untuk bersenang-senang.”
“Ish. Bu—” Aku sudah mengetahui bahwa ia akan memprotesku.
“Memang itu tujuanku. Yuk, kita lihat tamannya,” ajakku sambil mengulurkan tanganku padanya.
Kami pun keluar dari ruangan kafe itu dan melihat taman di sekeliling kafe itu. Ia terlihat sangat bahagia. Padahal ia hanya sedang melihat taman saja. Darinya, aku jadi tahu bahwa memang benar jika kebahagiaan itu terkadang sangat sederhana.
Ia banyak mengambil foto di taman. Nampaknya ia sangat suka bunga dan taman. Tak salah jika aku mengajaknya ke sini. Setelah beberapa kali memutari taman, akhirnya kami memutuskan untuk istirahat dan duduk di kursi yang sudah disediakan.
“Aku tidak menyangka bahwa kafenya akan sebagus ini.”
“Berarti pilihanku memang tidak salah, kan?”
Ia mengangguk-anggukkan kepalanya dengan cepat. “Aku sangat suka taman dan bunga. Karena Eomma sangat menyukainya juga.”
“Kau sering pergi ke taman dengannya?”
Halo, semuanyaa! Udah lama nih aku nggak nyapa pembacaku. Aku pingin tau dong perasaan kalian selama baca cerita aku. Kasih kritik dan saran ke aku ya, sebisa mungkin aku akan perbaiki. Btw, aku kaget tiba-tiba yang baca jadi makin banyak. Makasih ya semuanya TT
[Im Aerum’s POV]“Ya, kalian saja yang kerja. I mean, kalian tahu kan kalau aku lagi sibuk akhir-akhir ini?” ucapnya sambil memandangi kukunya yang cantik itu.Rasanya emosiku sudah berada pada titik jenuhnya. Sedari tadi aku sudah merutuk-rutuk Seo Hana di dalam hati. Sepertinya aku mulai memahami mengapa seisi sekolah ini membicarakannya diam-diam. Ternyata beginilah sifat aslinya. Sangat menjengkelkan.Aku melirik sekilas ke arah Eun Ha. Ia masih saja acuh tak acuh, melihat ke sekeliling ruangan dengan malas. Rasanya aku ingin memaki-maki di depan wajah mereka. Andai aku bisa, pasti sudah kulakukan. Karena nampaknya Eun Ha pun tak peduli, maka aku harus bersuara untuk diriku sendiri. Enak saja, masa aku harus bekerja sendirian dengan si Eun Ha ini?“Eum, maksudku begini … kau bisa mengerjakan tugasnya sedikit saja. Sisanya kita akan melanjutkannya,” ucapku sok berani. Padahal seben
[Kim Young Mi’s POV]Tidak kusangka bahwa bepergian bersama Yoon Jae hari ini akan membuatku kelelahan. Maka dari itu, sesampainya di rumah aku langsung menuju ke tempat tidur untuk sekedar merebahkan diriku di atas sana. Meski begitu, hari ini aku sangat senang.Aku berguling-guling di tempat tidur dan menendang-nendang kakiku di udara. Bahkan aku mencoba membenamkan pekikan-pekikanku dengan bantal tidurku. Baru saja ketika aku akan melanjutkan scenario gila yang ada di pikiranku, ponselku berbunyi.Ku usap layar gawai itu, dan melihat nama ‘Eomma’ terpampang sebagai penelepon. Seketika aku langsung terduduk dan segera mengangkat telepon darinya.“Yeoboseyo?”“Annyeong, Young Mi-ah. Bagaimana harimu hari ini?”“Ah, aku baik,” ucapku sembari menstabilkan suaraku agar tidak terdengar sangat bahagia di depan Eomma.&ld
[Im Aerum’s POV]“Bagaimana kalau kau yang kerjakan bagian ini saja?”“Boleh. Kalau begitu kau kerjakan yang bagian ini, ya.”Setelah Eun Ha memilih untuk duduk denganku ketika makan di kantin pada saat itu, kami menjadi semakin dekat. Terdengar cukup klise memang, tapi cukup tidak terduga di saat yang bersamaan pula. Jujur saja pada awalnya aku cukup kesal kepadanya, karena ia selalu terlihat acuh tak acuh.Sekarang aku jadi mengetahui bahwa memang seperti itu lah sifat aslinya. Setidaknya ia tidak semenjengkelkan Seo Hana. Ah, mengingat-ingat soal Seo Hana, ia sudah seminggu tidak datang ke sekolah. Aku tahu memang ia sangat sibuk, tapi bukankah dia masih membutuhkan sekolah? Atau anak orang kaya sepertinya mungkin memang tidak membutuhkan sekolah? Itu bisa jadi.“Hei? Kau dengar penjelasanku barusan?” tangan Eun Ha bergerak-gerak di depanku untuk menyadarkanku dari lamunanku.&ldq
[Kim Young Mi’s POV]Aku berdiri tepat di hadapan Hyenjin dengan raut wajah kebingungan terpatri di wajahku. Sedari tadi aku melihatnya dengan tatapan seperti apa-maksudmu-aku bingung. Tapi, Hyenjin lagi-lagi tidak menjawab pertanyaanku mengapa ia menyuruhku melakukan itu.“Sudahlah. Pokoknya turuti aku saja,” ucapnya seolah tak ingin diganggu gugat.Satu hal yang baru-baru ini ku sadari dari Hyenjin adalah ia termasuk orang yang cukup keras kepala. Jika ia sudah menginginkan suatu hal, tentu ia harus mendapatkan hal itu. Entah bagaimanapun caranya, susah ataupun mudah. Dan, untuk kali ini aku juga akan mengalah kepadanya.“Baiklah. Aku tidak tahu apa maksudmu, tapi aku harap suatu saat nanti kau akan menjelaskannya pa—” Aku langsung berhenti dan tidak lanjut mnegucapkan kata-kataku barusan.Sosok yang kami tunggu-tunggu baru saja datang. Ia berjalan dengan sangat percaya diri seperti biasanya. N
[Im Aerum’s POV]Sepertinya pernyataan yang baru saja diungkapkan oleh Eun Ha benar-benar membuatku terkejut. Kami bahkan masih berdiam-diaman satu dengan lainnya selama beberapa detik. Apa ini ada hubungannya dengan artikel yang dibuat di Naver pada saat itu? Mungkin saja ini semua memiliki dasar yang sama.“Kau masih terkejut?” tanya Eun Ha seolah bisa membaca pikiranku.“Ya, seperti itu. Sepertinya ini masih berhubungan dengan artikel yang dibuat di Naver itu?” tanyaku balik untuk memenuhi rasa ingin tahuku.Eun Ha mengedikkan bahunya. “Aku tidak tahu. Lagipula bukankah lebih baik kita tidak usah ikut campur dengan urusan Seo Hana?”Jujur saja, aku sedikit terkejut dengan ucapan Eun Ha barusan. Tidak akan mengira jika ucapan seperti itu akan keluar dari mulutnya. Tapi, yang diucapkannya memang benar. Lagipula siapa aku hingga mengurusi kehidupannya? Aku pun langsung ter
[Kim Young Mi’s POV]Huh, benar saja ternyata kami berdua memang terlalu lama menghabiskan waktu di kantin dengan bercengkerama ria. Akhirnya, kami jadi menghiraukan suara bel dan telat datang ke kelas. Sepertinya keberuntungan masih berpihak kepada kami berdua, karena waktu aku dan Hera memasuki kelas, wali kelas kami belum datang.Saat aku memasuki kelas, entah mengapa seisi kelas nampak menatapku aneh. Maksudnya, memang sudah jelas aku terlambat … tapi tidak usah menatapku dengan terang-terangan bukan? Aku segera menghiraukannya dan duduk di tempatku. Mungkin karena aku terlambat, maka mereka melihatiku, pikirku positif.Sekilas aku melihat Hyenjin yang duduk agak jauh dariku, ia sama sekali tak melihatku. Padahal aku ingin memberinya sebuah kode. Kode yang menandakan jika aku sudah mengikuti arahannya dengan baik. Ah, sepertinya aku terlalu berlebihan bukan? Padahal itu sesuatu yang biasa saja. Tapi, bagaimanapun dia tetap berhu
[Im Aerum’s POV]Aku menginjakkan kakiku ke dalam sebuah kafe ber-interior vintage itu. Semerbak harum kopi yang pekat dan tajam langsung mengikat di indera penciumanku. Aku tidak pernah menyukai kopi seumur hidupku, tapi patut kuakui bahwa aku sangat suka perasaan setiap kali aku memasuki sebuah kafe.Berbagai keik dan juga kukis terpajang di rak pajangan. Aku langsung memilih keik bertuliskan ‘Almond Marble Cake’ di dalam hatiku. Kenapa di dalam hati? Karena aku masih harus menunggu Eun Ha untuk keluar dari toilet terlebih dahulu sebelum aku akan memesan keik yang ku pesan.Ini pertama kalinya aku keluar bersama teman SMA-ku. Rasanya cukup aneh dan mendebarkan. Karena di saat yang bersamaan aku belum terlalu mengenal Eun Ha, namun aku mempunyai perasaan bahwa ia akan menjadi teman dekatku. Sebuah perasaan yang familiar menelusup hatiku.Dulu, setiap pulang sekolah aku selalu berkumpul dengan
[Kim Young Mi’s POV]Kata-kata Hyenjin terus terngiang-ngiang di dalam kepalaku. Apa maksudnya aku tidak boleh berteman dengan Hera? Bukankah itu sangat egois? Lagipula aku menganggap mereka semua temanku. Seharusnya ia tidak boleh merasa tinggi hati seperti itu. Sikapnya kekanak-kanakkan sekali.“Young Mi! Tolong bantu ambilkan kok yang berhamburan, ya?”“A-ah, baik.”Aku tersadarkan dari lamunanku itu dan segera bangkit berdiri, membantu mengambil kok bulutangkis yang berserakkan di lantai. Sudah banyak murid yang meninggalkan aula ruang olahraga ini. Tinggallah beberapa murid yang ditugaskan untuk membereskan peralatan olahraga tadi. Banyak anak berlalulalang melewatiku dan segera kembali untuk mengganti pakaian mereka.“Young Mi-ah, kami akan ganti baju lebih dulu.”“Oh, ne. Gwaenchana, aku akan ganti baju sendiri jika sudah selesai merapikan ini semua.”