[Im Aerum’s POV]
“Karena hari ini adalah hari pertama kita, bagaimana jika hari ini kita berkeliling ke seluruh penjuru agensi? Kalian pasti bingung ‘kan saat mencari ruangan ini?”
“Ne,” jawab kami serempak.
“Nah, maka dari itu lebih baik kalian mengenal lingkungan di sekitar agensi ini terlebih dahulu. Ini adalah langkah awal yang baik.”
Sembari aku mendengarkan penjelasan dari pembimbing baru kami, aku mendengar suara bisik-bisik yang sedikit mengusikku. Tak jauh dari tempatku dan Hana duduk, ada Kim Naeun dan Hwang Yerim. Beberapa kali mereka tampak berbicara dan menertawakan sesuatu. Nampaknya mereka sudah pernah bertemu beberapa kali sebelum akhirnya terpilih menjadi trainee di agensi ini.
Sekilas kudengar Naeun berbicara pada Yerim, “Yah, bagaimana kau bisa salah masuk ruangan?” Setelahnya mereka cekikikan bersama.
Yerim pun menyahut
[Kim Young Mi’s POV]Jalan menuju rumah ke sekolah tidak memakan banyak waktu. Jadi, aku dan Hyenjin dapat berjalan kaki. Berjalan ke sekolah dengan teman rasanya merupakan sesuatu yang baru bagiku. Perjalanan pun jadi tidak membosankan dan aku juga memiliki teman untuk kuajak bicara.“Yah, apa kau biasanya juga berjalan kaki dengan melihat pada ponselmu?”“Tidak begitu. Aku hanya mengecek ponselku siapa tahu Eomma tadi meneleponku,” ucapku sebagai pembelaan. Tapi, memang benar adanya. Akhir-akhir ini Eomma meneleponku di saat pagi hari. Selain karena pagi adalah satu-satunya waktu dimana ia senggang, ia juga ingin membicarakan mengenai perkembangan kasusnya. Meski sebenarnya aku sangat malas mendengarnya.“Omo!” Kututup mulutku seraya melihat notifikasi yang masuk. Hyenjin yang menyadari akan hal itu langsung bergegas menghampiriku.“Wae? Mengapa kau terkaget seperti itu?”“A-ani.” Refleks tanganku langsung menutup ponselku. Bahkan aku bisa merasakan wajahku saat ini merah padam. Oh,
[Im Aerum’s POV]“Baiklah. Nampaknya kalian semua sudah merasa kenyang. Sekarang, kita kembali ke ruangan tadi untuk latihan.”Kami pun berjalan keluar dari kantin menuju ruangan tadi. Kami melewati lorong yang tadi kulalui dengan Hanna. Di saat itu, barulah aku tersadar jika sebenarnya kantin dan ruangan latihan di satu area yang sama. Kami berputar dan pada akhirnya akan menemukannya lagi.Pintu dari ruangan berwarna oranye itu terbuka lebar. Dari kejauhan, ruangan itu mengeluarkan cahaya paling terang yang menerangi lorong yang cukup gelap. Di dalam ruangan, ada seorang wanita berambut pirang keemasan sedang terduduk dan sedang membaca suatu kertas. Wanita itu mengenakan kaus oblong biru dan cargo jeans berwarna hitam.“Nah, di sini sudah ada Minhee-nim. Silahkan perkenalkan dirimu pada mereka.” Melihat kode yang diberikan eonnie Hong, wanita bernama Minhee itu langsung bangkit berdiri dari duduknya dan menyapa kami semua.“Ne, annyeonghaseyo. Perkenalkan, namaku Minhee, aku yang a
[Kim Young Mi’s POV] “Mianhae, aku tidak bisa mengantarmu pulang,” ucap Yoon Jae dengan sedikit sedih. “Aku tidak masalah dengan itu. Aku bisa jalan kaki, kok!” “Kalau begitu aku pulang lebih dulu. Hati-hati di jalan!” Yoon Jae berlari kecil ke arah mobil yang terparkir agak jauh dari lobi depan restoran. “Semangat dengan latihanmu!” Aku melambaikan tanganku, meski ia tidak bisa melihatku. Aku memukul bantalku sekali lagi. Andai, jika benda mati itu bisa berbicara, ia pasti sudah kesal karena ia adalah sasaran empuk akibat rasa maluku malam ini. Bahkan setelah aku pulang dari restoran itu, aku masih merasa malu. Bagaimana aku tadi bisa aku menatap matanya di saat setelahnya aku akan sangat malu seperti ini? Apa aku melakukan hal yang memalukan tadi? Semoga tidak ada kotoran di wajahku tadi. Ah, kenapa aku jadi seperti ini! Aku hendak memukul bantalku sekali lagi, namun aku langsung tersadar ketika bantal itu bergetar. O-oh, ponselku! Aku mencari ponselku yang tertimbun di an
[Im Aerum’s POV]Sekilas dari luar, gedung agensi itu nampak sepi. Bahkan lobinya pun terlihat cukup sepi. Aku terduduk di sofa yang disediakan di lobi dan tidak melihat banyak orang yang berlalulalang selain resepsionis, satpam, dan beberapa pekerja yang akan pulang. Tidak heran, karena ini sudah larut malam. Seketika aku langsung teringat akan ucapan Eonnie Hong.“Apa kalian bisa mendengarkan suara musik dari ruangan sebelah? Ia adalah salah satu Sunbaenim kalian yang juga sedang berlatih saat ini. Mereka biasanya latihan hingga larut malam demi memperindah hasil akhir latihan mereka, loh!” Ia berbicara seakan-akan itu ialah hal yang biasa dan patut dicontoh.Lagipula tidak seharusnya aku terkejut dengan kebiasaan ini. Bukankah sedari awal mereka sudah memberitahuku mengenai hal ini? Namun, bukan berarti mereka harus membiasakan tidur larut malam, bukan? Ah, memikirkannya saja sudah membuatku pening. Aku harap aku bisa bertahan dengan mereka di sini.Hampir seluruh trainee yang lati
[Kim Young Mi’s POV]Udara dingin itu menerpa lenganku yang tidak tertutup dengan lapisan kain apapun itu. Aku melihat Eomma sedang terduduk sembari tersenyum menatap seseorang yang berada di belakangku. Seseorang yang berada di belakangku itu adalah pengacara Kang. Aku baru saja keluar dari ruangan privatnya itu untuk membicarakan mengenai kesaksianku di pengadilan.Dan, setiap mendengar perkataannya rasanya aku sangat muak. Bukan karena aku membenci pengacara Kang, bukan. Tapi, karena aku sudah lelah dengan semua ini. Kupikir semua pengalaman buruk yang kudapatkan hanya cukup kusimpan di dalam lubuk hatiku dan memori alam bawah sadarku yang terdalam.Bertahun-tahun sudah aku mencoba untuk melupakan beberapa peristiwa yang membuatku trauma. Tak disangka-sangka beberapa tahun ke depan aku bahkan harus memberikan kesaksianku kepada orang banyak. Lebih buruknya memberikan kesaksianku di depan meja hijau.Aku duduk di dekat Eomma. Ia menatap penuh harap kepada pengacara Kang. Matanya sea
[Im Aerum’s POV] Rasanya baru saja aku menutup mataku, namun pagi datang terlalu cepat untukku yang masih menginginkan lelapnya tidur. Begitu aku terbangun dan duduk di tempat tidurku, aku langsung kesusahan menggerakkan tanganku. Oh, tidak. Bahkan sekujur badanku pun terasa kaku. Mungkinkah latihan kemarin malam terlalu menekanku? Pada akhirnya, aku membutuhkan waktu kurang lebih sepuluh menit hanya untuk memijat-mijat lengan dan kakiku agar tidak terasa kaku lagi. Sepertinya aku kurang bersungguh-sungguh dalam pemanasan kemarin malam. Dan, alhasil beginilah tubuhku bereaksi. “Aerum-ah … oh, kau sudah bangun. Cepat, kalau tidak kau bisa telat.” Eomma berdiri di depan pintu kamarku dan membereskan kamarku. Dengan terseok-seok aku pun menuju kamar mandi. “Yah, kenapa jalanmu begitu?” Tentu saja Eomma langsung menyadarinya. Karena ia sangatlah teliti dan matanya tidak pernah luput dari segala hal. “Sepertinya gara-gara latihan kemarin malam. Badanku terasa kaku semua,” ucapku sambi
[Kim Young Mi’s POV]Pagi itu, aku terbangun dengan perasaan gundah di dalam hatiku. Seakan-akan ada beban berat yang tersampir di pundakku, tapi aku tidak tahu itu apa. Rasanya aku baru saja menutup mataku satu jam yang lalu. Namun, kini mataku dipaksa untuk membuka kembali. Kupaksa badanku yang lelah itu untuk bangun dan beranjak dari tempat tidurku itu. Aku pergi keluar meninggalkan kamar tidurku untuk mengambil handukku.Dari lantai atas, aku bisa melihat Eomma sudah terlihat sangat rapi dengan blouse putihnya itu. Ia terlihat sangat serius saat sedang menyiapkan makanan di atas meja itu. Seperti menyadari keberadaanku, ia mendongak dan menyapaku.“Young Mi-ah, kau sudah bangun? Cepatlah mandi dan kita akan sarapan bersama. Oh ya, jangan khawatir, Eomma sudah izin kepada pihak sekolahmu.”Aku hanya mengangguk dan bergegas ke kamar mandi yang letaknya bersebelahan dengan kamarku itu. Di bawah Eomma, masih sibuk menata beberapa masakan yang baru saja ia masak. Sejujurnya, aku merasa
[Im Aerum’s POV]Sepanjang aku menceritakan kejadianku kemarin di agensi, Eun Ha mendengarkanku dengan seksama sepanjang waktu. Ia terkikik beberapa kali di beberapa cerita, namun ia tetap setia mendengarkan ceritaku.“Yah, bukankah itu artinya kau suka dengannya?”Aku langsung memberikan tatapan memicingku ke arahnya. Yang benar saja, bahkan aku tidak kenal dengannya.Ia mengernyitkan alisnya. “S-siapa tadi namanya?”“Park Hyunjae,” kataku berusaha memelankan suaraku. Berharap tidak akan ada yang mendengarkanku seperti terakhir kali aku menyebutkan namanya. Ternyata, ia sangat terkenal bahkan sebelum debut.“Aku tidak pernah mendengar namanya sebelumnya.”“Itu karena dia belum resmi debut.” Aku langsung berusaha mengalihkan topik dari pembicaraan terakhir kami. “Sekarang, gantian kau yang menceritakan pengalamanmu saat pertama kali masuk agensi.”Begitu aku menyuruh Eun Ha menceritakan pengalamannya dahulu, matanya nampak menunjukkan sorot malas. Aku sedikit khawatir dengannya. Apaka