Share

Bab 15

Author: Autumn
last update Last Updated: 2025-03-24 15:00:34

Setelah selesai mengangkat barang, mas Dirga mengajakku untuk pergi ke kamarnya yang berada di lantai 2. Sejujurnya banyak pertanyaan yang ingin kutanyakan dan banyak hal yang ingin aku diskusikan dengan Mas Dirga. Mengingat banyaknya rentetan kejadian yang membuat aku kebingungan.

Menikah dengan serba dadakan, membuat aku harus berusaha memahami situasi dan kondisi pasanganku. Aku bahkan sama sekali belum mengenal siapa suamiku. Ibarat kata, aku berjalam sambil meraba dalam kegelapan. Semoga saja nggak ada kata nabrak.

Nggak lucu aja rasanya kalo jalan gelap-gelap mencari cahaya malah mentok di kursi. Pasti rasanya ya bisa di bayangkan gimana sakitnya.

“Kamu taruh saja barang-barangmu di sana, masih banyak space kosong yang bisa kamu gunakan.” Mas Dirga menunjuk walk in closed yang ada di kamarnya. Jauh berbeda dengan kamarku yang hanya berukuran 2×3 yang sangat terasa sempit dan hanya cukup untuk ranjang
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Fitnah Di Hari Pernikahanku   Bab 16

    Kami sudah berkumpul di ruang makan. Setelah kejadian di kamar tadi, rasanya aku sangat malu untuk menatap Mas Dirga. Kenapa aku malah membalas ciumanku sih. Aku takut dikira perempuan agresif ‘kan jadinya. Duh, sial banget. Tapi, nggak apa-apa juga kali ya, aku 'kan sudah jadi istrinya mas Dirga. Malah mikir ke mana-mana nih otak. Dasar omes banget deh. Jadi malu banget. Aku menyentuh bibirku yang masih terasa jelas hangatnya decapan itu. Sial, malah kepikiran terus. “Ada apa ini, kok pada diem-dieman? Kalian nggak lagi berantem ‘kan? Dirga nggak nyakiti kamu ‘kan, Ki?” Mama menaikkan sebelah alisnya, menyelidik. Tatapannya lurus ke arah Mas Dirga, namun suamiku masih tampak santai menanggapi sang mama. Mungkin dia sudah terbiasa dengan sang mama. Mendengar pertanyaan Mama aku langsung menoleh padanya, dan berusaha menyangkal ucapannya. “Nggak kok, Ma. Kami nggak lagi berantem,

    Last Updated : 2025-03-25
  • Fitnah Di Hari Pernikahanku   Bab 17

    Mas Dirga melewatiku dan berjalan terlebih dahulu menuju ke ranjang. Kakiku tiba-tiba terasa lemas seperti jelly dengan serangan dadakan Mas Dirga barusan. Rasanya sangat lemas tak berdaya mau berjalan ke ranjang. Duh, kenapa jadi lebay begini sih. Padahal yang nyium juga suami sendiri, udah halal juga. Tapi kenapa malah jadi saltingan begini sih. Udah ngalahin anak ABG yang baru mengenal cinta. Cinta? Apakah iya aku mulai merasakan cinta padanya? Tapi, bukankah ini terlalu awal untuk itu. Nggak-nggak. Aku rasa ini bukan cinta. Aku ragu melangkah keluar dari walk in closed. Ternyata mas Dirga sudah tidur di atas ranjang berukuran king size miliknya. Langkahku terasa ragu namun aku harus tidur di mana? Tak mungkin aku tidur di sofa. Takus jika Mas Dirga malah salah paham nantinya. Aku mendekati mas Dirga yang terlihat begitu tenang tanpa ada pergerakan. Terny

    Last Updated : 2025-03-25
  • Fitnah Di Hari Pernikahanku   Bab 18

    “Siang, tante. Apa kabar?” sapa seorang wanita cantik mengenakan dress midi di atas lutut berwarna lylac dengan hells setinggi 15 centi berjalan ke arah kami. Mama tiba-tiba mengapit tanganku dan mengenggam jemari dengan erat. Aku sedikit bingung dengan yang mama lakukan saat ini. Seakan takut jika aku lepas. Padahal aku bukan anak kecil lho. Sebenarnya siapa dia? “Ah iya, siang juga, Tia,” jawab mama, dengan sedikit berhati-hati. Mama tersenyum. “Apa kabar, Tan?” Sapanya dengan ramah. “Alhamdulillah baik, semoga kamu juga baik,” jawab Mama lagi. Aku merasa sedikit ada yang aneh, dan merasa jika wanita ini ada hubungannya dengan Mas Dirga. Sebentar deh! Tadi mama panggil dia dengan sebutan Tia, namanya seperti tidak asing ya. Tia? Tia-ra? Iya benar, dia adalah mantan Mas Dirga. Sayangnya aku hanha melihat sekilah dari sebuah foto Ja

    Last Updated : 2025-03-26
  • Fitnah Di Hari Pernikahanku   Bab 19

    “Ma?” Sapa mas Dirga, ketika sampai di resto tempat kami membuntuti Anya dan Ferdi. Dia terlihat panik karena mama menyuruh segera datang, hanya itu yang aku tahu. Tapi tak tahu alasan apa yang digunakan oleh mama, sehingga Mas Dirga datang secepat kilat. Atau mungkin kebetulan mas Dirga memang berada tak jauh dari sini? Oh ... Ayolah, hanya dia dan Tuhan yang tau. Kenapa malah memikirkan hal itu sih, yang sama sekali tak penting. Aku masih tak habis pikir dengan rentetan kejadian akhir-akhir ini di kehidupanku. Bahkan pada akhirnya, hanya mampu menebak-nebak apa, bagaimana, dan siapa yang menjadi dalang dari semua kisah kelamku. Jika aku menemukan pelakunya, tak ada kata maaf, apapun alasan orang itu. Aku sungguh penasaran, tujuan apa yang membuat orang itu tega melakukannya kepadaku? Mas Dirga, langsung menatapku. Aku tersenyum agar terlihat baik-baik saja. T

    Last Updated : 2025-03-26
  • Fitnah Di Hari Pernikahanku   Bab 1

    Kirana“Saya batalkan pernikahan ini, Pak. Saya tidak sudi menikah dengan wanita murahan seperti anak bapak ini!” ucap Mas Ferdi dengan lantang di hadapan Ayah, dan keluargaku. Tepat di ruang keluarga, di mana semua keluarga intiku berkumpul. Aku kaget dengan peryataan yang begitu tiba-tiba, yang keluar begitu saja dari mulut pria yang seharusnya menikahiku satu jam lagi. Kenapa ini?Ada apa?Semua pertanyaan itu berputar di kepalaku secara mendadak. Aku kira, tadi Mas Ferdi akan menyampaikan sesuatu hal yang penting sebelum kami melangsungkan akad. Karena dia menyuruh kami berkumpul di ruang keluarga. Tapi yang aku dengar, di luar dari isi kepalaku. Membatalkan pernikahan?Kata-kata itu keluar begitu saja dari pria yang aku kenal dua tahun silam, dan melamarku seminggu yang lalu. Aku tak percaya dengan apa yang ku dengar dari bibirnya. Membatalkan pernikahan dan mengataiku wanita murahan di saat seperti ini, apakah dia sudah benar-benar gila?Jujur saja hatiku sangat sakit ,dan ha

    Last Updated : 2025-02-25
  • Fitnah Di Hari Pernikahanku   Bab 2

    KiranaEmbusan angin sejuk terasa menyapu di wajahku, aku merasakan tepukan-tepukan di bagian kedua pipiku. Aku bisa mendengar orang bebicara tentang aku, namun kedua mataku masih enggan untuk terbuka.“Kiran, Kirana?” panggil seorang wanita yang ku yakini itu suara Bude Diyah, sembari menggosokkan minyak kayu putih di telapak tangan dan kakiku sementara Anya menepuk-nepuk pipiku. Aku yakin karena suara cerocosannya sejak tadi aku dengar begitu nyaring di telingaku.“Bangun, Mbak. Jangan nyusahin terus deh!” ketus Anya. Pipiku terasa sedikit perih karena ulah adik tiriku. Bagaimana tidak, dia bahkan memukul pipiku dengan sangat kuat. Mungkin saja dia menaruh dendam kepadaku. Jadi dia memanfaatkan kesempatan ini untuk membalasku.“Kamu nggak boleh begitu, Anya. Dia kakakmu, jangan kasar!” Seru Bude Diyah. Dia seolah tak terima dengan yang dilakukan oleh Anya, bude Diyah adalah istri paman Sultan. Kakak kandung dari Ayahku.“Iya bude, maaf,” kata Anya yang memang selalu berkata sarkas k

    Last Updated : 2025-02-25
  • Fitnah Di Hari Pernikahanku   Bab 3

    KiranaAku berdiri tepat di hadapan pria yang kini telah sah menjadi suamiku, beberapa waktu yang lalu . Aku menunduk tak berani menatap pria itu. Debaran di jantungku semakin terpacu bahkan sialnya kedua telapak tanganku terasa berair karena aku merasa gugub. Aku hanya berani memandangi kancing kemeja hitam miliknya, aku lihat dia hanya mengenakan kemeja batik hitam dengan corak yang lumayan unik. Sesekali ku remas pinggiran kain jarik yang membalut bagian bawah tubuhku. Untuk menghalau rasa gugubku sendiri.“Jangan malu-malu gitu dong, kalian sudah sah menjadi suami istri. Ayo di salim suaminya,” kata penghulu yang masih duduk di meja akad, dengan nada bercanda khas bapak-bapak. Memberikan instruksi kepadaku. “Iya, bukan anak kecil yang lagi main nikah-nikahan lho kalian ini,” sahut pria yang menjadi saksi. Deg.Ucapan pria itu seolah terasa seperti dejavu bagiku. Aakhirnya aku memberikan diri mengangkat wajahku menghadap ke arah pria yang ku yakini adalah Dirga. Dirga tetangga

    Last Updated : 2025-02-25
  • Fitnah Di Hari Pernikahanku   Bab 4

    KiranaAku berjalan keluar dari kamar dengan sedikit mengendap. Entah mengapa sejujurnya aku enggan bertemu dengan siapapun saat ini. Naluriku berkata jika aku harus rebahan. Tapi sekarang aku harus keluar. Semua aku lakukan demi bertemu dengan Dirga. Ah sudahlah, seharusnya aku menolak saja yang di suruh oleh Bude tadi. Aku menoleh ke kanan dan ke kiri seolah diriku seorang maling yang akan mencuri di rumah sendiri.Kulihat Dirga sedang duduk di teras depan, tak banyak lagi orang yang berada di rumahku saat ini. Sebagian sedang sibuk berkumpul di ruang keluarga. Kesempatan aku menanyakan semua yang ada di dalam isi kepalaku saat ini. Aku segera bergegas untuk keluar menemuinya. Sebelum ada orang lain yang datang melihat kami.“Ayah suruh ke ruang keluarga sekarang!” kata Anya yang entah muncul dari mana. Bahkan kedatangannya bagaikan makhluk goib yang tiba-tiba muncul di mana saja.“Ish bikin kaget aja sih, dek!” protesku kepadanya. Hampir saja jantung ku copot karena ulahnya.“Bawel

    Last Updated : 2025-02-25

Latest chapter

  • Fitnah Di Hari Pernikahanku   Bab 19

    “Ma?” Sapa mas Dirga, ketika sampai di resto tempat kami membuntuti Anya dan Ferdi. Dia terlihat panik karena mama menyuruh segera datang, hanya itu yang aku tahu. Tapi tak tahu alasan apa yang digunakan oleh mama, sehingga Mas Dirga datang secepat kilat. Atau mungkin kebetulan mas Dirga memang berada tak jauh dari sini? Oh ... Ayolah, hanya dia dan Tuhan yang tau. Kenapa malah memikirkan hal itu sih, yang sama sekali tak penting. Aku masih tak habis pikir dengan rentetan kejadian akhir-akhir ini di kehidupanku. Bahkan pada akhirnya, hanya mampu menebak-nebak apa, bagaimana, dan siapa yang menjadi dalang dari semua kisah kelamku. Jika aku menemukan pelakunya, tak ada kata maaf, apapun alasan orang itu. Aku sungguh penasaran, tujuan apa yang membuat orang itu tega melakukannya kepadaku? Mas Dirga, langsung menatapku. Aku tersenyum agar terlihat baik-baik saja. T

  • Fitnah Di Hari Pernikahanku   Bab 18

    “Siang, tante. Apa kabar?” sapa seorang wanita cantik mengenakan dress midi di atas lutut berwarna lylac dengan hells setinggi 15 centi berjalan ke arah kami. Mama tiba-tiba mengapit tanganku dan mengenggam jemari dengan erat. Aku sedikit bingung dengan yang mama lakukan saat ini. Seakan takut jika aku lepas. Padahal aku bukan anak kecil lho. Sebenarnya siapa dia? “Ah iya, siang juga, Tia,” jawab mama, dengan sedikit berhati-hati. Mama tersenyum. “Apa kabar, Tan?” Sapanya dengan ramah. “Alhamdulillah baik, semoga kamu juga baik,” jawab Mama lagi. Aku merasa sedikit ada yang aneh, dan merasa jika wanita ini ada hubungannya dengan Mas Dirga. Sebentar deh! Tadi mama panggil dia dengan sebutan Tia, namanya seperti tidak asing ya. Tia? Tia-ra? Iya benar, dia adalah mantan Mas Dirga. Sayangnya aku hanha melihat sekilah dari sebuah foto Ja

  • Fitnah Di Hari Pernikahanku   Bab 17

    Mas Dirga melewatiku dan berjalan terlebih dahulu menuju ke ranjang. Kakiku tiba-tiba terasa lemas seperti jelly dengan serangan dadakan Mas Dirga barusan. Rasanya sangat lemas tak berdaya mau berjalan ke ranjang. Duh, kenapa jadi lebay begini sih. Padahal yang nyium juga suami sendiri, udah halal juga. Tapi kenapa malah jadi saltingan begini sih. Udah ngalahin anak ABG yang baru mengenal cinta. Cinta? Apakah iya aku mulai merasakan cinta padanya? Tapi, bukankah ini terlalu awal untuk itu. Nggak-nggak. Aku rasa ini bukan cinta. Aku ragu melangkah keluar dari walk in closed. Ternyata mas Dirga sudah tidur di atas ranjang berukuran king size miliknya. Langkahku terasa ragu namun aku harus tidur di mana? Tak mungkin aku tidur di sofa. Takus jika Mas Dirga malah salah paham nantinya. Aku mendekati mas Dirga yang terlihat begitu tenang tanpa ada pergerakan. Terny

  • Fitnah Di Hari Pernikahanku   Bab 16

    Kami sudah berkumpul di ruang makan. Setelah kejadian di kamar tadi, rasanya aku sangat malu untuk menatap Mas Dirga. Kenapa aku malah membalas ciumanku sih. Aku takut dikira perempuan agresif ‘kan jadinya. Duh, sial banget. Tapi, nggak apa-apa juga kali ya, aku 'kan sudah jadi istrinya mas Dirga. Malah mikir ke mana-mana nih otak. Dasar omes banget deh. Jadi malu banget. Aku menyentuh bibirku yang masih terasa jelas hangatnya decapan itu. Sial, malah kepikiran terus. “Ada apa ini, kok pada diem-dieman? Kalian nggak lagi berantem ‘kan? Dirga nggak nyakiti kamu ‘kan, Ki?” Mama menaikkan sebelah alisnya, menyelidik. Tatapannya lurus ke arah Mas Dirga, namun suamiku masih tampak santai menanggapi sang mama. Mungkin dia sudah terbiasa dengan sang mama. Mendengar pertanyaan Mama aku langsung menoleh padanya, dan berusaha menyangkal ucapannya. “Nggak kok, Ma. Kami nggak lagi berantem,

  • Fitnah Di Hari Pernikahanku   Bab 15

    Setelah selesai mengangkat barang, mas Dirga mengajakku untuk pergi ke kamarnya yang berada di lantai 2. Sejujurnya banyak pertanyaan yang ingin kutanyakan dan banyak hal yang ingin aku diskusikan dengan Mas Dirga. Mengingat banyaknya rentetan kejadian yang membuat aku kebingungan. Menikah dengan serba dadakan, membuat aku harus berusaha memahami situasi dan kondisi pasanganku. Aku bahkan sama sekali belum mengenal siapa suamiku. Ibarat kata, aku berjalam sambil meraba dalam kegelapan. Semoga saja nggak ada kata nabrak. Nggak lucu aja rasanya kalo jalan gelap-gelap mencari cahaya malah mentok di kursi. Pasti rasanya ya bisa di bayangkan gimana sakitnya. “Kamu taruh saja barang-barangmu di sana, masih banyak space kosong yang bisa kamu gunakan.” Mas Dirga menunjuk walk in closed yang ada di kamarnya. Jauh berbeda dengan kamarku yang hanya berukuran 2×3 yang sangat terasa sempit dan hanya cukup untuk ranjang

  • Fitnah Di Hari Pernikahanku   Bab 14

    Setelah berpamitan kepada Ayah, kami segera bergegas untuk pulang. Entah apakah kali ini bisa di sebut dengan pulang. Aku bahkan tak tau, apakah mas Dirga bisa menjadi rumah yang sebenarnya kelak?Aku hanya bisa berdoa semuanya akan baik-baik saja. Tante Mayang pulang lebih dulu, dia memang datang membawa mobil sendiri. Aku dan mas Dirga pulang bersama. “Kamu sudah makan?” mas Dirga mencoba membuka obrolan di tengah kesunyian. Kruuuk! Sialnya, belum sempat aku menjawab, perutku lebih dulu menjawabnya. Reflek aku memegangi perutku yang berbunyi sembari tersenyum kikuk.“Oke, nggak perlu di jawab sepertinya aku sudah dapat jawabannya,” ucap Mas Dirga tersenyum. Dia kembali fokus pada kemudinya. Entah mengapa dia terlihat sedikit berbeda dari sebelumnya. Dia mengenakan kaos putih polos dan celana jeans membuatnya terlihat lebih fresh. “Nggak usah dilihatin terus, aku nggak bakal kabur kok,” ucapnya

  • Fitnah Di Hari Pernikahanku   Bab 13

    Terdengar suara mobil berhenti di depan rumah, aku yakin jika yang datang kali ini adalah Mas Dirga. Aku sedikit lega karena dia telah tiba.“Assalamualaikum,” ucapnya ketika memasuki rumah. Kedua mataku tertuju ke arah mas Dirga, begitupun dengan yang lainnya.“Waalaikumsalam,” jawab kami serempak. “Masuk, nak!” kata Ayah. Tanpa menunggu lama mas Dirga segera duduk di sampingku yang memang saat ini kosong. Dia menatapku sambil tersenyum. Aku masih diam tak membalas senyumnya. Setelah suasana menegang sebelum kedatangan mas Dirga, kami sempat berdiam beberapa saat. Entah suasana menjadi sedikit aneh setelah mendengar ucapan yang menurutku sangat keterlaluan dari ibu.“Langsung pada intinya saja, mbak. Maksud mbak tadi apa?” tanya tante Mayang yang sepertinya sudah menahan kekesalan kepada ibu. Aku jadi merasa tak enak hati dengannya. Apalagi dengan setiap omongan yang keluar dari mulut ibu. “Maksud kamu apa? Kam

  • Fitnah Di Hari Pernikahanku   Bab 12

    Aku mulai membuka satu-persatu paket yang dikirim oleh ibu Mas Dirga. Meskipun sebagian besar sudah diambil oleh ibu dan Anya. Tapi aku bersyukur, masih ada yang tersisa untukku. Walaupun agak miris, tapi hal seperti ini sudah sering terjadi kepadaku. Aku selalu dapat sisa semenjak Ayah menikah dengan ibu.Ibu memang selalu mengatakan jika aku harus membalas atas segala yang telah dia berikan kepadaku. Wajar jika apa yang aku dapat dia ambil sebagian.Merawatku selama beberapa tahun saja dia selalu menyinggung, agar aku membalas semua yang telah dia berikan keadaku. Yang menurutku sama sekali tak ada apa-apanya. Apalagi aku sudah besar dan bisa melakulan semuanya sendiri. Ayah juga selalu mencukupi segala sesuatu yang aku butuhkan.Lagi-lagi ucapan ibu selalu berhasil menggores hatiku, dengan dalih dia telah merawatku setelah dia dinikahi oleh ayah. Mengurusku merupakan beban baginya selama ini. Wajar saja, aku hanya anak sambung di matanya.

  • Fitnah Di Hari Pernikahanku   Bab 11

    Seorang wanita berambut hitam panjang terurai, mengenakan dress hitam duduk di sebuah cafee, sembari menatap layar gawainya. Menunggu kedatangan sang kekasih. Ditemani secangkir kopi latte dan cake stroberi wanita itu masih setia menatap layar gawainya. Hatinya berbunga-bunga memikirkan sang kekasih yang sudah beberapa hari tak ada kabar. Hari ini ketika Dirga membalas pesannya, dia seakan mendapatkan angin segar dari pria itu.Beberapa pesan singkat dia kirimkan, namun tak mendapatkan balasan satupun dari pria yang dia tunggu sejak beberapa menit yang lalu. “Ke mana sih, balas pesan sebentar saja apa susahnya coba. Emang dis segitu sibuknya, sampai balas pesan aja nggak sempat? Dia juga bukan pejabat yang banyak kegiatan di luar sana lho. Luangin waktu sedikit buat aku seharusnya bisa 'kan?” gerutu Tiara. Berulang kali dia membuka aplikasi whatsapp untuk memastikan apakah Dirga membalas pesan singkatnya. Hatinya mendadak gusar karena orang yang amat dit

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status