Share

Kecelakaan

Hari terus berganti, tak terasa sudah satu bulan Derill mendekam di penjara dan hari ini merupakan hari yang sangat menegangkan bagi mereka. Gerall tengah menanti kedua orang tuanya, mereka akan menghadiri sidang putusan yang menjerat Derill.

Senyum tertib di bibirnya, Gerall yakin Derill akan dibebaskan hari ini. Pasalnya orang suruhan sang ayah telah menemukan bukti jika Derill tidak bersalah. Dia hanya dijadikan kambing hitam oleh sahabatnya sendiri.

Bukti kuat telah mereka kantongi, tinggal selangkah lagi, maka semuanya akan kembali seperti semula dan nama Derill akan bersih kembali.

"Ayo, Sayang," ujar Maya yang tengah bergandengan bersama sang suami.

Gerall bangkit dan langsung menyusul langkah kedua orang tuanya, Derill tertawa cekikikan saat membayangkan ekspresi Derill ketika melihat kamarnya telah disulap. Sulap penghancur andalan yang membuat Derill melarangnya masuk ke kamar cowok itu.

Mobil terus melaju membelah jalanan Ibukota yang tengah lenggang, membuat mereka lebih leluasa menikmati perjalanan tanpa bunyi kelakson yang bersahutan.

Ketentraman itu mendadak lenyap saat sebuah mobil tiba-tiba menyalip dan menembak ban depan mobil yang keluarga Gerall tumpangi.

Mobil melaju tak tentu arah, berputar kemudian menabrak beberapa pengendara lainnya, sampai akhirnya hilang kendali dan berakhir dengan menabrak pembatas jalan.

Suasana sangat ricuh, banyak orang berteriak kaget.

"Mah," ujar Gerall pelan. Gerall mengerang, tangannya terulur menyentuh kepalanya. Darah! Gerall menatap telapak tangannya, sedikit bergetar.

Gerall sempat melirik kedua orang tuanya, mereka terluka parah. Gerall berusaha bangkit. Namun, kegelapan terlebih dahulu menjemputnya.

***

Derill tengah duduk dengan cemas, sesekali kepalanya menoleh ke kiri dan kanan. Memastikan apakah keluarganya telah tiba? Sebentar lagi sidang putusan akan dimulai, Derill gugup. Bagaimanapun Derill hanya manusia biasa yang memiliki rasa takut.

Matanya tampak berembun, Derill ingin mengunjungi tempat peristirahatan terakhir Nesya. Derill merindukan gadis itu, gadis manis dengan sejuta kelembutannya. Tidak bisa dipungkiri, dirinya merasa sangat kehilangan.

Perlahan Derill menoleh saat merasakan tepukan di bahunya, tersenyum hangat pada pria paruh baya di sampingnya.

"Ada apa, Om?" ujar Derill saat menyadari raut muka pria di sampingnya.

Pria itu tampak menghembuskan napas gusar, sehingga membuat Derill menatapnya heran. Tidak biasanya orang yang telah mendapat kepercayaan untuk membelanya itu tampak gusar, apa ada masalah?

Pria paruh baya itu hanya diam, dengan gerakan pelan dia menuntun Derill menuju ruang sidang. Sebentar lagi sidang putusan akan dimulai. Namun, keluarga Derill belum tiba. Ia khawatir tidak bisa membela Derill dengan maksimal, terlebih minimnya bukti yang mereka miliki.

Mereka telah tiba di ruang sidang, Derill duduk di kursi terdakwa. Derill sesekali menatap pintu masuk, berharap keluarganya segera tiba. Perasaannya mendadak tidak enak, Derill merasa sangat cemas. Apa terjadi sesuatu pada keluarganya?

Sidang telah dimulai, Derill hanya diam. Ia sama sekali tidak mendengarkan, dirinya masih sibuk menatap pintu. Seolah yang ditunggu akan segera menampakan dirinya.

***

Sementara di tempat yang berbeda, para perawat tengah sibuk mendorong tiga brankar yang di isi oleh Gerall dan kedua orang tuanya. Mereka tak sadarkan diri, bahkan darah tak hentinya mengalir dari kepala Gerall. Sebulir air mata menetes, seolah Gerall mengetahui nasib sang kakak.

Bagaikan memiliki ikatan batin, mereka meneteskan air mata secara bersamaan. Derill dengan rasa cemasnya dan Gerall dengan rasa sakitnya.

Gerall dibawa ke ruang UGD, sementara kedua orang tuanya dibawa ke ruang operasi. Luka yang Gerall alami tak separah kedua orang tuanya, mungkin karena dirinya duduk di kursi belakang.

Para tenaga medis dengan cepat menangani ketiga korban, untuk Gerall mereka tidak mengalami kesulitan. Sementara mereka yang menangani kedua orang tua Gerall, tampak begitu kesulitan.

Bunyi nyaring yang memekakkan telinga mulai terdengar, seiring dengan garis lurus yang ditampilkan monitor. Entah kebetulan atau apa, bunyi itu muncul bertepatan dengan ketukan palu di ruang sidang yang menjerat Derill.

Derill meneteskan air matanya, kembali menatap pintu masuk. Keluarganya tidak hadir disaat-saat seperti ini. Hatinya sakit!

"Kalian kemana?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status