Home / Rumah Tangga / Fargo & Carol / Bab 6. Business Trip?

Share

Bab 6. Business Trip?

last update Last Updated: 2023-10-09 17:21:25

Fargo menegak vodka di tangannya, seraya memejamkan mata singkat. Pria itu berdiri di balik kaca besar yang ada di ruang kerja mansionnya. Tampak tatapan mata Fargo menatap lurus ke depan, dengan pikiran yang tengah memikirkan sesuatu. Sesuatu yang telah berhasil mengusik ketenangan hati dan pikirannya.

Suara dering ponsel terdengar. Refleks, Fargo mengalihkan pandangannya, pada ponselnya yang ada di atas meja. Fargo mendekat, mengambil ponsel itu—menatap ke layar tertera nomor Gene di sana. Fargo mengembuskan napas kasar. Pria itu enggan untuk menjawab, karena pusing di kepalanya. Tetapi, Fargo khawatir kalau ada hal penting yang ingin Gene katakan padanya. Akhirnya, Fargo memutuskan untuk menjawab panggilan tersebut.

“Ada apa, Gene?” jawab Fargo kala panggilan terhubung.

“Selamat malam, Tuan. Maaf mengganggu Anda. Saya hanya ingin memastikan minggu ini, Anda terbang ke New York bersama siapa?” tanya Gene penuh sopan dari seberang sana.

Fargo terdiam mendengar pertanyaan Gene. Fargo tahu dirinya tak mungkin pergi sendiri. Pasalnya, pria itu khawatir akan ada dokumen yang tertinggal. Memang, selama ini setiap Fargo pergi perjalanan bisnis, Gene selalu ikut dengannya. Hanya saja untuk perjalanan bisnis kali ini tidak bisa, karena Gene harus menyambut rekan bisnisnya yang datang dari Dubai.

“Gene, apa memungkinkan aku membawa salah satu top management di perusahaan?”

“Tuan, jika Anda membawa salah satu jajaran top management, bukankah, nantinya akan merepotkan Anda sendiri? Para top management juga selama ini selalu membawa sekretaris mereka setiap kali meeting penting. Menurut saya, lebih baik Anda membawa Nona Debora Tansy, Tuan. Seperti yang Anda katakan, kita harus bersikap professional.”

Lagi, Fargo terdiam. Benak Fargo seakan sependapat dengan apa yang dikatakan oleh Gene. Seharusnya, Fargo memang bersikap professional. Debora sekarang adalah sekretarisnya. Yang mana memang sudah seharusnya, Fargo melakukan perjalanan bisnis dengan Debora. Akan tetapi, hati Fargo benar-benar seakan terganjal sesuatu.

“Aku akan pikirkan lagi.”

“Baik, Tuan.”

Tanpa lagi berkata, Fargo menutup panggilan tersebut. Lantas, pria itu melangkah keluar dari ruang kerjanya, menuju ke dalam kamar menemui sang istri. Tadi siang, di kala Carol datang ke kantor untuk mengantarkan makanan, Fargo memutuskan untuk pulang lebih awal bersama dengan sang istri.

Saat tiba di kamar, tatapan Fargo teralih pada Carol yang tengah terlelap di ranjang. Fargo mendekat, dan duduk di pinggir ranjang seraya membelai pipi Carol lembut. Ada rasa bersalah dalam diri Fargo karena tak menceritakan tentang Debora. Namun, apa yang Fargo lakukan adalah yang terbaik. Fargo yakin Carol akan salah paham dan berakhir dengan cemburu. Sebelum hamil saja, Carol adalah wanita yang sangat pencemburu. Apalagi sekarang Carol tengah hamil. Kehamilan memang membuat sifat Carol sangat sensitive.  

Pelupuk mata Carol bergerak-gerak kala merasakan sentuhan tangan Fargo. Mata Carol perlahan mulai terbuka. Dan ketika mata Carol sudah terbuka, wanita itu melihat Fargo tengah menyentuh wajahnya. Senyuman di wajah Carol pun terlukis hangat.

“Sayang, kau belum tidur?” Carol bangun, dan menyandarkan kepalanya di dada bidang sang suami.

“Aku belum mengantuk,” jawab Fargo seraya mengecup puncak kepala Carol. “Putri kita sudah tidur, kan?” tanyanya memastikan.

“Sudah, Sayang. Putri kecil kita sudah tidur.” Carol memeluk erat pinggang sang suami.

Fargo mengusap rambut panjang Carol. “Carol, aku ingin memberitahumu sesuatu.”

“Kau ingin memberitahu apa?” Carol mendongak, menatap Fargo penuh kehangatan.

“Minggu ini aku harus terbang ke New York. Ada meeting penting di sana.”

“Kau akan ke New York?”

“Ya, tidak akan lama. Mungkin hanya untuk dua atau tiga hari saja, Carol. Setelah pekerjaanku di sana selesai, aku akan langsung kembali ke Los Angeles.”

Carol menatap mata Fargo dengan tatapan penuh serius yang tersirat curiga. “Kau pergi ke New York besama dengan Gene?” tanyanya memastikan.

“Gene harus tetap ada di sini, karena dia memiliki pekerjaan di sini,” jawab Fargo menerangkan.

“Lalu kau ke New York bersama dengan siapa? Sekretaris barumu?” Raut wajah Carol berubah menjadi sedikit kesal. Yang membuat Carol kesal adalah Debora sangat cantik. Ada rasa khawatir dalam diri Carol. Sekalipun, Carol percaya pada sang suami, tetap saja Carol harus waspada.

Fargo mengembuskan napas panjang. “Ya, kemungkinan aku akan pergi bersama dengan Debora.”

“Apa kau tidak bisa pergi sendiri saja?” tanya Carol ketus.

Fargo menangkup kedua pipi Carol. “Aku tidak bisa pergi sendiri, karena aku takut ada dokumen yang tertinggal. Aku butuh sekretaris untuk menyiapkan segala dokumen meeting nanti, Carol. Aku berjanji tidak akan lama di sana.”

Carol masih diam, dan memasang wajah dingin. Carol menunjukan jelas rasa tak suka.

“Carol, kenapa wajahmu kesal seperti itu?” Fargo membelai pipi Carol lembut.

Carol menekuk bibirnya. “Aku tidak suka kau pergi ke luar kota dengan sekretarismu itu. Kau minta Gene saja untuk menggantikanmu.”

“Carol, tidak bisa. Client-ku yang ada di New York, hanya ingin bertemu denganku,” ujar Fargo berusaha memberikan penjelasan.

Carol berdecak tak suka. “Aku tidak mau ditinggal, Fargo. Meski hanya beberapa hari saja, aku tidak mau!” Carol merajuk seperti anak kecil.

Fargo mendekatkan wajahnya ke wajah Carol. “Sayang, aku mohon mengertilah. Aku berjanji tidak akan lama di sana.”

Carol nampak jelas begitu kesal. Akan tetapi, Carol tak ingin bersikap egois. Carol yakin kalau Fargo sudah memohon seperti ini, maka artinya meeting itu sangat penting.

“Dua hari. Kau harus menyelesaikan pekerjaanmu dalam dua hari. Aku tidak mau ditinggal lama. Aku yakin Arabella juga tidak suka ditinggal lama,” tukas Carol dengan bibir mencebik. Terpaksa, Carol harus memberikan izin pada sang suami. Carol berusaha menekan ego dalam dirinya. Pun wanita itu menyingkirkan pikiran negative dalam benaknya.

Fargo tersenyum dan mengecupi bibir Carol. “Ya, dalam dua hari aku pasti sudah pulang.”

“Ponselmu tidak boleh mati, Fargo. Kau harus cepat membalas pesanku dan mengangkat teleponku,” kata Carol penuh peringatan.

Fargo mengangguk. “Oke, Mrs. Jerald. Aku pasti akan menjawab telepon dan pesanmu cepat. Aku berjanji.”

Carol membenamkan wajahnya, di dada bidang Fargo. Memeluk suaminya itu dengan erat. Pun Fargo membalas pelukan Carol tak kalah erat. Fargo telah mengambil sebuah keputusan. Tak ada pilihan lain, Fargo akhirnya memutuskan berangkat ke New York bersama dengan Debora. Fargo tetap harus bersikap professional. Sekarang, Debora adalah sekretarisnya.

***

“Pagi, Fargo.” Debora menyapa Fargo yang baru saja tiba di kantor. Debora memang datang lebih awal, karena takut terlambat. Hal itu membuat belum banyak karyawan yang hadir.

“Pagi. Debora, tolong ikut aku ke ruanganku,” ucap Fargo dingin dengan raut wajah tanpa ekspresi.

Debora mengangguk patuh merespon ucapan Fargo. Wanita itu segera melangkah mengikuti Fargo masuk ke dalam ruang kerja Fargo.

“Bagaimana dengan luka di kakimu? Apa masih sangat sakit?” tanya Fargo di kala dirinya dan Debora tiba di ruang kerjanya. Pagi ini Fargo sengaja berangkat lebih awal ke kantor, karena ingin menyelesaikan pekerjaan sebelum keberangkatannya ke New York.

“Sudah lebih baik, Fargo. Kau tidak usah khawatir, aku akan tetap bisa bekerja meski kakiku masih luka,” jawab Debora lembut dan hangat.

Fargo mengangguk. “Ada hal penting tang ingin aku beritahu padamu.”

“Ada apa, Fargo?”

“Minggu ini, aku akan terbang ke New York karena memiliki meeting penting di sana. Gene tidak bisa menemaniku. Dia harus mengerjakan tugasnya di sini. Aku ingin kau ikut denganku ke New York. Kita di sana hanya dua hari saja. Tidak akan lama. Kau bisa, kan?”

Raut wajah Debora terkejut mendengar apa yang dikatakan Fargo. “K-kau mengajakku ke New York?” ulangnya memastikan.

Fargo kembali mengangguk. “Ya, kau adalah sekretarisku. Kau bertanggung jawab atas tugasmu menyiapkan dokumen yang aku butuhkan setiap aku meeting.”

Debora tersenyum. Mata biru wanita itu menunjukan jelas kebahagiaanya. “Tentu aku bisa, Fargo. Aku pasti bisa menemanimu meeting di New York. Aku berjanji akan mengerjakan pekerjaanku dengan sebaik mungkin Fargo.”

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Dewi Gita
baru juga baca, udah terkunci
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Fargo & Carol   Bab 7. Suspicion

    “Mommy.” Andrew berlari, memeluk Debora dengan begitu erat. Bocah laki-laki itu nampak senang karena ibunya sudah pulang dari kantor. Pun Debora membalas pelukan Andrew tak kalah erat. Debora menundukan tubuhnya, bersejajar pada tubuh Andrew.“Anak Mommy yang tampan, apa kau merindukan Mommy, Sayang?” Dobora mengelus pipi Andrew, dan memberikan kecupan di pipi putranya itu.Andrew menganggukan kepalanya. “Ya, Mommy. Aku sangat merindukanmu.”Debora tersenyum. “Bagaimana dengan sekolahmu, Sayang? Semua lancar, kan?”“Mommy, aku di sekolah mendapatkan nilai A. Mommy tenang saja, aku smart boy,” kata Andrew dengan senyuman riang di wajahnya.“Good, kau memang anak Mommy yang pintar.” Debora mencium pipi Andrew. “Sayang, ada hal yang Mommy ingin katakan padamu.”“Apa, Mommy?” tanya Andrew polos seraya menatap Debora.“Minggu ini, Mommy memiliki perjalanan bisnis ke New York. Tidak akan lama. Hanya dua haru saja. Kau tidak apa-apa, kan ditinggal bersama pengasuhmu?” ujar Debora lembut.“Ja

    Last Updated : 2023-10-09
  • Fargo & Carol   Bab 8. I Miss You

    Awan putih mengumpul menutupi daratan. Keheningan sempat menyelimuti pesawat pribadi yang telah mengudara. Ketinggian puluhan ribu kaki dari daratan, membuat hanya awan putih yang menjadi object pandang.“Fargo, putrimu sangat cantik. Dia mirip sekali denganmu.” Debora memulai sebuah percakapan. Setelah berjam-jam keheningan menyelimuti, akhirnya wanita itu memiliki memberanikan diri untuk mengeluarkan suara. Debora memang sudah sejak tadi menahan diri. Dia ingin sekali menanyakan tentang kehidupan pribadi Fargo.“Thanks,” jawab Fargo singkat dengan tatapan yang masih fokus pada laporan di tangannya.“Siapa nama lengkap putrimu dan berapa usianya, Fargo?”“Arabella Fargo Jerald. Usianya hampir 2 tahun.” “Nama yang indah. Kau beruntung memiliki istri dan putri yang sangat cantik.” Fargo terdiam sebentar. Tatapan pria itu mulai teralih pada Debora. Fargo hendak mengeluarkan pertanyaan yang selama ini ada di pikiran. Akan tetapi, semua pertanyaan itu seakan sulit untuk lolos dari mul

    Last Updated : 2023-10-09
  • Fargo & Carol   Bab 9. Daddy?

    Dua hari sudah Fargo dan Debora berada di New York. Sejak kejadian tempo hari, mereka sudah jarang berbicara kecuali membahas pekerjaan. Lebih tepatnya di kala Debora ingin berusaha membahas tentang di luar pekerjaan, maka Fargo selalu saja memilih menghindar dari Debora. Sepertinya Fargo tak mau membahas apa yang telah terjadi di masa lalu.Hal itu membuat Debora tak bisa mengatakan apa pun di luar pekerjaan. Debora hanya bisa pasrah di kala Fargo mulai bersikap dinginnya. Fargo seakan memasang dinding tinggi, pengahalang agar Debora tak bisa mendekat. Tak menampik tindakan Fargo membuat Debora menunjukan lukanya.“Debora, apa kau sudah siap? Kita harus ke bandara sekarang,” ucap Fargo seraya melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangannya. Terlihat jelas Fargo yang begitu tak sabar ingin segera kembali ke Los Angeles.Ya, hari ini adalah hari di mana Fargo dan Debora kembali ke Los Angeles. Sesuai dengan rencana Fargo, bahwa pria itu hanya menginginkan dua hari saja di New Yo

    Last Updated : 2023-10-09
  • Fargo & Carol   Bab 10 – He’s Your Son

    Lidah Fargo kelu tak mampu mengeluarkan sebuah kata. Tubuhnya membeku di kala ada seorang bocah laki-laki memanggilnya dengan sebutan ‘Daddy’. Fargo dilanda kebingungan. Pria itu tak mengerti ada apa dengan semua ini.“Daddy, ayo masuk! Aku sudah merindukanmu.” Andrew tersenyum pada Fargo, meminta Fargo untuk masuk ke dalam. Sedangkan Fargo masih tetap bergeming. Kaki Fargo seakan berat untuk melangkah masuk. Semua yang ada di pikirannya seakan berperang dengan isi hatinya.“Fargo, masuklah. Andrew sangat merindukanmu. Setelah ini aku akan menjelaskan padamu,” jawab Debora pelan dengan senyuman di wajahnya. Tatapan Debora begitu hangat, meminta Fargo untuk masuk ke dalam. Wanita itu berjanji akan menceritakan semuanya pada Fargo, tanpa terkecuali.Fargo mengatur napasnya, berusaha untuk tenang. Sorot mata Fargo seakan menunjukan menuntut penjelasan. Detik selanjutnya, Fargo mendekat ke arah Andrew. Bocah laki-laki itu nampak sangat senang akan kehadirannya, membuat hati Fargo bergetar

    Last Updated : 2023-10-09
  • Fargo & Carol   Bab 11. Lying Again

    “Momny, I want Daddy. I want Daddy, Mommy. Please, I want Daddy.” Arabella menangis seraya menarik-narik dress Carol. Balita kecil cantik itu meraung meminta bertemu dengan ayahnya. Terlihat jelas bahwa Arabella begitu merindukan ayahnya.“Sayang, sabarlah. Daddy pasti akan pulang.” Carol menghela napas dalam, sudah lebih dari lima kali dirinya menghubungi Fargo tapi suaminya itu tak menjawab ponselnya. Waktu menunjukan pukul 8 malam. Harusnya Fargo sejak tadi sudah pulang. Pun Carol sudah melihat radar pesawat kalau pesawat pribadi milik suaminya telah mendarat di Los Angeles. Tapi entah kenapa malah Fargo tak kunjung pulang.Arabella berguling di lantai, mengamuk ingin bertemu dengan ayahnya. Sontak Carol dibuat terkejut. Carol hendak menggendong Arabella, namun Arabella menolak. Balita kecil itu tak henti memanggil ‘Daddy’.Carol berdecak kesal. Arabella adalah anak yang pintar. Carol sudah berjanji pada Fargo kalau Fargo akan pulang, jadi wajar saja kalau Arabella menagih janjinya

    Last Updated : 2023-10-10
  • Fargo & Carol   Bab 12. Disappointment

    Fargo menegak vodka di tangannya. Raut wajah Fargo sangat kacau, akibat pikiran yang menghantui dirinya. Pagi ini, Fargo memang sengaja berangkat ke kantor lebih awal, demi menghindar dari sang istri. Setiap kali Fargo melihat Carol, maka yang timbul hanyalah sebuah rasa bersalah. Fargo tak pernah mengira kalau dirinya memiliki anak dari Debora. Kesalahan satu malam di masa lalunya, membuat masa depannya sekarang dipertaruhkan. Hal yang paling rumit adalah Fargo bingung bagaimana menjelaskannya, pada Carol. Fargo terlalu takut Carol tak bisa menerima semuanya. Ditambah dirinya harus berkali-kali bohong demi menutupi tentang kenyataan yang ada.“Tuan?” Gene melangkah menghampiri Fargo.“Ada apa, Gene?” tanya Fargo seraya menatap Gene dingin.“Tuan, hari ini Anda memiliki jadwal bertemu dengan—”“Gene, kosongkan jadwalku hari ini. Aku tidak mau bertemu dengan siapa pun. Tunda semua pertemuanku.” Fargo langsung memotong ucapan Gene.Gene mengangguk sopan. “Baik, Tuan.”“Gene, apa mungki

    Last Updated : 2023-10-10
  • Fargo & Carol   Bab 13. Messed Up

    Fargo menatap Andrew yang kini tengah tertidur pulas di ranjang. Setelah puas bermain, Andrew akhirnya tertidur. Bocah laki-laki itu nampak begitu nyenyak terlelap dalam pelukan Fargo. Ya, Fargo menemani Andrew bermain sampai bocah itu terlelap.Fargo tak sendiri. Di samping Andrew tepat di sisi kiri ada Debora yang juga menemani Andrew bermain. Andrew tak hanya bermain dengan Fargo saja, tapi Debora pun menemani sesuai dengan keinginan Andrew.Posisi kecanggungan terjadi. Fargo berada di kamar Andrew bersama dengan Debora, layaknya pasangan suami istri yang telah menidurkan anak mereka. Sungguh, kondisi seperti ini membuat Fargo sangat tak nyaman. Hati Fargo terus merasa bersalah pada Carol.“Debora, Andrew sudah tidur. Aku harus pulang sekarang,” ucap Fargo dingin dan penuh ketegasan. Nadanya pelan, tapi menekankan.“Apa tidak lebih baik kau menginap saja, Fargo? Ini sudah malam,” ujar Debora menawarkan Fargo untuk menginap. Tatapan mata wanita itu tak lepas menatap Fargo penuh keri

    Last Updated : 2023-10-10
  • Fargo & Carol   Bab 14. DNA Test Request

    Fargo menatap Carol dan Arabella yang tertidur pulas. Carol tertidur di kursi seraya memeluk Arabella yang terlelap di atas ranjang. Selang infus yang ada di tangan mungil Arabella membuat hati Fargo benar-benar merasa sesak. Penyesalan melingkupinya. Fargo tak tega melihat putri kecilnya sakit sampai harus dirawat.Sepuluh menit lalu, Fargo baru saja berbicara dengan dokter. Sang dokter menjelaskan bahwa Arabella demam tinggi dan tensi darahnya pun rendah. Hal itu yang membuat dokter memutuskan Arabella harus dirawat guna pemeriksaan lebih lanjut.Fargo membelai pipi Arabella, dan mengecupi pipi bulat Arabella. Mata putri kecilnya itu sembab. Fargo yakin pasti di kala putrinya ingin diinfus, putri kecilnya itu menangis. Sungguh, mengingat itu membuat rasa bersalah Fargo kian menelusup ke dalam dirinya.Tatapan Fargo teralih pada Carol yang terlelap. Kondisi Carol yang tengah hamil muda, membuat pria itu semakin khawatir. Fargo tak mungkin membiarkan Carol tidur dalam kondisi tak nyam

    Last Updated : 2023-10-10

Latest chapter

  • Fargo & Carol   Bab 49. Ending Scene (TAMAT)

    “Kita akan berlibur, Dad, Mom?” Arabella menatap penuh binar bahagia pada kedua orang tuanya di kala mendapatkan informasi bahwa kedua orang tuanya akan mengajak berlibur bersama.Fargo dan Carol tersenyum dan mengangguk. “Ya, kita akan pergi berlibur.”“Yeay!” Arabella memekik kegirangan. “Daddy, Mommy.” Axton melangkah menghampiri Fargo dan Carol yang ada di ruang keluarga. Bocah laki-laki itu baru saja selesai bermain sepeda di halaman belakang rumahnya.“Axton, kita akan pergi berlibur.” Arabella yang melihat Axton datang langsung memeluk adiknya itu.Kening Axton mengerut. “Kita akan berlibur?”Arabella mengurai pelukannya, dan menangkup kedua rahang adiknya itu. “Iya, Axton. Kita akan pergi berlibur. Kau senang, kan?”Senyuman sumiringah terlihat di wajah Axton. “Yeay, aku senang sekali, Kak. Aku senang kita akan berlibur.”Arabella dan Axton saling berpegangan tangan. Mereka melompat-lompat dan tersenyum bahagia karena akan berlibur keluarga. Tampak Fargo dan Carol tersenyum m

  • Fargo & Carol   Bab 48. Extra Part III

    “Uncle Daddy.” Arabella menghamburkan tubuhnya pada Damian yang baru saja tiba. Refleks, Damian menggendong Arabella dan mengecupi pipi bulat Arabella bertubi-tubi.Fargo dan Carol tersenyum melihat Arabella yang sangat dekat dengan Damian. Ya, harusnya Arabella memanggil Damian dengan sebutan ‘Grandpa’, tapi tentu saja Damian menolak dipanggil ‘Grandpa’. Awalnya Arabella memanggil Damian dengan sebutan Paman seperti Fargo. Akan tetapi semakin bertambah usia Arabella panggilan Paman untuk Damian tergantikan ‘Uncle Daddy’. Panggilan itu membuat semua orang gemas pada Arabella termasuk juga Damian yang gemas.“Little girl, kau semakin hari semakin cantik,” puji Damian yang tak henti menghujani Arabella dengan kecupan.“Uncle Daddy juga semakin tampan,” jawab Arabella sambil melingkarkan tangannya di leher Damian.Kimberly tersenyum melihat sikap manis Arabella.“Hi, Kim.” Carol memeluk Kimberly bergantian dengan Fargo yang juga memeluk Kimberly.“Ah, Diego. Tubuhmu semakin tinggi dan

  • Fargo & Carol   Bab 47. Extra Part II

    Carol dan Fargo masih belum mengatakan apa pun setelah mendengar keluhan putri sulung mereka. Baik Carol dan Fargo sama-sama melukiskan senyuman di wajah mereka. Mereka tak mengira alasan yang membuat putri mereka kesal adalah Diego—anak Kimberly dan Damian.Carol yang tadinya kesal, kali ini sudah mulai membaik tak lagi kesal. Bagaimana tidak? Alasan putri kecilnya itu sangat lucu. Memang Arabella itu sangat manja pada Diego. Arabella selalu menyukai setiap kali Diego menjemputnya. Jadi tak heran kalau sekarang Diego tak bisa datang menjemput, pasti Arabella akan merajuk seperti anak kecil. Fargo membawa tangannya membelai pipi Arabella. “Jadi kau kesal karena Diego tidak bisa datang menjemputmu, dan juga kesal karena banyak teman-temanmu mengirimkan surat cinta untuk Diego?” ulangnya memastikan.Arabella mengangguk sambil melipat tangan di depan dada. “Iya, Daddy. Aku kesal sekali.”Fargo mengecupi pipi bulat Arabella. “Oke, nanti besok Daddy akan meminta Diego datang ke sini untu

  • Fargo & Carol   Bab 46. Extra Part

    Tiga tahun berlalu … Suara dering ponsel terdengar membuat Carol yang tengah membuat kue langsung mengalihkan pandangannya ke arah ponselnya yang ada di atas meja. Carol mendecakkan lidahnya pelan di kala ada yang mengganggunya. Padahal dirinya sedang sibuk membuat kue.“Nyonya, biar saya yang menyelesaikan membuat kue ini. Anda bisa menjawab telepon Anda. Mungkin saja itu adalah telepon penting,” ucap sang pelayan sopan. Pelayan itu menawarkan diri, karena dia pun tengah membantu Carol membuat kue.Carol mendesah panjang. Padahal sedikit lagi kue yang dibuatnya akan segera selesai, tapi malah ada saja yang mengganggunya. Dengan wajah sedikit kesal, Carol mencuci tangannya hingga bersih—dan mengambil ponselnya di atas meja—tertera nomor sopir putrinya menghubunginya.Carol terdiam sebentar nampak bingung. Tak biasanya sopir Arabella menghubunginya. Tanpa pikir panjang, Carol memutuskan untuk menjawab panggilan telepon tersebut.“Hallo?” jawab Carol kala panggilan terhubung.“Nyonya,

  • Fargo & Carol   Bab 45. Perfect Ending

    Beberapa bulan berlalu …“Sayang, kenapa kau membelikanku ice cream cokelat? Aku sedang ingin ice cream vanilla.” Carol merajuk kesal pada Fargo yang membawakannya ice cream cokelat. Wanita itu melipat tangan di depan dada tepatnya di atas perut buncitnya. Bibirnya tertekuk seperti anak kecil yang tak dibelikan mainan.Fargo mengembuskan napas kasar. “Tadi kau hanya bilang ingin ice cream saja. Jadi aku memilih cokelat. Kau biasanya juga suka ice cream cokelat.”Fargo nyaris dibuat sakit kepala oleh keinginan Carol. Tadi istrinya itu ingin dirinya sendiri yang membelikan ice cream, setelah dirinya sudah membeli ice cream, tetap malah disalahkan. Padahal Fargo sudah memilih ice cream yang sering disukai istrinya itu.Bibir Carol kian menekuk. “Aku ingin ice cream vanilla. Aku tidak mau ice cream cokelat.”Fargo mengangguk memilih untuk mengalah. “Oke, aku akan membelikan lagi untukmu. Kau tunggu sebentar.” Lalu Fargo hendak pergi, namun Carol memeluk lengan Fargo, seakan tak membiarkan

  • Fargo & Carol   Bab 44. Everyone Deserves to be Happy

    “Fargo, ayo kita berangkat sekarang, Sayang. Daddy dan Mommy sudah menunggu kita.” Carol berucap seraya menyisir rambutnya. Pagi menyapa Carol sudah tampil cantik dengan midi dress motif bunga kecil-kecil.Fargo mendekat sambil memakai arlojinya. “Iya, Sayang. Tenanglah. Kita tidak akan terlambat. Pamanku dan Kimberly juga masih di jalan, mereka belum sampai di rumah orang tuaku.”Pagi ini, keluarga Carol dan keluarga Fargo berkumpul bersama. Itu kenapa Carol dan Fargo sibuk ingin bersiap-siap. Pun mereka juga tak sabar ingin bertemu Arabella. Sebelumnya memang Arabella cukup lama tinggal di orang tua Carol atau orang tua Fargo. Alasannya karena waktu itu Carol dan Fargo tengah mengurus proses cerai mereka. Baik Carol ataupun Fargo tak ingin sampai Arabella mengerti bahwa mereka memiliki masalah.Carol merapikan kerah baju sang suami. “Ya sudah kita berangkat sekarang. Aku merindukan putri kecil kita, Sayang.”Fargo menganggukan kepalanya, dan memberikan kecupan di bibir sang istri. D

  • Fargo & Carol   Bab 43. Strong Love

    Carol tak menyangka akan keputusannya. Tepatnya di kala sang hakim hendak ingin mengetuk palu, hati Carol mendorong keras dirinya, seakan memberikan perintah untuk menghentikan semua itu. Ya, pada akhirnya ego dan perasaan yang menang adalah perasaan. Fakta membuktikan bahwa cinta Carol lebih kuat dari apa pun.Mungkin banyak orang di luar sana mengatakan bahwa Carol bodoh, karena tetap mencintai pria yang menorehkan luka padanya amat dalam. Namun, wanita itu sama sekali tak peduli akan pendapat orang tentangnya. Karena hati tak pernah bisa untuk berbohong.Saat ini Carol berada dalam pelukan Fargo. Belum ada kata yang Carol ataupun Faro ucap. Hanya pelukan hangat yang seakan menyalurkan rasa cinta mereka yang amat dalam. Setelah persidangan, Fargo membawa Carol pulang. Seluruh keluarga memberikan ruang untuk Carol dan Fargo berdua. Dua insan itu butuh waktu berdua demi mencairkan gunung es yang telah menyelimuti hubungan mereka.“Fargo, di mana putri kita??” Carol memulai percakapan,

  • Fargo & Carol   Bab 42. The Divorce Trial

    Carol menatap cermin yang ada di hadapannya. Raut wajah Carol menunjukan jelas kemuraman dan kesedihan yang menyelimuti. Riasan di wajahnya sangat tipis bahkan nyaris tak terlihat. Mata sedikit sembab akibat tangis sepanjang malam.Tatapan Carol teralih pada cincin pernikahan yang melingkar di jari manisnya. Cincin yang telah menemaninya bertahun-tahun lamanya. Carol menyentuh cincin pernikahannya itu. Matanya sudah berkaca-kaca hendak ingin meneteskan air mata. Namun, Carol segera menyeka air matanya agar tak berlinang.Ya, hari ini adalah hari di mana Carol akan melepas Fargo selamanya. Hati Carol selalu terluka membayangkan akan melepas Fargo. Akan tetapi, Carol menyadari bahwa tindakan yang diambilnya adalah yang paling terbaik. Bagi Carol, selamanya Fargo tak akan pernah bisa untuk berubah. Fargo tak pernah mau belajar dari kesalahan di masa lalu. Meskipun berat, tapi Carol harus tetap bisa merelakan bahwa memang takdir tak menakdirkan dirinya bersama dengan Fargo.Mata indah Ca

  • Fargo & Carol   Bab 41. Last Kiss

    Berita tentang perceraian Fargo dan Carol telah terdengar oleh publik. Lagi dan lagi, Fargo menjadi topik pembahasan utama para media. Kasus perselingkuhan Fargo di masa lalu, masih kerap menjadi pembahasan, dan sekarang ditambah kasus percaian Fargo dengan Carol. Beberapa wartawan kerap mewawancarai pihak keluarga Fargo dan keluarga Carol, namun hingga detik ini keluarga Fargo dan Carol memilih untuk bungkam, tak sama sekali menjawab pertanyaan dari para wartawan. Tentu, keluarga Fargo dan Carol memilih untuk tidak bersuara, karena tak ingin memperkeruh suasana. Tidak ada yang bisa membujuk Carol. Bahkan kemarin, Cadey dan Kimberly sempat berbicara dengan Carol, membahas tentang masalah Carol dan Fargo, namun sayangnya tak berhasil. Carol meminta Cadey, Kimberly, bahkan semua pihak keluarga untuk tak ikut campur dalam keputusan yang telah dia buat.Menjelang sidang perceraian, Carol menitipkan Arabella pada orang tuanya saja. Pun orang tua Fargo juga turut menjaga Arabella bergan

DMCA.com Protection Status