Home / Romansa / FLOWIE / 8 – ANOTHER DISASTER

Share

8 – ANOTHER DISASTER

Author: Renjana Tira
last update Last Updated: 2022-05-27 10:48:04

Langkah Luke terhenti saat menuju mobil yang terpakir di depan rumahnya. Dia melihat sebuah mobil hitam melaju ke arahnya. Itu adalah mobil ayah Luke, Alberto Croose.

“Kau sudah pulang?” tanya Alberto dengan senyuman kaku kepada anaknya.

“Hallo, pa. Aku baru saja sampai,” jawab Luke juga dengan senyuman yang tidak kalah kaku.

Apa-apan ini? Apakah ini adalah sambutan dari Ayah dan anak setelah tidak jumpa cukup lama? Tidak ada pelukan ataupun senyuman mengembang? Astaga!

“Kau sudah melihat mama?” tanya Alberto lagi.

“Hmm,” jawab luke dengan sedikit anggukan kecil.

“Baguslah. Dia sangat merindukanmu,” kata Alberto sambil menghela nafas.

Seketika keheningan terjadi di antara mereka.

“Kau mau kemana? Kau tidak menginap disini?” tanya Alberto yang memperhatikan kunci mobil yang dipegang Luke.

“Ah. Maaf pa, aku tidur di apartemen Alvian dan aku sudah ada janji makan malam dengannya,” jawab Luke.

“Oh begitu,” ujar Alberto pelan. Ada tersirat sedikit kekecewaan di wajah Alberto.

“Aku pergi dulu, pa. Kapan-kapan aku akan kesini lagi melihat mama,” pamit Luke sambil melangkah menjauh dari Alberto.

“Luke!” panggil Alberto mengehentikan langkah Luke.

Luke membalikan badan.

“Mulailah bekerja besok. Ocean Group sangat membutuhkanmu,” kata Alberto dengan seuntas senyum.

“Baiklah pa,” kata Luke singkat sambil senyum sekilas dan melangkah pergi.

===

Luke menghempaskan tubuhnya ke atas sofa di apartemennya. Ia melempar pandangannya ke luar jendela yang tepat berada di depan sofanya, memperhatikan gedung-gedung tinggi yang berada di sekitar gedung apartemennya. Langit tampak senja, menunjukan bahwa malam akan segera datang. Tiba-tiba saja ia teringat kejadian pagi ini di Green Store. Ia mengeluarkan name tag milik gadis tersebut dari saku celananya.

Flowie Hillebrand. Begitulah tertulis. Luke menghela nafas berat. Ia tampak menyesal.

“Apakah aku sudah keterlaluan?” gumamnya pelan.

Luke meraih ponselnya dan mencari nama seseorang di daftar kontak dan kemudian menghubunginya.

“Tolong batalkan pemecatan karyawan yang bernama Flowie Hillebrand. Aku tadi hanya salah paham,” kata Luke ketika teleponnya terhubung.

“……”

“Benarkah? Jadi kau sudah menghampus nomor absensinya? Kenapa cepat sekali? Ck,” ucap Luke dengan kesal.

“……”

“Tidak, ini bukan salahmu. Baiklah kalau memang sudah begitu,” kata Luke lagi kemudian memutuskan sambungannya.

Sekali lagi Luke menghela nafas gusar. Banyak sekali pertanyaan yang berputar-putar di kepalanya.

"Apakah gadis itu baik-baik saja kehilangan pekerjaannya?" gumamnya pelan.

"Tidak. Ia tidak baik-baik saja. Kau menyebabkan seseorang menjadi pengangguran Luke," jawab suara dalam benaknya.

"Mengapa ia bisa sebodoh itu sampai melawan Luke Croose, pewaris Ocean Group?" gumam Luke lagi.

"Mungkin ia tidak mengenalmu, Luke. Kau baru saja kembali dari Madrid. Apa kau pikir, kau ini seterkenal Adam Levine, huh?" ejek suara dalam pikirannya lagi.

"Cih! Yang benar saja. Bahkan Aku lebih terkenal dari pada artis," gerutu Luke.

Luke menendang bantal sofa yang berada di kakinya sembarangan. Ia sungguh kesal pada Flowie yang ceroboh dan bodoh. Luke kembali membayangkan wajah Flowie yang ketakutan saat Luke mendekatkan wajahnya pada wajah Flowie. Ia cantik dan menarik.

“Gadis yang ceroboh, bodoh, tapi menarik,” gumam Luke sambil memejamkan matanya.

===

“Apa? Kau dipecat?” tanya Erica berteriak dengan kaget mendengar cerita Flowie yang sudah dipecat dari Green Store.

Untung saja saat ini Rosseta sudah tutup dan tidak ada pelanggan sama sekali. Karena suara Erica cukup memenuhi seluruh ruangan, membuat beberapa karyawan lain yang sedang bersih-bersih dengan mereka menoleh kaget.

Pandangan Flowie menerawang. Wajahnya sungguh muram. Sudah 2 hari semenjak pemecatannya namun dia tetap merasa tidak rela dan menyesali semuanya.

“Aku benar-benar membencinya!” rutuk Flowie masih dengan pandangan menerawang.

“Astaga Flow! Kau ternyata belum berubah. Kau gampang sekali terpancing emosi dan juga sangat ceroboh,” ucap Erica dengan sebal.

“Hei! Jangan bilang aku ceroboh. Kau terlihat seperti pria itu jika bicara seperti itu. Aku tidak ceroboh. Aku hanya sial,” tangkis Flowie tak kalah sebal mendengar celoteh Erica. Kini matanya menatap tajam ke arah Erica.

“Ck. Kau ini,” kata Erica berdecak sebal.

“Kalau saja aku bertemu dengannya sekali lagi, akan aku pukul manusia sombong itu,” ucap Flowie sambil memicingkan matanya dan mengepalkan tangan di depan dadanya.

Erica hanya menghela nafas panjang mendengar harapan sahabatnya itu. Erica yang tau betul watak dan temperamen Flowie tidak heran lagi dengan perkataan dan perbuatan gadis itu.

===

Pagi itu Flowie bangun lebih cepat. Ia bergegas pergi setelah mandi dan sarapan. Flowie membohongi keluarganya dengan mengatakan bahwa bosnya akan datang ke tempatnya bekerja. Padahal dia berencana untuk mencari pekerjaan lain. Tentu saja Flowie belum mengatakan kepada keluarganya kalau dia dipecat. Apalagi dipecat secara tidak hormat seperti itu. Sungguh memalukan untuk diceritakan. Sebenarnya Flowie tidak mencertiakannya bukan karena dia merasa malu, hanya saja dia takut keluarganya, khususnya ibunya merasa cemas.

Matahari bersinar dengan teriknya siang itu. Flowie sudah mengelilingi beberapa toko yang membuka lowongan pekerjaan untuk tamatan SMA sepertinya. Tapi dia agak sulit menemukan yang pas. Beberapa toko memintanya untuk bekerja full time, sebagian ada yang menggunakan sistem shift, tapi permintaan Flowie untuk terus bekerja di shift pagi -mengingat karena dia harus bekerja di Rosseta di siang hari- langsung ditolak oleh mereka. Wajar saja ditolak, shift bekerjakan bisa berubah kapan saja sesuai perintah.

“Kemana lagi aku harus mencari?” gumam Flowie kecil saat duduk di bangku taman di bawah pohon. Taman yang luas itu tampak sepi. Tentu saja sepi. Ini adalah jam kerja dan sekolah. Hanya ada Flowie dan beberapa orang berlalu lalang yang jaraknya berjauhan dari Flowie. Flowie membolak-balik koran yang sudah tercoret-coret dengan spidolnya, meng-stalking sosial media untuk lowongan pekerjaan, namun hasilnya nihil. Beberapa lowongan meminta tamatan sarjana, dan kebanyakan meminta minimal diploma. Ini cukup membuat Flowie frustasi. Dia menyapu keringat di dahinya dengan telapak tangannya.

“Apa kau sedang mencari pekerjaan nona?” tanya seorang pria yang mengagetkan Flowie.

Pria itu menatap koran lesu yang penuh coretan di sebelah Flowie. Dia membawa camera yang digantungkan dilehernya.

“Ah, tidak,” kata Flowie menarik koran tersebut dan melipat-lipatnya menjadi kecil, kemudian memasukannya ke tas selempangnya.

“Aku sedang membutuhkan model untuk pemotretan. Aku seorang fotografer. Apa kau berminat?” tanya Pria itu lagi dengan senyum mengembang.

Tawarannya begitu tulus, namun tetap saja Flowie tidak langsung percaya begitu saja. Bagaimanapun ibunya selalu mengajarinnya, Natalie dan Tyo untuk tidak bercakap-cakap dengan orang asing.

“Tidak. terimakasih,” kata Flowie sigap sambil berdiri dan hendak melangkah pergi.

“Ayolah nona, kau bahkan belum tau pekerjaannya seperti apa. Ini sungguh menyenangkan dan menguntungkan,” ujar pria itu sedikit memaksa mengikuti langkah Flowie dari belakang.

Flowie hanya diam dan mempercepat langkahnya.

“Hei! Sombong sekali kau! Apa kau lebih memilih bekerja menghibur pria-pria bermata keranjang di malam hari dari pada bekerja denganku?” tanya pria itu kini menarik kedua lengan Flowie dan membalikan badannya ke arahnya.

Flowie tampak begitu terkejut “Apa yang kau lakukan! Lepaskan aku!” bentak Flowie setengah berteriak dan merontah-rontah berusah melepaskan cengkraman pria tersebut.

“Hei, Kau tidak hanya punya tubuh yang bagus, ternyata wajahmu juga cantik. Kau pasti akan laku di pasaran jika berpose sedikit terbuka,” ungkap pria itu dengan senyuman liciknya.

Matanya menelusuri wajah Flowie bak serigala ingin memakan habis mangsanya.

“Aku tidak berminat bodoh! lepaskan aku!” teriak Flowie dengan emosi.

Karena tidak kunjung dilepas, Flowie menendang selangkangan pria tersebut. Ia berhasil lepas dari cengkramannya dan berlari kencang.

“Sialan! Kau harus membayarnya. Dasar wanita gila!” teriak pria tersebut sedikit menggeram, memegang kejantannya dan berusaha berlari mengejar Flowie.

Oh, tidak. Masalah apa lagi ini?

Related chapters

  • FLOWIE   9 – THE KNIGHT

    Flowie berlari sekencang-kencangnya. Ia menyesal mengapa hari ini menggunakan sepatu flat bukannya sepatu kets. Dia tidak bisa berlari lebih cepat karena merasa kakinya mulai lecet akibat kebanyakan berjalan seharian ini. Belum lagi rok hitam yang digunakannya. Walaupun itu bukan rok sepan, melainkan rok kembang yang sama sekali tidak menghambat menghambat langkahnya, tetapi tetap saja terpaan angin di rok ini membuat larinya semakin berat. Sesekali Flowie menoleh ke belakang, pria itu masih mengejarnya. "Hua! kenapa taman ini begitu luas?" batin Flowie saat berlari ke arah berlawanan dengan arah dia memasuki taman tadi. Dia tidak terlalu tahu daerah di sini, yang ada dibenaknya hanyalah kabur karena dia perlu keluar. Dia perlu berlindung. Seandainya ada polisi yang lalu lalang, dia pasti akan berteriak minta tolong. Flowie terus berlari tak memperdulikan sakit yang diakibatkan lecet di kedua kakinya. Kini dia berhasil keluar dari taman itu dan masih berlari mengikuti jalan. Jalan

    Last Updated : 2022-05-27
  • FLOWIE   10 – WHY DO YOU CARE?

    Luke sedang melakukan ciuman panas dengan seorang wanita di ruangan kerjanya. Dia baru saja kembali bekerja di perusahaan ini kurang lebih seminggu yang lalu setelah Alberto memintanya bergabung. Selama ia bekerja di perusahaan ini, entah sudah berapa wanita datang ke ruangannya. Luke membelai pipi wanita itu lembut dan kemudian belaian itu berubah menjadi cengkraman. Seketika juga Luke menghentikan ciumannya, dan menatap mata wanita tersebut dengan jarak yang sangat dekat. “Berapa yang telah dibayar ibuku padamu, huh? Aku akan membayar dua kali lipat dan enyalah dari hadapanku untuk selama-lamanya!” desis Luke ketus. Wanita itu berbusana long dress hitam dengan belahan sampai ke paha. Dress itu memiliki bagian dada yang berbentuk V dan mengekspos keindahan yang tersembunyi di baliknya. Kulitnya yang putih begitu kontras dengan pakaiannya. Kesempurnaannya semakin kental dengan rambut pendeknya yang kecokelatan dan mata abu-abunya yang menyala. Ia lebih terlihat seperti bintang film

    Last Updated : 2022-05-27
  • FLOWIE   11 – BETWEEN TWO GUYS

    Seolah masalah tidak sampai di situ saja, tiba-tiba hujan turun dengan lebatnya. Dengan sigap Alvian mengangkat tubuh Flowie kedalam dekapannya dan membawa gadis itu masuk ke dalam mobilnya. Ketika di dalam mobil, Alvian melepaskan jasnya dan membungkus badan Flowie dari depan. Ia juga memegang dahi Flowie memastikan seberapa tinggi demam wanita itu. “Astaga! Badanmu panas sekali!’ batin Alvian. Ia segera menginjak pedal gas mobilnya melaju menuju apartemennya. Tangan kanannya menekan beberapa tombol yang ada di ponselnya. “dr. Kevin, bisakah kau datang ke apartemenku 10 menit dari sekarang?” tanya Alvian kepada seseorang di seberang. “.......” “Baiklah dok, terima kasih. Tidak, tidak. Bukan aku, tapi teman-” jelas Alvian sambil melihat Flowie di sebelahnya. “Teman wanitaku,” lanjutnya lagi. “…..” “Aku masih tidak yakin dok. Hanya saja dia pingsan dan badannya sangat panas,” ujar Alvian lagi. “…..” “Baiklah dok. Sampai jumpa di apartemenku,” kata Alvian kemudian memutus perca

    Last Updated : 2022-05-27
  • FLOWIE   12 – BEAR TO MIND

    “Flowie.” Luke terus saja mengulangi nama itu di kepalanya di sepanjang perjalanan pulangnya. Kenapa dia jadi teringat kepada wanita itu? Dia merasa marah jika mengingat bahwa Flowie pernah melemparnya dengan sepatu, tapi sekarang Alvian malah melindunginya. Memang tidak benar jika membiarkan seorang wanita pingsan di jalan, namun sampai membawa wanita itu ke apartemennya? Oh, Come on. Luke sangat mengenal sifat Alvian. Dia tidak pernah membawa sembarang wanita ke apartemennya, bahkan teman one night stand-nya. Selain Alice, Flowie adalah wanita pertama yang di bawa Alvian ke apartemennya. Luke curiga ada sesuatu di antara mereka dan ia yakin akan itu. Luke ingin mengetahuinya. === Flowie memakan roti lapis yang disediakan oleh Alvian dengan lahap. Ia memakannya dengan sangat cepat seolah-olah seseorang akan merebutnya, membuat Alvian yang sedang menuangkan susu hangat ke dalam gelas, melirik Flowie dengan tersenyum dan menggeleng-gelengkan kepalanya. “Apa kau begitu lapar?” tanya

    Last Updated : 2022-05-27
  • FLOWIE   13 – CURIOSITY

    “Dari mana saja kau? Kenapa kau membuat mama khawatir?” tanya Anna ketika Flowie baru saja tiba di rumah. “Maafkan aku, ma. Semalam hujan sangat lebat. Jadi aku tidak bisa pulang, dan menginap di rumah Erica.” jelas Flowie berbohong. Ia tidak mungkin menceritakan bahwa dia jatuh sakit, karena ibunya pasti akan langsung khawatir. Apalagi menceritakan dia menginap di sebuah apartemen mewah bersam bosnya, sudah bisa diyakini ibunya akan terkena serangan jantung setelahnya atau paling tidak dia akan diusir dari rumah. Oh tidak. Membayangkannya membuat Flowie bergidik ngeri. Ia ingin ibunya tenang-tenang saja tanpa beban pikiran apapun. Itulah sebabnya dia selalu marah terhadap adik-adiknya, jika mereka berulah dan menjadi beban pikiran ibu mereka. Anna menghela nafas mendengar jawaban Flowie. “Maafkan aku ma,” ucap Flowie sambil memelukan Anna. “Yasudah, mandilah! Ini hampir siang hari. Apa kau sudah makan?” tanya Anna. “Sudah,” Flowie sekali lagi berbohong. Dia juga baru ingat kalau

    Last Updated : 2022-05-27
  • FLOWIE   14 - GUILTY

    “Aku baru tahu kalau gadis sepertimu bisa melakukan pembelaan harga diri. Apa itu salah satu trikmu supaya tidak ketahuan?” tanya Luke santai sambil memasukan tangan ke saku celananya. “Apa maksudmu?” tanya Flowie kesal. Dia sama sekali tidak tahu apa yang sedang dibicarakan Luke. Luke tertawa kecil. Sama sekali tidak ada yang lucu, tapi entah mengapa ia merasa lucu melihat ekspresi wajah Flowie. Ekspresi yang menunjukan kalau dia memang sama sekali tidak mengerti maksud Luke. Luke menyadari bahwa sebenarnya Flowie memang tidak tahu apa-apa, namun egonya memaksanya tetap melanjutkan aksinya. Ia masih penasaran dengan respon selanjutnya yang akan diberikan Flowie. “Apa yang sedang kau lakukan disini?” tanya Luke. “Itu bukan urusanmu,” jawab Flowie kesal sambil berjalan melewati Luke. “Apa kau sudah ada janji dengan pria yang menginap di lantai dua? Menemaninya sepanjang malam, seperti yang kau lakukan dengan Alvian?” tanya Luke lagi yang sukses menghentikan langkah Flowie dan memb

    Last Updated : 2022-05-27
  • FLOWIE   15 – TWELVE SPRIGS OF RED ROSES

    “A-alvian? Tidak. Aku hanya sedang duduk-duduk saja. Kau di sini?” tanya Flowie ketika sadar dari ketegunannya. “Hm. Kebetulan aku lewat dan melihatmu duduk di sini.” Jawab Alvian seadanya sambil mengambil posisi duduk di sebelah Flowie. “Oh,” gumam Flowie singkat tampak bingung harus berkata apa. “Bagaimana keadaanmu?” tanya Alvian lagi menolehkan padangannya kepada Flowie. “Sudah membaik,” jawab Flowie sambil tersenyum simpul. Alvian kembali menatap lurus ke depan dan tampak mengangguk. “Terima kasih Alv,” ujar Flowie yang membuat Alvian kembali menatap Flowie. Pandangan mereka bertemu cukup lama, sampai akhirnya Flowie membuang muka menatap lurus ke depan. “Terima kasih karena sudah menjadi penolongku berkali-kali,” lanjut Flowie lagi dengan tersenyum masih memandang lurus ke depan. Alvian kembali menatap lurus ke depan, dan dengan suara rendah ia berkata, “Tidak masalah. Aku akan selalu ada jika kau membutuhkanku,” Kata-kata yang membuat Flowie sedikit terkejut sekaligus

    Last Updated : 2022-05-27
  • FLOWIE   16 - APOLOGY

    “Ini pesananmu,” kata Flowie sambil meletakan 2 buket bunga di atas meja. Luke memperhatikan bunga-bunga itu dan tersenyum puas. “Bisakah kau membantuku, nona Hillebrandt?” tanya Luke menatap Flowie. “Apa?” tanya Flowie bingung. Ia benar-benar jengah melihat Luke masih berada di sekitarnya. “Buket ini terlalu cantik. Aku takut akan menghancurkannya, jika membawanya sekaligus ke mobilku,” jelas Luke. “Jadi? Apa urusannya denganku?” tanya Flowie ketus. “Bisakah kau bantu membawakannya ke mobilku?” tanya Luke sedikit ragu kalau-kalau gadis di hadapannya ini akan mengamuk padanya. Flowie menatap tajam ke arah Luke. Sungguh rasanya ia ingin sekali mencampakan pria ini dengan buket bunganya ke mobil sialannya. “Please,” mohon Luke dengan wajah memelas. Tanpa sepata katapun, Flowie mengangkat salah satu buket bunga dan membawanya ke luar. Luke melakukan hal yang sama. Ia Mengikuti Flowie dari belakang. == “Letakan disini saja,” pinta Luke sambil membuka pintu penumpang mobilnya.

    Last Updated : 2022-05-27

Latest chapter

  • FLOWIE   58 – THE END, BUT NOT THEIR END

    DEGAlvian mematung. Ia sungguh tidak percaya akan apa yang ia lihat. Wanita yang sudah memporak porandakan hatinya kini berdiri di hadapannya. Bukankah Alice meninggalkannya demi cita-citanya? Bukankah Alvian merasa begitu sakit? Namun mengapa ia masih merasakan getaran yang sama saat seperti pertama sekali ia bertemu wanita ini bertahun-tahun yang lalu? Getaran yang membuatnya ingin menarik gadis ini ke dalam pelukannya.“Alice,” gumam Alvian dengan suara yang tidak kalah serak. Sepertinya sesuatu sedang tersangkut pada tenggorokannya.Luke yang tersadar lebih dahulu, menarik tangan Flowie dengan lembut dan melangkah keluar, meninggalkan mereka tanpa kata-kata pamitan. Luke hanya tidak ingin mengganggu momen yang menurutnya sangat pas untuk saling menyerukan kerinduan mereka.“Apa yang sedang kau lakukan di sini?” tanya Alvian memecah keheningan.“Aku merindukanmu. Apakah aku masih berhak berada di sisimu?” tanya Alice dengan mata berkaca-kaca.Alice menunggu dengan harapan Alvian m

  • FLOWIE   57 – ALICE IS BACK

    “Maaf, apakah ini apartemennya Alvian Sanchez?” tanya wanita tersebut dengan sedikit ragu-ragu.“Benar. Silakan masuk,” kata Flowie mempersilakan masuk.Wanita itu menatapnya bingung. Ia menyeret kopernya memasuki apartemen Alvian.“Maaf, tapi kau siapa?” tanya wanita itu saat Flowie sudah menutup pintunya.“A-aku. Aku teman Alvian,” jawab Flowie terbata.Tunggu dulu. Mengapa ia harus terbata dan mengapa ia yang harus ditanya?Wanita itu menatap Flowie penuh selidik. Ia menatap Flowie dari bawah hingga ke atas. Flowie hanya menggenakan dress berwarna dark green dan flat shoes saat ini. Uhm, sepertinya ia lupa menata rambutnya yang hanya dikucir ekor kuda saat ini.“Dimana Alvian?” tanya wanita itu sedikit kesal.“Dia sedang keluar. Mungkin sebentar lagi kembali,” jawab Flowie mengikuti jawaban bibi Gissel padanya tadi.“Kau tinggal di sini? Siapa kau sebenarnya? Teman one night stand nya?” tanya wanita itu lagi yang membuat Flowie membulatkan matanya terkejut.“Tidak. Aku tidak tingga

  • FLOWIE   56 – I AM COMING HOME

    “Mama?” Flowie membuka sedikit pintu kamar Anna dan mendapati Anna yang sedang duduk termenung memegang rajutanAnna hanya menoleh sesaat lalu membuang muka dan melanjutkan rahutannya. Sedangkan Flowie melangkahkan kakinya masuk dan menutup pintu kamar dengan sempurna sebelum ia mengambil posisi duduk di sebelah Anna.“Aku kangen sekali dengan mama,” kata Flowie sambil memeluk Anna dari belakang dan menyenderkan kepalanya di bahu Anna.Anna hanya menghela napas dan kemudian melanjutkan aktivitasnya.“Apa yang sedang mama buat? Baju hangat? Apa ini untuk Hans, ma?” tanya Flowie berusaha memecah kecanggungan karena ia tahu Anna senang membuatkan Hans baju hangan sarung tangan bahkan topi dari wool.“Hm,” gumam Anna singkat.“Apakah mama marah karena aku sama Luke akan menikah?” tanya Flowie yang membuat Anna menghentikan rajutannya dan menoleh ke arah Flowie.“Apa kau benar-benar ingin menikah dengannya?” tanya Anna.“Hm. Aku mencintainya ma,” jawab Flowie apa adanya.Anna sekali lagi m

  • FLOWIE   55 – TRULY HOME

    “Aku tidak punya tujuan hidup ataupun impian. Aku tidak dicintai orangtuaku hingga aku memutuskan untuk pindah ke Madrid. Aku menghabiskan hari-hariku dengan bersenang-senang di sana dan aku sungguh tidak mau memikirkan persoalan kedua orangtuaku. Hingga aku pulang dan bertemu denganmu, aku kembali merasa hidup dan memiliki rencana masa depan denganmu,” Luke menatap lekat kedua mata hazel Flowie yang sudah dibanjiri air mata.“Namun belakangan, aku memahami satu hal. Ibumu tidak bersalah. Bahkan dia dan papa adalah korban permainan kotor mama dan nenekku dan mengetahuinya membuatku sangat sakit. Aku adalah rencana kotor itu, Flow. Aku adalah rencana kotor mama untuk memisahkan papa dan ibumu saat itu,” Luke terisak berusaha menekan rasa sakit di dadanya.Flowie menutup mulutnya tidak percaya, air mata tidak henti keluar dari mata cantiknya.“Sebelum kecelakaan, aku baru mengetahui bahwa kau adalah anak dari Mrs. Annabelline, dan aku merasa sangat sesak, Flow. Aku sudah sangat jatuh ci

  • FLOWIE   54 – THE PAIN

    Sepanjang makan malam mereka membicarakan hal-hal yang Flowie tidak mengerti, namun entah mengapa Flowie merasa Luke tidak terlalu menyukai pertemuan ini. Padahal sikap keluarganya tidak seburuk yang Flowie bayangkan, mengingat betapa mengerikannya Elya.“Jadi kalian sudah memutuskan tanggalnya?” tanya Diego tiba-tiba kepada Luke dan Flowie.“Dua minggu dari sekarang,” jawab Luke mantap yang membuat Flowie menoleh kearah Luke dengan tatapan tidak mengerti.“Kenapa cepat sekali, Luke?” tanya Alberto.“Kami sudah memutuskannya, pa. Jangan dipikirkan lagi. Aku akan mengurus semuanya.” jawab Luke kemudian mengelap lembut bibirnya dengan napkin.Flowie yang tidak mengerti apapun yang mereka bicarakan hanya diam saja dan kemudian ia meraih gelas berisi wine dan meneguknya cukup banyak. Entah mengapa wine ini sungguh terasa nikmat di tenggorokan Flowie.“Baiklah. Siapkan pesta yang besar untuk mereka Alberto,” kata Diego.“Baiklah pa,” kata Alberto mengangguk setuju.“Tidak perlu, kek. Aku s

  • FLOWIE   53 – CROOSE FAMILY

    Flowie mengerjapkan matanya berkali-kali. Hal pertama yang ia dapat adalah wajah Luke yang tampak sibuk dengan sesuatu di i-padnya. “Uhmm,” Flowie berdeham pelan. Tenggorokannya terasa begitu kering. Sudah berapa lama ia tidur? Bukankah sebelumnya ia tertidur di pesawat? Lalu kenapa ia sekarang tidur di paha Luke? Dan kenapa mereka berada dalam mobil? “Kau sudah bangun, sayang?” tanya Luke ketika menyadari Flowie yang sudah terbangun. “Kita di mana? Di mana Hans?” tanya Flowie sambil mengucek matanya. “Hans tertidur di kursi belakang. Kita sedang dalam perjalanan menuju apartemen,” jawab Luke sambil mengelus rambut cokelat Flowie. Mendengar kata apartemen, membuat Flowie tiba-tiba bangkit dari rebahannya dan menatap Luke tidak setuju. “Tidak, Luke. Aku tidak mau kembali ke apartemenmu!” Flowie menggeleng kuat. Luke menarik Flowie ke dalam pelukannya. “Ssst! Tenanglah, sayang. Aku tidak akan membawamu ke situ, kita sedang di Swiss, kita akan ke apartemenku yang ada di Swiss maks

  • FLOWIE   52 – KISS ME ON THE JET PLANE

    “Mari kita pulang ke rumah kita sayang,” ajak Luke kepada Flowie sambil mengusap kepala Hans yang tengah tertidur di pangkuan Flowie.Flowie menggeleng lemah.“Kenapa? Apa karena ibuku?” tanya Luke menangkup kedua pipi Flowie dengan lembut.Hening.“Aku mencintaimu, Flow. Tidakkah kau mencintaiku? Apa kau akan memisahkanku dari anakku juga?” tanya Luke dengan sendu.Flowie kembali terisak. Sungguh ia tidak tahu harus berbuat apa. Di satu sisi ia begitu ingin terus di samping Luke dan terus diperlakukan begini lembut olehnya. Ia begitu merindukan Luke, namun ia juga begitu takut jika Elya melakukan sesuatu terhadap anaknya.“Aku bersumpah, ibuku tidak akan pernah menyakitimu lagi. Aku bersumpah keluarga Croose tidak akan menyentuhmu dan anak kita sedikitpun,” ujar Luke penuh keyakinan sambil menarik Flowie ke dalam pelukannya.“Bagaimana caranya?” tanya Flowie ragu.Luke merapikan rambut Flowie.“Kita akan pergi jauh meninggalkan mereka,” jawab Luke sambil tersenyum hangat.===Luke ti

  • FLOWIE   51 - FAMILY REUNION

    Sungguh ia membenci ini. Kenapa di saat ia ingin melupakan Luke, ia malah bisa sedekat ini dengan Luke. Aroma perfume Luke meruak di indera penciumannya. Aroma yang selalu ia rindukan, dan juga tangan kekar yang kini melingkar sempurna di perutnya, tangan yang selalu ia rindukan untuk memeluknya.Luke bisa merasakan tubuh Flowie yang menegang dan tangisan gadis itu memecah. Flowie menangis sejadi-jadinya dengan bahu yang naik turun. Luke membalikan badan Flowie dan menarik tubuh mungil itu masuk ke dalam pelukannya dan ia ikut menangis bersama wanita kesayangannya itu. Ia bisa merasakan kesedihan terdalam yang Flowie rasakan, dan entah mengapa mendengar tangisan Flowie membuat hatinya tercubit. Sakit.“The fault is not in our stars, babe, but in ourselves. Let’s fix it,” ujar Luke pelan sambil mengusap air mata di pipinya.Berkali-kali Luke menciumi pucuk kepala Flowie, meresapi aroma yang sudah lama ia rindukan. Luke mengelus punggung Flowie dengan lembut, seolah ia menyampaikan pesa

  • FLOWIE   50 – THE APPLE OF MY EYES

    Luke merasa napasnya tercekat. Ia sungguh ingin segera menghampiri Flowie dan memeluk wanita itu, namun ia belajar dari pengalamannya. Bagaimana Flowie lari melihatnya, Luke ingin melakukannya dengan pelan kali ini. Ia mengikuti Flowie dari belakang sampai wanita itu menaiki lift. Ketika pintu lift tertutup sempurna Luke berlari menuju lift di sebelahnya dan melihat lantai yang dituju Flowie. Lantai 7. Dengan segera Luke menaiki lift di sebelahnya dan menekan tombol 7, namun sialnya pada saat pintu nyaris tertutup ada orang dari luar yang menekan tombol buka sehingga pintu lift kembali terbuka. “Oh shit!” Luke kembali mengumpat membuat pasangan yang baru saja masuk ke dalam lift menatapnya kaget. Pintu lift kembali tertutup dan mengantarkan mereka ke lantai 7. TING!! Luke melesat dengan cepat saat pintu lift terbuka di lantai 7. Ia berjalan tergesa mencari sesosok Flowie. “Sial mengapa lorongnya begitu panjang?” batin Luke. Namun sepertinya kali ini semesta berpihak pada Luke, d

DMCA.com Protection Status