[Kim Young Mi’s POV]
Tidak kusangka bahwa bepergian bersama Yoon Jae hari ini akan membuatku kelelahan. Maka dari itu, sesampainya di rumah aku langsung menuju ke tempat tidur untuk sekedar merebahkan diriku di atas sana. Meski begitu, hari ini aku sangat senang.
Aku berguling-guling di tempat tidur dan menendang-nendang kakiku di udara. Bahkan aku mencoba membenamkan pekikan-pekikanku dengan bantal tidurku. Baru saja ketika aku akan melanjutkan scenario gila yang ada di pikiranku, ponselku berbunyi.
Ku usap layar gawai itu, dan melihat nama ‘Eomma’ terpampang sebagai penelepon. Seketika aku langsung terduduk dan segera mengangkat telepon darinya.
“Yeoboseyo?”
“Annyeong, Young Mi-ah. Bagaimana harimu hari ini?”
“Ah, aku baik,” ucapku sembari menstabilkan suaraku agar tidak terdengar sangat bahagia di depan Eomma.
&ld
[Im Aerum’s POV]“Bagaimana kalau kau yang kerjakan bagian ini saja?”“Boleh. Kalau begitu kau kerjakan yang bagian ini, ya.”Setelah Eun Ha memilih untuk duduk denganku ketika makan di kantin pada saat itu, kami menjadi semakin dekat. Terdengar cukup klise memang, tapi cukup tidak terduga di saat yang bersamaan pula. Jujur saja pada awalnya aku cukup kesal kepadanya, karena ia selalu terlihat acuh tak acuh.Sekarang aku jadi mengetahui bahwa memang seperti itu lah sifat aslinya. Setidaknya ia tidak semenjengkelkan Seo Hana. Ah, mengingat-ingat soal Seo Hana, ia sudah seminggu tidak datang ke sekolah. Aku tahu memang ia sangat sibuk, tapi bukankah dia masih membutuhkan sekolah? Atau anak orang kaya sepertinya mungkin memang tidak membutuhkan sekolah? Itu bisa jadi.“Hei? Kau dengar penjelasanku barusan?” tangan Eun Ha bergerak-gerak di depanku untuk menyadarkanku dari lamunanku.&ldq
[Kim Young Mi’s POV]Aku berdiri tepat di hadapan Hyenjin dengan raut wajah kebingungan terpatri di wajahku. Sedari tadi aku melihatnya dengan tatapan seperti apa-maksudmu-aku bingung. Tapi, Hyenjin lagi-lagi tidak menjawab pertanyaanku mengapa ia menyuruhku melakukan itu.“Sudahlah. Pokoknya turuti aku saja,” ucapnya seolah tak ingin diganggu gugat.Satu hal yang baru-baru ini ku sadari dari Hyenjin adalah ia termasuk orang yang cukup keras kepala. Jika ia sudah menginginkan suatu hal, tentu ia harus mendapatkan hal itu. Entah bagaimanapun caranya, susah ataupun mudah. Dan, untuk kali ini aku juga akan mengalah kepadanya.“Baiklah. Aku tidak tahu apa maksudmu, tapi aku harap suatu saat nanti kau akan menjelaskannya pa—” Aku langsung berhenti dan tidak lanjut mnegucapkan kata-kataku barusan.Sosok yang kami tunggu-tunggu baru saja datang. Ia berjalan dengan sangat percaya diri seperti biasanya. N
[Im Aerum’s POV]Sepertinya pernyataan yang baru saja diungkapkan oleh Eun Ha benar-benar membuatku terkejut. Kami bahkan masih berdiam-diaman satu dengan lainnya selama beberapa detik. Apa ini ada hubungannya dengan artikel yang dibuat di Naver pada saat itu? Mungkin saja ini semua memiliki dasar yang sama.“Kau masih terkejut?” tanya Eun Ha seolah bisa membaca pikiranku.“Ya, seperti itu. Sepertinya ini masih berhubungan dengan artikel yang dibuat di Naver itu?” tanyaku balik untuk memenuhi rasa ingin tahuku.Eun Ha mengedikkan bahunya. “Aku tidak tahu. Lagipula bukankah lebih baik kita tidak usah ikut campur dengan urusan Seo Hana?”Jujur saja, aku sedikit terkejut dengan ucapan Eun Ha barusan. Tidak akan mengira jika ucapan seperti itu akan keluar dari mulutnya. Tapi, yang diucapkannya memang benar. Lagipula siapa aku hingga mengurusi kehidupannya? Aku pun langsung ter
[Kim Young Mi’s POV]Huh, benar saja ternyata kami berdua memang terlalu lama menghabiskan waktu di kantin dengan bercengkerama ria. Akhirnya, kami jadi menghiraukan suara bel dan telat datang ke kelas. Sepertinya keberuntungan masih berpihak kepada kami berdua, karena waktu aku dan Hera memasuki kelas, wali kelas kami belum datang.Saat aku memasuki kelas, entah mengapa seisi kelas nampak menatapku aneh. Maksudnya, memang sudah jelas aku terlambat … tapi tidak usah menatapku dengan terang-terangan bukan? Aku segera menghiraukannya dan duduk di tempatku. Mungkin karena aku terlambat, maka mereka melihatiku, pikirku positif.Sekilas aku melihat Hyenjin yang duduk agak jauh dariku, ia sama sekali tak melihatku. Padahal aku ingin memberinya sebuah kode. Kode yang menandakan jika aku sudah mengikuti arahannya dengan baik. Ah, sepertinya aku terlalu berlebihan bukan? Padahal itu sesuatu yang biasa saja. Tapi, bagaimanapun dia tetap berhu
[Im Aerum’s POV]Aku menginjakkan kakiku ke dalam sebuah kafe ber-interior vintage itu. Semerbak harum kopi yang pekat dan tajam langsung mengikat di indera penciumanku. Aku tidak pernah menyukai kopi seumur hidupku, tapi patut kuakui bahwa aku sangat suka perasaan setiap kali aku memasuki sebuah kafe.Berbagai keik dan juga kukis terpajang di rak pajangan. Aku langsung memilih keik bertuliskan ‘Almond Marble Cake’ di dalam hatiku. Kenapa di dalam hati? Karena aku masih harus menunggu Eun Ha untuk keluar dari toilet terlebih dahulu sebelum aku akan memesan keik yang ku pesan.Ini pertama kalinya aku keluar bersama teman SMA-ku. Rasanya cukup aneh dan mendebarkan. Karena di saat yang bersamaan aku belum terlalu mengenal Eun Ha, namun aku mempunyai perasaan bahwa ia akan menjadi teman dekatku. Sebuah perasaan yang familiar menelusup hatiku.Dulu, setiap pulang sekolah aku selalu berkumpul dengan
[Kim Young Mi’s POV]Kata-kata Hyenjin terus terngiang-ngiang di dalam kepalaku. Apa maksudnya aku tidak boleh berteman dengan Hera? Bukankah itu sangat egois? Lagipula aku menganggap mereka semua temanku. Seharusnya ia tidak boleh merasa tinggi hati seperti itu. Sikapnya kekanak-kanakkan sekali.“Young Mi! Tolong bantu ambilkan kok yang berhamburan, ya?”“A-ah, baik.”Aku tersadarkan dari lamunanku itu dan segera bangkit berdiri, membantu mengambil kok bulutangkis yang berserakkan di lantai. Sudah banyak murid yang meninggalkan aula ruang olahraga ini. Tinggallah beberapa murid yang ditugaskan untuk membereskan peralatan olahraga tadi. Banyak anak berlalulalang melewatiku dan segera kembali untuk mengganti pakaian mereka.“Young Mi-ah, kami akan ganti baju lebih dulu.”“Oh, ne. Gwaenchana, aku akan ganti baju sendiri jika sudah selesai merapikan ini semua.”
[Im Aerum’s POV]“Kau pulang dengan berjalan kaki?” tanya Eun Ha.Aku mengangguk. “Aku sudah biasa berjalan kaki, kok. Gwaenchana-yo, tidak usah mengkhawatirkanku.”“Baiklah, kalau kau sudah terbiasa. Aku akan pergi ke stasiun kalau begitu.”Aku tersenyum lebar dan melambaikan tangan ke arahnya. Saat aku sudah memastikan bahwa ia tidak akan berbalik lagi, aku diam-diam melompat-lompat karena kegembiraanku. Apa seperti ini rasanya memiliki teman lagi? Rasanya sudah lama sekali aku tidak memiliki teman yang bisa kuajak berbicara saat di sekolah.Meski begitu, ada sedikit perasaan takut di dalam hatiku. Apakah Eun Ha akan pergi meninggalkanku? Ah, sudahlah. Hal terpenting yang ku ketahui saat ini adalah aku sangat berbahagia. Seakan-akan langit menjatuhkanku berbagai macam berkat hari ini. Pertama, aku lolos audisi itu. Refleks tanganku menutup mulutku, karena aku masih tak percaya ji
[Kim Young Mi’s POV]“Young Mi-ah, apa kau tahu jika Kitae dulu pernah berteman dengan Hera?”“K-Kitae?”Di depanku Yoon Jae sedang menghembuskan napasnya, seolah-olah ia akan bersiap untuk menceritakan cerita yang sangat panjang padaku. Aku pun sampai menutup kotak makanku dan mengalihkan atensiku kepadanya.“Sebenarnya dulu Kitae, Hera, Yuri, bahkan Jung Dae sangat dekat. Mereka selalu kemana-mana bersama. Tapi, ada satu kebiasaan buruk yang Hera punya dengan temannya itu.”“Kebiasaan buruk?” Alisku mengernyit tanpa sadar. Sepertinya topik ini semakin menarik. Aku pun memajukan badanku, tanda aku bersemangat mendengar cerita dari Yoon Jae.“Hm. Ia sangat suka bergosip. Yah, aku tahu terkadang bergosip itu sangat seru. Masalahnya adalah Hera sangat berlebihan.”“Jeongmal? Benarkah Hera seperti itu?”Yoon Jae mengedikkan bahu
1 Juni 2021 Sore hari, selalu menjadi jam-jam paling sibuk nan riuh di Busan. Hari ini pun masih sama seperti hari-hari lainnya. Stasiun kereta itu terlihat sangat penuh, dipenuhi oleh penumpang yang bersiap-siap akan kembali ke rumahnya masing-masing. Tak terkecuali bagi si wanita di usianya yang berada di kepala dua. Wanita itu terlihat berlarian mengejar sebuah kereta yang akan segera pergi. Beberapa orang melihatnya dengan tatapan aneh, namun ia tidak memedulikannya. Hal terpenting baginya adalah ia tidak ingin ketinggalan kereta itu. Ia berlarian seraya menenteng sebuah rangkaian bunga berwarna ungu di tangan kanannya. Begitu pintu kereta terbuka, ia langsung berdesak-desakkan dengan penumpang lainnya. Wanita itu menghembuskan napas lega begitu dapat masuk ke dalam kereta dengan selamat. Karena kereta itu sangatlah penuh, ia pun mengambil tempat duduk yang terdekat dengannya. Di sebelahnya, terdapat dua anak perempuan berseragam. Kedua anak tersebut mengingatkannya saat ia masi
[Park Hyunjae’s POV]Satu bulan berlalu ….“Sekali lagi, saya mengucapkan selamat kepada ke-sepuluh trainee yang berhasil dan lolos melewati acara survival show ini dengan baik. Kami akan menunggu debut kalian!” Begitu pembawa acara dari tayangan televisi mengumumkan keberhasilan kami, semua langsung bersiap untuk memegang gelas mereka masing-masing. Kami tersenyum memandangi satu sama lain.“Haruskah kita memulainya sekarang?” tanya manajer kami. “Cheers!”“Cheers!” ucap kami serempak. Kami langsung mendentingkan gelas kami satu sama lain dan meneguk minuman anggur itu bersamaan.“Bukankah ini pertama kalinya kita merayakan ini secara resmi?” tanya manajer kami.“Itu dapat dimaklumi. Kita ‘kan memang sedang sibuk untuk menyiapkan keperluan debut kita,” sahut Lee Dae sambil memegang gelas kosong di tangannya.“Jangan dengarkan dia, ya? Kalian juga harus bersenang-senang. Nikmatilah masa muda kalian, itu tidak akan datang dua kali.” Seperti biasa manajer kami selalu memberi nasihat ya
[Kim Young Mi’s POV]Napasku menderu karena sehabis berlari. Aku menoleh ke kanan dan ke kiri dan tidak menemukan satu pun orang yang dapat kumintai pertolongan. Apakah perumahan orang kaya selalu sesepi ini? Perasaanku kian gelisah dan tak kunjung tenang, serasa ada yang mengganjal di dalam hatiku. Hanya ada satu orang yang dapat kupikirkan di dalam benakku saat ini.Kuhentikan langkahku dan memastikan alamat yang diberikan Jen benar. Aku bahkan sudah melewati gang ini dua kali. Mengecek setiap rumah yang ada, namun rumah yang ditujukan Jen hanya satu. Rumah dengan blok A bernomor 27. Apakah aku salah? Aku mendekati rumah yang sudah kulewati dua kali itu. Rumah itu sangatlah besar dan megah. T-tapi, mengapa di depan pagarnya ada sebuah bendera berwarna kuning yang menunjukkan seseorang baru saja meninggal?Aku berlari kecil ke arah rumah itu. Di depan rumah terdapat sebuah pos satpam kecil. Salah satu satpam itu menyadari kedatanganku dan langsung menghampiriku.“Apa kau sedang menca
[Yoon Jae’s POV]“Mengapa sampai sekarang mereka belum memberi kita asrama juga?”Lamunanku buyar, ketika salah satu dari mereka mulai mengoceh kembali. Oh astaga, aku hanya menginginkan sebuah istirahat yang tenang dan damai tanpa siapapun mengangguku. Dan, lagi-lagi mereka terus membahas mengenai hal yang sama. Aku sudah cukup lelah mendengar protesan dari mereka semua.Yeon Seok bangkit berdiri dan sekilas aku dapat melihat matanya mengerling padaku. Ia mendatangi trainee baru yang baru saja membuka suara itu dan mengcengkeram kerahnya.“Hei, anak baru, kau jangan berulah terus. Mereka tidak akan memberikanmu apa yang kita butuhkan selama kita tidak mengalami peningkatan apapun.”Salah satu teman Yeon Seok bersuara, “Kau seharusnya belajar dari kami. Bahkan sampai bertahun-tahun memendam di agensi sialan ini, mereka juga tidak akan pernah memberi kami asrama. Setidaknya hingga kita berhasil debut.”Seorang trainee yang baru saja protes itu langsung bergeming di tempatnya. Aku melih
[Kim Young Mi’s POV]Jari jemariku saling beradu di atas sebuah mesin ketik laptop milikku. Aku terus menerus melirik jam yang terletak di bawah laptop itu. Aku tidak memiliki banyak waktu, aku harus menyelesaikan pekerjaan ini tepat pukul enam malam ini. Jika aku terlambat barang semenit saja, maka itu akan berdampak besar kepada agensi.Alisku bertaut menunjukkan bahwa aku sangat berfokus untuk dapat menyelesaikan tugas ini hingga selesai. Kutulis subjek email dan tidak lupa mencantumkan sebuah file yang akan kukirim. Segera setelahnya, aku langsung menekan tanda enter dan email itu pun terkumpul kepada klien.Aku langsung menghembuskan napas sebagai bentuk kelegaanku. Kulirik kopi yang tersisa setengah cangkir di sebelahku. Kopi yang semula panas itu, sekarang sudah menjadi dingin. Kuhabiskan kopi itu dan bersiap-siap untuk pergi dari kantin milik agensi itu.Saat aku sedang memasukkan barang-barangku ke dalam tas, aku mendongak dan melihat dua wajah yang familiar dari kejauhan. Ku
[Park Hyunjae’s POV] “Silahkan lima belas peserta dengan penampilan individual terbaik untuk maju ke depan,” ucap pembawa acara itu sambil memberikan bahasa tubuh agar kami naik ke atas panggung.Sebelumnya, para juri sudah berdiskusi untuk menentukan lima belas peserta terbaik. Sisa peserta yang tidak lolos, disuruh untuk kembali duduk di bangku penonton bersama dengan para orang tua yang datang. Sekarang, tersisa seluruh lima belas peserta yang sebelumnya sudah dipanggil.Lee Dae dipanggil sebagai peserta pertama yang lolos. Ia selalu menjadi peserta terbaik, bahkan kesayangan para juri. Meski begitu, urutan awal ini adalah acak dan bukan ranking yang sesungguhnya. Sebelum aku pergi ke atas panggung, aku melihat ke arah kedua orang tuaku dan mereka menganggukkan kepala. Kami satu per satu berbaris di atas panggung. Aku berdiri mendekati ujung panggung, karena aku berada di urutan ke dua belas.Selama berada di atas panggung, aku merasa sangat gugup bukan main. Bagaimana jika aku ga
[Im Aerum’s POV]“Bagaimana perasaan kalian setelah kolaborasi kemarin?” tanya Hong Eonnie.Aku terduduk mematung dan menghiraukan pertanyaan manajer kami. Pikiranku masih memikirkan banyak hal, sehingga aku tidak membalas pertanyaan Hong Eonnie. Kami semua sedang bersantai di ruang latihan. Kata manajer, hari ini seluruh latihan ditiadakan, untuk merayakan kolaborasi kami kemarin.Karena tidak ada yang bersuara, seperti biasa Miyeong Eonnie selalu mendahului kami.“Aku rasa, kita semua sudah menampilkan yang terbaik. Terutama bagi Aerum, Yerim, Naeun, dan Hanna yang baru saja melakukan masa pelatihan mereka satu bulan yang lalu.”Jika dipikir-pikir, waktu satu bulan adalah waktu yang sangat singkat untuk kami dapat menyiapkan semua persiapan kolaborasi itu. Bukan hanya itu, kami juga harus dilatih untuk penguasaan di atas panggung dan bagaimana kami menghadapi penonton. Singkat kata, itu bukanlah hal yang mudah.Sebuah dorongan akhirnya muncul padaku. Aku mengangkat tangan dan Hong E
[Kim Young Mi’s POV]Cuaca pagi hari ini cukup cerah dan hangat. Aku membalikkan kepalaku ke belakang untuk mengecek anak-anak yang bermain bola di lapangan. Sepertinya tidak ada yang menyadari kepergian kami berdua, baguslah. Aku berjalan di atas dedaunan kering yang terjatuh berserakan di sepanjang jalan di taman.Aku tersenyum sekilas kepada Yoon Jae yang sibuk memperhatikan bunga-bunga di sekitarnya. Ia berjongkok dan mengelus permukaan bunga itu dengan perlahan. Entah mengapa, aku merasa hangat dan aman di saat yang bersamaan, meski kami tidak berkomunikasi satu dengan yang lain.Aku memutuskan untuk duduk di bangku taman. “Jae-ah, apa kau menyukai bunga?”Ia menoleh ke belakang dan berkata padaku, “Sebenarnya, sedari kecil aku menyukai bunga. Apa itu aneh jika seorang laki-laki menyukai bunga?”Aku menggelengkan kepalaku. “Itu sama sekali tidak aneh. Bunga apa yang kau sukai?”Ia bangkit berdiri dan duduk di sampingku. “Apa kau pernah mendengar bunga Hydrangea? Di Jepang, bunga
[Im Aerum’s POV]05.00Kubuka mataku perlahan dan mengerjap-erjapkannya. Kulihat tempat tidur Yerim yang sudah kosong. Pertanda bahwa ia sudah bangun sedari tadi. Aku mencoba untuk duduk pada ranjangku dan menghela napas. Semalaman penuh hingga pagi aku sama sekali tidak dapat tidur dengan tenang. Rasanya seperti aku baru saja terlelap dalam beberapa jam.Saat aku akan bangkit berdiri dari ranjangku, aku tersadar bahwa pintu kamar sudah terbuka. Nampaknya, semua orang sudah bersiap-siap untuk memulai hari mereka. Dari dapur, aku dapat mendengar Minhee Eonnie berseru untuk membangunkanku.“Aerum-ah! Bangunlah! Eomma-mu sudah di sini!”Begitu mendengar bahwa Eomma sudah datang, rasanya itu seperti membangunkan jiwaku. Aku segera keluar dari kamar dan mengambil handuk yang tersampir dekat kamar mandi. Di ruang tamu, semua terlihat sudah sangat siap untuk berangkat ke agensi. Hal itu membuatku semakin tersadar bahwa aku tidak punya banyak waktu lagi.“O-oh, kau sudah bangun ternyata ….”A