Share

Pingsan

Gerall tengah berdiri dengan malas, panas sinar matahari membuat kulit putihnya nampak memerah. Gerall tengah dijemur bersama ratusan murid lainnya. Telinga seakan berdengung, mendengarkan pidato kepala sekolah yang hampir memakan waktu selama satu jam.

Semua murid mungkin menganggap hari senin adalah hari yang paling mereka benci, di mana mereka harus panas-panasan saat mengikuti upacara. Hari yang sangat jauh dengan waktu weekend, begitupun dengan Gerall.

Sebagai seorang badboy, membolos saat upacara adalah rutinitasnya. Namun, sayang. Kali ini Gerall tidak beruntung, Allana memergokinya saat tengah meroko di warung belakang.

Sial memang!

Padahal jika mereka menyadari makna penting dalam upacara, mereka tidak akan mengeluh seperti itu. Para pahlawan rela mengorbankan nyawanya untuk kemerdekaan Indonesia, tetapi para murid seakan tak menyadari itu.

"Gila, gak cape apa ceramah mulu? Yang denger juga gak ada," ujar Gerall sembari mengamati para murid yang sibuk sendiri.

Ada yang sibuk benerin posisi topi agar menjadi pelindung dari panas matahari, ada yang main colek-colekkan, ada yang ngegibah, bahkan ada yang sempat-sempatnya pacaran. Ini upacara bendera apa menghadiri pemakaman mantan? Gak ada peduli-pedulinya!

"Gimana mau pada denger. Setiap hari senin pidatonya itu mulu, udah hafal gue, mah," ucap Alvaro tak habis pikir dengan kepala sekolahnya itu.

Mereka tertawa pelan, memang yang Alvaro katakan benar adanya dan herannya lagi sekolah seakan membiarkan hal itu terjadi. Para guru seakan terlalu malas jika harus memberikan pidato.

Gerall kembali mengedarkan pandangan, menyisir setiap murid yang tengah berbaris. Terkadang ada untungnya juga memiliki postur tubuh yang tinggi, Gerall menjadi lebih leluasa mengamati setiap murid. Terutama yang berbaris tidak jauh dari posisinya.

Pandangan Gerall terkunci pada seorang siswi yang berbaris di samping kelasnya berbaris, sepertinya dia tengah sakit. Terlihat dari wajahnya yang pucat dan tubuh yang sedikit gemetar. Gerall segera berlari, menghampiri tubuh siswi itu yang mulai kehilangan keseimbangan.

Dengan sigap Gerall menahan bobot tubuh siswi tersebut, sehingga menyebabkan dia jatuh tepat di pelukan Gerall. Gerall menepuk pelan pipi gadis itu, berharap dia akan kembali tersadar.

Saat seorang anggota PMR mendekati mereka, dengan cepat Gerall menggendong tubuh lemah itu. Membawanya ke ruang UKS untuk mendapatkan penanganan.

"Lo kenapa, Na?" ujar Gerall sembari menatap khawatir Allana yang masih berada di gendongannya.

Tidak butuh waktu lama, Gerall akhirnya tiba di UKS dan langsung membaringkan tubuh Allana di salah satu brankar. Gerall menyingkir, membiarkan dokter menjalankan tugasnya. Gerall menatap dalam diam Allana yang tengah diperiksa oleh dokter, setiap gerak-gerik dokter itu tak luput dari pengawasannya.

Bagaimanapun Allana seorang siswi dan dokter yang memeriksanya masih tampak muda. Bukannya soudzon. Namun, Gerall hanya mengantisipasi saja. Tidak ada yang tidak mungkin, bukan?

Gerall menghampiri saat melihat dokter itu telah selesai memeriksa Allana. Untuk sejenak Gerall menatap wajah pucat Allana, gadis itu seperti tidak memiliki darah saja.

Apa Allana menderita anemia? Atau mungkin Allana memiliki penyakit maag dan dia belum sarapan sehingga membutnya pingsan? Itu yang sering Gerall dengar jika seorang siswi pingsan saat upacara. Daripada menduga-menduga, Gerall lebih baik bertanya langsung pada dokter.

"Dia kenapa, Dok?" ujar Gerall sopan.

Badboy gini dirinya masih tau sopan santun, terlebih jika berbicara dengan orang yang lebih tua darinya. Walau kadang Gerall seakan kehilangan ahklak. Bagaimana tidak? Gerall pernah mencukur habis kumis salah satu guru, karena merasa sangat mengganggu matanya. Padahal yang punya kumis bukan dia, tetapi kenapa dia yang repot?

Bukan Gerall namanya jika tidak membuat ulah, bahkan setelah kejadian itu. Gerall lebih giat melanggar aturan, tujuannya cuma satu. Gerall ingin mendapatkan skorsing seperti waktu itu, yang menurutnya skorsing itu sangat menyenangkan.

Saat murid lain pusing karena tugas sekolah, Gerall justru enak-enakkan berkemah bersama beberapa mahasiswa. Gak ada akhlak memang!

Gerall mendudukkan dirinya, dengan sabar mendengarkan penjelasan dokter yang mengatakan jika Allana menderita tipes. Oh, jadi Allana tidak anemia atau punya penyakit maag.

"Ini surat rujukkan dari sekolah, dia harus mendapatkan perawatan lebih lanjut," ujar dokter tersebut sembari menyerahkan sebuah amplop kepada Gerall.

Gerall iseng mengintip isi amplop tersebut, sedikit memicingkan mata, bermaksud memperjelas penglihatannya. Apa yang ada dipikirannya?

Bukankah tadi dokter sudah mengatakan jika itu surat rujukkan, lantas mengapa Gerall masih penasaran dengan isi amplop tersebut?

Begini nih, jadinya jika terlalu lama menjomblo. Gerall jadi tidak bisa menikah dengan cepat dan mendapatkan banyak amplop dari tamu undangan.

Sebenarnya masih ada cara lain jika ingin mendapatkan banyak amplop, Gerall tinggal pura-pura meninggal saja. Dengan begitu akan mendapatkan banyak amplop dari para pelayat, walau harus melalui pelantara.

Baiklah, itu terlalu konyol!

"Isinya bukan uang, gak perlu kamu intipin kayak gitu," ujar dokter menyadarkan tindakakkan aneh Gerall.

Gerall hanya tersenyum kikuk, kemudian dengan cepat menggendong Allana. Membawa gadis itu ke tempat mobilnya terparkir. Setelah itu, Gerall buru-buru kembali masuk. Langkah besarnya menuntun Gerall menuju ruang guru piket, Gerall akan meminta izin mengantar Allana ke rumah sakit.

Setelah mendapatkan surat izin dan menitipkan pada salah satu siswa di kelasnya, Gerall bergegas menuju parkiran.

Bagaimana jika Allana sudah siuman? Gagal dong rencananya untuk berduaan bersama gadis itu.

Ternyata ada udang di balik kentang!

Setelah sampai parkiran, Gerall cepat-cepat menjalankan mobilnya. Kelakson Gerall bunyikan saat akan melewati gerbang, bersikap layaknya bos besar. Namun, ada yang aneh.

Mengapa tidak ada yang membukakan gerbang untuknya, para satpam malah duduk santai sembari menikmati capcai.

Dengan perasaan kesal Gerall mengeluarkan kepalanya, berteriak meminta agar gerbang segera dibuka. Karena tak ada respon, Gerall akhirnya mengeluarkan ide berliannya.

"Woy, Pak. Istri gue mau lahiran, lo mau dia mati apa?" Gerall berteriak dengan keras, sehingga menyebabkan seorang satpam mendatanginya.

Tak ingin buang-buang waktu, Gerall segera menyodorkan ampol yang berlogo sekolah. Hebatnya, satpam tersebut langsung berlari menuju gerbang dan membiarkan Gerall meninggalkan area sekolah.

Sebenarnya bisa saja Gerall menabrakkan mobilnya. Namun, Gerall tidak setega itu pada kendaraan roda empat kesayangannya itu.

"Sorry, Na. Gue memang sayang sama lo, tapi gue gak mau mobil mahal gue rusak cuma karena nolong lo doang. Ini gue belinya susah loh, kalau rusak bisa terkuras ATM gue," ujar Gerall yang seperti sebuah curhatan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status