[Im Aerum’s POV]
Tidak ada yang menandingi rasa lelah pada hari Selasa. Bagi kelas kami, hari Selasa adalah hari yang paling melelahkan dibanding hari lainnya. Entah apa yang dipikirkan oleh guru kurikulum sekolah ketika membuat jadwal kami. Di pagi harinya, kami memiliki kelas olahraga. Dan, untuk menutup hari Selasa, kami memiliki pelajaran dance.
Sebenarnya, setiap pembelajaran hanya diberikan waktu 1 jam 45 menit. Tapi, sedikit mustahil rasanya jika kita bisa menyelesaikan pelajaran dance hanya dalam waktu yang singkat itu. Guru dance kami selalu meminta perpanjangan waktu hingga dua jam atau bahkan lebih. Untungnya, tidak ada yang pernah memprotesnya. Karena pelajaran dance adalah salah satu pelajaran yang digemari siswa di sekolah ini.
Sebagian besar dari mereka sengaja masuk ke sekolah seni ini untuk mengembangkan bakat dance mereka. Mungkin kalian akan bertanya-tanya mengapa mereka tidak
CHAPTER 87[Kim Young Mi’s POV]Semalam, aku tidur terlalu larut. Karena aku harus menunggu Bibi Yeesung dan Dongsuk menyelesaikan permasalahan mereka. Tidak mungkin jika aku izin pulang terlebih dahulu, kan? Itu sangat tidak sopan. Akhirnya, karena aku terlalu lelah aku pun memutuskan untuk tidak membawa bekal ke sekolah hari ini.Kebetulan sekali Hyenjin ingin memakan makanan dari kantin hari ini. Padahal biasanya ia selalu malas jika kuajak makan bersama. Mungkin ia hanya kasihan dan ingin menemaniku saja.“Kau mau makan apa?” tanya Hyenjin.“Ehm, kau pilihlah dahulu.”“Ani. Kau pilihlah dulu. Aku bisa memilih terakhir nanti.”Aku pun menoleh ke arahnya. Seketika aku merasa sedikit gugup karena terdapat beberapa anak yang mengantri di belakang kami. Sementara aku masih bingung makanan apa yang harus kupilih. Aku bukanlah orang yang gampang memutusk
[Im Aerum’s POV] Waktu yang diberikan oleh Appa sudah berjalan sehari penuh. Aku belum juga sampai kepada sebuah keputusan. Justru saat mendengar perkataan Eunha aku semakin ragu untuk menerima tawaran itu. Aku bukanlah seseorang yang berpengalaman dalam dunia industri hiburan. Kehidupanku pun jauh dari kata mewah dan populer seperti para artis kebanyakan. Hanyalah seorang gadis yang cenderung menjadi bunglon. Bisa berkamuflase di tengah banyaknya orang, namun kadang kala bisa menjadi cukup bersinar pula. Apakah dunia industri benar-benar cocok untukku? Apa benar dunia industri bisa sekejam itu? Aku bukanlah seperti Yeri yang selalu mengikuti perkembangan dunia musik pop. Namun, bukan berarti aku tertinggal juga. Beberapa kali aku juga mengikuti dan menonton acara televisi yang menayangkan ajang bakat. Bahkan aku pun pernah mengikuti survival show yang menayangkan Seo Hana. Masih kuingat jelas di dalam memor
[Kim Young Mi’s POV]“Yagso?”“Yagso!”Kami berdua pun tertawa dan Yoon Jae meninggalkanku. Begitu ia pergi, aku langsung mendapati diriku tersenyum bagaikan orang gila. Jadi, dia akan menjadi salah satu trainee di agensi besar? Bukankah itu sangat keren?Sebenarnya, saat pertama kali ia mengatakan seperti itu, aku cukup terkejut. Aku tidak pernah mengetahui jika ia bisa menyanyi ataukah memiliki kelebihan lainnya. Karena Yoon Jae cukup tertutup dan bukan orang yang suka menonjolkan dirinya. Sedikit berbeda dengan temannya, Kitae itu. Tapi, bagaimanapun juga tetap saja itu tidak menutup kemungkinan jika ia sebenarnya sangat berbakat.Yoon Jae bisa dikatakan sebagai orang yang cukup pendiam di sekolah. Selain karena itu memang sifatnya, mungkin juga karena ia belum terlalu percaya diri menggunakan bahasa Korea sepenuhnya. Beberapa kali aku masih menemukan kesalahan di pengguna
[Kim Young Mi’s POV]“Yagso?”“Yagso!”Kami berdua pun tertawa dan Yoon Jae meninggalkanku. Begitu ia pergi, aku langsung mendapati diriku tersenyum bagaikan orang gila. Jadi, dia akan menjadi salah satu trainee di agensi besar? Bukankah itu sangat keren?Sebenarnya, saat pertama kali ia mengatakan seperti itu, aku cukup terkejut. Aku tidak pernah mengetahui jika ia bisa menyanyi ataukah memiliki kelebihan lainnya. Karena Yoon Jae cukup tertutup dan bukan orang yang suka menonjolkan dirinya. Sedikit berbeda dengan temannya, si Kitae itu. Tapi, bagaimanapun juga tetap saja itu tidak menutup kemungkinan jika ia sebenarnya sangat berbakat.Yoon Jae bisa dikatakan sebagai orang yang cukup pendiam di sekolah. Selain karena itu memang sifatnya, mungkin juga karena ia belum terlalu percaya diri menggunakan bahasa Korea sepenuhnya. Beberapa kali aku masih menemukan kesalahan di pengg
[Kim Young Mi’s POV]Hari Sabtu adalah hari yang paling menggembirakan bagi kebanyakan orang. Begitu pun denganku dulu. Hari Sabtu adalah hari dimana aku memiliki banyak waktu luang, setidaknya itu adalah hari Sabtu yang kukenal dahulu. Dikarenakan aku tinggal sendiri saat ini, hari Sabtu berubah menjadi hari dimana aku menghabiskan banyak waktu di luar rumah.Kadang kala aku harus berbelanja bahan makanan, membantu di restoran bibi Yeesung, atau sekedar berolahraga di pagi hari. Namun, sepertinya Sabtu kali ini akan menjadi sedikit berbeda dari biasanya. Aku sudah merencakan bahwa aku akan tetap tinggal di rumah.Melihat beberapa baju yang tergantung begitu saja, lemari baju yang berantakan, dan beberapa debu yang sudah terlihat di jendela … nampaknya aku harus merapikan rumah. Meski begitu, aku tidak bisa menghabiskan waktu terlalu lama di rumah, karena aku harus tetap membantu Dongsuk di restoran nantinya.Aku pun memulai
[Im Aerum’s POV] Bus berhenti tepat di depan halte sekolah. Seperti biasa, bus selalu ramai di jam setiap pulang sekolah. Tentunya, tidak ada anak dari sekolahku yang menaiki bus ini. Mereka terlalu nyaman dengan mobil pribadi nan mewah milik ayah mereka itu. Kutunggu beberapa penumpang lainnya untuk masuk ke dalam bus. Begitu beberapa penumpang sudah masuk ke dalam bus, aku segera menaiki bis dan menggesek kartu yang kupunya. Karena bus terlihat sudah sangat penuh, aku memilih tempat duduk secara acak. Alhasil, aku memilih tempat duduk paling belakang. Bus berjalan begitu aku mendaratkan pantatku di dalam kursi bus yang hangat. Sepertinya, baru ada penumpang yang menduduki kursi ini dengan waktu yang sangat lama. Perjalanan dari sekolah menuju rumah tidak memakan waktu yang banyak. Dengan bus, hanya memerlukan waktu kurang lebih sepuluh menit. Sepanjang perjalanan aku memikirkan keputusanku. Meski belum berani untuk menentukan keputu
[Kim Young Mi’s POV]Dengan cepat aku langsung menggeleng-gelengkan kepalaku. “Ani, ani. Eomma pasti bercanda, kan?”Tangan Eomma langsung meraih pundakku, berusaha menenagkanku. “S-sayang, tidak ada yang sedang bercanda di sini.”Hatiku sudah muak dengan segala drama yang mereka buat kali ini. Tanganku memegang kepalaku dan tanpa kusadari aku memukul-muku kepalaku. Eomma berusaha menghentikanku, tapi cengkeraman di kepalaku semakin kencang.Rasanya aku ingin menghilang dari dunia ini. Menjauhi semua orang yang mengenalku. Sebaik apapun mereka, toh pada akhirnya mereka selalu menyakitiku. Kakiku perlahan-lahan bergerak, ingin segera beranjak dari tempat itu. Namun, tubuhku terlalu lelah hanya untuk sekedar berdiri dan bangkit. Bahkan air mata yang biasanya membanjiri pipiku pun tak kunjung keluar.Aku menengadahkan kepalaku hanya untuk melihat wajah Eomma ya
[Im Aerum’s POV]Dengan langkah sedikit gontai namun pasti aku berjalan di tengah lorong agensi. Kakiku terasa seperti jeli yang siap dimakan kapan saja. Rasanya aku tidak siap untuk semua ini. Ditambah degupan jantungku yang kian membuncah semakin aku dan Eomma kian mendekati ruangan di ujung lorong ini.Lorong yang bahkan tidak terlalu panjang ini, membuatku seolah-olah telah mengikuti lari maraton. Terdapat beberapa orang tua dan anaknya yang sudah menunggu di depan ruangan itu. Lebih tepatnya menunggu untuk membahas mengenai perjanjian kerjasama itu, sama sepertiku.Seperti biasa Eomma kembali melihat-lihat seisi gedung dan lorong. “Wah, ternyata gedung ini besar sekali.”Aku melihat Eomma dan menyenggol lengannya. Beberapa orang tua dan anak yang sedang duduk itu memperhatikan kami. Mungkin bagi mereka hal seperti ini sudah biasa, namun bagi Eomma melihat gedung sebesar ini sudah