[Im Aerum’s POV]
“Kau pulang dengan berjalan kaki?” tanya Eun Ha.
Aku mengangguk. “Aku sudah biasa berjalan kaki, kok. Gwaenchana-yo, tidak usah mengkhawatirkanku.”
“Baiklah, kalau kau sudah terbiasa. Aku akan pergi ke stasiun kalau begitu.”
Aku tersenyum lebar dan melambaikan tangan ke arahnya. Saat aku sudah memastikan bahwa ia tidak akan berbalik lagi, aku diam-diam melompat-lompat karena kegembiraanku. Apa seperti ini rasanya memiliki teman lagi? Rasanya sudah lama sekali aku tidak memiliki teman yang bisa kuajak berbicara saat di sekolah.
Meski begitu, ada sedikit perasaan takut di dalam hatiku. Apakah Eun Ha akan pergi meninggalkanku? Ah, sudahlah. Hal terpenting yang ku ketahui saat ini adalah aku sangat berbahagia. Seakan-akan langit menjatuhkanku berbagai macam berkat hari ini. Pertama, aku lolos audisi itu. Refleks tanganku menutup mulutku, karena aku masih tak percaya ji
[Kim Young Mi’s POV]“Young Mi-ah, apa kau tahu jika Kitae dulu pernah berteman dengan Hera?”“K-Kitae?”Di depanku Yoon Jae sedang menghembuskan napasnya, seolah-olah ia akan bersiap untuk menceritakan cerita yang sangat panjang padaku. Aku pun sampai menutup kotak makanku dan mengalihkan atensiku kepadanya.“Sebenarnya dulu Kitae, Hera, Yuri, bahkan Jung Dae sangat dekat. Mereka selalu kemana-mana bersama. Tapi, ada satu kebiasaan buruk yang Hera punya dengan temannya itu.”“Kebiasaan buruk?” Alisku mengernyit tanpa sadar. Sepertinya topik ini semakin menarik. Aku pun memajukan badanku, tanda aku bersemangat mendengar cerita dari Yoon Jae.“Hm. Ia sangat suka bergosip. Yah, aku tahu terkadang bergosip itu sangat seru. Masalahnya adalah Hera sangat berlebihan.”“Jeongmal? Benarkah Hera seperti itu?”Yoon Jae mengedikkan bahu
[Im Aerum’s POV]Kakiku berjalan di tengah tumpukkan salju. Suara langkahku yang biasanya terdengar itu teredam oleh tebalnya salju yang dingin. Bulan pertama di tahun baru, tetapi cuaca Seoul masih tetaplah dingin. Ku sembunyikan tanganku di dalam tebalnya jaket padding berwarna hitam yang sedang kupakai.Terakhir kali aku melewati jalan ini, daun-daun berwarna kecoklatan masih berguguran. Lagi-lagi aku teringat dengan seorang trainee yang bahkan tidak aku kenal itu. Bagaimana kabarnya, ya? Akankah nanti aku bertemu dengannya saat berlatih bersama? Aku tersenyum memandangi sebuah plang bertuliskan ‘Cheesy Lemonade Café’. Dari luar kafe, aku bisa melihat seorang gadis sedang menunggu temannya.Kling. Suara bel kafe berdenting setiap kali ada pelanggan baru yang masuk. Gadis itu pun lantas menoleh ke arah pintu dan mata kami bertemu. Aku segera mendekatkan jarak kepadanya dan meme
[Kim Young Mi’s POV]“Oh, benarkah? Aku tidak tahu soal itu.”Begitu mendengar reaksi yang Hyenjin berikan kepadaku, aku sedikit merasa kecewa. Ku kira dia lebih tahu tentang Hera daripadaku. Ternyata, ia juga tidak mengetahui bahwa dulunya Hera dan Kitae pernah berteman.“Ku kira kau tahu soal itu,” ucapku dengan sedikit kecewa.“Memangnya kau tahu dari siapa?”“Yoon Jae.”Aku melihat Hyenjin yang tidak jadi memasukkan roti sandwich ke dalam mulutnya. Ia malahan melihatiku seolah aku melakukan suatu kesalahan besar. Memangnya aku salah bicara?“Apa kau dekat dengannya?”“K-kita biasa saja, kok. Kemarin kita hanya bertemu untuk mengerjakan tugas bersama.” Tentu saja, sudah pasti aku berbohong kepadanya. Nyatanya, kemarin kami hanya menikmati waktu di pantai. Tapi, nampaknya Hyenjin tahu jika aku berbohong kepadanya.&l
[Im Aerum’s POV]Entah keputusan yang baik ataukah buruk mengajak Eomma ke sini. Aku tahu ia benar-benar takjub dengan gedung agensi ini, tapi … bisakah dia mencoba untuk menyembunyikannya barang sejenak saja? Tanganku meraih syal berwarna merah yang dipakainya itu. Berusaha menjauhkannya dari vas-vas mahal yang mudah pecah itu. Takut jika sewaktu-waktu ia akan menyenggolnya.“Eomma, sudahlah. Tujuan utama kita ke sini bukanlah untuk berkunjung.”Ia langsung memberikan tatapan tajam kepadaku. “Eomma belum tentu bisa kembali lagi ke sini, kan? Hal ini harus kumanfaatkan sebaik-baiknya.”Teguranku seperti angin lalu saja baginya. Bukannya ia berhenti, ia malah semakin menjadi-jadi. Saat ini ia sedang mengeluarkan ponselnya dan mengambil beberapa foto. Aku berdiri sedikit menjauh darinya. Ah, benar-benar memalukan. Tapi, setidaknya ia berhasil membuatku tidak terlalu gugup. Seki
[Kim Young Mi’s POV]Tanganku mencoba meraih bumbu-bumbu dapur yang berada di rak atas. Karena rak itu cukup tinggi jika dibandingkan dengan tinggi badanku, maka mau tidak mau aku harus menjinjit. Sekilas aku dapat melihat penampakan bumbu-bumbu yang terletak di atas rak sana. Aku cukup terkejut karena banyak sekali bumbu yang tersedia. Aku pun lantas mengecilkan api kompor terlebih dahulu agar ramyeon yang sedang kumasak tidak gosong.Dengan sigap, aku mengambil sebuah kursi dan aku pun menaikinya. Begitu aku mendapatkan pandangan yang lebih baik, aku segera mencari garam dan menemukannya. Aku jadi berpikir bahwa pekerjaan Dongsuk selama ini tidak semudah yang kubayangkan. Ia harus memasak sembari melayani pelanggan yang baru datang.Tak lupa aku juga menambahkan beberapa bumbu yang sudah diracik oleh Bibi. Mencicipi masakanku dan makanan pun jadi. Mungkin keberuntungan sedang berpihak kepadaku, karena kedua pelanggan itu tidak m
[Im Aerum’s POV]Entah mengapa jantungku semakin berdegup kencang setiap kali pembawa acara itu menjelaskan lebih lagi mengenai persyaratan dan ketentuan untuk melakukan perjanjian dengan agensi. Karena aku tahu ke mana ini akan berakhir. Perjanjian ini dilakukan agar ada bukti hitam di atas putih. Tentunya agensi tidak akan bersedia melanjutkan perjanjian dengan trainee yang tidak akan memenuhi syarat tersebut.“Jika para peserta ingin serius melanjutkan kerjasama dengan agensi kami, maka setiap peserta wajib melakukan perjanjian dengan kami. Di mana perjanjian ini nantinya akan menguntungkan kedua belah pihak.”Bahkan aku baru menyadari satu hal, sedari tadi pembawa acara itu masih memanggil kami dengan ‘peserta’. Itu menandakan bahwa belum ada perjanjian apapun diantara kedua belah pihak. Dan, memang begitulah keadaannya. Sepertinya hanya aku saja yang terlalu terbang di atas awan hingga lupa jika aku ha
[Kim Young Mi’s POV]Berkali-kali sudah aku memanggil Dongsuk di tengah kerumunan itu. Sialnya, ia sama sekali tidak mendengarku. Di sini musik diputar sangat keras, tidak heran jika ia tidak bisa mendengarkan suaraku. Beberapa orang bahkan sampai menoleh ke arahku, tapi tak kuhiraukan.“Dongsuk!” teriakku sekali lagi. Masih tidak ada respon darinya.Kakiku otomatis berlari ke arahnya, membelah kerumunan itu. “Dong—” setelahnya ia pun menoleh ke arahku. Aku langsung melambaikan tanganku agar ia melihatku. Ah, akhirnya ia menoleh ke arahku juga! Aku langsung berlari ke arahnya, masih dengan napas yang tersengal-sengal karena mengejarnya.Begitu aku berjalan mendekat ke arahnya ia langsung memasang raut kesal. “Wae? Kenapa kau mencariku ke sini?”“Bagaimana aku bisa tenang jika restoran kau tinggalkan begitu saja?” ucapku tak kalah kesal dengannya. Tentu saja aku me
[Im Aerum’s POV]Malamnya, sesampainya Appa pulang dari kantor, Eomma langsung mengajaknya untuk berdiskusi bersama. Appa yang kebingungan hanya terus menerus bertukar pandang kepada Eomma dan kepadaku. Aku yang sedang menonton televisi pun ikut kebingungan, karena tidak menyangka bahwa Eomma akan langsung mengambil keputusan yang sangat cepat. Padahal agensi itu memberikan waktu untuk kami berpikir selama satu minggu penuh.Tapi tidak heran juga, karena maksudku … ini adalah Eomma. Ia perlu menimang segala sesuatunya jika itu sudah menyangkut uang. Aku memutar bola mataku, bisa merasakan bahwa sehabis ini akan diadakan sebuah diskusi keluarga yang sangat penting.“Yeobo, kita perlu berbicara sebentar dengan Aerum.” Eomma langsung menarik tangannya begitu Appa datang. Aku yang melihat raut kebingungan Appa hanya memandangnya kasihan.“E