[Kim Young Mi’s POV]
Mataku bergantian melihat dari Kitae dan Yoon Jae dengan cepat. Gerak gerik mereka sangat aneh. Aku mengernyitkan alisku, entahlah, aku bingung apa yang sebenarnya mereka bahas.
“Ehm, kalau kau memang tidak ingin sekelompok denganku tidak apa-apa. Dia—” Yoon Jae melirik ke arah Kitae yang sedang cengar-cengir tanpa rasa berdosa.
“Dia memang suka jahil begitu,” katanya dengan tawa yang gugup.
Padahal aku juga tidak memiliki masalah jika harus sekelompok dengannya. Mengapa sepertinya dia merasa tidak enak sekali kepadaku.
“Gwaenchana. Aku tidak apa-apa jika harus sekelompok denganmu. Kita juga bisa sambil membahas tugas bahasa Inggris, kan?”
Yoon Jae masih saja tersenyum dengan kikuk, saat ini Kitae lah yang justru menyahuti ucapanku. “Kan, sudah ku bilang. Dia pasti ingin sekelo—”
“Yah, baik. Silahkan duduk kembali. Ap
[Im Aerum’s POV]Seperti hari-hari lainnya, hari ini aku menelusuri lorong sekolah di pagi hari dengan tidak semangat. Kemarin malam aku baru saja teringat akan salah satu tugasku yang disuruh membuat koreografi. Untungnya, kami diperbolehkan membuat koreografi secara spontan nantinya di kelas. Sembari menunggu di halte bus, aku terus menerus memikirkan koreografi yang akan kubuat.Aku berjalan mendekat ke arah loker yang bertuliskan angka 157 itu. Di sebelahku terdapat beberapa anak yang juga memiliki kegiatan sama denganku, menaruh buku-buku mereka. Ataupun mengambil keperluan pribadi mereka. Ada beberapa dari mereka yang sibuk merias dirinya, tapi aku tidak peduli.Anak perempuan yang memiliki loker di sebelahku itu mencuri-curi pandang ke arahku. Tentu saja aku bisa merasakannya, meski aku tidak melihatnya. Apa ada yang salah denganku hari ini? Kenapa saat aku berjalan, beberapa anak melihatiku? Mungkin hanya aku yang terlalu besar hat
[Kim Young Mi’s POV]Teng Teng Teng“Joheunbam bonaeseyo, kalian bisa melanjutkan aktivitas kalian.”Serempak seisi kelas langsung berdiri dan membungkuk sebagai salam penghormatan. Setelah guru kami pergi, beberapa anak langsung pergi keluar dan pulang. Mereka sudah memiliki kegiatan mereka masing-masing seusai sekolah selesai.Begitu pun dengan aku. Aku sudah memiliki rencana untuk malam ini. Bukan rencana yang spesial, karena aku hanya akan menghabiskan malam di perpustakaan sembari membahas tugas biologi bersama Yoon Jae.“Young Mi-ah!” Aku mendengar suara ceria Hera dari belakangku. Otomatis aku langsung menoleh ke arahnya.“Malam ini, kau ada rencana?” tanyanya.“Iya. Aku akan membahas tugas biologi dengan Yoon Jae.”Seketika raut di wajahnya berubah. “O-oh … benar juga.” Ia langsung memegang tangan Yuri dan berkata
[Im Aerum’s POV]Beberapa orang berkata bahwa, “Tidak akan ada yang bisa menggantikan sahabat semasa sekolah menengah.” Aku rasa yang mereka ucapkan itu benar adanya. Terutama untukku, yang bahkan sama sekali tidak memiliki teman di SMA-ku saat ini.Jujur saja, aku tak pernah memahami maksud dari ucapan mereka beberapa waktu yang lalu. Namun, saat aku sedang menyiapkan bekal makanan untuk persiapan piknikku dengan Yeri, aku merasa yang mereka ucapkan benar. Sejauh ini, aku sama sekali tidak memiliki teman yang dekat denganku di sekolah baruku. Terutama jika kau tahu bagaimana bersekolah di sekolah para artis itu.Meski aku selalu terlihat cuek dan malas-malasan ketika bertemu Yeri, tapi percayalah, dia adalah salah satu teman terbaik yang pernah kupunya. Aku mengeluarkan ponsel dari sakuku dan berniat meneleponnya.“Bersiap-siaplah. Aku sudah berjalan ke arah rumahmu. Aku tidak akan menunggu lagi, oke?&rdq
[Kim Young Mi’s POV]Banyaknya tugas dan juga jadwal di sekolah akhir-akhir ini membuatku cukup jarang bertemu dengan bibi Yeesung. Aku juga meminta bibi Yeesung untuk berhenti memberikanku uang untuk bekal ke sekolah. Namun, ia selalu memberiku uang, setidaknya sebulan sekali. Karena aku merasa tak enak padanya, hari ini aku memutuskan untuk kembali membantu di restorannya.Aku memasuki restoran bibi masih mengenakan seragam sekolah. Mungkin karena hari ini adalah hari kerja, jadi tak banyak orang yang datang ke restoran. Berbeda dengan hari Sabtu ataupun hari Minggu. Setelah mengganti seragam sekolahku, aku segera mencari keberadaan bibi. Nampaknya, bibi sedang tidak berada di restoran.“Hei, kau lama sekali tidak datang ke sini,” sapa Dongsuk dari belakangku.“Ah, mianhae. Akhir-akhir ini aku cukup sibuk dengan jadwal sekolah.”Dongsuk mengangguk-angguk. “Aku bisa memahaminya. Tapi, a
[Im Areum’s POV]Hari pertama di minggu ini berjalan sangat lambat. Banyak tugas-tugas yang harus kukerjakan. Untungnya, karena aku bersekolah di sekolah seni, jadi kebanyakan tugas yang diberikan sekolah adalah tugas praktik bukan akademis. Ya, meski begitu kami juga tetap mendapatkan tugas akademis seperti murid sekolah lainnya.Kendala yang selalu kualami lagi-lagi masih sama, yaitu dalam tugas berkelompok. Aku bingung harus pergi ke siapa jika ada tugas berkelompok seperti ini. Sedangkan hampir sebagian tugas kami adalah berkelompok. Lagi-lagi hal ini terjadi, seperti saat ini ….“Sekarang kalian bisa membentuk suatu kelompok yang terdiri dari tiga sampai empat orang. Tugas kalian kali ini adalah menyajikan grup vokal musik dengan akapela,” ucap guru vokal kami.Ruangan vokal yang sedari tadi hening itu langsung mulai gaduh. Beberapa anak mulai mencari-cari teman untuk dijadikan teman sekelompok. Mataku mulai
untuk bersenang-senang.” “Ish. Bu—” Aku sudah mengetahui bahwa ia akan memprotesku. “Memang itu tujuanku. Yuk, kita lihat tamannya,” ajakku sambil mengulurkan tanganku padanya. Kami pun keluar dari ruangan kafe itu dan melihat taman di sekeliling kafe itu. Ia terlihat sangat bahagia. Padahal ia hanya sedang melihat taman saja. Darinya, aku jadi tahu bahwa memang benar jika kebahagiaan itu terkadang sangat sederhana. Ia banyak mengambil foto di taman. Nampaknya ia sangat suka bunga dan taman. Tak salah jika aku mengajaknya ke sini. Setelah beberapa kali memutari taman, akhirnya kami memutuskan untuk istirahat dan duduk di kursi yang sudah disediakan. “Aku tidak menyangka bahwa kafenya akan sebagus ini.” “Berarti pilihanku memang tidak salah, kan?” Ia mengangguk-anggukkan kepalanya dengan cepat. “Aku sangat suka taman dan bunga. Karena Eomma sangat menyukainya juga.” “Kau sering pergi ke taman dengannya?”
[Im Aerum’s POV]“Ya, kalian saja yang kerja. I mean, kalian tahu kan kalau aku lagi sibuk akhir-akhir ini?” ucapnya sambil memandangi kukunya yang cantik itu.Rasanya emosiku sudah berada pada titik jenuhnya. Sedari tadi aku sudah merutuk-rutuk Seo Hana di dalam hati. Sepertinya aku mulai memahami mengapa seisi sekolah ini membicarakannya diam-diam. Ternyata beginilah sifat aslinya. Sangat menjengkelkan.Aku melirik sekilas ke arah Eun Ha. Ia masih saja acuh tak acuh, melihat ke sekeliling ruangan dengan malas. Rasanya aku ingin memaki-maki di depan wajah mereka. Andai aku bisa, pasti sudah kulakukan. Karena nampaknya Eun Ha pun tak peduli, maka aku harus bersuara untuk diriku sendiri. Enak saja, masa aku harus bekerja sendirian dengan si Eun Ha ini?“Eum, maksudku begini … kau bisa mengerjakan tugasnya sedikit saja. Sisanya kita akan melanjutkannya,” ucapku sok berani. Padahal seben
[Kim Young Mi’s POV]Tidak kusangka bahwa bepergian bersama Yoon Jae hari ini akan membuatku kelelahan. Maka dari itu, sesampainya di rumah aku langsung menuju ke tempat tidur untuk sekedar merebahkan diriku di atas sana. Meski begitu, hari ini aku sangat senang.Aku berguling-guling di tempat tidur dan menendang-nendang kakiku di udara. Bahkan aku mencoba membenamkan pekikan-pekikanku dengan bantal tidurku. Baru saja ketika aku akan melanjutkan scenario gila yang ada di pikiranku, ponselku berbunyi.Ku usap layar gawai itu, dan melihat nama ‘Eomma’ terpampang sebagai penelepon. Seketika aku langsung terduduk dan segera mengangkat telepon darinya.“Yeoboseyo?”“Annyeong, Young Mi-ah. Bagaimana harimu hari ini?”“Ah, aku baik,” ucapku sembari menstabilkan suaraku agar tidak terdengar sangat bahagia di depan Eomma.&ld