, tadi habis beli bahan kue untuk besok ayahmu nelpon, katanya Keluarga pak Ibnu datang. Kamu cepat pulang juga ya, mereka mau nginap di sini katanya," ucap Dewi.Keluarga Pak Ibnu adalah orang yang sangat baik hati, awal pertemuan mereka saat Ujang sekeluarga terus berjalan tak punya tujuan, hingga mereka bertemu dengan Pak Ibnu. Keluarga Ibnu merasa prihatin dan iba dengan keadaan mereka pada waktu itu, ditambah Alina juga dalam keadaan panas tinggi. Dengan kemuliaan

  • Fitnah dan Dendam   6. Apa Mereka Mengenali Alina?

    Alina dan Raka mengucapkan terimakasih kepada warga tersebut, mereka juga memberikan sejumlah uang untuk bapak-bapak tersebut. Bapak tersebut langsung menolak uang itu, karena ia tulus membantu Alina dan Raka."Pak, ini diambil. Jika bapak tidak mengambil uang ini, kami tetap akan membuangnya," ucap Raka sambil memberikan empat lembar uang bewarna hijau tersebut."Tapi ini kebanyakan, Dik," ucap bapak-bapak tersebut."Udah, Pak ambil saja lagian daripada kakak saya membuang uang tersebut jadinya mubasir kan? Oh, iya kita belom kenalan loh, Pak. Masa udah bantu kami tapi kami belum tau nama bapak," ucap Alina."Oh, iya dik. Saya Mulyadi, orang di sini sering manggil saya Pak Didi atau Om Didi kebetulan kalau sore saya jadi ojek."Raka menyodorkan uang itu ke Mulyadi, akhirnya Mulyadi mengambil uang tersebut. Sebenarnya ia semenjak tadi sudah mau mengambil uang tersebut. Namun, ia merasa sungkan karena Alina dan Raka masih pendatang baru.

  • Fitnah dan Dendam   7. Rumah

    Restu mendekatkan wajahnya ke Alina. Mata mereka sempat terkunci sepersekian detik. Posisi mereka persis sekali seperti orang yang mau berciuman, menyadari posisinya dan Restu yang sangat tidak aman Alina segera menerjangkan Restu menggunakan kaki sehingga Restu jatuh terjengkang ke belakang. Namun, tanpa Alina sadari Ia secara tak sengaja mengenai sesuatu yang sangat berharga bagi restu. Yaitu milik Restu. Alina menutup mulutnya, bagaimana ini? Ia terlalu panik dengan keadaan mereka sehingga tidak bisa berpikir dalam melakukan tindakan."Kak Restu, Alin minta maaf. Sumpah itu nggak sengaja, ya ampun aku minta maaf banget, Kak," ucap Alina."Bodoh, kau tak tau rasanya. Sangat sakit gila! bisa-bisa kehilangan masa depan aku.""Alin, emang nggak tau rasanya, maaf, Kak. Lina benar benar minta maaf, itu tadi Lina refleks," ucap Alina bersungguh sungguh."Maka, akan kubuat kau tau rasanya, Alina!"Mendengar ancaman tersebut mata Alina membelalak bukankah itu tanda bahaya, ia merasa dirinya

  • Fitnah dan Dendam   8. Keanehan

    Restu mengerutkan keningnya. Sangat aneh perilaku orang kota ini. Apa benar hanya dengan melihat kuburan yang tak terurus mereka akan menangis? sangat berlebihan.Restu mendekati penduduk baru di kampung mereka. Restu memegang pundak Alina, akan tetapi dengan sigap Raka langsung melepaskan tangan milik Restu dari pundak Alina."Rumah ini sudah lama kosong. Dulu aku sering membersihkan makam ini secara diam-diam, tapi sekarang aku tak berani. Beberapa Minggu lalu ayah marah besar padaku karena membersihkannya."Alina menoleh ke Restu. Tangisnya yang sudah sedikit reda membuatnya fokus mendengarkan setiap kata yang keluar dari mulut restu. "Apa ini makam keluargamu?" tanya Alina berpura-pura tidak tau dengan makam yang saat ini di depannya."Bukan. Aku hanya merasa bersalah. Entahlah, menurutku dia melakukan hal tak sengaja lalu masyarakat menghakimi," ucap Restu."Aku jadi penasaran. Ada apa dengan dia," gerutu Alina.Restu tak menghiraukan perkataan Alina. ia segera menebas rumput ya

  • Fitnah dan Dendam   9. Mimpi

    Alina terlelap saat di tinggal oleh Marni. Dalam tidurnya Alina tak tenang. Entah apa yang dimimpikan gadis itu sehingga tidurnya tak tenang, berkali-kali ia mengubah posisi. Mungkinkah Alina kembali memimpikan kakaknya? tidak ada yang tau akan hal itu.Raka dan Restu yang saat itu menjaga Alina merasa khawatir. Restu takut Alina kelelahan akibat membersihkan rumah tadi, sementara Raka berusaha menetralisir kekhawatirannya. Saat ini ia mencari alasan yang tepat kalau Alina bangun dan Restu bertanya yang tidak-tidak."Kakak!" Alina langsung duduk. Ia Menangis sesegukan. Mimpi itu kembali menghantui Alina setelah sekian lama. Mungkinkah karena ia menginap di rumah ini?Raka buru-buru mendekati Alina dan memeluknya, guna melindungi Alina."Sst, aku di sini, Lin. Kamu nggak perlu takut kakak pergi, ada aku di sini, Lin."Alina mengumpulkan nyawanya. Ia membalas pelukan Raka, sementara Restu kebingungan dengan yang terjadi. Ada apa sebenarnya?Marni memasuki kamar. Ia sama terkejutnya mel

  • Fitnah dan Dendam   10. Kamera Tersembunyi

    Satu hari yang melelahkan. Rumah yang akan ditempati Alina sudah selesai dibersihkan, tetapi nampaknya banyak bagian yang mesti diperbaiki. Saat mereka masuk ke dalam rumah beberapa genteng sudah hancur, bahkan genteng bagian belakang pun sudah banyak yang hilang. Beberapa ibu-ibu yang suka bergosip tanpa dasar mengatakan kalau itu ulah Arwah Reza. Alina tersenyum miris saat mendengar arwah kakaknya bahkan masih dituduh melakukan hal-hal yang tidak mungkin. Alina jelas tau itu pasti perbuatan manusia, lagian untuk apa arwah mengambil genteng rumah? Nampaknya memang ada oknum yang sengaja memanfaatkan keadaan.Bukan hanya genteng yang menghilang, tetapi beberapa perabotan yang tertinggal pun habis semua. Seandainya Alina kembali ke desa sebagai Nana yang mereka kenal pasti ia sudah mengamuk karena banyak barang yang hilang. Berbeda dengan Alina. Raka yang memang tak mengetahui apa-apa hanya bersikap santai, baginya cukup ia menelepon orang tuanya dan barang-barang pun akan berdatanga

Bab terbaru

  • Fitnah dan Dendam   13. Pulang?

    Raka dan Alina berjalan jalan di desa. Mereka melihat dan mengobrol dengan para masyarakat. Kebanyakan Masyarakat di sini beranggapan Raka dan Alina adalah sepasang kekasih, ada juga yang beranggapan mereka adalah pasangan suami istri. Alina terkekeh kecil mendengar hal tersebut. Mereka tak berniat meluruskan ataupun membenarkan. "Ada suatu hal yang mau aku bicarakan sebenarnya, cuma aku ragu mengatakannya padamu. Kita nggak tau sebanyak apa CCTV di dalam sana," ucap Raka. Alina yang tadinya sibuk dengan pemikirannya sendiri kini mengalihkan perhatiannya pada Raka. "Apa?" tanya Alina. "Alin, dengarkan dulu tanpa memotong oke?" Alina mengangguk sebagai jawaban. "Kita disuruh pulang oleh aya--""APA!? TAPI KENAPA?" tanya Alina dengan nada tinggi.Raka menghela nafas. Padahal dirinya sudah memberitahu Alina untuk mendengarkan dahulu, tapi gadis ini malah memotong ucapannya. "Sudah kubilang dengarkan aku dulu, Alin!" seru Raka. Kadang Raka sedikit frustasi menghadapi Alina. Siap

  • Fitnah dan Dendam   12. Rencana Usaha

    Sepulang Alina, Raka, Juga Restu mereka segera mengistirahatkan diri. Mereka duduk di ruang keluarga, yang terlihat sangat lelah hanyalah Restu karena memang dia sebenarnya yang mengerjakan cucian baju ini. Alina yang menatap Restu merasa sedikit bersalah pada Restu. Raka menatap Restu juga.Raka menggeleng sejenak, ternyata ada ya pemuda lemah seperti Restu. Hanya mencuci saja dia kelelahan seperti orang mau mati. "Eh, kalian sudah pulang?" Ketiga insan itu Refleks menoleh. Ternyata itu Ibunya Restu. Mirna menatap Restu sekilas, di lihat dari lelahnya dan ada beberapa kemerahan di tangan Restu. Ibu Restu menghela nafas, anaknya pasti ikut membantu mencuci pakaian tersebut, dia sangat hapal dengan perangai Restu.Dia sangat senang jika memang benar anaknya ini ikut mencuci pakaian, karena sepanjang hidupnya belum pernah sekalipun Restu menyentuh cucian baju. Memang itu bukanlah tugas lelaki, tapi bila Restu menikah lalu Istrinya melahirkan maka Restulah yang harus melakukan pekerja

  • Fitnah dan Dendam   11. Sungai

    Alina segera mencari Raka juga Restu. Enak saja jika dirinya disuruh mencuci sedemikian banyaknya. Pakaian kotor keluarganya saja tak sebanyak ini jika Alina mencuci. Melihat Restu sedang bermain catur bersama, Alina segera mendekat. alina tak mau bila harus mencuci sendirian. "Kak Raka, Kak Restu, bisa bantuin Alina?" tanya Alina. mereka mengalihkan fokus pada Alina. Raka membulatkan matanya kala melihat cucian yang ada di tangan Alina. Banyak sekali!"Alin, itu seriusan cucian kamu?" tanya Restu. "Bukan, tapi punya kalian. Mesin cuci kalian rusak, jadi tolong antarkan aku ke sungai untuk mencuci baju baju ini."Restu tersenyum kecut. Berarti di sana ada pakaiannya juga? Entah kenapa tiba tiba Restu merasa sangat malu. "Baiklah, ayo ikuti aku Alin."Mereka berjalan ke arah sungai, jujur Alina sendiri sudah sangat tau letak sungainya di mana, tapi dia harus berpura pura tidak tahu untuk memanfaatkan Restu agar membantunya. Sampai ke sungai Alina tersenyum cerah. Sudah sangat jar

  • Fitnah dan Dendam   10. Kamera Tersembunyi

    Satu hari yang melelahkan. Rumah yang akan ditempati Alina sudah selesai dibersihkan, tetapi nampaknya banyak bagian yang mesti diperbaiki. Saat mereka masuk ke dalam rumah beberapa genteng sudah hancur, bahkan genteng bagian belakang pun sudah banyak yang hilang. Beberapa ibu-ibu yang suka bergosip tanpa dasar mengatakan kalau itu ulah Arwah Reza. Alina tersenyum miris saat mendengar arwah kakaknya bahkan masih dituduh melakukan hal-hal yang tidak mungkin. Alina jelas tau itu pasti perbuatan manusia, lagian untuk apa arwah mengambil genteng rumah? Nampaknya memang ada oknum yang sengaja memanfaatkan keadaan.Bukan hanya genteng yang menghilang, tetapi beberapa perabotan yang tertinggal pun habis semua. Seandainya Alina kembali ke desa sebagai Nana yang mereka kenal pasti ia sudah mengamuk karena banyak barang yang hilang. Berbeda dengan Alina. Raka yang memang tak mengetahui apa-apa hanya bersikap santai, baginya cukup ia menelepon orang tuanya dan barang-barang pun akan berdatanga

  • Fitnah dan Dendam   9. Mimpi

    Alina terlelap saat di tinggal oleh Marni. Dalam tidurnya Alina tak tenang. Entah apa yang dimimpikan gadis itu sehingga tidurnya tak tenang, berkali-kali ia mengubah posisi. Mungkinkah Alina kembali memimpikan kakaknya? tidak ada yang tau akan hal itu.Raka dan Restu yang saat itu menjaga Alina merasa khawatir. Restu takut Alina kelelahan akibat membersihkan rumah tadi, sementara Raka berusaha menetralisir kekhawatirannya. Saat ini ia mencari alasan yang tepat kalau Alina bangun dan Restu bertanya yang tidak-tidak."Kakak!" Alina langsung duduk. Ia Menangis sesegukan. Mimpi itu kembali menghantui Alina setelah sekian lama. Mungkinkah karena ia menginap di rumah ini?Raka buru-buru mendekati Alina dan memeluknya, guna melindungi Alina."Sst, aku di sini, Lin. Kamu nggak perlu takut kakak pergi, ada aku di sini, Lin."Alina mengumpulkan nyawanya. Ia membalas pelukan Raka, sementara Restu kebingungan dengan yang terjadi. Ada apa sebenarnya?Marni memasuki kamar. Ia sama terkejutnya mel

  • Fitnah dan Dendam   8. Keanehan

    Restu mengerutkan keningnya. Sangat aneh perilaku orang kota ini. Apa benar hanya dengan melihat kuburan yang tak terurus mereka akan menangis? sangat berlebihan.Restu mendekati penduduk baru di kampung mereka. Restu memegang pundak Alina, akan tetapi dengan sigap Raka langsung melepaskan tangan milik Restu dari pundak Alina."Rumah ini sudah lama kosong. Dulu aku sering membersihkan makam ini secara diam-diam, tapi sekarang aku tak berani. Beberapa Minggu lalu ayah marah besar padaku karena membersihkannya."Alina menoleh ke Restu. Tangisnya yang sudah sedikit reda membuatnya fokus mendengarkan setiap kata yang keluar dari mulut restu. "Apa ini makam keluargamu?" tanya Alina berpura-pura tidak tau dengan makam yang saat ini di depannya."Bukan. Aku hanya merasa bersalah. Entahlah, menurutku dia melakukan hal tak sengaja lalu masyarakat menghakimi," ucap Restu."Aku jadi penasaran. Ada apa dengan dia," gerutu Alina.Restu tak menghiraukan perkataan Alina. ia segera menebas rumput ya

  • Fitnah dan Dendam   7. Rumah

    Restu mendekatkan wajahnya ke Alina. Mata mereka sempat terkunci sepersekian detik. Posisi mereka persis sekali seperti orang yang mau berciuman, menyadari posisinya dan Restu yang sangat tidak aman Alina segera menerjangkan Restu menggunakan kaki sehingga Restu jatuh terjengkang ke belakang. Namun, tanpa Alina sadari Ia secara tak sengaja mengenai sesuatu yang sangat berharga bagi restu. Yaitu milik Restu. Alina menutup mulutnya, bagaimana ini? Ia terlalu panik dengan keadaan mereka sehingga tidak bisa berpikir dalam melakukan tindakan."Kak Restu, Alin minta maaf. Sumpah itu nggak sengaja, ya ampun aku minta maaf banget, Kak," ucap Alina."Bodoh, kau tak tau rasanya. Sangat sakit gila! bisa-bisa kehilangan masa depan aku.""Alin, emang nggak tau rasanya, maaf, Kak. Lina benar benar minta maaf, itu tadi Lina refleks," ucap Alina bersungguh sungguh."Maka, akan kubuat kau tau rasanya, Alina!"Mendengar ancaman tersebut mata Alina membelalak bukankah itu tanda bahaya, ia merasa dirinya

  • Fitnah dan Dendam   6. Apa Mereka Mengenali Alina?

    Alina dan Raka mengucapkan terimakasih kepada warga tersebut, mereka juga memberikan sejumlah uang untuk bapak-bapak tersebut. Bapak tersebut langsung menolak uang itu, karena ia tulus membantu Alina dan Raka."Pak, ini diambil. Jika bapak tidak mengambil uang ini, kami tetap akan membuangnya," ucap Raka sambil memberikan empat lembar uang bewarna hijau tersebut."Tapi ini kebanyakan, Dik," ucap bapak-bapak tersebut."Udah, Pak ambil saja lagian daripada kakak saya membuang uang tersebut jadinya mubasir kan? Oh, iya kita belom kenalan loh, Pak. Masa udah bantu kami tapi kami belum tau nama bapak," ucap Alina."Oh, iya dik. Saya Mulyadi, orang di sini sering manggil saya Pak Didi atau Om Didi kebetulan kalau sore saya jadi ojek."Raka menyodorkan uang itu ke Mulyadi, akhirnya Mulyadi mengambil uang tersebut. Sebenarnya ia semenjak tadi sudah mau mengambil uang tersebut. Namun, ia merasa sungkan karena Alina dan Raka masih pendatang baru.

  • Fitnah dan Dendam   5. Kembali Ke Desa

    13 Tahun KemudianSeorang gadis keluar dari toko kue kecil milik ibunya, ia tersenyum kepada setiap orang yang di temuinya di jalan. "Ibu kemana sih? Masa ninggalin aku di toko sendirian," ucap Alina.Alina mengambil handphone di sakunya kemudian mengotak atik ponselnya, kemudian menelepon kontak yang diberi nama "ibuku"Alina menempelkan handphonenya ke telinga meski belum tersambung, syukurnya telpon cepat tersambung."Hallo, Bu dimana?" "Udah di rumah, tadi habis beli bahan kue untuk besok ayahmu nelpon, katanya Keluarga pak Ibnu datang. Kamu cepat pulang juga ya, mereka mau nginap di sini katanya," ucap Dewi.Keluarga Pak Ibnu adalah orang yang sangat baik hati, awal pertemuan mereka saat Ujang sekeluarga terus berjalan tak punya tujuan, hingga mereka bertemu dengan Pak Ibnu. Keluarga Ibnu merasa prihatin dan iba dengan keadaan mereka pada waktu itu, ditambah Alina juga dalam keadaan panas tinggi. Dengan kemuliaan

DMCA.com Protection Status