[Kim Young Mi’s POV]
Dengan cepat aku langsung menggeleng-gelengkan kepalaku. “Ani, ani. Eomma pasti bercanda, kan?”
Tangan Eomma langsung meraih pundakku, berusaha menenagkanku. “S-sayang, tidak ada yang sedang bercanda di sini.”
Hatiku sudah muak dengan segala drama yang mereka buat kali ini. Tanganku memegang kepalaku dan tanpa kusadari aku memukul-muku kepalaku. Eomma berusaha menghentikanku, tapi cengkeraman di kepalaku semakin kencang.
Rasanya aku ingin menghilang dari dunia ini. Menjauhi semua orang yang mengenalku. Sebaik apapun mereka, toh pada akhirnya mereka selalu menyakitiku. Kakiku perlahan-lahan bergerak, ingin segera beranjak dari tempat itu. Namun, tubuhku terlalu lelah hanya untuk sekedar berdiri dan bangkit. Bahkan air mata yang biasanya membanjiri pipiku pun tak kunjung keluar.
Aku menengadahkan kepalaku hanya untuk melihat wajah Eomma ya
[Im Aerum’s POV]Dengan langkah sedikit gontai namun pasti aku berjalan di tengah lorong agensi. Kakiku terasa seperti jeli yang siap dimakan kapan saja. Rasanya aku tidak siap untuk semua ini. Ditambah degupan jantungku yang kian membuncah semakin aku dan Eomma kian mendekati ruangan di ujung lorong ini.Lorong yang bahkan tidak terlalu panjang ini, membuatku seolah-olah telah mengikuti lari maraton. Terdapat beberapa orang tua dan anaknya yang sudah menunggu di depan ruangan itu. Lebih tepatnya menunggu untuk membahas mengenai perjanjian kerjasama itu, sama sepertiku.Seperti biasa Eomma kembali melihat-lihat seisi gedung dan lorong. “Wah, ternyata gedung ini besar sekali.”Aku melihat Eomma dan menyenggol lengannya. Beberapa orang tua dan anak yang sedang duduk itu memperhatikan kami. Mungkin bagi mereka hal seperti ini sudah biasa, namun bagi Eomma melihat gedung sebesar ini sudah
[Kim Young Mi’s POV]Cuaca Busan hari ini cukup dingin dibandingkan dengan biasanya. Pagi ini, aku terbangun dengan suara rintik hujan dari luar jendela. Dengan bermalas-malasan akhirnya aku bangkit beranjak dari tempat tidur yang tidak kutinggalkan selama kurang lebih sepuluh jam. Kusibakkan tirai jendelaku dan melihat pemandangan Busan yang sedang diguyur air hujan.Seperti mengetahui suasana hatiku, awan pun meneteskan air matanya. Jalanan basah dan beberapa Ahjumma yang habis berbelanja pagi langsung cepat-cepat kembali masuk ke dalam rumah mereka sembari menenteng plastik belanjaan mereka. Kuhembuskan napas berat, sepertinya aku harus berangkat sedikit lambat dari biasanya. Sembari menunggu hujan ini reda. Hari ini pun aku masih tidak bersemangat menjalani hari. Setelah semalaman menangis, rasanya energiku terkuras habis. Hingga akhirnya aku jatuh terlelap dan tidak bangun hingga pagi datang. Tapi, mengingat aku sudah
“Kalau Aerum bagaimana? Hobi kamu apa, Sayang?” Anak perempuan yang ditanya itu hanya menunduk malu-malu dan melihat ke anak perempuan di sebelahnya yang sedang memperhatikannya. “A-aerum suka menyanyi,” jawabnya dengan lirih. “Menyanyi?!” sahut anak perempuan di sebelahnya yang bernama Yoo Ra itu. “Ssaem! Yoo Ra juga suka menyanyi!” Anak perempuan itu mengacungkan tangannya tinggi-tinggi. Sang guru pun berjalan mendekati meja mereka berdua dan mencoba mendengarkan cerita dari anak bernama Yoo Ra itu. Yoo Ra adalah anak perempuan yang ceria dan selalu bersemangat setiap kali pergi ke sekolah. Ia sangat suka menceritakan semua cerita yang menyenangkan ke para guru dan temannya. “Apa Yoo Ra bisa menyanyi?” tanya guru itu. “Yoo Ra pandai menyanyi, Ssaem.” “Oh, benarkah? Kalau begitu nyanyikan satu lagu, kita akan menyanyi bersama.”
20 Oktober 2020 “Michelle, bagaimana dengan calon trainee baru itu? Apa mereka sudah menandatangani semua perjanjian itu?” “Belum semua, Eonnie. Masih ada beberapa anak yang belum datang ke agensi.” Perempuan yang duduk di kursi kebangaannya itu menghembuskan napas berat. “Ah, begitu rupanya. Kalau semua sudah menandatangani tolong kamu rekap bukti biodata dan perjanjiannya, ya.” “Baik, Eonnie. Saya akan kerjakan secepatnya.” Perempuan bernama Michelle itu membungkukkan badannya seraya izin undur diri dari hadapan atasannya itu. Saat ini tinggallah seorang diri perempuan itu di dalam ruangan. Ia membuka-buka beberapa berkas yang baru saja diberikan rekan kerjanya tadi. Setelah membaca ulang semua berkas dan memastikan isinya benar, ia pun menutup semua berkas itu. Akhir-akhir ini pekerjaannya sangatlah berat. Ia harus bisa menjalankan kedua tugasnya secara bersamaan. Perempuan yang bernama Young Mi i
[Im Aerum’s POV]Hari esok ternyata datang jauh lebih cepat dari perkiraanku. Ah, ralat, yang kumaksudkan dengan hari esok ialah jadwal latihan pertamaku. Ya, setelah aku menandatangani perjanjian dengan Move Entertainment, keesokan harinya aku harus langsung ikut dalam jadwal latihan. Mereka bilang, meski ada beberapa calon trainee yang belum menandatangani perjanjian, kami tetap harus mengikuti jadwal latihan terlebih dahulu. Nantinya para trainee lainnya akan masuk atau bahkan dapat keluar dengan sendirinya.Yap, kau tidak salah membaca. Mereka dapat masuk dan keluar dengan keinginan mereka sendiri. Namun, tentu saja mereka harus membayar denda yang besar. Begitulah cara dunia hiburan bekerja. Mereka tidak pernah bermain-main dengan kontrak perjanjian.Jadwal latihan kami tepat pukul enam sore. Sesuai instruksi, aku datang tiga puluh menit lebih awal dari jadwal latihan. Eomma dan Appa baru s
[Kim Young Mi’s POV]“Yeoboseyo?” ucapku dengan suara serak.“Ah, kau pasti baru bangun, kan? Cepatlah bangun atau kau akan terlambat!” Begitu mendengar suara Hyenjin di sambungan telepon, aku langsung menjauhkan telepon dari telingaku. Suaranya sama sekali tidak ramah untuk telingaku di pagi hari yang tenang dan damai ini.“Woahm … sebentar lagi aku akan bangun. Lagipula kenapa kau terburu-buru, kita tidak akan terlambat.”“Yah! Apa kau tidak mendengar suara bel? Aku sedari tadi sudah membunyikan bel di rumahmu.”“A-apa? Kau sekarang berada di depan rumahku? Oh astaga ….”Dengan terpaksa aku langsung beranjak dari tempat tidurku dan menuju ke arah pintu. Bagaimana aku bisa tidak mendengar suara bel sama sekali? Aku melirik sekilas di lubang pintu untuk memastikan apa itu benar Hyenjin, jangan sampai ia hanya iseng meng
[Im Aerum’s POV]“Karena hari ini adalah hari pertama kita, bagaimana jika hari ini kita berkeliling ke seluruh penjuru agensi? Kalian pasti bingung ‘kan saat mencari ruangan ini?”“Ne,” jawab kami serempak.“Nah, maka dari itu lebih baik kalian mengenal lingkungan di sekitar agensi ini terlebih dahulu. Ini adalah langkah awal yang baik.”Sembari aku mendengarkan penjelasan dari pembimbing baru kami, aku mendengar suara bisik-bisik yang sedikit mengusikku. Tak jauh dari tempatku dan Hana duduk, ada Kim Naeun dan Hwang Yerim. Beberapa kali mereka tampak berbicara dan menertawakan sesuatu. Nampaknya mereka sudah pernah bertemu beberapa kali sebelum akhirnya terpilih menjadi trainee di agensi ini.Sekilas kudengar Naeun berbicara pada Yerim, “Yah, bagaimana kau bisa salah masuk ruangan?” Setelahnya mereka cekikikan bersama.Yerim pun menyahut
[Kim Young Mi’s POV]Jalan menuju rumah ke sekolah tidak memakan banyak waktu. Jadi, aku dan Hyenjin dapat berjalan kaki. Berjalan ke sekolah dengan teman rasanya merupakan sesuatu yang baru bagiku. Perjalanan pun jadi tidak membosankan dan aku juga memiliki teman untuk kuajak bicara.“Yah, apa kau biasanya juga berjalan kaki dengan melihat pada ponselmu?”“Tidak begitu. Aku hanya mengecek ponselku siapa tahu Eomma tadi meneleponku,” ucapku sebagai pembelaan. Tapi, memang benar adanya. Akhir-akhir ini Eomma meneleponku di saat pagi hari. Selain karena pagi adalah satu-satunya waktu dimana ia senggang, ia juga ingin membicarakan mengenai perkembangan kasusnya. Meski sebenarnya aku sangat malas mendengarnya.“Omo!” Kututup mulutku seraya melihat notifikasi yang masuk. Hyenjin yang menyadari akan hal itu langsung bergegas menghampiriku.“Wae? Mengapa kau terkaget seperti itu?”“A-ani.” Refleks tanganku langsung menutup ponselku. Bahkan aku bisa merasakan wajahku saat ini merah padam. Oh,
1 Juni 2021 Sore hari, selalu menjadi jam-jam paling sibuk nan riuh di Busan. Hari ini pun masih sama seperti hari-hari lainnya. Stasiun kereta itu terlihat sangat penuh, dipenuhi oleh penumpang yang bersiap-siap akan kembali ke rumahnya masing-masing. Tak terkecuali bagi si wanita di usianya yang berada di kepala dua. Wanita itu terlihat berlarian mengejar sebuah kereta yang akan segera pergi. Beberapa orang melihatnya dengan tatapan aneh, namun ia tidak memedulikannya. Hal terpenting baginya adalah ia tidak ingin ketinggalan kereta itu. Ia berlarian seraya menenteng sebuah rangkaian bunga berwarna ungu di tangan kanannya. Begitu pintu kereta terbuka, ia langsung berdesak-desakkan dengan penumpang lainnya. Wanita itu menghembuskan napas lega begitu dapat masuk ke dalam kereta dengan selamat. Karena kereta itu sangatlah penuh, ia pun mengambil tempat duduk yang terdekat dengannya. Di sebelahnya, terdapat dua anak perempuan berseragam. Kedua anak tersebut mengingatkannya saat ia masi
[Park Hyunjae’s POV]Satu bulan berlalu ….“Sekali lagi, saya mengucapkan selamat kepada ke-sepuluh trainee yang berhasil dan lolos melewati acara survival show ini dengan baik. Kami akan menunggu debut kalian!” Begitu pembawa acara dari tayangan televisi mengumumkan keberhasilan kami, semua langsung bersiap untuk memegang gelas mereka masing-masing. Kami tersenyum memandangi satu sama lain.“Haruskah kita memulainya sekarang?” tanya manajer kami. “Cheers!”“Cheers!” ucap kami serempak. Kami langsung mendentingkan gelas kami satu sama lain dan meneguk minuman anggur itu bersamaan.“Bukankah ini pertama kalinya kita merayakan ini secara resmi?” tanya manajer kami.“Itu dapat dimaklumi. Kita ‘kan memang sedang sibuk untuk menyiapkan keperluan debut kita,” sahut Lee Dae sambil memegang gelas kosong di tangannya.“Jangan dengarkan dia, ya? Kalian juga harus bersenang-senang. Nikmatilah masa muda kalian, itu tidak akan datang dua kali.” Seperti biasa manajer kami selalu memberi nasihat ya
[Kim Young Mi’s POV]Napasku menderu karena sehabis berlari. Aku menoleh ke kanan dan ke kiri dan tidak menemukan satu pun orang yang dapat kumintai pertolongan. Apakah perumahan orang kaya selalu sesepi ini? Perasaanku kian gelisah dan tak kunjung tenang, serasa ada yang mengganjal di dalam hatiku. Hanya ada satu orang yang dapat kupikirkan di dalam benakku saat ini.Kuhentikan langkahku dan memastikan alamat yang diberikan Jen benar. Aku bahkan sudah melewati gang ini dua kali. Mengecek setiap rumah yang ada, namun rumah yang ditujukan Jen hanya satu. Rumah dengan blok A bernomor 27. Apakah aku salah? Aku mendekati rumah yang sudah kulewati dua kali itu. Rumah itu sangatlah besar dan megah. T-tapi, mengapa di depan pagarnya ada sebuah bendera berwarna kuning yang menunjukkan seseorang baru saja meninggal?Aku berlari kecil ke arah rumah itu. Di depan rumah terdapat sebuah pos satpam kecil. Salah satu satpam itu menyadari kedatanganku dan langsung menghampiriku.“Apa kau sedang menca
[Yoon Jae’s POV]“Mengapa sampai sekarang mereka belum memberi kita asrama juga?”Lamunanku buyar, ketika salah satu dari mereka mulai mengoceh kembali. Oh astaga, aku hanya menginginkan sebuah istirahat yang tenang dan damai tanpa siapapun mengangguku. Dan, lagi-lagi mereka terus membahas mengenai hal yang sama. Aku sudah cukup lelah mendengar protesan dari mereka semua.Yeon Seok bangkit berdiri dan sekilas aku dapat melihat matanya mengerling padaku. Ia mendatangi trainee baru yang baru saja membuka suara itu dan mengcengkeram kerahnya.“Hei, anak baru, kau jangan berulah terus. Mereka tidak akan memberikanmu apa yang kita butuhkan selama kita tidak mengalami peningkatan apapun.”Salah satu teman Yeon Seok bersuara, “Kau seharusnya belajar dari kami. Bahkan sampai bertahun-tahun memendam di agensi sialan ini, mereka juga tidak akan pernah memberi kami asrama. Setidaknya hingga kita berhasil debut.”Seorang trainee yang baru saja protes itu langsung bergeming di tempatnya. Aku melih
[Kim Young Mi’s POV]Jari jemariku saling beradu di atas sebuah mesin ketik laptop milikku. Aku terus menerus melirik jam yang terletak di bawah laptop itu. Aku tidak memiliki banyak waktu, aku harus menyelesaikan pekerjaan ini tepat pukul enam malam ini. Jika aku terlambat barang semenit saja, maka itu akan berdampak besar kepada agensi.Alisku bertaut menunjukkan bahwa aku sangat berfokus untuk dapat menyelesaikan tugas ini hingga selesai. Kutulis subjek email dan tidak lupa mencantumkan sebuah file yang akan kukirim. Segera setelahnya, aku langsung menekan tanda enter dan email itu pun terkumpul kepada klien.Aku langsung menghembuskan napas sebagai bentuk kelegaanku. Kulirik kopi yang tersisa setengah cangkir di sebelahku. Kopi yang semula panas itu, sekarang sudah menjadi dingin. Kuhabiskan kopi itu dan bersiap-siap untuk pergi dari kantin milik agensi itu.Saat aku sedang memasukkan barang-barangku ke dalam tas, aku mendongak dan melihat dua wajah yang familiar dari kejauhan. Ku
[Park Hyunjae’s POV] “Silahkan lima belas peserta dengan penampilan individual terbaik untuk maju ke depan,” ucap pembawa acara itu sambil memberikan bahasa tubuh agar kami naik ke atas panggung.Sebelumnya, para juri sudah berdiskusi untuk menentukan lima belas peserta terbaik. Sisa peserta yang tidak lolos, disuruh untuk kembali duduk di bangku penonton bersama dengan para orang tua yang datang. Sekarang, tersisa seluruh lima belas peserta yang sebelumnya sudah dipanggil.Lee Dae dipanggil sebagai peserta pertama yang lolos. Ia selalu menjadi peserta terbaik, bahkan kesayangan para juri. Meski begitu, urutan awal ini adalah acak dan bukan ranking yang sesungguhnya. Sebelum aku pergi ke atas panggung, aku melihat ke arah kedua orang tuaku dan mereka menganggukkan kepala. Kami satu per satu berbaris di atas panggung. Aku berdiri mendekati ujung panggung, karena aku berada di urutan ke dua belas.Selama berada di atas panggung, aku merasa sangat gugup bukan main. Bagaimana jika aku ga
[Im Aerum’s POV]“Bagaimana perasaan kalian setelah kolaborasi kemarin?” tanya Hong Eonnie.Aku terduduk mematung dan menghiraukan pertanyaan manajer kami. Pikiranku masih memikirkan banyak hal, sehingga aku tidak membalas pertanyaan Hong Eonnie. Kami semua sedang bersantai di ruang latihan. Kata manajer, hari ini seluruh latihan ditiadakan, untuk merayakan kolaborasi kami kemarin.Karena tidak ada yang bersuara, seperti biasa Miyeong Eonnie selalu mendahului kami.“Aku rasa, kita semua sudah menampilkan yang terbaik. Terutama bagi Aerum, Yerim, Naeun, dan Hanna yang baru saja melakukan masa pelatihan mereka satu bulan yang lalu.”Jika dipikir-pikir, waktu satu bulan adalah waktu yang sangat singkat untuk kami dapat menyiapkan semua persiapan kolaborasi itu. Bukan hanya itu, kami juga harus dilatih untuk penguasaan di atas panggung dan bagaimana kami menghadapi penonton. Singkat kata, itu bukanlah hal yang mudah.Sebuah dorongan akhirnya muncul padaku. Aku mengangkat tangan dan Hong E
[Kim Young Mi’s POV]Cuaca pagi hari ini cukup cerah dan hangat. Aku membalikkan kepalaku ke belakang untuk mengecek anak-anak yang bermain bola di lapangan. Sepertinya tidak ada yang menyadari kepergian kami berdua, baguslah. Aku berjalan di atas dedaunan kering yang terjatuh berserakan di sepanjang jalan di taman.Aku tersenyum sekilas kepada Yoon Jae yang sibuk memperhatikan bunga-bunga di sekitarnya. Ia berjongkok dan mengelus permukaan bunga itu dengan perlahan. Entah mengapa, aku merasa hangat dan aman di saat yang bersamaan, meski kami tidak berkomunikasi satu dengan yang lain.Aku memutuskan untuk duduk di bangku taman. “Jae-ah, apa kau menyukai bunga?”Ia menoleh ke belakang dan berkata padaku, “Sebenarnya, sedari kecil aku menyukai bunga. Apa itu aneh jika seorang laki-laki menyukai bunga?”Aku menggelengkan kepalaku. “Itu sama sekali tidak aneh. Bunga apa yang kau sukai?”Ia bangkit berdiri dan duduk di sampingku. “Apa kau pernah mendengar bunga Hydrangea? Di Jepang, bunga
[Im Aerum’s POV]05.00Kubuka mataku perlahan dan mengerjap-erjapkannya. Kulihat tempat tidur Yerim yang sudah kosong. Pertanda bahwa ia sudah bangun sedari tadi. Aku mencoba untuk duduk pada ranjangku dan menghela napas. Semalaman penuh hingga pagi aku sama sekali tidak dapat tidur dengan tenang. Rasanya seperti aku baru saja terlelap dalam beberapa jam.Saat aku akan bangkit berdiri dari ranjangku, aku tersadar bahwa pintu kamar sudah terbuka. Nampaknya, semua orang sudah bersiap-siap untuk memulai hari mereka. Dari dapur, aku dapat mendengar Minhee Eonnie berseru untuk membangunkanku.“Aerum-ah! Bangunlah! Eomma-mu sudah di sini!”Begitu mendengar bahwa Eomma sudah datang, rasanya itu seperti membangunkan jiwaku. Aku segera keluar dari kamar dan mengambil handuk yang tersampir dekat kamar mandi. Di ruang tamu, semua terlihat sudah sangat siap untuk berangkat ke agensi. Hal itu membuatku semakin tersadar bahwa aku tidak punya banyak waktu lagi.“O-oh, kau sudah bangun ternyata ….”A