[Kim Young Mi’s POV]
“Young Mi-ah, apa kau tahu jika Kitae dulu pernah berteman dengan Hera?”
“K-Kitae?”
Di depanku Yoon Jae sedang menghembuskan napasnya, seolah-olah ia akan bersiap untuk menceritakan cerita yang sangat panjang padaku. Aku pun sampai menutup kotak makanku dan mengalihkan atensiku kepadanya.
“Sebenarnya dulu Kitae, Hera, Yuri, bahkan Jung Dae sangat dekat. Mereka selalu kemana-mana bersama. Tapi, ada satu kebiasaan buruk yang Hera punya dengan temannya itu.”
“Kebiasaan buruk?” Alisku mengernyit tanpa sadar. Sepertinya topik ini semakin menarik. Aku pun memajukan badanku, tanda aku bersemangat mendengar cerita dari Yoon Jae.
“Hm. Ia sangat suka bergosip. Yah, aku tahu terkadang bergosip itu sangat seru. Masalahnya adalah Hera sangat berlebihan.”
“Jeongmal? Benarkah Hera seperti itu?”
Yoon Jae mengedikkan bahu
[Im Aerum’s POV]Kakiku berjalan di tengah tumpukkan salju. Suara langkahku yang biasanya terdengar itu teredam oleh tebalnya salju yang dingin. Bulan pertama di tahun baru, tetapi cuaca Seoul masih tetaplah dingin. Ku sembunyikan tanganku di dalam tebalnya jaket padding berwarna hitam yang sedang kupakai.Terakhir kali aku melewati jalan ini, daun-daun berwarna kecoklatan masih berguguran. Lagi-lagi aku teringat dengan seorang trainee yang bahkan tidak aku kenal itu. Bagaimana kabarnya, ya? Akankah nanti aku bertemu dengannya saat berlatih bersama? Aku tersenyum memandangi sebuah plang bertuliskan ‘Cheesy Lemonade Café’. Dari luar kafe, aku bisa melihat seorang gadis sedang menunggu temannya.Kling. Suara bel kafe berdenting setiap kali ada pelanggan baru yang masuk. Gadis itu pun lantas menoleh ke arah pintu dan mata kami bertemu. Aku segera mendekatkan jarak kepadanya dan meme
[Kim Young Mi’s POV]“Oh, benarkah? Aku tidak tahu soal itu.”Begitu mendengar reaksi yang Hyenjin berikan kepadaku, aku sedikit merasa kecewa. Ku kira dia lebih tahu tentang Hera daripadaku. Ternyata, ia juga tidak mengetahui bahwa dulunya Hera dan Kitae pernah berteman.“Ku kira kau tahu soal itu,” ucapku dengan sedikit kecewa.“Memangnya kau tahu dari siapa?”“Yoon Jae.”Aku melihat Hyenjin yang tidak jadi memasukkan roti sandwich ke dalam mulutnya. Ia malahan melihatiku seolah aku melakukan suatu kesalahan besar. Memangnya aku salah bicara?“Apa kau dekat dengannya?”“K-kita biasa saja, kok. Kemarin kita hanya bertemu untuk mengerjakan tugas bersama.” Tentu saja, sudah pasti aku berbohong kepadanya. Nyatanya, kemarin kami hanya menikmati waktu di pantai. Tapi, nampaknya Hyenjin tahu jika aku berbohong kepadanya.&l
[Im Aerum’s POV]Entah keputusan yang baik ataukah buruk mengajak Eomma ke sini. Aku tahu ia benar-benar takjub dengan gedung agensi ini, tapi … bisakah dia mencoba untuk menyembunyikannya barang sejenak saja? Tanganku meraih syal berwarna merah yang dipakainya itu. Berusaha menjauhkannya dari vas-vas mahal yang mudah pecah itu. Takut jika sewaktu-waktu ia akan menyenggolnya.“Eomma, sudahlah. Tujuan utama kita ke sini bukanlah untuk berkunjung.”Ia langsung memberikan tatapan tajam kepadaku. “Eomma belum tentu bisa kembali lagi ke sini, kan? Hal ini harus kumanfaatkan sebaik-baiknya.”Teguranku seperti angin lalu saja baginya. Bukannya ia berhenti, ia malah semakin menjadi-jadi. Saat ini ia sedang mengeluarkan ponselnya dan mengambil beberapa foto. Aku berdiri sedikit menjauh darinya. Ah, benar-benar memalukan. Tapi, setidaknya ia berhasil membuatku tidak terlalu gugup. Seki
[Kim Young Mi’s POV]Tanganku mencoba meraih bumbu-bumbu dapur yang berada di rak atas. Karena rak itu cukup tinggi jika dibandingkan dengan tinggi badanku, maka mau tidak mau aku harus menjinjit. Sekilas aku dapat melihat penampakan bumbu-bumbu yang terletak di atas rak sana. Aku cukup terkejut karena banyak sekali bumbu yang tersedia. Aku pun lantas mengecilkan api kompor terlebih dahulu agar ramyeon yang sedang kumasak tidak gosong.Dengan sigap, aku mengambil sebuah kursi dan aku pun menaikinya. Begitu aku mendapatkan pandangan yang lebih baik, aku segera mencari garam dan menemukannya. Aku jadi berpikir bahwa pekerjaan Dongsuk selama ini tidak semudah yang kubayangkan. Ia harus memasak sembari melayani pelanggan yang baru datang.Tak lupa aku juga menambahkan beberapa bumbu yang sudah diracik oleh Bibi. Mencicipi masakanku dan makanan pun jadi. Mungkin keberuntungan sedang berpihak kepadaku, karena kedua pelanggan itu tidak m
[Im Aerum’s POV]Entah mengapa jantungku semakin berdegup kencang setiap kali pembawa acara itu menjelaskan lebih lagi mengenai persyaratan dan ketentuan untuk melakukan perjanjian dengan agensi. Karena aku tahu ke mana ini akan berakhir. Perjanjian ini dilakukan agar ada bukti hitam di atas putih. Tentunya agensi tidak akan bersedia melanjutkan perjanjian dengan trainee yang tidak akan memenuhi syarat tersebut.“Jika para peserta ingin serius melanjutkan kerjasama dengan agensi kami, maka setiap peserta wajib melakukan perjanjian dengan kami. Di mana perjanjian ini nantinya akan menguntungkan kedua belah pihak.”Bahkan aku baru menyadari satu hal, sedari tadi pembawa acara itu masih memanggil kami dengan ‘peserta’. Itu menandakan bahwa belum ada perjanjian apapun diantara kedua belah pihak. Dan, memang begitulah keadaannya. Sepertinya hanya aku saja yang terlalu terbang di atas awan hingga lupa jika aku ha
[Kim Young Mi’s POV]Berkali-kali sudah aku memanggil Dongsuk di tengah kerumunan itu. Sialnya, ia sama sekali tidak mendengarku. Di sini musik diputar sangat keras, tidak heran jika ia tidak bisa mendengarkan suaraku. Beberapa orang bahkan sampai menoleh ke arahku, tapi tak kuhiraukan.“Dongsuk!” teriakku sekali lagi. Masih tidak ada respon darinya.Kakiku otomatis berlari ke arahnya, membelah kerumunan itu. “Dong—” setelahnya ia pun menoleh ke arahku. Aku langsung melambaikan tanganku agar ia melihatku. Ah, akhirnya ia menoleh ke arahku juga! Aku langsung berlari ke arahnya, masih dengan napas yang tersengal-sengal karena mengejarnya.Begitu aku berjalan mendekat ke arahnya ia langsung memasang raut kesal. “Wae? Kenapa kau mencariku ke sini?”“Bagaimana aku bisa tenang jika restoran kau tinggalkan begitu saja?” ucapku tak kalah kesal dengannya. Tentu saja aku me
[Im Aerum’s POV]Malamnya, sesampainya Appa pulang dari kantor, Eomma langsung mengajaknya untuk berdiskusi bersama. Appa yang kebingungan hanya terus menerus bertukar pandang kepada Eomma dan kepadaku. Aku yang sedang menonton televisi pun ikut kebingungan, karena tidak menyangka bahwa Eomma akan langsung mengambil keputusan yang sangat cepat. Padahal agensi itu memberikan waktu untuk kami berpikir selama satu minggu penuh.Tapi tidak heran juga, karena maksudku … ini adalah Eomma. Ia perlu menimang segala sesuatunya jika itu sudah menyangkut uang. Aku memutar bola mataku, bisa merasakan bahwa sehabis ini akan diadakan sebuah diskusi keluarga yang sangat penting.“Yeobo, kita perlu berbicara sebentar dengan Aerum.” Eomma langsung menarik tangannya begitu Appa datang. Aku yang melihat raut kebingungan Appa hanya memandangnya kasihan.“E
[Kim Young Mi’s POV]“Ini adalah cara yang paling baik!”“Tapi, bukan dengan seperti itu caranya, Young Mi. Lebih baik aku mencari pekerjaan sambilan lainnya.”“Apa kau tidak akan kelelahan? Bekerja di dua tempat berbeda dengan melakukan kuliah?”“Mau bagaimana lagi?”Dongsuk selalu menjadi teman yang menemaniku saat bekerja, setidaknya itu dahulu. Kali ini adalah pertama kalinya aku merasa benar-benar dekat dengannya. Aku jadi tahu bahwa ia selama ini berusaha untuk selalu terlihat kuat di depan banyak orang. Meski, mungkin setidaknya ia tidak merasa begitu.Dongsuk oppa adalah orang yang sangat baik. Saat pertama kali aku bertemu dengannya, aku masih ingat bahwa ia tidak ingin aku memanggilnya dengan sebutan ‘Oppa’. Awalnya aku merasa tidak enak kepadanya. Bagaimanapun ia lebih tua dariku. Tetapi, ia berkata bahwa ia ingin lebih dekat denga
1 Juni 2021 Sore hari, selalu menjadi jam-jam paling sibuk nan riuh di Busan. Hari ini pun masih sama seperti hari-hari lainnya. Stasiun kereta itu terlihat sangat penuh, dipenuhi oleh penumpang yang bersiap-siap akan kembali ke rumahnya masing-masing. Tak terkecuali bagi si wanita di usianya yang berada di kepala dua. Wanita itu terlihat berlarian mengejar sebuah kereta yang akan segera pergi. Beberapa orang melihatnya dengan tatapan aneh, namun ia tidak memedulikannya. Hal terpenting baginya adalah ia tidak ingin ketinggalan kereta itu. Ia berlarian seraya menenteng sebuah rangkaian bunga berwarna ungu di tangan kanannya. Begitu pintu kereta terbuka, ia langsung berdesak-desakkan dengan penumpang lainnya. Wanita itu menghembuskan napas lega begitu dapat masuk ke dalam kereta dengan selamat. Karena kereta itu sangatlah penuh, ia pun mengambil tempat duduk yang terdekat dengannya. Di sebelahnya, terdapat dua anak perempuan berseragam. Kedua anak tersebut mengingatkannya saat ia masi
[Park Hyunjae’s POV]Satu bulan berlalu ….“Sekali lagi, saya mengucapkan selamat kepada ke-sepuluh trainee yang berhasil dan lolos melewati acara survival show ini dengan baik. Kami akan menunggu debut kalian!” Begitu pembawa acara dari tayangan televisi mengumumkan keberhasilan kami, semua langsung bersiap untuk memegang gelas mereka masing-masing. Kami tersenyum memandangi satu sama lain.“Haruskah kita memulainya sekarang?” tanya manajer kami. “Cheers!”“Cheers!” ucap kami serempak. Kami langsung mendentingkan gelas kami satu sama lain dan meneguk minuman anggur itu bersamaan.“Bukankah ini pertama kalinya kita merayakan ini secara resmi?” tanya manajer kami.“Itu dapat dimaklumi. Kita ‘kan memang sedang sibuk untuk menyiapkan keperluan debut kita,” sahut Lee Dae sambil memegang gelas kosong di tangannya.“Jangan dengarkan dia, ya? Kalian juga harus bersenang-senang. Nikmatilah masa muda kalian, itu tidak akan datang dua kali.” Seperti biasa manajer kami selalu memberi nasihat ya
[Kim Young Mi’s POV]Napasku menderu karena sehabis berlari. Aku menoleh ke kanan dan ke kiri dan tidak menemukan satu pun orang yang dapat kumintai pertolongan. Apakah perumahan orang kaya selalu sesepi ini? Perasaanku kian gelisah dan tak kunjung tenang, serasa ada yang mengganjal di dalam hatiku. Hanya ada satu orang yang dapat kupikirkan di dalam benakku saat ini.Kuhentikan langkahku dan memastikan alamat yang diberikan Jen benar. Aku bahkan sudah melewati gang ini dua kali. Mengecek setiap rumah yang ada, namun rumah yang ditujukan Jen hanya satu. Rumah dengan blok A bernomor 27. Apakah aku salah? Aku mendekati rumah yang sudah kulewati dua kali itu. Rumah itu sangatlah besar dan megah. T-tapi, mengapa di depan pagarnya ada sebuah bendera berwarna kuning yang menunjukkan seseorang baru saja meninggal?Aku berlari kecil ke arah rumah itu. Di depan rumah terdapat sebuah pos satpam kecil. Salah satu satpam itu menyadari kedatanganku dan langsung menghampiriku.“Apa kau sedang menca
[Yoon Jae’s POV]“Mengapa sampai sekarang mereka belum memberi kita asrama juga?”Lamunanku buyar, ketika salah satu dari mereka mulai mengoceh kembali. Oh astaga, aku hanya menginginkan sebuah istirahat yang tenang dan damai tanpa siapapun mengangguku. Dan, lagi-lagi mereka terus membahas mengenai hal yang sama. Aku sudah cukup lelah mendengar protesan dari mereka semua.Yeon Seok bangkit berdiri dan sekilas aku dapat melihat matanya mengerling padaku. Ia mendatangi trainee baru yang baru saja membuka suara itu dan mengcengkeram kerahnya.“Hei, anak baru, kau jangan berulah terus. Mereka tidak akan memberikanmu apa yang kita butuhkan selama kita tidak mengalami peningkatan apapun.”Salah satu teman Yeon Seok bersuara, “Kau seharusnya belajar dari kami. Bahkan sampai bertahun-tahun memendam di agensi sialan ini, mereka juga tidak akan pernah memberi kami asrama. Setidaknya hingga kita berhasil debut.”Seorang trainee yang baru saja protes itu langsung bergeming di tempatnya. Aku melih
[Kim Young Mi’s POV]Jari jemariku saling beradu di atas sebuah mesin ketik laptop milikku. Aku terus menerus melirik jam yang terletak di bawah laptop itu. Aku tidak memiliki banyak waktu, aku harus menyelesaikan pekerjaan ini tepat pukul enam malam ini. Jika aku terlambat barang semenit saja, maka itu akan berdampak besar kepada agensi.Alisku bertaut menunjukkan bahwa aku sangat berfokus untuk dapat menyelesaikan tugas ini hingga selesai. Kutulis subjek email dan tidak lupa mencantumkan sebuah file yang akan kukirim. Segera setelahnya, aku langsung menekan tanda enter dan email itu pun terkumpul kepada klien.Aku langsung menghembuskan napas sebagai bentuk kelegaanku. Kulirik kopi yang tersisa setengah cangkir di sebelahku. Kopi yang semula panas itu, sekarang sudah menjadi dingin. Kuhabiskan kopi itu dan bersiap-siap untuk pergi dari kantin milik agensi itu.Saat aku sedang memasukkan barang-barangku ke dalam tas, aku mendongak dan melihat dua wajah yang familiar dari kejauhan. Ku
[Park Hyunjae’s POV] “Silahkan lima belas peserta dengan penampilan individual terbaik untuk maju ke depan,” ucap pembawa acara itu sambil memberikan bahasa tubuh agar kami naik ke atas panggung.Sebelumnya, para juri sudah berdiskusi untuk menentukan lima belas peserta terbaik. Sisa peserta yang tidak lolos, disuruh untuk kembali duduk di bangku penonton bersama dengan para orang tua yang datang. Sekarang, tersisa seluruh lima belas peserta yang sebelumnya sudah dipanggil.Lee Dae dipanggil sebagai peserta pertama yang lolos. Ia selalu menjadi peserta terbaik, bahkan kesayangan para juri. Meski begitu, urutan awal ini adalah acak dan bukan ranking yang sesungguhnya. Sebelum aku pergi ke atas panggung, aku melihat ke arah kedua orang tuaku dan mereka menganggukkan kepala. Kami satu per satu berbaris di atas panggung. Aku berdiri mendekati ujung panggung, karena aku berada di urutan ke dua belas.Selama berada di atas panggung, aku merasa sangat gugup bukan main. Bagaimana jika aku ga
[Im Aerum’s POV]“Bagaimana perasaan kalian setelah kolaborasi kemarin?” tanya Hong Eonnie.Aku terduduk mematung dan menghiraukan pertanyaan manajer kami. Pikiranku masih memikirkan banyak hal, sehingga aku tidak membalas pertanyaan Hong Eonnie. Kami semua sedang bersantai di ruang latihan. Kata manajer, hari ini seluruh latihan ditiadakan, untuk merayakan kolaborasi kami kemarin.Karena tidak ada yang bersuara, seperti biasa Miyeong Eonnie selalu mendahului kami.“Aku rasa, kita semua sudah menampilkan yang terbaik. Terutama bagi Aerum, Yerim, Naeun, dan Hanna yang baru saja melakukan masa pelatihan mereka satu bulan yang lalu.”Jika dipikir-pikir, waktu satu bulan adalah waktu yang sangat singkat untuk kami dapat menyiapkan semua persiapan kolaborasi itu. Bukan hanya itu, kami juga harus dilatih untuk penguasaan di atas panggung dan bagaimana kami menghadapi penonton. Singkat kata, itu bukanlah hal yang mudah.Sebuah dorongan akhirnya muncul padaku. Aku mengangkat tangan dan Hong E
[Kim Young Mi’s POV]Cuaca pagi hari ini cukup cerah dan hangat. Aku membalikkan kepalaku ke belakang untuk mengecek anak-anak yang bermain bola di lapangan. Sepertinya tidak ada yang menyadari kepergian kami berdua, baguslah. Aku berjalan di atas dedaunan kering yang terjatuh berserakan di sepanjang jalan di taman.Aku tersenyum sekilas kepada Yoon Jae yang sibuk memperhatikan bunga-bunga di sekitarnya. Ia berjongkok dan mengelus permukaan bunga itu dengan perlahan. Entah mengapa, aku merasa hangat dan aman di saat yang bersamaan, meski kami tidak berkomunikasi satu dengan yang lain.Aku memutuskan untuk duduk di bangku taman. “Jae-ah, apa kau menyukai bunga?”Ia menoleh ke belakang dan berkata padaku, “Sebenarnya, sedari kecil aku menyukai bunga. Apa itu aneh jika seorang laki-laki menyukai bunga?”Aku menggelengkan kepalaku. “Itu sama sekali tidak aneh. Bunga apa yang kau sukai?”Ia bangkit berdiri dan duduk di sampingku. “Apa kau pernah mendengar bunga Hydrangea? Di Jepang, bunga
[Im Aerum’s POV]05.00Kubuka mataku perlahan dan mengerjap-erjapkannya. Kulihat tempat tidur Yerim yang sudah kosong. Pertanda bahwa ia sudah bangun sedari tadi. Aku mencoba untuk duduk pada ranjangku dan menghela napas. Semalaman penuh hingga pagi aku sama sekali tidak dapat tidur dengan tenang. Rasanya seperti aku baru saja terlelap dalam beberapa jam.Saat aku akan bangkit berdiri dari ranjangku, aku tersadar bahwa pintu kamar sudah terbuka. Nampaknya, semua orang sudah bersiap-siap untuk memulai hari mereka. Dari dapur, aku dapat mendengar Minhee Eonnie berseru untuk membangunkanku.“Aerum-ah! Bangunlah! Eomma-mu sudah di sini!”Begitu mendengar bahwa Eomma sudah datang, rasanya itu seperti membangunkan jiwaku. Aku segera keluar dari kamar dan mengambil handuk yang tersampir dekat kamar mandi. Di ruang tamu, semua terlihat sudah sangat siap untuk berangkat ke agensi. Hal itu membuatku semakin tersadar bahwa aku tidak punya banyak waktu lagi.“O-oh, kau sudah bangun ternyata ….”A