Kurang lebih 3 jam perjalanan mengantarkan para staf menuju kota Bandung. Tampak jalan-jalan di Bandung agak sedikit macet. Bis yang membawa rombongan perlahan menerobos kemacetan dan menuju arah komplek vila tempat mereka akan menginap.
Bis berhenti dan semua peserta gathering turun. Jeremy yang tadi tertidur ternyata benar-benar tidak bangun di sepanjang perjalanan. Dia tampak kaget saat Ilona membangunkannya karena mereka sudah sampai di Vila tempat mereka akan menginap.
Untung saja Jason managernya membuat kebijakan agar Vila para peserta yang belum berkeluarga dipisahkan antara wanita dan pria. Ilona yang senang bisa bersama Wenny langsung menggandeng tangan temannya itu. Hanya sebentar mereka berpisah tapi sudah tampak saling merindukan.
"Wen ayo kita pilih kamar!"ajak Ilona yang tampak segera masuk ke dalam vila dan mencari ruangan yang paling nyaman.
Nyaman menurut Ilona adalah yang terang cahayanya dan tampak tidak seram. Memang wanita pena
Hari Sabtu pagi, seusai Eldrian menerima pesan balasan dari Ilona dia merasa kacau. Ilona yang berfoto duduk di sebelah teman prianya mengganggu suasana hatinya. "Kan cuma duduk bareng aja!" gumamnya. "Tapi harusnya dia ga duduk disana lah! Duh dasar cowok! Kenapa dia harus duduk sama ilona!" ujarnya lagi. Eldrian mulai meracau dan berbicara sendiri, seolah dia tidak ingin ada pria yang mendekati Ilona. "Aku kan bisa ke Bandung! Iya kan deket tinggal naik mobil aja! Tapi aneh juga kalau tiba-tiba ada disana!" masih saja galau. Pria itu berganti baju membawa beberapa barang di ranselnya dan mengambil kunci mobil. Eldrian mengendarai mobilnya cukup cepat. Entah apa yang dipikirkannya, sebelum menuju Bandung dia mampir untuk mengajak temannya Daniel. Mobilnya berhenti di parkiran apartement yang ditinggali Daniel. Eldrian berlari naik lift dan membunyikan bel di depan pintu masuk ruangan Daniel berkali-kali."Apa Ian? Berisik banget pagi-pagi!" ujar Daniel yang protes saat membukaka
Kebun bunga mawar tampak luas membentang di hadapan Ilona. Siang hari itu Ilona dan Wenny makan siang ditempat yang agak jauh dari teman-temannya berkumpul, dia takut bertemu dengan Jeremy lagi setelah adegan drama katakan cinta sebelumnya. Gasebo pilihan Pak Jason ternyata memang sepi dan tenang. Selain itu lokasinya sangat indah karena ada di bukit mawar, itu sebutannya karena memang sekitar 2 hektar lahannya di tanam berbagai jenis mawar."Wen disini bagus banget ya!" ujar Ilona sembari berlari-lari kecil.Wenny tampak masih belum selesai makan, dia masih asik mengunyah nasi kotak dan buah segar yang dia dapat dari panitia gathering."Iya, jangan jauh-jauh nanti nyasar!" Wenny meledek tingkah temannya yang seperti anak kecil.Ilona yang sudah selesai makan memang ingin jalan-jalan, meyusuri bukit mawar, melintasi perkebunan teh dan dia menemukan area persawahan. Ilona duduk di pinggir parit dan memasukkan kakinya ke sana."Wih,
Daniel yang mulanya senang menikmati vila yang dipesan Eldrian lama-lama merasa bosan. Dia menelepon temannya itu dan memintanya kembali . Eldrian menjawab panggilannya dan sebentar saja dia sudah sampai ke vila. "Ian, kamu dari mana? Sudah ketemu Ilonanya?". "Ah, kamu, lagi asik ngobrol malah ditelepon!" protes Eldrian. "Ups sorry! Jadi sudah beneran ketemu ya? " Daniel tesenyum. "Udah!" Eldrian melirik dan segera masuk ke kamar. "Hei Ian. Ayo berendam. Kalau sendirian ga enak lah! Ayo!" ajak Daniel yang tertarik dengan sumber air panas disana. "Ya udah kamu kesana duluan, nanti aku nyusul! ujar bosnya itu. "Beneran loh ya, aku di sebelah utara ya," ujar Daniel sembari membawa peralatan mandi. Eldrian masuk ke kamar dan merebahkan badannya. Menyetir mobil dari Jakarta-Bandung memang cukup melelahkan. Oleh karena itu, badan Eldrian seperti lengket untuk bangun dari ranjang. Dia tiduran sembari melamun, dia masih ingat saat Ilona menggandeng tangannya tadi. Eldrian ters
Sore menjelang malam, langit yang awalnya biru cerah tampak mulai kemerahan. Matahari akan tenggelam. Suasana di vila dengan gaya arsitektur Belanda itu mulai agak gelap. Kabut dari gunung mulai turun sehingga membuat pohon pinus di ujung jalan tidak terlihat. Lampu-lampu jalan di sekitar Vila mulai dinyalakan, hal itu membuat pemandangan Vila tampak berbeda.Ilona dan Wenny mulai bersiap mereka bergantian mandi dan segera menyiapkan makanan untuk barbeque party nanti malam. Di vila yang Ilona tempati ada sekitar 8 staf wanita lainnya."Ilona kita punya banyak bahan kan?" tanya lusi salah satu staf admin."Banyak kok kalau kurang aku dan Wenny juga sudah belanja kemarin, ayo kita bawa ke depan yuk!" ajak Ilona.Ilona dan beberapa staf mulai membawa bahan-bahan ke area halaman depan. Langit sudah benar-benar gelap dan para staf di vila sebelah sudah mulai tampak bersiap juga. Wenny menyiapkan pemanggang dan arangnya. Para pria sibuk mengumpulkan kayu untuk
Sup Tomyam Spicy lezat sudah siap, Ilona sebagai pencicip pertama tampak lahap dengan hasil masakan Ziyan itu. Jeremy yang sudah kesal tampak semakin kesal dia menghampiri mereka berdua dan mulai berbasa-basi."Hai Ilona! Lagi masak apa? Icip dong!" ujarnya."Bukan aku yang masak tapi temanku ini, kenalkan dia Ziyan," jelas Ilona."Hai aku Jeremy, staf desain iklan, kamu staf apa?" tanyanya."Aku supirnya Pak Daniel," jawab Ziyan."Oh jadi kamu supirnya, kirain staf kantor! Pantas aja kok ga pernah ketemu di kantor pusat," ujarnya congkak.Ilona merasa tidak enak, sepertinya Jeremy sengaja datang untuk mempermalukan Ziyan."Ada yang bilang kamu dulu Office Boy ya di devisi pemasaran? Apa benar?" tanya Jeremy tanpa basa-basi."Iya, saya pernah jadi OB di devisinya Ilona," jawab Ziyan apa adanya."Ah pantasan kalian dekat, ternyata memang pernah kerja bareng ya," Jeremy tampak mengejek.Ilona terlihat kesal dengan t
Daniel dan Eldrian (Ziyan) segera kembali ke vila, setelah puas makan malam dua pria itu tampaknya harus mulai serius. Daniel yang sudah menerima telepon dari penanggung jawab audit di Kalimantan mendapatkan kabar bahwa di sana ada salah satu manager yang dicurigai dalam penggelapan dana perusahaan. Entah itu korupsi atau kasus suap masih belum diketahui pasti hanya saja tiga bulan belakangan cabang Kalimantan unprofit bahkan hampir defisit. Malam itu juga Daniel memesan pesawat untuk besok pagi. Eldrian menelepon Pak Tony supir pribadinya untuk menjemput mereka di Bandung dini hari nanti. Begitu juga Pak Supri dia ingin asisten rumah tangganya itu menyiapkan baju dan perlengkapannya untuk satu minggu selama di Kalimantan. Suasana Vila semakin malam semakin tampak ramai karena beberapa staf mulai menyalakan api unggun dan memulai acara hiburan, game dan karaoke. Suaranya sangat kencang dan sampai ke Vila tempat Daniel dan Eldrian menginap. “Ya ampun suara siapa i
Pesawat terbang dari Bandara Husein Sastranegara Bandung menuju Bandara Sultan Aji Muhammad Sepinggan Balikpapan, Eldrian dan Daniel sudah disambut oleh beberapa staf audit kepercayaan perusahaannya. Mereka mengantarkan dua bosnya itu ke mobil untuk menuju kantor cabang perusahaannya di sana. Kunjungan mereka ini cukup rahasia jadi tak ada staf cabang yang tau kalau akan ada tim audit dengan kawalan polisi berpakaian preman (tanpa seragam dinas) untuk memulai penyelidikan anggaran dana perusahaan yang tampak tidak normal di kantor cabang. Akhirnya mereka sampai, kantor cabang di Balikpapan cukup luas meskipun tidak seramai di Jakarta. Kantor cabang dibuat karena permintaan konsumen Kalimantan untuk produk teknologi terbaru juga cukup besar. Mengingat di Kalimantan banyak pengusaha di bidang perminyakan, pertambangan dan banyaknya tenaga kerja asing yang juga konsumtif dalam pembelian alat teknologi terbaru keluaran kantor. Apalagi jika staf marketingnya handal da
Acara event perusahaan akan berlangsung dua minggu lagi. Atas intruksi Pak Jason managernya Wenny mulai menghubungi trainer outbond kenalannya, Ilona meminta tolong Mira dan Lusi untuk mencarikan musisi cilik dan band yang bisa di undang datang ke pentas musik. Rapat pembentukan panitia akan dilaksanakan hari ini juga jam 16.00 WIB. Pak Jason sudah punya daftar siapa saja staf yang dirasa handal di bidangnya masing-masing. Managernya itu benar-benar tidak mau membuang-buang waktu dia mau semuanya masalah operational sudah bisa dicicil hari ini. Sontak saja sebelum jam kerja usai semua staf tampak sibuk. Ada yang memesan sound system, chatering, memesan balon dan pernak pernik, banner, badut, kostum drama dan lain sebagainya. Akhirnya sampai jam 18.00 WIB, hampir semua yang yang berurusan dengan rencana outbond sudah bisa mulai di fix kan. Trainer sudah dapat, chatering sudah dipesan, desain banner sudah ada, terop dan sound system sudah dipesan, hanya persiapan-persia
Hari pernikahan, semua kru EO tampak begitu sibuk, meskipun beberapa hari Eldrian tidak bertemu Ilona dia tetap mempersiapkan pernikahan dengan baik. Dia tahu Ilona tak akan datang, tapi dia masih berdandan setampan mungkin dengan setelan jas putih ala pengantin eropa yang membuat Eldrian semakin tampan."Wah ganteng banget!" goda Daniel. "Haha," jawab Eldrian terpaksa tertawa. "Kok wajahmu muram gitu? Bukannya hari ini kamu bakal nikah sama Ilona! Harusnya kamu senang dong!" Hhhh..! Eldrian menghela nafas kasar. "Kenapa tuh? Kok kaya banyak pikiran?" "Udahlah Niel, kamu ga usah ikut acara nikahan gua deh! Lagian ga bakalan datang juga si Ilona," jelas Eldrian. "Hah? Gimana? Kamu ngomong apa?" "Ilona gabakal datang! Gua ditolak sama dia, lalu dia bilang ga mau nikah!" bisik Eldrian jelas di telinga Daniel. "Apaaa?" "Sssttt! Jangan berisik! Cuma kamu yang tau!" "Gila! Terus kalau batal kenapa kamu masih pakai baju tuxedo ganteng gini? Kenapa kamu ga batalkan semuanya?" "Kare
Eldrian yang datang menemui Ilona tiba-tiba mengatakan sesuatu yang membuat Ilona kaget. "Apa maksudmu?" "Undang saja semua temanmu, saudaramu, kerabatmu, kita menikah! Jangan memikirkan perceraian!" "Hah? Bukankah ini hanya berlaku satu tahun?" "Memang apa bedanya satu tahun atau selamanya? Kita benar-benar melakukan pernikahan!" "Tapi__bukankah kita teman Eldrian! Kau gila!" "Lalu? Apa kau tidak sedih kalau kita memulai pernikahan untuk perceraian? Apa kau sama sekali tidak punya perasaan?" "Sebentar? Apa maksudmu kau mulai memakai perasaan untuk hubungan kita?" "Setidaknya aku menyukainya!" "Menyukai apa?" "Makan bersama, bercanda, berbincang, belanja, aku suka jika aku bersama denganmu!" jawab Eldrian. "Tapi bedakan antara pertemanan dan percintaan! Itu beda Eldrian!" "Lalu apa kau pikir teman akan menikah! Hubungan kita itu tidak normal Ilona! Coba katakan apa kau tidak peduli padaku!" "Aku peduli!" "Apa kau tidak sayang?" "Aku sayang!" "Itu artinya
Sampai di lobi hotel Ilona menelepon Eldrian, entah ada apa tapi tanpa pikir panjang Eldrian langsung mengangkatnya. "Ya, ada apa?" jawab Eldrian. "Kamu lagi apa?" "Belanja! Bukannya kamu minta oleh-oleh!" "Oh ya? Mana lihat!" Edrian langsung mengganti panggilan dengan video call. "Nih!" ucapnya sembari menunjukkan barang-barang saat Ilona menerima ajakan video call. "Wah! Banyak banget! Kamu pasti habisin duit banyak!" "Nggak! Kan di kaki lima! Ini aku juga nawar. Aku beli kaos murah banget masak kena 150 bath per pcs," ujar Eldrian bangga. "Hooo! Ya ya! Bagus!" "Hahaha, kamu lagi apa?" "Ini di rumah, stafmu datang ke rumah Mama antar banyak undangan jadi kami lagi pilih siapa saja yang akan di undang," jawab Ilona. "Ah, sudah siap ya, undang aja semua temanmu, saudaramu, jangan khawatir biayanya," jelas Eldrian. "Ah, aku malah sembunyikan sebagian undangan dari mamaku!" "Kenapa?" "Bukannya kita akan cerai 1 tahun lagi? Kenapa harus aku undang semua?" tany
Eldrian yang malam itu datang ke apartemen Ilona cukup membuat Ilona kaget dengan informasi kalau mereka akan menikah dua minggu lagi. "Jangan gila! Dua minggu lagi itu masih bulan ini!" protes Ilona."Ya memang, lebih tepatnya 14 hari lagi, tapi aku rasa 10 hari lagi pernikahan kita akan dilaksanakan! Astaga sungguh tak disangka ya Ilona!" ujar Eldrian terlihat santai. "Tapi aku bahkan belum melakukan apapun! Ini pernikahan Eldrian!" "Kenapa kau begitu serius, bukannya kamu tahu ini hanya sebuah kerjasama? Jangan terlalu menjiwai kalau tidak mau jatuh cinta dan tergila-gila padaku!" ucapnya. "Huh! Semakin kau banyak bicara kau semakin terdengar menyebalkan! Sudah sana pergi ke Thailand!" "Hahaha, hei jangan galak kita akan tinggal bersama satu tahun ke depan!" "Astaga mimpi buruk!""Hahaha, apa kau mau oleh-oleh? Di Thailand banyak yang unik!" tawar Eldrian. "Emm, aku mau coklat saja!" "Coklat? Hei, kenapa cuma coklat? Apa kamu ga mau mau oleh-oleh yang lain?" Eldrian heran.
Ilona yang tidak bisa menemukanEldrian di kantor segera duduk di lobi kantor pusat dan mulai membuat panggilan. Dia tak menyangka pria itu bahkan tidak sedang di Indonesia saat menerima semua panggilannya. "Halo? Ada apa lagi?" jawabnya. "Di mana kamu?" tanya Ilona. "Aku__sedang kerja! Kenapa?" "Kerja di mana? Aku sedang di kantormu tapi kamu tak ada!" keluh Ilona. "Hah? Kamu ke kantorku? Oh, ya aku memang sedang tidak di tempat. Ada masalah apa?" tanya Eldrian. "Aku menarik semua kesepakatan kita! Lebih baik aku di marahi oleh Mamaku dari pada aku terjebak masalah besar denganmu!" ucap Ilona to the point. "Apa? Kamu berubah pikiran? Tapi kenapa? Bukankah menikahi pria kaya adalah impian semua wanita?" tanya Eldrian bingung. "Kata siapa? Aku tidak!" jawab Ilona. "Kenapa?" "Karena kekayaanmu bukan segalanya! Kenapa kamu malah terdengar sombong! Aku lebih suka kau saat menjadi Ziyan!" keluh Ilona. "Tapi Ilona, coba tanyakan ke ibumu apa dia mau membatalkan pernikahan kita? An
Ilona dan Eldrian melakukan kesepakatan, mereka akan menikah satu tahun dengan perjanjian bermaterai. Sebuah tindakan bodoh yang malah membuat hubungan mereka semakin jauh meskipun secara fisik mereka berdekatan. Ilona berpikir kalau Eldrian hanyalah pria yang suka bermain-main, sementara Eldian juga merasa kalau Ilona mulai sama gilanya dengan wanita lain yang dikencaninya karena mengajukan syarat harta sebagai hukuman. Tapi, setelah Ilona turun dari mobil dan Eldrian juga pergi mereka sama-sama berharap kalau sebenarnya mereka bisa bersama dalam hubungan yang sebenarnya. "Gila! Aku gila!" gerutu Eldrian memaki dirinya sendiri. "Apa yang kamu pikirkan Eldrian, pernikahan! Dengan Ilona? Huh! Bagaimana kamu bisa sepakat secepat itu? Pernikahan itu sah secara hukum dan agama! Itu artinya kau akan segera berstatus suami orang!" gerutunya lagi. Fyuuuh..! Pria itu menghela nafas, mengendarai mobilnya dengan tidak semangat. "Tapi, Ilona! Ya__ dia Ilona, aku yakin Ilona berbeda dengan
Makan malam Eldrian dan Ilona malah berakhir dengan rencana pernikahan untuk mereka. Dalam perjalanan pulang Ilona langsung protes pada Eldrian. "Ian! Apa kamu mulai gila? Orang tuamu berencana menikahkan kita!" protes Ilona. "Ya aku tahu, tapi sudahlah jangan kau anggap itu serius," "Begitu? Baiklah, aku tak akan peduli lagi dan langsung menolak saat ada tawaran pernikahan. "Hemm, ya lakukan apa yang kamu mau," jawab Eldrian kesannya seperti bermain-main. Sebenarnya pria itu merasa malu, dia tak menyangka kalau orang tuanya malah berbicara seperti itu pada Ilona. "Ya, pria kaya memang selalu bermain dengan pernikahan," gerutu Ilona. "Tidak seperti itu, aku bahkan belum pernah menikah," "Ya, tapi kau sudah berencana mengacaukannya! Jangan libatkan aku lagi!" "Ya, ya. Aku akan mengarang alasan yang mengatakan kalau kita sudah putus," jawab Eldrian. "Ya, kita putus malam ini! Hahaha," ucap Ilona tertawa seperti tidak ada beban. Eldrian sangat yakin wanita di sebela
Ilona yang menyetujui rencana Eldrian untuk berpura-pura menjadi pacar Eldrian, mulai merasa kalau akan ada masalah yang cukup serius menimpanya. Keringat dinginnya mulai keluar ketika mata tegas Pak Dewangga melihatnya, dari atas sampai ke bawah."Silahkan duduk!" ucapnya pada Ilona."Terima kasih," sahutnya.Eldrian tersenyum, nampak dia sama sekali tidak merasa grogi. "Kenapa lambat sekali!" protes Pak Dewangga."Biasa Yah, macet! Ini bukan Jepang, ini Jakarta!" jelasnya."Alasan saja! Ayah sudah pesan menu seafood, apa ada alergi?" tanya Pak Dewangga bertanya ke arah Ilona."Oh nggak Pak! Saya suka Seafood," jelas Ilona."Bagus!"Ilona melirik ke arah Eldrian, sementara Eldian menatap Ilona tanpa ragu dengan senyuman yang sangat manis."Jadi kalian pacaran?" tanya pria paruh baya itu."Ya begitulah! Cantikkan pacarku!" ujar Eldrian spontan memuji Ilona.Wajah Ilona merah, dia tak menyangka Eldrian sama sekali tidak grogi di depan ayahnya."Apa pekerjaanmu Nona?" tanya Pak Dewangg
Mendengar perkataan Ilona sepanjang perjalanan Eldrian diam. Dia merasa sedih karena Ilona bahkan terlihat sama sekali tidak tertarik menjalin hubungan sesungguhnya dengannya. Dia menyetir dengan wajah cemberut seperti tidak semangat dengan apa yang akan dia lakukan hari itu.“Kenapa mukamu gitu amat?” tanya Ilona yang mulai sadar kalau lawan bicaranya terlihat berbeda.“Emang kenapa kalau pacaran sama gua bisa jadi masalah?” tanya Eldrian menanggapi pernyataan Ilona sebelumnya.“Haha, gua bercanda! Jangan diambil hati! Aku cuma mikir kaya di sinetron gitu aja sih Ian! Orang kaya biasanya lebih suka memilihkan jodoh yang selevel sama mereka. Kalau tahu anaknya pacaran sama orang biasa, kebanyakan sih ga setuju! Trus sekarang aku pura-pura jadi siapa? Pasti nanti ayahmu tanya, aku kerjanya apa, anaknya siapa? Lulusan apa?” ujar Ilona menebak apa yang akan dia hadapi saat nanti bertemu dengan Pak Dewangga.“Bilang aja apa adanya, Ilona staf marketing! Kerja di kantor cabang, ga usah dib