[Im Aerum’s POV]
Entah keputusan yang baik ataukah buruk mengajak Eomma ke sini. Aku tahu ia benar-benar takjub dengan gedung agensi ini, tapi … bisakah dia mencoba untuk menyembunyikannya barang sejenak saja? Tanganku meraih syal berwarna merah yang dipakainya itu. Berusaha menjauhkannya dari vas-vas mahal yang mudah pecah itu. Takut jika sewaktu-waktu ia akan menyenggolnya.
“Eomma, sudahlah. Tujuan utama kita ke sini bukanlah untuk berkunjung.”
Ia langsung memberikan tatapan tajam kepadaku. “Eomma belum tentu bisa kembali lagi ke sini, kan? Hal ini harus kumanfaatkan sebaik-baiknya.”
Teguranku seperti angin lalu saja baginya. Bukannya ia berhenti, ia malah semakin menjadi-jadi. Saat ini ia sedang mengeluarkan ponselnya dan mengambil beberapa foto. Aku berdiri sedikit menjauh darinya. Ah, benar-benar memalukan. Tapi, setidaknya ia berhasil membuatku tidak terlalu gugup. Seki
[Kim Young Mi’s POV]Tanganku mencoba meraih bumbu-bumbu dapur yang berada di rak atas. Karena rak itu cukup tinggi jika dibandingkan dengan tinggi badanku, maka mau tidak mau aku harus menjinjit. Sekilas aku dapat melihat penampakan bumbu-bumbu yang terletak di atas rak sana. Aku cukup terkejut karena banyak sekali bumbu yang tersedia. Aku pun lantas mengecilkan api kompor terlebih dahulu agar ramyeon yang sedang kumasak tidak gosong.Dengan sigap, aku mengambil sebuah kursi dan aku pun menaikinya. Begitu aku mendapatkan pandangan yang lebih baik, aku segera mencari garam dan menemukannya. Aku jadi berpikir bahwa pekerjaan Dongsuk selama ini tidak semudah yang kubayangkan. Ia harus memasak sembari melayani pelanggan yang baru datang.Tak lupa aku juga menambahkan beberapa bumbu yang sudah diracik oleh Bibi. Mencicipi masakanku dan makanan pun jadi. Mungkin keberuntungan sedang berpihak kepadaku, karena kedua pelanggan itu tidak m
[Im Aerum’s POV]Entah mengapa jantungku semakin berdegup kencang setiap kali pembawa acara itu menjelaskan lebih lagi mengenai persyaratan dan ketentuan untuk melakukan perjanjian dengan agensi. Karena aku tahu ke mana ini akan berakhir. Perjanjian ini dilakukan agar ada bukti hitam di atas putih. Tentunya agensi tidak akan bersedia melanjutkan perjanjian dengan trainee yang tidak akan memenuhi syarat tersebut.“Jika para peserta ingin serius melanjutkan kerjasama dengan agensi kami, maka setiap peserta wajib melakukan perjanjian dengan kami. Di mana perjanjian ini nantinya akan menguntungkan kedua belah pihak.”Bahkan aku baru menyadari satu hal, sedari tadi pembawa acara itu masih memanggil kami dengan ‘peserta’. Itu menandakan bahwa belum ada perjanjian apapun diantara kedua belah pihak. Dan, memang begitulah keadaannya. Sepertinya hanya aku saja yang terlalu terbang di atas awan hingga lupa jika aku ha
[Kim Young Mi’s POV]Berkali-kali sudah aku memanggil Dongsuk di tengah kerumunan itu. Sialnya, ia sama sekali tidak mendengarku. Di sini musik diputar sangat keras, tidak heran jika ia tidak bisa mendengarkan suaraku. Beberapa orang bahkan sampai menoleh ke arahku, tapi tak kuhiraukan.“Dongsuk!” teriakku sekali lagi. Masih tidak ada respon darinya.Kakiku otomatis berlari ke arahnya, membelah kerumunan itu. “Dong—” setelahnya ia pun menoleh ke arahku. Aku langsung melambaikan tanganku agar ia melihatku. Ah, akhirnya ia menoleh ke arahku juga! Aku langsung berlari ke arahnya, masih dengan napas yang tersengal-sengal karena mengejarnya.Begitu aku berjalan mendekat ke arahnya ia langsung memasang raut kesal. “Wae? Kenapa kau mencariku ke sini?”“Bagaimana aku bisa tenang jika restoran kau tinggalkan begitu saja?” ucapku tak kalah kesal dengannya. Tentu saja aku me
[Im Aerum’s POV]Malamnya, sesampainya Appa pulang dari kantor, Eomma langsung mengajaknya untuk berdiskusi bersama. Appa yang kebingungan hanya terus menerus bertukar pandang kepada Eomma dan kepadaku. Aku yang sedang menonton televisi pun ikut kebingungan, karena tidak menyangka bahwa Eomma akan langsung mengambil keputusan yang sangat cepat. Padahal agensi itu memberikan waktu untuk kami berpikir selama satu minggu penuh.Tapi tidak heran juga, karena maksudku … ini adalah Eomma. Ia perlu menimang segala sesuatunya jika itu sudah menyangkut uang. Aku memutar bola mataku, bisa merasakan bahwa sehabis ini akan diadakan sebuah diskusi keluarga yang sangat penting.“Yeobo, kita perlu berbicara sebentar dengan Aerum.” Eomma langsung menarik tangannya begitu Appa datang. Aku yang melihat raut kebingungan Appa hanya memandangnya kasihan.“E
[Kim Young Mi’s POV]“Ini adalah cara yang paling baik!”“Tapi, bukan dengan seperti itu caranya, Young Mi. Lebih baik aku mencari pekerjaan sambilan lainnya.”“Apa kau tidak akan kelelahan? Bekerja di dua tempat berbeda dengan melakukan kuliah?”“Mau bagaimana lagi?”Dongsuk selalu menjadi teman yang menemaniku saat bekerja, setidaknya itu dahulu. Kali ini adalah pertama kalinya aku merasa benar-benar dekat dengannya. Aku jadi tahu bahwa ia selama ini berusaha untuk selalu terlihat kuat di depan banyak orang. Meski, mungkin setidaknya ia tidak merasa begitu.Dongsuk oppa adalah orang yang sangat baik. Saat pertama kali aku bertemu dengannya, aku masih ingat bahwa ia tidak ingin aku memanggilnya dengan sebutan ‘Oppa’. Awalnya aku merasa tidak enak kepadanya. Bagaimanapun ia lebih tua dariku. Tetapi, ia berkata bahwa ia ingin lebih dekat denga
[Im Aerum’s POV]Tidak ada yang menandingi rasa lelah pada hari Selasa. Bagi kelas kami, hari Selasa adalah hari yang paling melelahkan dibanding hari lainnya. Entah apa yang dipikirkan oleh guru kurikulum sekolah ketika membuat jadwal kami. Di pagi harinya, kami memiliki kelas olahraga. Dan, untuk menutup hari Selasa, kami memiliki pelajaran dance.Sebenarnya, setiap pembelajaran hanya diberikan waktu 1 jam 45 menit. Tapi, sedikit mustahil rasanya jika kita bisa menyelesaikan pelajaran dance hanya dalam waktu yang singkat itu. Guru dance kami selalu meminta perpanjangan waktu hingga dua jam atau bahkan lebih. Untungnya, tidak ada yang pernah memprotesnya. Karena pelajaran dance adalah salah satu pelajaran yang digemari siswa di sekolah ini.Sebagian besar dari mereka sengaja masuk ke sekolah seni ini untuk mengembangkan bakat dance mereka. Mungkin kalian akan bertanya-tanya mengapa mereka tidak
CHAPTER 87[Kim Young Mi’s POV]Semalam, aku tidur terlalu larut. Karena aku harus menunggu Bibi Yeesung dan Dongsuk menyelesaikan permasalahan mereka. Tidak mungkin jika aku izin pulang terlebih dahulu, kan? Itu sangat tidak sopan. Akhirnya, karena aku terlalu lelah aku pun memutuskan untuk tidak membawa bekal ke sekolah hari ini.Kebetulan sekali Hyenjin ingin memakan makanan dari kantin hari ini. Padahal biasanya ia selalu malas jika kuajak makan bersama. Mungkin ia hanya kasihan dan ingin menemaniku saja.“Kau mau makan apa?” tanya Hyenjin.“Ehm, kau pilihlah dahulu.”“Ani. Kau pilihlah dulu. Aku bisa memilih terakhir nanti.”Aku pun menoleh ke arahnya. Seketika aku merasa sedikit gugup karena terdapat beberapa anak yang mengantri di belakang kami. Sementara aku masih bingung makanan apa yang harus kupilih. Aku bukanlah orang yang gampang memutusk
[Im Aerum’s POV] Waktu yang diberikan oleh Appa sudah berjalan sehari penuh. Aku belum juga sampai kepada sebuah keputusan. Justru saat mendengar perkataan Eunha aku semakin ragu untuk menerima tawaran itu. Aku bukanlah seseorang yang berpengalaman dalam dunia industri hiburan. Kehidupanku pun jauh dari kata mewah dan populer seperti para artis kebanyakan. Hanyalah seorang gadis yang cenderung menjadi bunglon. Bisa berkamuflase di tengah banyaknya orang, namun kadang kala bisa menjadi cukup bersinar pula. Apakah dunia industri benar-benar cocok untukku? Apa benar dunia industri bisa sekejam itu? Aku bukanlah seperti Yeri yang selalu mengikuti perkembangan dunia musik pop. Namun, bukan berarti aku tertinggal juga. Beberapa kali aku juga mengikuti dan menonton acara televisi yang menayangkan ajang bakat. Bahkan aku pun pernah mengikuti survival show yang menayangkan Seo Hana. Masih kuingat jelas di dalam memor