Home / Rumah Tangga / Fargo & Carol / Bab 3. New Secretary

Share

Bab 3. New Secretary

last update Last Updated: 2023-09-17 17:34:34

“Carol, aku harus berangkat sekarang. Ada pekerjaan yang harus aku selesaikan, dan tidak bisa ditunda.” Fargo berpamitan pada sang istri, seraya membenarkan posisi arloji di pergelangan tangannya. Tampak jelas Fargo begitu terburu-buru.

“Apa kau tidak mau sarapan dulu, Sayang?” Carol mendekat pada sang suami sambil menggendong Arabella. Putri kecilnya itu begitu tenang dan tak rewel. Hanya di keadaan tertentu membuat Arabella rewel. Padahal seaslinya, Arabella adalah anak yang tenang dan juga patuh pada orang tua.

“Tidak, Sayang. Aku akan sarapan di kantor. Hari ini banyak sekali yang harus aku urus.” Fargo mencium bibir Carol, dan pipi bulat Arabella. “Nanti aku akan menghubungimu, kalau aku sudah tiba di kantor.” Fargo melanjutkan ucapannya pada sang istri.

Carol menghela napas dalam. “Baiklah, tapi jangan sampai tidak sarapan. Aku tidak mau sampai kau sakit.”

“Yes, Mrs. Jerald.” Fargo memberikan kecupan di bibir dan hidung Carol. “Jangan khawatir. Aku pasti akan selalu menjaga diriku. Aku pun tidak ingin sakit.”

“Daddy … Daddy …” Arabella mengulurkan kedua tangannya, ke arah Fargo, meminta ayahnya itu untuk menggendongnya. Pun Fargo dengan sigap langsung menggendong Arabella. Fargo menghujani Arabella dengan kecupan lembut.

Little girl, Daddy harus berangkat bekerja dulu. Nanti sepulang Daddy kerja, Daddy akan mengajakmu bermain, oke?” Fargo mencubit pelan hidung mancung, dan mungil Arabella.

Arabella mengangguk patuh. “Oke, Daddy. I love you, Daddy.”

I love you more, Little Girl.” Fargo mencium gemas pipi bulat Arabella.

Carol tersenyum hangat melihat kedekatan antara Fargo dan Arabella. Detik selanjutnya, Carol mengambil alih Arabella yang ada digendongan Fargo.

“Aku berangkat.” Fargo membelai pipi Carol lembut.

“Hati-hati, Sayang. Jangan mengebut. Kabari aku kalau sudah di kantor,” jawab Carol dengan senyuman di wajahnya.

Fargo menganggukan kepalanya, dan kembali mencium istri dan anaknya. Lantas, Fargo melangkah meninggalkan istri dan anaknya. Tampak Arabella melambaikan tangan pada Fargo yang pergi. Bayi perempuan cantik itu tersenyum di kala Fargo pergi ke kantor.

“Anak pintar. Ayo kita ke taman. Mommy akan menemanimu bermain.” Carol mencium gemas pipi Arabella. Kemudian, Carol membawa Arabella menuju taman.

***

Fargo turun dari mobil sport-nya, dan melangkah masuk ke dalam perusahaan, menuju ruang kerjanya. Terlihat Gene—asisten Fargo—menundukan kepala kala melihat Fargo yang sudah tiba di kantor.

“Selamat pagi, Tuan.” Gene menyapa penuh sopan.  

“Bagaimana gudang penyimpanan barang kita? Apa kau sudah tahu penyebab kebakaran di gudang penyimpanan barang kita?” Fargo duduk di kursi kebesarannya. Sejak tadi malam, kepala Fargo dipusingkan memikirkan kebakaran di gudang penyimpanan barang. Pasalnya akibat musibah ini, banyak korban yang berjatuhan.

Gene mengangguk. “Saya sudah mengetahuinya, Tuan. Semua yang terjadi murni kecelakaan. Korsleting listrik adalah penyebab utama. Sebagian barang bisa diselamatkan, tapi banyak juga barang yang sudah terbakar hangus.”

“Lalu, bagaimana dengan asusransi dan uang santunan untuk para karyawan yang menjadi korban? Apa kau sudah mengurusnya?” ujar Fargo bertanya tegas.

“Anda tenang saja, Tuan. Masalah asuransi dan uang santunan sudah saya urus. Saat ini, seluruh keluarga sudah mendapatkan uang dari asuransi dan uang santunan,” jawab Gene melaporkan.

“Untuk masalah barang yang terbakar, kau bisa membeli yang baru. Nyawa para karyawan jauh lebih penting,” ucap Fargo dingin dan tegas. Bagaimanapun, Fargo tetap bertanggung jawab atas apa yang telah terjadi. Terutama banyak korban yang harus kehilangan nyawa.

Gene mengangguk sopan. “Baik, Tuan. Hm, Tuan … maaf, kemarin saya dengar Anda menabrak Nona Debora Tansy. Apa itu benar, Tuan?” 

“Ya, kemarin aku terburu-buru, dan Debora juga tidak melihat jalan dengan baik,” jawab Fargo dengan embusan napas panjang. “Aku tidak mengira akan kembali bertemu dengan Debora. Aku pikir, dia tidak akan lagi kembali ke Los Angeles.”

Gene terdiam sebentar dengan raut wajah serius. “Tuan, sebenarnya ada yang ingin saya katakan pada Anda.”

“Ada apa, Gene?” Fargo menatap dingin dan tegas sang asisten.

“Begini, Tuan. Hari ini Anda memiliki jadwal untuk interview sekretaris baru Anda. Tapi saat saya periksa nama calon sekretaris baru Anda ternyata Nona Debora Tansy,” jawab Gene yang sontak membuat Fargo terkejut.

“Maksudmu, Debora melamar menjadi sekretarisku?” seru Fargo seraya menatap dingin Gene.

Gene mengangguk sopan. “Benar, Tuan. Nona Debora Tansy melamar sebagai sekretaris baru Anda. Harusnya sekarang beliau sudah ada di depan, menunggu untuk bertemu dengan Anda. Apa Anda ingin bertemu dengan beliau, atau Anda ingin menolaknya, Tuan?”

Fargo berdecak pelan seraya mengumpat dalam hati. Fargo tak mengerti maksud tujuan Debora melamar menjadi sekretarisnya. Yang Fargo ingat kemarin Debora mengatakan tujuannya berada di Los Angeles karena ingin berlibur, tapi kenapa malah wanita itu melamar sebagai sekretaris barunya?

“Minta dia untuk masuk,” tukas Fargo penuh penegasan. Terpaksa, Fargo mempersilahkan Debora untuk masuk. Fargo ingin tahu apa maksud sebenarnya Debora.

“Baik, Tuan.” Gene menundukan kepala, lalu pamit undur diri dari hadapan Fargo. Gene memastikan kedatangan Debora lebih dulu. Jika sudah datang, maka Gene akan langsung mempersilahkan Debora untuk masuk ke dalam ruang kerja Fargo.

Tak selang lama, tatapan Fargo teralih pada sosok wanita yang masuk ke dalam ruang kerjanya dengan langkah pelan. Kaki kiri wanita itu masih di perban. Tentu, luka yang diderita wanita itu sangat Fargo tahu menyebabnya.

“Kenapa kau melamar pekerjaan di tempatku, Debora?” seru Fargo dengan tatapan dingin pada Debora.

“A-aku—” Debora baru saja hendak menjawab, tapi tubuhnya sudah hampir jatuh. Refleks, Fargo bangkit berdiri, menangkap tubuh Debora. Posisi mereka begitu intim. Debora berada di dalam pelukan Fargo.

“M-maaf, Fargo,” cicit Debora pelan.

“Hati-hati, Debora.” Fargo menarik tangan Debora, mendudukan tubuh Debora ke sofa.

“Terima kasih, Fargo,” jawab Debora pelan.

Fargo menatap dingin Debora. “Sekarang jawab aku, kenapa kau melamar pekerjaan di perusahaanku?”

“A-aku membutuhkan pekerjaan, Fargo. Maaf kemarin aku berbohong padamu mengatakan ingin berlibur. Sebenarnya, aku sudah lama memasukan lamaran di perusahaanmu, dan baru minggu kemarin aku mendapatkan panggilan telepon dari pihak HRD yang mengatakan aku lolos ditahap terakhir bertemu denganmu,” ujar Debora memberitahu.  

Fargo memejamkan mata singkat. “Kau adalah putri dari keluarga Tansy. Rasanya aneh kalau kau bekerja di perusahaanku. Sedangkan perusahaan keluargamu jauh lebih besar dari perusahaanku.”

Tansy Group adalah salah satu perusahaan besar asal Inggris. Hal itu membuat Fargo bingung serta tak mengerti kenapa bisa Debora melamar pekerjaan di perusahaannya. Padahal seharusnya, dengan apa yang dimiliki Debora membuat wanita itu tak perlu susah payah bekerja.

Debora tersenyum rapuh, menatap Fargo. “Fargo, aku sudah lama jauh dari keluargaku. Terlalu rumit untuk aku menjelaskan padamu. Tapi aku memang benar-benar butuh pekerjaan Fargo. Aku memiliki seorang putra yang masih sekolah.”

Fargo terdiam mendengar cerita Debora. Mata Fargo melihat dengan jelas apa yang dikatakan Debora sangat tulus. Wanita itu sepertinya memang membutuhkan pekerjaan. Entah apa yang terjadi sampai membuatnya jauh dari keluarganya sendiri.

“Di mana suamimu? Harusnya dia yang memikirkan biaya sekolah putramu,” ucap Fargo dingin dan sorot mata tegas pada Debora.

“Aku sudah berpisah dengan pasanganku. Aku membesarkan sendiri anakku, Fargo. Aku mohon terima aku sebagai sekretarismu. Aku berjanji akan bekerja dengan baik,” pinta Debora dengan tatapan penuh permohonan pada Fargo.

Lagi, Fargo terdiam. Benak pria itu seakan berperang. Keputusan bimbang bercampur dengan rasa iba. Sudah lama tak mengertahui kabar Debora, membuat Fargo pun tak penah tahu apa yang sebenarnya terjadi di kehidupan Debora. Hanya saja Fargo selama ini mengenal baik sifat Debora. Mereka sudah lama mengenal, dan terlibat pada hubungan masa lalu yang rumit.

Alright. Kau bisa bekerja di sini, tapi aku minta kau ingat batasanmu. Aku sudah menikah. Aku tidak mau sampai ada gossip murahan,” tegas Fargo penuh penekanan.

Debora tersenyum bahagia. “Aku berjanji akan tahu batasanku, Fargo. Terima kasih banyak telah menerimaku, Fargo.”

Related chapters

  • Fargo & Carol   Bab 4. A Secret

    “Tuan, Anda menerima Nona Debora Tansy sebagai sekretaris baru Anda?” Gene bertanya di kala Debora sudah pulang. Raut wajah Gene bingung sekaligus tak mengerti. Pancaran mata Gene menunjukan jelas keterkejutanya.Fargo melonggarkan dasi yang melingkar di lehernya. Fargo menyandarkan punggungnya di kursi kebesarannya. “Debora membutuhkan pekerjaan. Dia bilang padaku sudah menjauh dari keluarganya. Aku tidak tahu apa yang membuatnya menjauh dari keluarganya. Aku tidak berhak ikut campur akan kehidupan pribadi Debora. Alasan aku menerima Debora, karena Debora mengatakan memiliki anak yang masih sekolah. Aku tidak tega padanya.” “Anak?” Raut wajah Gene berubah mendengar perkataan Fargo. “Maaf, Tuan. Anda bilang kalau Nona Debora memiliki anak?” Gene bertanya memastikan. Gene takut, apa yang didengarnya ini salah.Fargo mengangguk. “Ya, Debora sudah menikah dan memiliki anak. Aku sudah lama tidak mendengar kabarnya. Wajar kalau sekarang Debora sudah menikah dan memiliki anak. Usianya sud

    Last Updated : 2023-09-17
  • Fargo & Carol   Bab 5. Jealousy

    *Carol, aku memiliki meeting pagi. Aku harus berangkat lebih awal. Maaf aku tidak membangunkanmu. Kau tidur terlalu pulas. Aku tidak tega membangunkanmu. Aku akan usahakan pulang lebih awal. Your Husband—Fargo. J.*Carol mengembuskan napas panjang membaca sebuah note yang tertuliskan tulisan tangan sang suami. Carol tak mengira kalau Fargo akan berangkat lebih awal. Tadi malam dirinya dan Fargo terlalu asik menemani Arabella bermain, sampai tak membahas apa pun selain menjaga Arabella. Andai saja Carol tahu Fargo memiliki meeting pagi, pasti Carol akan mengatur alarm lebih pagi lagi, agar bisa membantu sang suami bersiap-siap. “Lebih baik aku ke kamar Arabella saja.” Carol bergumam pelan. Wanita itu memutuskan untuk ke kamar Arabella. Carol berbalik, dan hendak melangkah pergi. Namun, tiba-tiba benak Carol memikirkan sesuatu. Sesuatu di mana memunculkan ide dalam pikirannya. “Nanti siang, aku bawakan saja makan untuk Fargo. Sudah lama aku tidak mengantarkan makanan ke kantor.” Car

    Last Updated : 2023-09-17
  • Fargo & Carol   Bab 6. Business Trip?

    Fargo menegak vodka di tangannya, seraya memejamkan mata singkat. Pria itu berdiri di balik kaca besar yang ada di ruang kerja mansionnya. Tampak tatapan mata Fargo menatap lurus ke depan, dengan pikiran yang tengah memikirkan sesuatu. Sesuatu yang telah berhasil mengusik ketenangan hati dan pikirannya.Suara dering ponsel terdengar. Refleks, Fargo mengalihkan pandangannya, pada ponselnya yang ada di atas meja. Fargo mendekat, mengambil ponsel itu—menatap ke layar tertera nomor Gene di sana. Fargo mengembuskan napas kasar. Pria itu enggan untuk menjawab, karena pusing di kepalanya. Tetapi, Fargo khawatir kalau ada hal penting yang ingin Gene katakan padanya. Akhirnya, Fargo memutuskan untuk menjawab panggilan tersebut.“Ada apa, Gene?” jawab Fargo kala panggilan terhubung.“Selamat malam, Tuan. Maaf mengganggu Anda. Saya hanya ingin memastikan minggu ini, Anda terbang ke New York bersama siapa?” tanya Gene penuh sopan dari seberang sana. Fargo terdiam mendengar pertanyaan Gene. Fargo

    Last Updated : 2023-10-09
  • Fargo & Carol   Bab 7. Suspicion

    “Mommy.” Andrew berlari, memeluk Debora dengan begitu erat. Bocah laki-laki itu nampak senang karena ibunya sudah pulang dari kantor. Pun Debora membalas pelukan Andrew tak kalah erat. Debora menundukan tubuhnya, bersejajar pada tubuh Andrew.“Anak Mommy yang tampan, apa kau merindukan Mommy, Sayang?” Dobora mengelus pipi Andrew, dan memberikan kecupan di pipi putranya itu.Andrew menganggukan kepalanya. “Ya, Mommy. Aku sangat merindukanmu.”Debora tersenyum. “Bagaimana dengan sekolahmu, Sayang? Semua lancar, kan?”“Mommy, aku di sekolah mendapatkan nilai A. Mommy tenang saja, aku smart boy,” kata Andrew dengan senyuman riang di wajahnya.“Good, kau memang anak Mommy yang pintar.” Debora mencium pipi Andrew. “Sayang, ada hal yang Mommy ingin katakan padamu.”“Apa, Mommy?” tanya Andrew polos seraya menatap Debora.“Minggu ini, Mommy memiliki perjalanan bisnis ke New York. Tidak akan lama. Hanya dua haru saja. Kau tidak apa-apa, kan ditinggal bersama pengasuhmu?” ujar Debora lembut.“Ja

    Last Updated : 2023-10-09
  • Fargo & Carol   Bab 8. I Miss You

    Awan putih mengumpul menutupi daratan. Keheningan sempat menyelimuti pesawat pribadi yang telah mengudara. Ketinggian puluhan ribu kaki dari daratan, membuat hanya awan putih yang menjadi object pandang.“Fargo, putrimu sangat cantik. Dia mirip sekali denganmu.” Debora memulai sebuah percakapan. Setelah berjam-jam keheningan menyelimuti, akhirnya wanita itu memiliki memberanikan diri untuk mengeluarkan suara. Debora memang sudah sejak tadi menahan diri. Dia ingin sekali menanyakan tentang kehidupan pribadi Fargo.“Thanks,” jawab Fargo singkat dengan tatapan yang masih fokus pada laporan di tangannya.“Siapa nama lengkap putrimu dan berapa usianya, Fargo?”“Arabella Fargo Jerald. Usianya hampir 2 tahun.” “Nama yang indah. Kau beruntung memiliki istri dan putri yang sangat cantik.” Fargo terdiam sebentar. Tatapan pria itu mulai teralih pada Debora. Fargo hendak mengeluarkan pertanyaan yang selama ini ada di pikiran. Akan tetapi, semua pertanyaan itu seakan sulit untuk lolos dari mul

    Last Updated : 2023-10-09
  • Fargo & Carol   Bab 9. Daddy?

    Dua hari sudah Fargo dan Debora berada di New York. Sejak kejadian tempo hari, mereka sudah jarang berbicara kecuali membahas pekerjaan. Lebih tepatnya di kala Debora ingin berusaha membahas tentang di luar pekerjaan, maka Fargo selalu saja memilih menghindar dari Debora. Sepertinya Fargo tak mau membahas apa yang telah terjadi di masa lalu.Hal itu membuat Debora tak bisa mengatakan apa pun di luar pekerjaan. Debora hanya bisa pasrah di kala Fargo mulai bersikap dinginnya. Fargo seakan memasang dinding tinggi, pengahalang agar Debora tak bisa mendekat. Tak menampik tindakan Fargo membuat Debora menunjukan lukanya.“Debora, apa kau sudah siap? Kita harus ke bandara sekarang,” ucap Fargo seraya melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangannya. Terlihat jelas Fargo yang begitu tak sabar ingin segera kembali ke Los Angeles.Ya, hari ini adalah hari di mana Fargo dan Debora kembali ke Los Angeles. Sesuai dengan rencana Fargo, bahwa pria itu hanya menginginkan dua hari saja di New Yo

    Last Updated : 2023-10-09
  • Fargo & Carol   Bab 10 – He’s Your Son

    Lidah Fargo kelu tak mampu mengeluarkan sebuah kata. Tubuhnya membeku di kala ada seorang bocah laki-laki memanggilnya dengan sebutan ‘Daddy’. Fargo dilanda kebingungan. Pria itu tak mengerti ada apa dengan semua ini.“Daddy, ayo masuk! Aku sudah merindukanmu.” Andrew tersenyum pada Fargo, meminta Fargo untuk masuk ke dalam. Sedangkan Fargo masih tetap bergeming. Kaki Fargo seakan berat untuk melangkah masuk. Semua yang ada di pikirannya seakan berperang dengan isi hatinya.“Fargo, masuklah. Andrew sangat merindukanmu. Setelah ini aku akan menjelaskan padamu,” jawab Debora pelan dengan senyuman di wajahnya. Tatapan Debora begitu hangat, meminta Fargo untuk masuk ke dalam. Wanita itu berjanji akan menceritakan semuanya pada Fargo, tanpa terkecuali.Fargo mengatur napasnya, berusaha untuk tenang. Sorot mata Fargo seakan menunjukan menuntut penjelasan. Detik selanjutnya, Fargo mendekat ke arah Andrew. Bocah laki-laki itu nampak sangat senang akan kehadirannya, membuat hati Fargo bergetar

    Last Updated : 2023-10-09
  • Fargo & Carol   Bab 11. Lying Again

    “Momny, I want Daddy. I want Daddy, Mommy. Please, I want Daddy.” Arabella menangis seraya menarik-narik dress Carol. Balita kecil cantik itu meraung meminta bertemu dengan ayahnya. Terlihat jelas bahwa Arabella begitu merindukan ayahnya.“Sayang, sabarlah. Daddy pasti akan pulang.” Carol menghela napas dalam, sudah lebih dari lima kali dirinya menghubungi Fargo tapi suaminya itu tak menjawab ponselnya. Waktu menunjukan pukul 8 malam. Harusnya Fargo sejak tadi sudah pulang. Pun Carol sudah melihat radar pesawat kalau pesawat pribadi milik suaminya telah mendarat di Los Angeles. Tapi entah kenapa malah Fargo tak kunjung pulang.Arabella berguling di lantai, mengamuk ingin bertemu dengan ayahnya. Sontak Carol dibuat terkejut. Carol hendak menggendong Arabella, namun Arabella menolak. Balita kecil itu tak henti memanggil ‘Daddy’.Carol berdecak kesal. Arabella adalah anak yang pintar. Carol sudah berjanji pada Fargo kalau Fargo akan pulang, jadi wajar saja kalau Arabella menagih janjinya

    Last Updated : 2023-10-10

Latest chapter

  • Fargo & Carol   Bab 49. Ending Scene (TAMAT)

    “Kita akan berlibur, Dad, Mom?” Arabella menatap penuh binar bahagia pada kedua orang tuanya di kala mendapatkan informasi bahwa kedua orang tuanya akan mengajak berlibur bersama.Fargo dan Carol tersenyum dan mengangguk. “Ya, kita akan pergi berlibur.”“Yeay!” Arabella memekik kegirangan. “Daddy, Mommy.” Axton melangkah menghampiri Fargo dan Carol yang ada di ruang keluarga. Bocah laki-laki itu baru saja selesai bermain sepeda di halaman belakang rumahnya.“Axton, kita akan pergi berlibur.” Arabella yang melihat Axton datang langsung memeluk adiknya itu.Kening Axton mengerut. “Kita akan berlibur?”Arabella mengurai pelukannya, dan menangkup kedua rahang adiknya itu. “Iya, Axton. Kita akan pergi berlibur. Kau senang, kan?”Senyuman sumiringah terlihat di wajah Axton. “Yeay, aku senang sekali, Kak. Aku senang kita akan berlibur.”Arabella dan Axton saling berpegangan tangan. Mereka melompat-lompat dan tersenyum bahagia karena akan berlibur keluarga. Tampak Fargo dan Carol tersenyum m

  • Fargo & Carol   Bab 48. Extra Part III

    “Uncle Daddy.” Arabella menghamburkan tubuhnya pada Damian yang baru saja tiba. Refleks, Damian menggendong Arabella dan mengecupi pipi bulat Arabella bertubi-tubi.Fargo dan Carol tersenyum melihat Arabella yang sangat dekat dengan Damian. Ya, harusnya Arabella memanggil Damian dengan sebutan ‘Grandpa’, tapi tentu saja Damian menolak dipanggil ‘Grandpa’. Awalnya Arabella memanggil Damian dengan sebutan Paman seperti Fargo. Akan tetapi semakin bertambah usia Arabella panggilan Paman untuk Damian tergantikan ‘Uncle Daddy’. Panggilan itu membuat semua orang gemas pada Arabella termasuk juga Damian yang gemas.“Little girl, kau semakin hari semakin cantik,” puji Damian yang tak henti menghujani Arabella dengan kecupan.“Uncle Daddy juga semakin tampan,” jawab Arabella sambil melingkarkan tangannya di leher Damian.Kimberly tersenyum melihat sikap manis Arabella.“Hi, Kim.” Carol memeluk Kimberly bergantian dengan Fargo yang juga memeluk Kimberly.“Ah, Diego. Tubuhmu semakin tinggi dan

  • Fargo & Carol   Bab 47. Extra Part II

    Carol dan Fargo masih belum mengatakan apa pun setelah mendengar keluhan putri sulung mereka. Baik Carol dan Fargo sama-sama melukiskan senyuman di wajah mereka. Mereka tak mengira alasan yang membuat putri mereka kesal adalah Diego—anak Kimberly dan Damian.Carol yang tadinya kesal, kali ini sudah mulai membaik tak lagi kesal. Bagaimana tidak? Alasan putri kecilnya itu sangat lucu. Memang Arabella itu sangat manja pada Diego. Arabella selalu menyukai setiap kali Diego menjemputnya. Jadi tak heran kalau sekarang Diego tak bisa datang menjemput, pasti Arabella akan merajuk seperti anak kecil. Fargo membawa tangannya membelai pipi Arabella. “Jadi kau kesal karena Diego tidak bisa datang menjemputmu, dan juga kesal karena banyak teman-temanmu mengirimkan surat cinta untuk Diego?” ulangnya memastikan.Arabella mengangguk sambil melipat tangan di depan dada. “Iya, Daddy. Aku kesal sekali.”Fargo mengecupi pipi bulat Arabella. “Oke, nanti besok Daddy akan meminta Diego datang ke sini untu

  • Fargo & Carol   Bab 46. Extra Part

    Tiga tahun berlalu … Suara dering ponsel terdengar membuat Carol yang tengah membuat kue langsung mengalihkan pandangannya ke arah ponselnya yang ada di atas meja. Carol mendecakkan lidahnya pelan di kala ada yang mengganggunya. Padahal dirinya sedang sibuk membuat kue.“Nyonya, biar saya yang menyelesaikan membuat kue ini. Anda bisa menjawab telepon Anda. Mungkin saja itu adalah telepon penting,” ucap sang pelayan sopan. Pelayan itu menawarkan diri, karena dia pun tengah membantu Carol membuat kue.Carol mendesah panjang. Padahal sedikit lagi kue yang dibuatnya akan segera selesai, tapi malah ada saja yang mengganggunya. Dengan wajah sedikit kesal, Carol mencuci tangannya hingga bersih—dan mengambil ponselnya di atas meja—tertera nomor sopir putrinya menghubunginya.Carol terdiam sebentar nampak bingung. Tak biasanya sopir Arabella menghubunginya. Tanpa pikir panjang, Carol memutuskan untuk menjawab panggilan telepon tersebut.“Hallo?” jawab Carol kala panggilan terhubung.“Nyonya,

  • Fargo & Carol   Bab 45. Perfect Ending

    Beberapa bulan berlalu …“Sayang, kenapa kau membelikanku ice cream cokelat? Aku sedang ingin ice cream vanilla.” Carol merajuk kesal pada Fargo yang membawakannya ice cream cokelat. Wanita itu melipat tangan di depan dada tepatnya di atas perut buncitnya. Bibirnya tertekuk seperti anak kecil yang tak dibelikan mainan.Fargo mengembuskan napas kasar. “Tadi kau hanya bilang ingin ice cream saja. Jadi aku memilih cokelat. Kau biasanya juga suka ice cream cokelat.”Fargo nyaris dibuat sakit kepala oleh keinginan Carol. Tadi istrinya itu ingin dirinya sendiri yang membelikan ice cream, setelah dirinya sudah membeli ice cream, tetap malah disalahkan. Padahal Fargo sudah memilih ice cream yang sering disukai istrinya itu.Bibir Carol kian menekuk. “Aku ingin ice cream vanilla. Aku tidak mau ice cream cokelat.”Fargo mengangguk memilih untuk mengalah. “Oke, aku akan membelikan lagi untukmu. Kau tunggu sebentar.” Lalu Fargo hendak pergi, namun Carol memeluk lengan Fargo, seakan tak membiarkan

  • Fargo & Carol   Bab 44. Everyone Deserves to be Happy

    “Fargo, ayo kita berangkat sekarang, Sayang. Daddy dan Mommy sudah menunggu kita.” Carol berucap seraya menyisir rambutnya. Pagi menyapa Carol sudah tampil cantik dengan midi dress motif bunga kecil-kecil.Fargo mendekat sambil memakai arlojinya. “Iya, Sayang. Tenanglah. Kita tidak akan terlambat. Pamanku dan Kimberly juga masih di jalan, mereka belum sampai di rumah orang tuaku.”Pagi ini, keluarga Carol dan keluarga Fargo berkumpul bersama. Itu kenapa Carol dan Fargo sibuk ingin bersiap-siap. Pun mereka juga tak sabar ingin bertemu Arabella. Sebelumnya memang Arabella cukup lama tinggal di orang tua Carol atau orang tua Fargo. Alasannya karena waktu itu Carol dan Fargo tengah mengurus proses cerai mereka. Baik Carol ataupun Fargo tak ingin sampai Arabella mengerti bahwa mereka memiliki masalah.Carol merapikan kerah baju sang suami. “Ya sudah kita berangkat sekarang. Aku merindukan putri kecil kita, Sayang.”Fargo menganggukan kepalanya, dan memberikan kecupan di bibir sang istri. D

  • Fargo & Carol   Bab 43. Strong Love

    Carol tak menyangka akan keputusannya. Tepatnya di kala sang hakim hendak ingin mengetuk palu, hati Carol mendorong keras dirinya, seakan memberikan perintah untuk menghentikan semua itu. Ya, pada akhirnya ego dan perasaan yang menang adalah perasaan. Fakta membuktikan bahwa cinta Carol lebih kuat dari apa pun.Mungkin banyak orang di luar sana mengatakan bahwa Carol bodoh, karena tetap mencintai pria yang menorehkan luka padanya amat dalam. Namun, wanita itu sama sekali tak peduli akan pendapat orang tentangnya. Karena hati tak pernah bisa untuk berbohong.Saat ini Carol berada dalam pelukan Fargo. Belum ada kata yang Carol ataupun Faro ucap. Hanya pelukan hangat yang seakan menyalurkan rasa cinta mereka yang amat dalam. Setelah persidangan, Fargo membawa Carol pulang. Seluruh keluarga memberikan ruang untuk Carol dan Fargo berdua. Dua insan itu butuh waktu berdua demi mencairkan gunung es yang telah menyelimuti hubungan mereka.“Fargo, di mana putri kita??” Carol memulai percakapan,

  • Fargo & Carol   Bab 42. The Divorce Trial

    Carol menatap cermin yang ada di hadapannya. Raut wajah Carol menunjukan jelas kemuraman dan kesedihan yang menyelimuti. Riasan di wajahnya sangat tipis bahkan nyaris tak terlihat. Mata sedikit sembab akibat tangis sepanjang malam.Tatapan Carol teralih pada cincin pernikahan yang melingkar di jari manisnya. Cincin yang telah menemaninya bertahun-tahun lamanya. Carol menyentuh cincin pernikahannya itu. Matanya sudah berkaca-kaca hendak ingin meneteskan air mata. Namun, Carol segera menyeka air matanya agar tak berlinang.Ya, hari ini adalah hari di mana Carol akan melepas Fargo selamanya. Hati Carol selalu terluka membayangkan akan melepas Fargo. Akan tetapi, Carol menyadari bahwa tindakan yang diambilnya adalah yang paling terbaik. Bagi Carol, selamanya Fargo tak akan pernah bisa untuk berubah. Fargo tak pernah mau belajar dari kesalahan di masa lalu. Meskipun berat, tapi Carol harus tetap bisa merelakan bahwa memang takdir tak menakdirkan dirinya bersama dengan Fargo.Mata indah Ca

  • Fargo & Carol   Bab 41. Last Kiss

    Berita tentang perceraian Fargo dan Carol telah terdengar oleh publik. Lagi dan lagi, Fargo menjadi topik pembahasan utama para media. Kasus perselingkuhan Fargo di masa lalu, masih kerap menjadi pembahasan, dan sekarang ditambah kasus percaian Fargo dengan Carol. Beberapa wartawan kerap mewawancarai pihak keluarga Fargo dan keluarga Carol, namun hingga detik ini keluarga Fargo dan Carol memilih untuk bungkam, tak sama sekali menjawab pertanyaan dari para wartawan. Tentu, keluarga Fargo dan Carol memilih untuk tidak bersuara, karena tak ingin memperkeruh suasana. Tidak ada yang bisa membujuk Carol. Bahkan kemarin, Cadey dan Kimberly sempat berbicara dengan Carol, membahas tentang masalah Carol dan Fargo, namun sayangnya tak berhasil. Carol meminta Cadey, Kimberly, bahkan semua pihak keluarga untuk tak ikut campur dalam keputusan yang telah dia buat.Menjelang sidang perceraian, Carol menitipkan Arabella pada orang tuanya saja. Pun orang tua Fargo juga turut menjaga Arabella bergan

DMCA.com Protection Status