[Park Hyunjae’s POV]
Aku menghela nafas dengan berat memandangi pintu yang sedang tertutup itu. Pikiranku kalut, tanganku berkeringat, kakiku gemetar, dan jantungku berdegup dengan cepat. Apa aku selama ini sudah melakukan kesalahan? Ataukah penampilanku sangat buruk baginya? Pikiran-pikiran negatif mulai membanjiri benakku. Mungkin pada akhirnya aku tidak akan pernah berhasil debut menjadi seorang idol seperti yang selama ini kuinginkan.
Namun aku berusaha menepis semua pikiran negatif itu dari kepalaku. Aku sudah berusaha hingga sejauh ini. Jika aku menyerah sekarang, apa gunanya perjuanganku selama satu tahun ini? Aku tidak akan kembali ke orang tuaku dengan tangan kosong nantinya. Lalu, tiba-tiba aku teringat peristiwa satu tahun yang lalu. Dan, aku pun kembali ke masa lalu untuk sejenak dan menyadari bahwa langkahku sudah sangat jauh dan aku tidak akan berhenti saat ini.
(Flashback)
“Hoahm…” aku menguap.
Aku mendongakkan kepalaku sedikit dari benaman lenganku untuk melihat jam di depan kelas. Aku berusaha meregangkan badanku dengan senatural mungkin agar guruku tidak melihatku. Sejarah memang selalu dicap sebagai salah satu pelajaran yang membosankan yang pernah ada. Tapi, jika sejarah ditaruh di jam akhir begini dan ditengah lapar-laparnya perut rasanya godaannya semakin berat.
Aku bangun dari tidurku untuk melihat keadaan kelas di sekitarku. Saat melihat wajah mereka aku merasa kasihan dengan seonsaengnim. Wajah mereka sangat kosong, ada yang menahan kantuk sama sepertiku, ada yang sudah berada di dalam mimpi. Aku bertaruh tidak ada yang mendengar ocehan guruku ini.
Terkadang aku agak kesal dengan sistem sekolah di Korea. Sistem sekolah di Korea ini sangat tidak manusiawi. Kita mulai bersekolah pukul 08:00 pagi sampai dengan pukul 21:00 malam. Seakan masih belum cukup, kita masih diharuskan untuk mengikuti yaja (self study) hingga sampai jam 23.00 malam. Itu belum terhitung dengan tugas-tugas yang diberikan oleh guru kami. Walaupun, aku merasa lelah sekaligus muak dengan sistem sekolah disini tapi aku malah merasa membutuhkan tantangan baru. Entahlah apa yang benar-benar kurasakan. Tapi, aku bosan jika hidupku begini-begini saja. Memang aku dasarnya bukan tipe orang yang bisa diam sih, jadi tidak usah heran.
Kring…Kring…
“Ya, terima kasih sudah mengikuti kelas saya. Kalian bisa langsung menuju perpustakaan sekarang.”
Fuhh… Akhirnya pelajaran paling membosankan ini berakhir juga. Teman-temanku langsung bergegas menuju lantai bawah untuk menuju ke perpustakaan. Yap, kita masih harus mengikuti yaja dan ini adalah suatu kewajiban bukan opsional. Aku sebenarnya ingin segera pulang dan cepat-cepat membaringkan badanku di kasur tapi sepertinya realita berkata lain. Sesaat aku akan turun ke bawah temanku memanggil.
“Hyunjae-ah, kau mau ikut ke warnet malam ini?” tanya Dongsuk.
Aku tersenyum berusaha menyembunyikan kegiranganku. “Oke. Kau mau tetap ikut yaja dulu apa bagaimana?” tanyaku.
“Kayak biasanya lah, bro. Kita ikut aja dulu nanti kalau kebetulan tidak ada yang jaga kita langsung ke warnet. Gimana?”
“Oke, aku ikut. Siapa aja yang ikut nanti?”
“Ada aku, kau, Hyunsik, Lee Dae, sama temannya Lee Dae.”
“Oke. Nanti kabari aku kalau kebetulan pengawas lagi ga fokus.”
“Siap, komandan!”
Ini lah enaknya punya banyak teman. Saat aku bosan pasti selalu ada yang mengajak pergi. By the way, sebenarnya aku sudah sering melakukan ini. Diam-diam pergi atau kabur saat kelas ataupun yaja. Memang sih, pasti ada rasa takut akan ketahuan oleh guru. Tapi, aku sangat senang ketika adrenalinku terpacu untuk melakukan sesuatu yang menantang. Dan, untungnya selama ini aku tidak pernah ketahuan.
Sesampainya aku di perpustakaan aku langsung mengambil tempat duduk paling belakang. Begitu juga dengan Dongsuk, Hyunshik, dan temanku yang lainnya. Ini adalah salah satu cara biar kita tidak gampang ketahuan oleh pengawas. Kukeluarkan buku paket dan juga buku tulisku dan pura-pura membaca buku paketku sambil terus melihat ke depan memastikan keadaan aman. Nampaknya hari ini aku sedikit apes, pengawas hari ini adalah salah satu guru killer di sekolah kami. Aku dan Dongsuk saling memandang ke satu sama lain selama beberapa detik.
5 menit berlalu…
Aku memperhatikan ke depan dan guruku masih ada di depan membaca buku.
15 menit berlalu…
Target terpantau masih membaca buku. Aku melihat kearah Dongsuk, dia tertidur. Hyunshik sedang sibuk dengan handphonenya. Dan Lee Dae menaruh komik di dalam buku pelajarannya. Dasar teman-temanku, batinku dalam hati.
20 menit berlalu…
Aku hampir saja tertidur saat membaca 1 paragraf pertama di buku paketku. Untung saja aku langsung tersadar kembali. Tentu saja, aku langsung mengecek ke depan. Wow, sepertinya ini kesempatanku. Karna seonsengnim pergi menuju ke bagian perpustakaan yang lain. Aku langsung mengirim pesan pada Hyunshik yang sedang memainkan handphonenya.
Hyunjae: Yah… Dia sudah pergi. Yuk buruan
Hyunsik: Lebih baik kau keluar dulu. Nanti, aku coba chat yang lainnya
Hyunjae: Oke. Aku tunggu di pintu belakang
Si Dongsuk kayaknya bakalan susah dibangunin lagi tuh
Hyunsik: Aman lah, aku tau caranya
Setelah memastikan semua aman dan memberikan kode ke Hyunsik aku segera mengendap-endap keluar dari perpustakaan. Aku segera berlari kearah pintu belakang dan berusaha tidak membuat suara apapun.
* * * *
Aku tertawa dengan keras, “Giliranmu traktir kita nih,” kataku pada Lee Dae.
“Yang agak spesialan sedikit dong. Tumben-tumbenan nih teammu kalah.” kata Dongsuk.
“Dasar kalian. Kalian mau apa?”
“Ramyeon enak nih malem-malem seperti ini.”
“Iya iya, nih kupesenin dulu.”
Lee Dae termasuk salah satu pemain unggulan di team game kami. Saat ada turnamen game, dia selalu ikut dan seringkali dia menang. Aku sudah nggak kaget lagi, sih. Tapi, tumben-tumbenan nih dia kalah. Biasanya juga selalu aku sama Dongsuk yang traktir mereka. Lee Dae sepakat membelikan kami ramyeon. Ramyeon selalu enak jika dijadikan makanan tengah malam.
“Hyunjae-ah, The Coaster nggak ada event-event lagi?” tanya Dongsuk membuyarkan lamunanku.
“Kita lagi nggak ada event sih. Kita lagi break sekarang. Kenapa?” kata Hyunsik.
“Kemarin aku nggak sengaja nemu iklan di SNS, Move Agency lagi ngadain audisi tuh.”
“Move? Hmm, kalau Move yang ngadain sih pasti bakalan banyak yang ikut,” kata Hyunsik sambal melihatku.
Omong-omong The Coaster itu adalah grup band yang berisikan aku dan juga Hyunsik dan juga masih banyak anak yang lainnya. The Coaster sebenarnya adalah grup band dari kegiatan ekstrakulikuler sekolah. Grup ini sebenarnya sudah dibuat oleh sunbaenim kami yang namanya, Han sunbae. Tapi, group ini baru populer saat angkatan kami masuk ke dalam grup ini. Saat Han sunbae naik kelas dia sudah sibuk dengan persiapan hagwon (ujian masuk perguruan tinggi) dan pastinya band jadi tidak akan terurus. Dan, disitulah The Coaster diserahkan ke kami. Aku sebagai leader dan Hyunsik sebagai wakilnya. Aku sendiri yang memilih Hyunsik sebagai wakil. Karena aku merasa tidak bisa menyerahkan kepercayaan ke orang lain yang tidak terlalu kukenal.
The Coaster sering mengikuti event-event sekolah kami. Bahkan kadang kami juga mengikuti event di luar sekolah, seperti lomba dan banyak lagi. Aku dan Hyunsik sebenarnya sudah lama sekali ingin masuk ke ekstrakuliker band di sekolah kami. Karena itu adalah salah satu ekstrakulikuler yang paling terkenal di sekolah kami. Kami pun berjuang bersama untuk bisa keterima dalam seleksi band yang ketat. Akhirnya kami pun diterima dan bahkan tidak pernah menyangka akan diberikan tanggung jawab sebesar ini. Karena aku dan Hyunsik selalu berjuang bersama aku selalu membagikan dan menceritakan harapanku pada The Coaster. Suatu hari, Hyunsik memberikan ide kepadaku kenapa kita tidak mencoba ikut audisi yang diadakan oleh agensi besar di Korea.
Aku sebenarnya agak tidak setuju dengannya. Bukan karna aku tidak suportif dan melarangnya. Tapi, jika dia ikut audisi semacam itu pastinya dia tidak akan fokus pada The Coaster. Aku tahu aku sangat egois dalam hal ini. Tapi, bukannya kita yang dari awal bersama-sama berjuang ingin masuk ke dalam band ini? Aku tahu dia sebenarnya diam-diam latihan bernyanyi lebih keras dari biasanya dan juga mencoba belajar dance basic. Dan, aku tak pernah melarangnya. Mungkinkah selama ini aku sudah terlalu jahat dan egois pada Hyunsik? Seharusnya sebagai sahabat yang baik aku mendukung keputusannya.
Saat aku melihat wajah Hyunsik yang berbinar-binar mendengar berita audisi itu, aku merasa bersalah. Sepertinya selama ini aku sudah terlalu jahat padanya. Mungkin tidak ada salahnya juga untuk mencoba ikut audisi itu? Toh, aku nggak ingin masuk agensi itu. Aku kan hanya menemani Hyunsik. Lagian juga Move Agency itu agensi yang lagi naik daun sekarang meskipun tidak terlalu besar. Jadi, mana mungkin mereka menerima orang yang newbie dalam bermusik sepertiku ini, haha.
“Hei, kau mau coba ikut audisi Move?” tanyaku ke Hyunsik.
Aku menyadari dia sedikit terkejut dengan pertanyaanku itu. Tapi, dia langsung menjawab, “Ya, aku mau coba ikut.”
“Kayaknya boleh juga ikut audisi itu.”
“Hah? Tumben-tumbenan seorang Hyunjae mau buang waktu ikut audisi seperti itu?”
Aku pun menyengir pelan, “Nggak ada salahnya kan dicoba?”
“Iya sih. Kenapa sih kau nggak sadar dari awal aja?”
“Jadi, kapan audisinya?” tanyaku.
“Tanggal 20-27 April”
“Kita masih ada waktu 1 bulan untuk menyiapkan semuanya,” kataku padanya.
* * * *
Itulah awal mula aku bisa menjadi trainee di Move Entertainment ini. Awalnya, aku tidak percaya bahwa mereka akan menelponku. Karena sebenarnya tujuan utamaku bukanlah benar-benar ingin mengikuti audisi itu. Tapi, karena aku ingin menemani Hyunsik dan menebus rasa bersalahku padanya. Berbulan-bulan setelah aku mengikuti audisi tiba-tiba aku menerima telepon dari salah satu staff mereka. Begitu pula dengan Hyunsik, ia ditelepon beberapa hari setelahnya. Saat itu, aku kaget dan tidak tahu harus berkata-kata apa lagi, tapi di satu sisi ada perasaan senang di dalam hatiku.
Aku tahu bahwa diterima sebagai trainee di Move bukanlah sesuatu yang mudah. Jadi, aku membulatkan tekadku dan berjanji akan menunjukkan apa yang kupunya kepada mereka. Aku tidak pernah tahu bahwa aku bisa sejauh ini. Aku tahu tidak ada kebetulan dari semua yang sudah kualami, bahkan tak pernah terbersit di benakku untuk mengikuti audisi semacam ini. Mengingat seberapa jauh perjalanan yang sudah kutempuh hingga sekarang aku pun menyadari ini bukanlah waktuku untuk menyerah.
[Kim Young Mi’s POV]Busan, 12 Juli 2007 Suara alarm membangunkanku dari alam mimpi dan membawaku ke realita. Aku langsung terbangun dan duduk tegak di tempat tidur. Ini hari pertamaku sekolah, lebih baik aku tidak mengacaukannya. Aku melirik jam kecil yang kutaruh di brankas. Jam 6:45!!! Oh, astaga kenapa aku bisa seceroboh ini. Aku langsung memakai seragam yang kemarin sudah disetrika. Memasukkan buku-buku ke dalam tas dan memakai sepatu. Tidak lupa menyemprotkan parfum agar tidak ada seorang pun yang tahu aku tidak mandi pagi ini. Dan, aku pun langsung berangkat.Kemarin aku menghabiskan banyak waktu untuk bekerja di restoran bibi Yeesung. Ya, karena aku sekarang tinggal sendiri aku terpaksa bekerja di restoran bibi Yeesung. Meskipun aku tidak enak jika harus dibayar bibi, tapi mau bagaimana lagi? Jika tidak begini aku tidak akan mendapat uang. Dari kostku ke sekolah membutuhkan waktu kurang lebih 15 menit unutk berjalan kaki.
[Im Aerum’s POV]Besok adalah hari yang kutunggu-tunggu selama ini. Hari dimana aku akan mencoba seleksi di sekolah impianku. Sekolah ini sedikit berbeda dengan sekolah biasa pada umumnya. Sekolah ini dikhususkan untuk bakat seperti musik, menari, menyanyi, teater, film dan masih banyak lagi. Singkatnya sekolah ini adalah sekolah khusus bidang seni. Terdapat banyak sekali pilihan di sekolah seni ini. Ada menyanyi, menari, teater film, dan banyak lagi. Jurusan yang aku inginkan adalah menyanyi, karena bakatku adalah menyanyi. Menjadi penyanyi adalah keinginanku sedari kecil jadi aku sudah berminat masuk sekolah ini sedari lama.Aku membaringkan badanku diatas tempat tidurku. Sudah jam 2 pagi tapi aku tidak bisa tertidur. Aku terus memikirkan bagaimana jadinya hari esok. Apakah semua akan berjalan dengan lancar? Apakah semua latihan yang kulakukan akan terbayar? Aku merasa sedikit khawatir karena kebanyakan yang bersekolah di sana adalah idol-idol
[Kim Young Mi’s POV]Aku masuk ke dalam hall sekolah. Begitu aku masuk ke dalam hall sekolah semua mata langsung menatapku, membuatku merasa sangat malu. Seketika aku ingin menjadi tanah saja. Ah, andai aku bisa bangun jauh lebih pagi tadi, kataku dalam hati menyesali perbuatanku sendiri. Aku segera duduk di tempat yang paling dekat dengan tempat aku berdiri sekarang dan memilih posisi yang paling belakang. Ada beberapa anak perempuan di depanku yang memandangiku. Dan, aku hanya bisa tersenyum. Padahal di dalam hati aku sudah merutuk karena malu.Aku duduk dan mulai mengikuti acara dengan baik. Sedari aku duduk di bangku taman kanak-kanak aku tidak pernah masuk ke sekolah baru. Jadi, aku benar-benar gugup sekaligus merasa senang akhirnya bisa merasakan dan menikmati lingkungan yang baru di masa remajaku ini. Haruskah aku nanti mendekati beberapa anak agar aku memiliki teman baru? Atau aku hanya perlu diam saja dan menunggu mereka mendekatiku? Seketika ak
[Im Aerum’s POV] Aku mengambil nafas yang panjang sebelum masuk ke ruangan seleksi. Di dalam ruangan ini ada dua guru yang sudah bersiap akan menilaiku. Saat aku masuk, mereka melihatku dengan senyum yang tipis seolah-olah mereka memaksakan senyum mereka. Sebuah kursi telah disediakan di tengah ruangan. Aku langsung duduk di kursi yang telah disediakan tersebut. Sebelum aku memulai menampilkan bakatku aku diberikan beberapa pertanyaan untukku jawab terlebih dahulu.“Dipersilahkan untuk memperkenalkan diri,” kata salah satu guru yang akan mengujiku.“Perkenalkan nama saya Im Aerum. Saya saat ini berusia 15 tahun.”Guru yang menanyaiku mengangguk-angguk, “Baik. Kamu asal dari sekolah mana?”“Saya dari sekolah Hangguk.”“Kalau kamu diterima di sekolah ini, kamu berencana akan mengambil jurusan apa?”“Saya berencana akan ambil menyanyi.”“Oke, kalau begitu. Sekarang kamu bisa menunjukkan bakat yang kamu punya.”
[Kim Young Mi’s POV]Aku mengambil piring-piring dan gelas-gelas yang kotor dan menaruhnya di nampan. Huft, untung hari ini tidak seramai kemarin. Jadi, aku bisa pulang lebih cepat. Aku pun menaruh piring dan gelas yang kotor ke tempat cuci piring. Gelas dan piring yang kotor berserakan di tempat pencuci piring. Ayo, Young Mi semangat ini pekerjaanmu yang terakhir, batinku menyemangati diriku sendiri. Setelahnya aku mulai mencuci piring dan gelas yang kotor.Dulu, aku pernah menemukan kata-kata mutiara yang kubaca di sebuah buku. Kata-kata mutiara itu berbunyi seperti ini “Hidup tidak akan pernah menjadi mudah, tetapi dirimulah yang akan menjadi lebih kuat.” Aku tidak pernah paham maksud dari kata-kata itu. Tapi, kurasa sekarang aku mulai paham dengan kata-kata itu.Selama aku kecil hingga aku duduk di bangku SMP, aku harus menghabiskan waktuku mendengarkan teriakan dan pertengkaran mama dan papa. Tapi, sekarang semenjak aku pindah ke Busan entah m
[Im Aerum’s POV]Aku bersemangat sekali hari ini. Sepertinya sudah lama aku terlalu fokus pada tugas-tugas dan lupa untuk bersenang-senang. Hari ini adalah ulang tahun sekolahku sekaligus perayaan karena sebentar lagi aka nada graduation. Hari ini kita tidak ada pelajaran namun kita hanya akan melakukan beberapa perlombaan. Seperti pertandingan basket antar kelas, volley antar kelas, bazaar, dan masih banyak yang lainnya. Aku tentu saja memilih menjaga stand bazaar karena aku memang tidak pandai dalam olahraga.Handphone-ku bergetar dan kuusap layarnya. Melihat banyak sekali notifikasi yang masuk aku langsung menjadi gugup. Apa aku ketinggalan sesuatu? Aku melihat notifikasi dari grup ‘Bazaar 9-3’. Aku melihat ada 32 pesan yang belum kubaca.Yeri: Jangan lupa kita hari ini harus dateng jam 07.00 ya Kita
[Kim Young Mi’s POV]Aku berjalan melewati lorong sekolah yang sepi. Sepertinya anak-anak yang lainnya sudah masuk ke dalam kelas mereka masing-masing. Sementara aku sekarang masih dalam perjalanan mencari kelasku, kelas 10 IPS 3. Sekolah ini memiliki gedung yang sangat besar dan luas. Kemarin baru saja aku tour keliling sekolah tapi aku masih belum terbiasa dengan beberapa tempat di sekolah ini. Untungnya ada beberapa anak yang sudah berjalan di depan terlebih dahulu. Jadi, aku bisa mengikuti mereka dari belakang. Saat aku berjalan tiba-tiba namaku dipanggil.“Young Mi! Kita sekelas!” kata Hyenjin di belakangku.“Untung kita sekelas. Setidaknya ada satu orang yang kukenal,” aku pun menyahut dengan gembira.“Lega banget, ya?” kata Hyenjin dengan tertawa kecil.Aku pun tertawa, “Iya, dong. Lega banget.”“Omong-omong kamu udah hafal nggak sama tempat sekolah ini?”“Hm, aku sih belum. Sekolah ini kan luas
[Im Aerum’s POV]1 bulan kemudian…Layar handphone-ku berpendar menunjukkan jam di handphone-ku, pukul 09:38. Sedangkan graduationku nanti masih jam 10:00. Helaan nafas lega keluar dari bibirku menyadari bahwa aku masih memiliki banyak waktu untuk berkeliling sekolah. Sekolah masih tampak sepi, hanya beberapa anak yang terlihat sudah datang di sekolah saat ini. Aku rasa kebanyakan anak-anak sekarang masih di rumah membenarkan riasan mereka, mengluruskan atau justru malah membuat rambut mereka keriting, atau mungkin masih sibuk menyetrika toga mereka. Aku tidak terlalu peduli soal penampilanku sih. Aku hanya ingin menggunakan makeup yang simpel-simpel saja dan tidak menor. Soal rambut, aku membuat rambutku keriting sedikit lalu kujepit ke belakang.Aku rela datang pagi-pagi ke sekolah untuk bisa berkeliling sekolah sebelum acara dimulai. Karena ini adalah hari terakhir aku bisa melihat sekolahku ini. Sekolah
1 Juni 2021 Sore hari, selalu menjadi jam-jam paling sibuk nan riuh di Busan. Hari ini pun masih sama seperti hari-hari lainnya. Stasiun kereta itu terlihat sangat penuh, dipenuhi oleh penumpang yang bersiap-siap akan kembali ke rumahnya masing-masing. Tak terkecuali bagi si wanita di usianya yang berada di kepala dua. Wanita itu terlihat berlarian mengejar sebuah kereta yang akan segera pergi. Beberapa orang melihatnya dengan tatapan aneh, namun ia tidak memedulikannya. Hal terpenting baginya adalah ia tidak ingin ketinggalan kereta itu. Ia berlarian seraya menenteng sebuah rangkaian bunga berwarna ungu di tangan kanannya. Begitu pintu kereta terbuka, ia langsung berdesak-desakkan dengan penumpang lainnya. Wanita itu menghembuskan napas lega begitu dapat masuk ke dalam kereta dengan selamat. Karena kereta itu sangatlah penuh, ia pun mengambil tempat duduk yang terdekat dengannya. Di sebelahnya, terdapat dua anak perempuan berseragam. Kedua anak tersebut mengingatkannya saat ia masi
[Park Hyunjae’s POV]Satu bulan berlalu ….“Sekali lagi, saya mengucapkan selamat kepada ke-sepuluh trainee yang berhasil dan lolos melewati acara survival show ini dengan baik. Kami akan menunggu debut kalian!” Begitu pembawa acara dari tayangan televisi mengumumkan keberhasilan kami, semua langsung bersiap untuk memegang gelas mereka masing-masing. Kami tersenyum memandangi satu sama lain.“Haruskah kita memulainya sekarang?” tanya manajer kami. “Cheers!”“Cheers!” ucap kami serempak. Kami langsung mendentingkan gelas kami satu sama lain dan meneguk minuman anggur itu bersamaan.“Bukankah ini pertama kalinya kita merayakan ini secara resmi?” tanya manajer kami.“Itu dapat dimaklumi. Kita ‘kan memang sedang sibuk untuk menyiapkan keperluan debut kita,” sahut Lee Dae sambil memegang gelas kosong di tangannya.“Jangan dengarkan dia, ya? Kalian juga harus bersenang-senang. Nikmatilah masa muda kalian, itu tidak akan datang dua kali.” Seperti biasa manajer kami selalu memberi nasihat ya
[Kim Young Mi’s POV]Napasku menderu karena sehabis berlari. Aku menoleh ke kanan dan ke kiri dan tidak menemukan satu pun orang yang dapat kumintai pertolongan. Apakah perumahan orang kaya selalu sesepi ini? Perasaanku kian gelisah dan tak kunjung tenang, serasa ada yang mengganjal di dalam hatiku. Hanya ada satu orang yang dapat kupikirkan di dalam benakku saat ini.Kuhentikan langkahku dan memastikan alamat yang diberikan Jen benar. Aku bahkan sudah melewati gang ini dua kali. Mengecek setiap rumah yang ada, namun rumah yang ditujukan Jen hanya satu. Rumah dengan blok A bernomor 27. Apakah aku salah? Aku mendekati rumah yang sudah kulewati dua kali itu. Rumah itu sangatlah besar dan megah. T-tapi, mengapa di depan pagarnya ada sebuah bendera berwarna kuning yang menunjukkan seseorang baru saja meninggal?Aku berlari kecil ke arah rumah itu. Di depan rumah terdapat sebuah pos satpam kecil. Salah satu satpam itu menyadari kedatanganku dan langsung menghampiriku.“Apa kau sedang menca
[Yoon Jae’s POV]“Mengapa sampai sekarang mereka belum memberi kita asrama juga?”Lamunanku buyar, ketika salah satu dari mereka mulai mengoceh kembali. Oh astaga, aku hanya menginginkan sebuah istirahat yang tenang dan damai tanpa siapapun mengangguku. Dan, lagi-lagi mereka terus membahas mengenai hal yang sama. Aku sudah cukup lelah mendengar protesan dari mereka semua.Yeon Seok bangkit berdiri dan sekilas aku dapat melihat matanya mengerling padaku. Ia mendatangi trainee baru yang baru saja membuka suara itu dan mengcengkeram kerahnya.“Hei, anak baru, kau jangan berulah terus. Mereka tidak akan memberikanmu apa yang kita butuhkan selama kita tidak mengalami peningkatan apapun.”Salah satu teman Yeon Seok bersuara, “Kau seharusnya belajar dari kami. Bahkan sampai bertahun-tahun memendam di agensi sialan ini, mereka juga tidak akan pernah memberi kami asrama. Setidaknya hingga kita berhasil debut.”Seorang trainee yang baru saja protes itu langsung bergeming di tempatnya. Aku melih
[Kim Young Mi’s POV]Jari jemariku saling beradu di atas sebuah mesin ketik laptop milikku. Aku terus menerus melirik jam yang terletak di bawah laptop itu. Aku tidak memiliki banyak waktu, aku harus menyelesaikan pekerjaan ini tepat pukul enam malam ini. Jika aku terlambat barang semenit saja, maka itu akan berdampak besar kepada agensi.Alisku bertaut menunjukkan bahwa aku sangat berfokus untuk dapat menyelesaikan tugas ini hingga selesai. Kutulis subjek email dan tidak lupa mencantumkan sebuah file yang akan kukirim. Segera setelahnya, aku langsung menekan tanda enter dan email itu pun terkumpul kepada klien.Aku langsung menghembuskan napas sebagai bentuk kelegaanku. Kulirik kopi yang tersisa setengah cangkir di sebelahku. Kopi yang semula panas itu, sekarang sudah menjadi dingin. Kuhabiskan kopi itu dan bersiap-siap untuk pergi dari kantin milik agensi itu.Saat aku sedang memasukkan barang-barangku ke dalam tas, aku mendongak dan melihat dua wajah yang familiar dari kejauhan. Ku
[Park Hyunjae’s POV] “Silahkan lima belas peserta dengan penampilan individual terbaik untuk maju ke depan,” ucap pembawa acara itu sambil memberikan bahasa tubuh agar kami naik ke atas panggung.Sebelumnya, para juri sudah berdiskusi untuk menentukan lima belas peserta terbaik. Sisa peserta yang tidak lolos, disuruh untuk kembali duduk di bangku penonton bersama dengan para orang tua yang datang. Sekarang, tersisa seluruh lima belas peserta yang sebelumnya sudah dipanggil.Lee Dae dipanggil sebagai peserta pertama yang lolos. Ia selalu menjadi peserta terbaik, bahkan kesayangan para juri. Meski begitu, urutan awal ini adalah acak dan bukan ranking yang sesungguhnya. Sebelum aku pergi ke atas panggung, aku melihat ke arah kedua orang tuaku dan mereka menganggukkan kepala. Kami satu per satu berbaris di atas panggung. Aku berdiri mendekati ujung panggung, karena aku berada di urutan ke dua belas.Selama berada di atas panggung, aku merasa sangat gugup bukan main. Bagaimana jika aku ga
[Im Aerum’s POV]“Bagaimana perasaan kalian setelah kolaborasi kemarin?” tanya Hong Eonnie.Aku terduduk mematung dan menghiraukan pertanyaan manajer kami. Pikiranku masih memikirkan banyak hal, sehingga aku tidak membalas pertanyaan Hong Eonnie. Kami semua sedang bersantai di ruang latihan. Kata manajer, hari ini seluruh latihan ditiadakan, untuk merayakan kolaborasi kami kemarin.Karena tidak ada yang bersuara, seperti biasa Miyeong Eonnie selalu mendahului kami.“Aku rasa, kita semua sudah menampilkan yang terbaik. Terutama bagi Aerum, Yerim, Naeun, dan Hanna yang baru saja melakukan masa pelatihan mereka satu bulan yang lalu.”Jika dipikir-pikir, waktu satu bulan adalah waktu yang sangat singkat untuk kami dapat menyiapkan semua persiapan kolaborasi itu. Bukan hanya itu, kami juga harus dilatih untuk penguasaan di atas panggung dan bagaimana kami menghadapi penonton. Singkat kata, itu bukanlah hal yang mudah.Sebuah dorongan akhirnya muncul padaku. Aku mengangkat tangan dan Hong E
[Kim Young Mi’s POV]Cuaca pagi hari ini cukup cerah dan hangat. Aku membalikkan kepalaku ke belakang untuk mengecek anak-anak yang bermain bola di lapangan. Sepertinya tidak ada yang menyadari kepergian kami berdua, baguslah. Aku berjalan di atas dedaunan kering yang terjatuh berserakan di sepanjang jalan di taman.Aku tersenyum sekilas kepada Yoon Jae yang sibuk memperhatikan bunga-bunga di sekitarnya. Ia berjongkok dan mengelus permukaan bunga itu dengan perlahan. Entah mengapa, aku merasa hangat dan aman di saat yang bersamaan, meski kami tidak berkomunikasi satu dengan yang lain.Aku memutuskan untuk duduk di bangku taman. “Jae-ah, apa kau menyukai bunga?”Ia menoleh ke belakang dan berkata padaku, “Sebenarnya, sedari kecil aku menyukai bunga. Apa itu aneh jika seorang laki-laki menyukai bunga?”Aku menggelengkan kepalaku. “Itu sama sekali tidak aneh. Bunga apa yang kau sukai?”Ia bangkit berdiri dan duduk di sampingku. “Apa kau pernah mendengar bunga Hydrangea? Di Jepang, bunga
[Im Aerum’s POV]05.00Kubuka mataku perlahan dan mengerjap-erjapkannya. Kulihat tempat tidur Yerim yang sudah kosong. Pertanda bahwa ia sudah bangun sedari tadi. Aku mencoba untuk duduk pada ranjangku dan menghela napas. Semalaman penuh hingga pagi aku sama sekali tidak dapat tidur dengan tenang. Rasanya seperti aku baru saja terlelap dalam beberapa jam.Saat aku akan bangkit berdiri dari ranjangku, aku tersadar bahwa pintu kamar sudah terbuka. Nampaknya, semua orang sudah bersiap-siap untuk memulai hari mereka. Dari dapur, aku dapat mendengar Minhee Eonnie berseru untuk membangunkanku.“Aerum-ah! Bangunlah! Eomma-mu sudah di sini!”Begitu mendengar bahwa Eomma sudah datang, rasanya itu seperti membangunkan jiwaku. Aku segera keluar dari kamar dan mengambil handuk yang tersampir dekat kamar mandi. Di ruang tamu, semua terlihat sudah sangat siap untuk berangkat ke agensi. Hal itu membuatku semakin tersadar bahwa aku tidak punya banyak waktu lagi.“O-oh, kau sudah bangun ternyata ….”A