Bianca sedang duduk di sofa didalam apartemen Vincent. Dia memiliki senyum jahat di wajahnya. Dia mengira rencana jahatnya bersama Ivy untuk menjebak Angela telah berhasil dan dia tidak tahu kalau rencana mereka itu telah gagal.
Sebelumnya, setelah Angela meninggalkan apartemen untuk pergi ke hotel, Bianca menelepon Vincent dan memberitahunya bahwa Ivy meneleponnya dan mengatakan bahwa dia mendengar percakapan antara kakaknya dan Angela di telepon. Mereka berjanji akan bertemu di hotel. Bianca juga memberi tahu Vincent bahwa Ivy telah memberitahunya apa yang telah terjadi antara kakaknya, Vincent dan Angela.
Bianca sengaja menyuruh Angela untuk pergi ke hotel milik Vincent agar karyawannya bisa menjadi saksi mata atas perselingkuhan mereka tapi dia tidak menyadari bahwa itu justru malah mengungkap kebohongan yang dia buat sendiri.
Bianca menoleh ke pintu saat itu terbuka dan dia melihat Vincent masuk ke dalam ruangan. Bianca berdiri dari sofa saat Vincent ber
Keesokan harinya di kantor Vincent. Bianca sedang berjalan menuju ke ruang kerja Vincent. Vincent meneleponnya dan menyuruhnya untuk menemuinya di tempat itu. Bianca memandang wajah Carson dengan kebencian saat dia lewat di depan meja kerjanya.Demikian juga, dengan Carson, dia memandang Bianca dengan tatapan yang sama dengannya. Mereka seperti anjing dan kucing yang siap untuk berkelahi. Bianca memalingkan mukanya dari Carson sambil mencibir. Dia lalu menghentikan langkahnya saat dia berdiri di depan pintu ruang kerja Vincent dan mengetuk pintu itu. “Masuk!” kata Vincent.Bianca membuka pintu dan berjalan masuk ke dalam ruangan. Dia tersenyum ketika dia melihat Vincent sedang duduk di sofa sambil meyilangkan kakinya. Senyum di wajah Bianca menghilang saat dia berdiri menghadap Vincent. Rasa dingin mengalir di tulang punggungnya melihat Vincent yang menatapnya dengan dingin dan marah. “Kenapa kamu menamparnya! Aku bilang jangan p
Sekarang hampir jam makan siang ketika Vincent sedang duduk di sofa di kamar hotelnya. Dia baru saja menyelesaikan rapat dengan stafnya. Vincent, Angela, dan Carson tiba di Sapporo pagi ini dan mereka segera pergi ke hotel milik Vincent tempat mereka menginap sekarang. Vincent memejamkan matanya, mengerutkan alisnya. “Apa yang telah kau lakukan! Mengapa kamu bersikap lembut padanya? Kamu seharusnya membencinya, bukan mencintainya!” dia memarahi dirinya sendiri. Dia menghela nafas dengan putus asa karena hatinya tidak mau mendengar apa yang diperintahkan oleh otaknya. Dia membuka matanya dan melihat ke arah pintu ketika seseorang mengetuk pintu itu. “Masuk,” katanya. Carson berjalan masuk ke dalam kamar saat pintu terbuka dan berdiri di depan Vincent sambil tersenyum. “Apa kamu mencariku?” tanyanya. Senyum di wajah Carson tiba-tiba menghilang, melihat tatapan serius Vincent. “Kita akan makan siang di kamar ini. Bawa Angela ke sini untuk
“Ya Tuhan… Indah sekali…” kataku tanpa berkedip, melihat bunga-bunga sakura yang bermekaran dengan begitu indahnya di sekitarku. Air mancur dan berbagai macam bunga menghiasi seluruh taman, membuat aku merasa seperti berada di negeri dongeng. Aku mengarahkan pandanganku pada Carson saat dia tersenyum hangat padaku. Aku balas tersenyum padanya, lalu aku menatap bosku, yang berdiri di dekat kami. Dia terus melihat ke depan, tapi aku bisa merasakan kalau dia sedang menatapku melalui kacamata hitamnya. Sebelum kami datang ke tempat ini, bosku menyuruhku melepas seragam pelayanku dan sekarang aku mengenakan pakaian kasualku. Carson juga mengenakan pakaian kasualnya. Dia sekarang terlihat lebih muda dari usianya. Bosku mengenakan jaket mantel kasual abu-abu, kemeja abu-abu dan celana panjang putih. Dia terlihat sangat tampan, sangat seksi dan juga terlihat elegan. Bosku kemudian berjalan lurus ke depan, tanpa mengatakan apa-apa kepada kami. Kami segera meng
Angela’s POVAku sedang duduk di tempat tidur dengan punggungku bersandar di kepala tempat tidur. Sekarang sudah hampir tengah malam tapi aku tidak bisa tidur. Aku terus memikirkan bosku dan aku bertanya-tanya mengapa dia terlihat sangat kesakitan dan mengapa dia mencium bibirku dengan sangat lembut.Aku kemudian mengambil ponselku. Aku ingin tahu apakah dia baik-baik saja. “Pak, apakah anda sudah tidur?” Aku mengiriminya pesan.Tak lama kemudian, dia membalas pesanku. “Ya, dan kau baru saja membangunkanku. Datanglah ke kamarku sekarang.”Rasa takut tiba-tiba mencengkeramku, membuat jantungku berdegup kencang. “Kenapa dia menyuruhku datang ke kamarnya?” tanyaku pada diriku sendiri. Aku takut dia akan meniduriku dan menyiksaku lagi.Aku menepuk kepalaku dengan kesal. “Kenapa kamu begitu bodoh! Kamu seharusnya jangan mengirim pesan padanya. Kamu baru saja membangunkan singa yang sedang tidur!”
Vincent berjalan dengan terburu-buru ke dalam rumah sakit menuju ruangan tempat Bianca dirawat. Dia segera kembali ke New York setelah mendapat telepon dari Ivy. Saat dia masuk kedalam ruangan, dia melihat Bianca sedang terbaring di tempat tidur dengan pergelangan tangan kirinya dibalut perban. Ivy yang duduk di kursi di sebelah Alex di samping tempat tidur, segera berdiri dan berjalan ke arahnya dengan wajah marah. “Apa yang telah kamu lakukan padanya! Kamu hampir membunuhnya! Jika aku tidak datang menemuinya, dia pasti sudah mati sekarang!” teriak Ivy ke wajah Vincent.Tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut Vincent. Matanya yang khawatir terus tertuju pada Bianca, yang sedang menatapnya dengan matanya penuh dengan air mata. “Kenapa kamu berubah menjadi seperti ini? Aku tidak mengenal siapa kamu lagi. Kamu tega menyakiti kami semua hanya demi gadis jalang itu!” kata Ivy dengan suaranya yang pecah. “Ivy! Diam!” teriak Alex sambil ber
Kami semua sekarang sedang berada di dalam pesawat milik bosku dan sedang makan siang. Sejak kami berada di sini satu jam yang lalu, Bianca terus bersikap manja pada bosku. Dia meminta untuk duduk di sebelahnya. Dia terus menyentuhnya, memeluknya. Bosku tidak bisa menolaknya dan hanya bisa membiarkan dia melakukan apa pun yang dia mau kepadanya. Carson dan aku, yang duduk bersebelahan, terus menatap ke arah Bianca dengan wajah marah kami. Kami benar-benar sudah tidak tahan lagi melihat perilakunya. “Aku sangat membencinya. Aku berharap aku bisa mengubahnya menjadi kutu dan mengirimnya ke bulan sekarang,” kata Carson.Aku mengangguk dengan setuju. Carson lalu mengalihkan pandangannya, menatap ke mataku. “Saatnya untuk memberikan ular itu pelajaran,” katanya, lalu dia berbisik di telingaku. Dia mengatakan kepadaku apa yang harus aku lakukan. Kami kemudian saling menatap dengan senyum jahat di wajah kami. Aku kemudian menoleh ke arah bosku. Aku te
Bianca dan aku saat ini sedang duduk di sofa di bar hotel milik bosku. Kami duduk saling berhadapan.Tempat ini begitu indah dan mewah. Bar ini bergaya modern, dengan lampu bersinar keemasan menerangi seluruh ruangan. Aku bisa melihat pemandangan malam yang indah dari jendela kaca di dalam ruangan ini.Bianca terus menatapku dengan kebencian di matanya. Aku berpura-pura tidak melihatnya sambil terus melihat ke luar jendela di sebelah kiriku. Dia mengenakan gaun pendek merah sementara aku mengenakan gaun pendek hitam. Dia sangat cantik sehingga membuat semua orang yang ada di sini terpesona melihatnya.Aku menoleh melihatnya saat dia tiba-tiba berdiri dari sofa dengan senyum manis di wajahnya, melihat ke arah depannya. Aku lalu melihat ke arah yang dia lihat dan aku melihat bosku sedang berjalan ke arah kami dan berdiri di depan kami. Bosku sangat tampan dan seksi memakai setelan jas hitamnya.“Vincent, kenapa kamu terus sibuk seharian? Kamu memb
Vincent mengikat kembali ikat pinggang baju tidurnya lalu dia menghela nafas sambil memejamkan matanya. Dia sangat sedih. Dia tidak pernah ingin menyakiti Bianca dan membuatnya menangis. Dia tiba-tiba membuka matanya saat kecemasan menguasai dirinya. Dia takut dan khawatir kalau Bianca akan mencoba bunuh diri lagi. Dia segera berdiri dan berjalan keluar dari kamarnya menuju ke kamar Bianca.****** Bianca menangis sambil duduk di atas tempat tidur berbicara di telepon dengan Ivy. “Apa yang harus aku lakukan sekarang? Aku sudah mencoba merayunya. Aku sudah melakukan segalanya, tetapi dia masih tidak menginginkanku.” Dia terdiam sejenak, mendengarkan kata-kata Ivy. “Gak mau! Aku gak mau pura-pura bunuh diri lagi. Rasanya sakit banget tau!” katanya dengan ketakutan. Kemarahan tiba-tiba memenuhi matanya, lalu dia berkata, “Gadis jalang itu! Ini semua salah dia. Aku benci banget sama dia! Aku bakal bikin dia menderita.”Mata Bianca tib