Beranda / Lain / Fitnah dan Dendam / 5. Kembali Ke Desa

Share

5. Kembali Ke Desa

Penulis: Desi Fitriani
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

13 Tahun Kemudian

Seorang gadis keluar dari toko kue kecil milik ibunya, ia tersenyum kepada setiap orang yang di temuinya di jalan.

"Ibu kemana sih? Masa ninggalin aku di toko sendirian," ucap Alina.

Alina mengambil handphone di sakunya kemudian mengotak atik ponselnya, kemudian menelepon kontak yang diberi nama "ibuku"

Alina menempelkan handphonenya ke telinga meski belum tersambung, syukurnya telpon cepat tersambung.

"Hallo, Bu dimana?"

"Udah di rumah, tadi habis beli bahan kue untuk besok ayahmu nelpon, katanya Keluarga pak Ibnu datang. Kamu cepat pulang juga ya, mereka mau nginap di sini katanya," ucap Dewi.

Keluarga Pak Ibnu adalah orang yang sangat baik hati, awal pertemuan mereka saat Ujang sekeluarga terus berjalan tak punya tujuan, hingga mereka bertemu dengan Pak Ibnu. Keluarga Ibnu merasa prihatin dan iba dengan keadaan mereka pada waktu itu, ditambah Alina juga dalam keadaan panas tinggi. Dengan kemuliaan hati Ibnu membawa Alina pergi ke rumah sakit dan memberi mereka pekerjaan.

Awalnya Keluarga Ujang bekerja di keluarganya Ibnu. Ujang di pekerjakan sebagai tukang kebun dan Dewi sebagai asisten rumah tangga, jujur sebenarnya mereka tidak membutuhkan tenaga kerja di bagian tersebut tapi karena ingin membantu mereka akhirnya memberikan pekerjaan tersebut ke mereka. Beruntung Ibnu mempunyai beberapa usaha yang tak perlu bagi hasil, awalnya ia mau memperkerjakan mereka di tempat usahanya. Namun, mengingat mereka memiliki anak kecil akhirnya ia mengambil keputusan untuk memperkerjakan keluarga Ujang di rumah.

Dua tahun setelah itu Ibnu bertanya perihal tabungan keluarga Ujang, Ujang dengan senang hati menjawab yang sejujurnya. Melihat tabungan mereka yang sudah lumayan banyak, Ibnu memutuskan untuk mengajari Ujang membangun usaha. Ia meminta Ujang membuka usaha pecel lele, karena ia pernah merasakan pecel lele buatan Ujang sangat enak. Ikan lele yang diambil itu dari tambak ikan milik Ibnu, dengan kebaikan hatinya Ibnu menjual lele tersebut dengan setengah harga.

Sementara Dewi mulai diajak oleh Sasmita untuk berbisnis menjual kue, Sasmita yang memasarkan dan Dewi yang memasak kuenya, beruntungnya pesanan selalu ada.

***

"Assalamualaikum, Alin pulang," teriak Alina ketika tiba di rumah.

"Waallaikumsalam, Alin, Alin, Formalin."

Alina terkejut menatap pemuda yang saat ini muncul di hadapannya. Raka, anak dari keluarga Ibnu.

"Kak Raka! Kakak pulang?" tanya Alina.

"Nggak, ini masih di luar kota."

Alina tergelak mendengar penuturan Raka.

Alina masuk, ia segera menyalami Kedua orang tuanya, tidak lupa menyalami Ibnu dan Sasmita juga.

Alina bingung dengan kedatangan keluarga Ibnu. Mungkinkah akan terjadi adegan di novel-novel? Dimana keluarga dikumpulkan untuk menjodohkan anaknya? Astaga apa yang Alina pikirkan.

Alina memukul kepalanya sendiri.

"Lihatlah, Alin si stres. Dia memukul kepalanya sendiri karena memikirkan hal yang jorok," ucap Raka.

"Mana ada, jangan asal ya!" ucap Alina.

"Jangan kek anak kecil deh kalian."

Ternyata mereka datang karena Raka sedang pulang, Ibnu ingin semuanya pulang sebelum Raka kembali pergi ke jauh lagi. Waktu Raka sangat sedikit di rumah, ia lebih banyak waktu untuk pergi ke sana sini.

"Sebenarnya aku ingin misah tinggal, tapi aku mau tinggal di desa untuk membangun bisnisku sendiri. Aku rasa kalau di desa lebih banyak peluang di bandingkan kota. Lagipula kalau di desa belom banyak saingan deh, keknya, tapi aku bingung dimana desa yang mau kudatengi," ucap Raka tiba-tiba.

Alina termenung sesaat, sepertinya ini saatnya dia kembali ke desanya. Ia berpikir apakah benar ia harus kembali sekarang? Akankah warga mengenalinya jika ia kembali sekarang. Alina menatap tangannya, sepertinya tidak akan ada yang tau siapa dirinya jika kembali. Bukankah dulu ia adalah gadis hitam dan gendut? Sekarang ia sudah berubah, 'kan?

"Gimana kalau ke desa tempat tinggal kami dulu?" usul Alina.

Dewi dan Burhan menatap Alina tak percaya, benarkah anaknya mau meminta Raka ke sana?

"Sebaiknya jangan!" seru Burhan.

"Tapi, Yah mereka di sana usahanya dominan sawah. Untuk membeli ikan saja mereka harus menempuh perjalanan sangat jauh. Aku rasa besar peluangnya," ucap Alina.

"Boleh juga itu," ucap Raka.

"Tapi aku ikut kalau mau ke sana, boleh ya?" ucap Alina.

"Yakin mau ikut?" tanya Raka.

"Yakin, lagian kalau aku ikut, kak Raka bisa nempatin rumah kita dulu. Terus, biar aku jadi petunjuk arah di sana desanya kan luas tuh, aku takut, Kak Raka tersesat." ucap Alina.

Ujang menggaruk kepalanya, benar apa yang dikatakan anaknya, tapi dia khawatir kalau harus kembali ke sana.

"Baiklah, Ayah mengizinkan, tapi tolong menjauh dari keluarga Burhan. Jangan sampai kejadian kakakmu terulang lagi. Cukup kakakmu yang jadi korban jangan kamu dan Raka juga." Alina tersenyum senang mendengar izin dari ayahnya.

"Tapi ... itukan masih desa, tentunya pasti akan menjadi hal yang sangat tabu di mata mereka jika Alina dan Raka tinggal dalam satu atap, jadi apa yang perlu dilakukan? Apa perlu kita nikahkan mereka dulu?" tanya Sasmita.

"Sepertinya tidak perlu, kami datang ke sana nanti akan mengaku sebagai kakak beradik," ucap Alina.

"Benar kata Alin, lagian nggak kebayang kalau kami harus nikah," ucap Raka menimpali.

"Asal kalian nggak aneh-aneh saat di sana, oke aja sih ya?" tanya Ibnu.

"Intinya jangan macam-macam, jangan dekati keluarga Burhan karena mereka sangat licik," ucap Dewi.

Setelah persiapan yang begitu banyak akhirnya mereka berangkat ke desa tempat tinggal Alina sekeluarga dulu. Jalannya sangat jauh, sepanjang jalan mereka melewati hutan-hutan. Hingga tibalah mereka di desa tersebut, semua orang seperti terkejut melihat mobil mewah memasuki desa mereka karena di sana belum banyak yang memiliki mobil, motor pun hanya di miliki oleh orang-orang tertentu.

"Kak, kenapa melambat bukankah kita bisa langsung ke rumah pak Burhan untuk izin tinggal di sini?" tanya Alina.

Raka menyentil kepala Alina, tentu saja kalau mereka langsung ke sana Burhan akan curiga karena mereka bisa langsung tau rumahnya.

"Lin, mereka akan curiga. Lagian apa iya Burhan itu masih menjabat sebagai Kades?" tanya Raka.

"Iya, sih, tapi kemaren pas kami pergi beliau baru menjabat siapa tau dia ambil tiga periode gitu," ucap Alina.

"Udah, ah. Aku mau nanya dulu."

Raka membuka kaca mobilnya, lalu melihat seorang bapak-bapak sedang membawa karung yang entah apa isinya.

"Pak, mau tanya rumah Kades di sini dimana ya?" tanya Raka.

"Ada perlu apa ya, Dik?" tanya bapak-bapak tersebut.

"Kita mau tinggal di sini, Pak."

"Oh, ya udah kalau gitu saya antar aja ya?"

"Boleh, Pak."

Bapak-bapak itu masuk ke dalam mobil, ia memberikan komando pada Raka tentang jalan yang perlu di lewati. Bersyukur rumah Kades Burhan tak perlu masuk-masuk ke lorong jadi Raka dan Alina tak perlu jalan kaki.

"Ini udah sampai, Dik. Kalau Kades Burhan jam segini biasanya belum pulang, Dik palingan ada Bu Mirna," ucap bapak tersebut.

Bab terkait

  • Fitnah dan Dendam   6. Apa Mereka Mengenali Alina?

    Alina dan Raka mengucapkan terimakasih kepada warga tersebut, mereka juga memberikan sejumlah uang untuk bapak-bapak tersebut. Bapak tersebut langsung menolak uang itu, karena ia tulus membantu Alina dan Raka."Pak, ini diambil. Jika bapak tidak mengambil uang ini, kami tetap akan membuangnya," ucap Raka sambil memberikan empat lembar uang bewarna hijau tersebut."Tapi ini kebanyakan, Dik," ucap bapak-bapak tersebut."Udah, Pak ambil saja lagian daripada kakak saya membuang uang tersebut jadinya mubasir kan? Oh, iya kita belom kenalan loh, Pak. Masa udah bantu kami tapi kami belum tau nama bapak," ucap Alina."Oh, iya dik. Saya Mulyadi, orang di sini sering manggil saya Pak Didi atau Om Didi kebetulan kalau sore saya jadi ojek."Raka menyodorkan uang itu ke Mulyadi, akhirnya Mulyadi mengambil uang tersebut. Sebenarnya ia semenjak tadi sudah mau mengambil uang tersebut. Namun, ia merasa sungkan karena Alina dan Raka masih pendatang baru.

  • Fitnah dan Dendam   7. Rumah

    Restu mendekatkan wajahnya ke Alina. Mata mereka sempat terkunci sepersekian detik. Posisi mereka persis sekali seperti orang yang mau berciuman, menyadari posisinya dan Restu yang sangat tidak aman Alina segera menerjangkan Restu menggunakan kaki sehingga Restu jatuh terjengkang ke belakang. Namun, tanpa Alina sadari Ia secara tak sengaja mengenai sesuatu yang sangat berharga bagi restu. Yaitu milik Restu. Alina menutup mulutnya, bagaimana ini? Ia terlalu panik dengan keadaan mereka sehingga tidak bisa berpikir dalam melakukan tindakan."Kak Restu, Alin minta maaf. Sumpah itu nggak sengaja, ya ampun aku minta maaf banget, Kak," ucap Alina."Bodoh, kau tak tau rasanya. Sangat sakit gila! bisa-bisa kehilangan masa depan aku.""Alin, emang nggak tau rasanya, maaf, Kak. Lina benar benar minta maaf, itu tadi Lina refleks," ucap Alina bersungguh sungguh."Maka, akan kubuat kau tau rasanya, Alina!"Mendengar ancaman tersebut mata Alina membelalak bukankah itu tanda bahaya, ia merasa dirinya

  • Fitnah dan Dendam   8. Keanehan

    Restu mengerutkan keningnya. Sangat aneh perilaku orang kota ini. Apa benar hanya dengan melihat kuburan yang tak terurus mereka akan menangis? sangat berlebihan.Restu mendekati penduduk baru di kampung mereka. Restu memegang pundak Alina, akan tetapi dengan sigap Raka langsung melepaskan tangan milik Restu dari pundak Alina."Rumah ini sudah lama kosong. Dulu aku sering membersihkan makam ini secara diam-diam, tapi sekarang aku tak berani. Beberapa Minggu lalu ayah marah besar padaku karena membersihkannya."Alina menoleh ke Restu. Tangisnya yang sudah sedikit reda membuatnya fokus mendengarkan setiap kata yang keluar dari mulut restu. "Apa ini makam keluargamu?" tanya Alina berpura-pura tidak tau dengan makam yang saat ini di depannya."Bukan. Aku hanya merasa bersalah. Entahlah, menurutku dia melakukan hal tak sengaja lalu masyarakat menghakimi," ucap Restu."Aku jadi penasaran. Ada apa dengan dia," gerutu Alina.Restu tak menghiraukan perkataan Alina. ia segera menebas rumput ya

  • Fitnah dan Dendam   9. Mimpi

    Alina terlelap saat di tinggal oleh Marni. Dalam tidurnya Alina tak tenang. Entah apa yang dimimpikan gadis itu sehingga tidurnya tak tenang, berkali-kali ia mengubah posisi. Mungkinkah Alina kembali memimpikan kakaknya? tidak ada yang tau akan hal itu.Raka dan Restu yang saat itu menjaga Alina merasa khawatir. Restu takut Alina kelelahan akibat membersihkan rumah tadi, sementara Raka berusaha menetralisir kekhawatirannya. Saat ini ia mencari alasan yang tepat kalau Alina bangun dan Restu bertanya yang tidak-tidak."Kakak!" Alina langsung duduk. Ia Menangis sesegukan. Mimpi itu kembali menghantui Alina setelah sekian lama. Mungkinkah karena ia menginap di rumah ini?Raka buru-buru mendekati Alina dan memeluknya, guna melindungi Alina."Sst, aku di sini, Lin. Kamu nggak perlu takut kakak pergi, ada aku di sini, Lin."Alina mengumpulkan nyawanya. Ia membalas pelukan Raka, sementara Restu kebingungan dengan yang terjadi. Ada apa sebenarnya?Marni memasuki kamar. Ia sama terkejutnya mel

  • Fitnah dan Dendam   10. Kamera Tersembunyi

    Satu hari yang melelahkan. Rumah yang akan ditempati Alina sudah selesai dibersihkan, tetapi nampaknya banyak bagian yang mesti diperbaiki. Saat mereka masuk ke dalam rumah beberapa genteng sudah hancur, bahkan genteng bagian belakang pun sudah banyak yang hilang. Beberapa ibu-ibu yang suka bergosip tanpa dasar mengatakan kalau itu ulah Arwah Reza. Alina tersenyum miris saat mendengar arwah kakaknya bahkan masih dituduh melakukan hal-hal yang tidak mungkin. Alina jelas tau itu pasti perbuatan manusia, lagian untuk apa arwah mengambil genteng rumah? Nampaknya memang ada oknum yang sengaja memanfaatkan keadaan.Bukan hanya genteng yang menghilang, tetapi beberapa perabotan yang tertinggal pun habis semua. Seandainya Alina kembali ke desa sebagai Nana yang mereka kenal pasti ia sudah mengamuk karena banyak barang yang hilang. Berbeda dengan Alina. Raka yang memang tak mengetahui apa-apa hanya bersikap santai, baginya cukup ia menelepon orang tuanya dan barang-barang pun akan berdatanga

  • Fitnah dan Dendam   11. Sungai

    Alina segera mencari Raka juga Restu. Enak saja jika dirinya disuruh mencuci sedemikian banyaknya. Pakaian kotor keluarganya saja tak sebanyak ini jika Alina mencuci. Melihat Restu sedang bermain catur bersama, Alina segera mendekat. alina tak mau bila harus mencuci sendirian. "Kak Raka, Kak Restu, bisa bantuin Alina?" tanya Alina. mereka mengalihkan fokus pada Alina. Raka membulatkan matanya kala melihat cucian yang ada di tangan Alina. Banyak sekali!"Alin, itu seriusan cucian kamu?" tanya Restu. "Bukan, tapi punya kalian. Mesin cuci kalian rusak, jadi tolong antarkan aku ke sungai untuk mencuci baju baju ini."Restu tersenyum kecut. Berarti di sana ada pakaiannya juga? Entah kenapa tiba tiba Restu merasa sangat malu. "Baiklah, ayo ikuti aku Alin."Mereka berjalan ke arah sungai, jujur Alina sendiri sudah sangat tau letak sungainya di mana, tapi dia harus berpura pura tidak tahu untuk memanfaatkan Restu agar membantunya. Sampai ke sungai Alina tersenyum cerah. Sudah sangat jar

  • Fitnah dan Dendam   12. Rencana Usaha

    Sepulang Alina, Raka, Juga Restu mereka segera mengistirahatkan diri. Mereka duduk di ruang keluarga, yang terlihat sangat lelah hanyalah Restu karena memang dia sebenarnya yang mengerjakan cucian baju ini. Alina yang menatap Restu merasa sedikit bersalah pada Restu. Raka menatap Restu juga.Raka menggeleng sejenak, ternyata ada ya pemuda lemah seperti Restu. Hanya mencuci saja dia kelelahan seperti orang mau mati. "Eh, kalian sudah pulang?" Ketiga insan itu Refleks menoleh. Ternyata itu Ibunya Restu. Mirna menatap Restu sekilas, di lihat dari lelahnya dan ada beberapa kemerahan di tangan Restu. Ibu Restu menghela nafas, anaknya pasti ikut membantu mencuci pakaian tersebut, dia sangat hapal dengan perangai Restu.Dia sangat senang jika memang benar anaknya ini ikut mencuci pakaian, karena sepanjang hidupnya belum pernah sekalipun Restu menyentuh cucian baju. Memang itu bukanlah tugas lelaki, tapi bila Restu menikah lalu Istrinya melahirkan maka Restulah yang harus melakukan pekerja

  • Fitnah dan Dendam   13. Pulang?

    Raka dan Alina berjalan jalan di desa. Mereka melihat dan mengobrol dengan para masyarakat. Kebanyakan Masyarakat di sini beranggapan Raka dan Alina adalah sepasang kekasih, ada juga yang beranggapan mereka adalah pasangan suami istri. Alina terkekeh kecil mendengar hal tersebut. Mereka tak berniat meluruskan ataupun membenarkan. "Ada suatu hal yang mau aku bicarakan sebenarnya, cuma aku ragu mengatakannya padamu. Kita nggak tau sebanyak apa CCTV di dalam sana," ucap Raka. Alina yang tadinya sibuk dengan pemikirannya sendiri kini mengalihkan perhatiannya pada Raka. "Apa?" tanya Alina. "Alin, dengarkan dulu tanpa memotong oke?" Alina mengangguk sebagai jawaban. "Kita disuruh pulang oleh aya--""APA!? TAPI KENAPA?" tanya Alina dengan nada tinggi.Raka menghela nafas. Padahal dirinya sudah memberitahu Alina untuk mendengarkan dahulu, tapi gadis ini malah memotong ucapannya. "Sudah kubilang dengarkan aku dulu, Alin!" seru Raka. Kadang Raka sedikit frustasi menghadapi Alina. Siap

Bab terbaru

  • Fitnah dan Dendam   13. Pulang?

    Raka dan Alina berjalan jalan di desa. Mereka melihat dan mengobrol dengan para masyarakat. Kebanyakan Masyarakat di sini beranggapan Raka dan Alina adalah sepasang kekasih, ada juga yang beranggapan mereka adalah pasangan suami istri. Alina terkekeh kecil mendengar hal tersebut. Mereka tak berniat meluruskan ataupun membenarkan. "Ada suatu hal yang mau aku bicarakan sebenarnya, cuma aku ragu mengatakannya padamu. Kita nggak tau sebanyak apa CCTV di dalam sana," ucap Raka. Alina yang tadinya sibuk dengan pemikirannya sendiri kini mengalihkan perhatiannya pada Raka. "Apa?" tanya Alina. "Alin, dengarkan dulu tanpa memotong oke?" Alina mengangguk sebagai jawaban. "Kita disuruh pulang oleh aya--""APA!? TAPI KENAPA?" tanya Alina dengan nada tinggi.Raka menghela nafas. Padahal dirinya sudah memberitahu Alina untuk mendengarkan dahulu, tapi gadis ini malah memotong ucapannya. "Sudah kubilang dengarkan aku dulu, Alin!" seru Raka. Kadang Raka sedikit frustasi menghadapi Alina. Siap

  • Fitnah dan Dendam   12. Rencana Usaha

    Sepulang Alina, Raka, Juga Restu mereka segera mengistirahatkan diri. Mereka duduk di ruang keluarga, yang terlihat sangat lelah hanyalah Restu karena memang dia sebenarnya yang mengerjakan cucian baju ini. Alina yang menatap Restu merasa sedikit bersalah pada Restu. Raka menatap Restu juga.Raka menggeleng sejenak, ternyata ada ya pemuda lemah seperti Restu. Hanya mencuci saja dia kelelahan seperti orang mau mati. "Eh, kalian sudah pulang?" Ketiga insan itu Refleks menoleh. Ternyata itu Ibunya Restu. Mirna menatap Restu sekilas, di lihat dari lelahnya dan ada beberapa kemerahan di tangan Restu. Ibu Restu menghela nafas, anaknya pasti ikut membantu mencuci pakaian tersebut, dia sangat hapal dengan perangai Restu.Dia sangat senang jika memang benar anaknya ini ikut mencuci pakaian, karena sepanjang hidupnya belum pernah sekalipun Restu menyentuh cucian baju. Memang itu bukanlah tugas lelaki, tapi bila Restu menikah lalu Istrinya melahirkan maka Restulah yang harus melakukan pekerja

  • Fitnah dan Dendam   11. Sungai

    Alina segera mencari Raka juga Restu. Enak saja jika dirinya disuruh mencuci sedemikian banyaknya. Pakaian kotor keluarganya saja tak sebanyak ini jika Alina mencuci. Melihat Restu sedang bermain catur bersama, Alina segera mendekat. alina tak mau bila harus mencuci sendirian. "Kak Raka, Kak Restu, bisa bantuin Alina?" tanya Alina. mereka mengalihkan fokus pada Alina. Raka membulatkan matanya kala melihat cucian yang ada di tangan Alina. Banyak sekali!"Alin, itu seriusan cucian kamu?" tanya Restu. "Bukan, tapi punya kalian. Mesin cuci kalian rusak, jadi tolong antarkan aku ke sungai untuk mencuci baju baju ini."Restu tersenyum kecut. Berarti di sana ada pakaiannya juga? Entah kenapa tiba tiba Restu merasa sangat malu. "Baiklah, ayo ikuti aku Alin."Mereka berjalan ke arah sungai, jujur Alina sendiri sudah sangat tau letak sungainya di mana, tapi dia harus berpura pura tidak tahu untuk memanfaatkan Restu agar membantunya. Sampai ke sungai Alina tersenyum cerah. Sudah sangat jar

  • Fitnah dan Dendam   10. Kamera Tersembunyi

    Satu hari yang melelahkan. Rumah yang akan ditempati Alina sudah selesai dibersihkan, tetapi nampaknya banyak bagian yang mesti diperbaiki. Saat mereka masuk ke dalam rumah beberapa genteng sudah hancur, bahkan genteng bagian belakang pun sudah banyak yang hilang. Beberapa ibu-ibu yang suka bergosip tanpa dasar mengatakan kalau itu ulah Arwah Reza. Alina tersenyum miris saat mendengar arwah kakaknya bahkan masih dituduh melakukan hal-hal yang tidak mungkin. Alina jelas tau itu pasti perbuatan manusia, lagian untuk apa arwah mengambil genteng rumah? Nampaknya memang ada oknum yang sengaja memanfaatkan keadaan.Bukan hanya genteng yang menghilang, tetapi beberapa perabotan yang tertinggal pun habis semua. Seandainya Alina kembali ke desa sebagai Nana yang mereka kenal pasti ia sudah mengamuk karena banyak barang yang hilang. Berbeda dengan Alina. Raka yang memang tak mengetahui apa-apa hanya bersikap santai, baginya cukup ia menelepon orang tuanya dan barang-barang pun akan berdatanga

  • Fitnah dan Dendam   9. Mimpi

    Alina terlelap saat di tinggal oleh Marni. Dalam tidurnya Alina tak tenang. Entah apa yang dimimpikan gadis itu sehingga tidurnya tak tenang, berkali-kali ia mengubah posisi. Mungkinkah Alina kembali memimpikan kakaknya? tidak ada yang tau akan hal itu.Raka dan Restu yang saat itu menjaga Alina merasa khawatir. Restu takut Alina kelelahan akibat membersihkan rumah tadi, sementara Raka berusaha menetralisir kekhawatirannya. Saat ini ia mencari alasan yang tepat kalau Alina bangun dan Restu bertanya yang tidak-tidak."Kakak!" Alina langsung duduk. Ia Menangis sesegukan. Mimpi itu kembali menghantui Alina setelah sekian lama. Mungkinkah karena ia menginap di rumah ini?Raka buru-buru mendekati Alina dan memeluknya, guna melindungi Alina."Sst, aku di sini, Lin. Kamu nggak perlu takut kakak pergi, ada aku di sini, Lin."Alina mengumpulkan nyawanya. Ia membalas pelukan Raka, sementara Restu kebingungan dengan yang terjadi. Ada apa sebenarnya?Marni memasuki kamar. Ia sama terkejutnya mel

  • Fitnah dan Dendam   8. Keanehan

    Restu mengerutkan keningnya. Sangat aneh perilaku orang kota ini. Apa benar hanya dengan melihat kuburan yang tak terurus mereka akan menangis? sangat berlebihan.Restu mendekati penduduk baru di kampung mereka. Restu memegang pundak Alina, akan tetapi dengan sigap Raka langsung melepaskan tangan milik Restu dari pundak Alina."Rumah ini sudah lama kosong. Dulu aku sering membersihkan makam ini secara diam-diam, tapi sekarang aku tak berani. Beberapa Minggu lalu ayah marah besar padaku karena membersihkannya."Alina menoleh ke Restu. Tangisnya yang sudah sedikit reda membuatnya fokus mendengarkan setiap kata yang keluar dari mulut restu. "Apa ini makam keluargamu?" tanya Alina berpura-pura tidak tau dengan makam yang saat ini di depannya."Bukan. Aku hanya merasa bersalah. Entahlah, menurutku dia melakukan hal tak sengaja lalu masyarakat menghakimi," ucap Restu."Aku jadi penasaran. Ada apa dengan dia," gerutu Alina.Restu tak menghiraukan perkataan Alina. ia segera menebas rumput ya

  • Fitnah dan Dendam   7. Rumah

    Restu mendekatkan wajahnya ke Alina. Mata mereka sempat terkunci sepersekian detik. Posisi mereka persis sekali seperti orang yang mau berciuman, menyadari posisinya dan Restu yang sangat tidak aman Alina segera menerjangkan Restu menggunakan kaki sehingga Restu jatuh terjengkang ke belakang. Namun, tanpa Alina sadari Ia secara tak sengaja mengenai sesuatu yang sangat berharga bagi restu. Yaitu milik Restu. Alina menutup mulutnya, bagaimana ini? Ia terlalu panik dengan keadaan mereka sehingga tidak bisa berpikir dalam melakukan tindakan."Kak Restu, Alin minta maaf. Sumpah itu nggak sengaja, ya ampun aku minta maaf banget, Kak," ucap Alina."Bodoh, kau tak tau rasanya. Sangat sakit gila! bisa-bisa kehilangan masa depan aku.""Alin, emang nggak tau rasanya, maaf, Kak. Lina benar benar minta maaf, itu tadi Lina refleks," ucap Alina bersungguh sungguh."Maka, akan kubuat kau tau rasanya, Alina!"Mendengar ancaman tersebut mata Alina membelalak bukankah itu tanda bahaya, ia merasa dirinya

  • Fitnah dan Dendam   6. Apa Mereka Mengenali Alina?

    Alina dan Raka mengucapkan terimakasih kepada warga tersebut, mereka juga memberikan sejumlah uang untuk bapak-bapak tersebut. Bapak tersebut langsung menolak uang itu, karena ia tulus membantu Alina dan Raka."Pak, ini diambil. Jika bapak tidak mengambil uang ini, kami tetap akan membuangnya," ucap Raka sambil memberikan empat lembar uang bewarna hijau tersebut."Tapi ini kebanyakan, Dik," ucap bapak-bapak tersebut."Udah, Pak ambil saja lagian daripada kakak saya membuang uang tersebut jadinya mubasir kan? Oh, iya kita belom kenalan loh, Pak. Masa udah bantu kami tapi kami belum tau nama bapak," ucap Alina."Oh, iya dik. Saya Mulyadi, orang di sini sering manggil saya Pak Didi atau Om Didi kebetulan kalau sore saya jadi ojek."Raka menyodorkan uang itu ke Mulyadi, akhirnya Mulyadi mengambil uang tersebut. Sebenarnya ia semenjak tadi sudah mau mengambil uang tersebut. Namun, ia merasa sungkan karena Alina dan Raka masih pendatang baru.

  • Fitnah dan Dendam   5. Kembali Ke Desa

    13 Tahun KemudianSeorang gadis keluar dari toko kue kecil milik ibunya, ia tersenyum kepada setiap orang yang di temuinya di jalan. "Ibu kemana sih? Masa ninggalin aku di toko sendirian," ucap Alina.Alina mengambil handphone di sakunya kemudian mengotak atik ponselnya, kemudian menelepon kontak yang diberi nama "ibuku"Alina menempelkan handphonenya ke telinga meski belum tersambung, syukurnya telpon cepat tersambung."Hallo, Bu dimana?" "Udah di rumah, tadi habis beli bahan kue untuk besok ayahmu nelpon, katanya Keluarga pak Ibnu datang. Kamu cepat pulang juga ya, mereka mau nginap di sini katanya," ucap Dewi.Keluarga Pak Ibnu adalah orang yang sangat baik hati, awal pertemuan mereka saat Ujang sekeluarga terus berjalan tak punya tujuan, hingga mereka bertemu dengan Pak Ibnu. Keluarga Ibnu merasa prihatin dan iba dengan keadaan mereka pada waktu itu, ditambah Alina juga dalam keadaan panas tinggi. Dengan kemuliaan

DMCA.com Protection Status