Darah segar mulai mengalir. Saat itu Nara tak bisa mendengar apa pun. Nafasnya sudah sangat berat, tubuhnya tak berdaya. Bahkan untuk sekedar menggerakkan jemarinya ia tak sanggup.
"Kakak ..." Dita berteriak histeris sambil berlari menghampiri Nara yang tergeletak bersimbah darah di tengah jalan. Kini semua orang mengalihkan perhatian mereka ke jalan raya.
"Kakak bangun !!" Dita menangis ketakutan setelah melihat keadaan Nara yang tampak mengkhawatirkan. Saat itu Nara masih sadarkan diri, ia berusaha menggapai tangan Dita ingin memastikan Dita baik-baik saja. Sebelum akhirnya ia jatuh lemas di pangkuan Dita.
"Tolongin kakak gue ... tolongin kakak gue !!" teriak Dita dengan tangisan yang semakin keras.
Nara segera dilarikan ke rumah sakit. Kebetulan di sekitar sana ada mobil ambulance yang disiapkan untuk membawa korban penyanderaan di gedung bioskop. Karena ada keadaan darurat, ambulance itu akhirnya digunakan untuk membawa Nara ke rumah sakit lebih dahul
Nara perlahan membuka mata, menatap tiap sudut ruangan dengan mata yang masih belum bisa terbuka sepenuhnya. Selang infus yang tertancap di pergelangan tangannya membuatnya langsung sadar kalau ia sedang berada di rumah sakit saat ini. Dalam hati ia bersyukur karena setelah kecelakaan fatal yang menimpanya, ia masih bisa membuka mata kembali."I-buk ..." Nara berusaha memanggil ibunya, tenggorokannya terasa kering hingga sangat sulit untuk sekedar mengeluarkan sepatah kata. Tak lama kemudian datang seorang pria yang segera berlari ke arahnya begitu tau ia siuman. Nara tak bisa melihat dengan jelas wajah pria itu, ia nampak bahagia saat tahu Nara telah siuman."Akhirnya kamu bangun juga," kata pria itu. Suara itu terdengar tak asing. Nara berusaha membuka matanya walau masih terasa berat. Kabut tipis yang sedari tadi menghalangi pandangan matanya pun perlahan-lahan sirna. Sehingga kini wajah pria itu bisa dilihatnya dengan jelas. Nara terkejut mendapatinya menja
Beberapa hari berlalu, Nara masih belum menemukan jawaban pasti kenapa ia bisa berubah menjadi Niki. Semakin dipikirkan semakin tak masuk di nalarnya. Beberapa kemungkinan sempat terlintas di benaknya. Pertama, ada seseorang yang sengaja merubah wajahnya demi tujuan tertentu mengingat Niki adalah putri dari seorang yang berpengaruh. Tapi itu agak mustahil karena perubahan yang ia alami telalu banyak dari ujung kaki sampai ujung kepala, dari tinggi badan hingga warna mata. Dokter mana yang bisa mengubah seseorang sesempurna itu hanya dalam waktu seminggu saja. Kemungkinan kedua, ia memasuki dunia paralel dimana kehidupannya berbalik seratus delapan puluh derajat dari kehidupan yang biasa ia jalani. Teori ini didapatnya dari drama-drama yang pernah ia tonton.Kemungkinan ketiga ..."Jiwa kita tertukar ..." celetuk Nara di sela-sela teori yang sedang ia pikirkan. Teori ini agak bisa diterima mengingat tidak ada yang berubah di sekitarnya selain dirinya
Nara berdiri menatap cermin dengan sebuah gaun indah yang ia ambil dari sana. Ia tatap dirinya mulai dari ujung kaki hingga ujung kepala. Semua terlihat sempurna, bahkan tanpa make up pun kecantikan itu masih bisa terlihat jelas. Dalam hati ia berkata, "inilah hidup yang gue mau." Namun disaat itu pula ia sadar kalau semua itu bukanlah miliknya. Baju-baju itu, kamar itu, bahkan wajahnya sekali pun, semuanya milik Niki. Tiba-tiba ia merindukan keluarganya. Seandainya seberuntung Niki, tentu ia, ibu dan adiknya tak perlu lagi bersusah payah untuk sekedar mencari sesuap nasi."Ibuk, Dita, maafin aku ya," kata Nara masih di depan cermin."Aku nikmatin ini semua sebentaaar aja. Ini kan hadiah dari Tuhan masak disia-siakan. He he he ..." ledek Nara saat mengingat ibu dan adiknya.Nara kembali mencoba beberapa baju yang ia sukai sampai ia lelah dan akhirnya tertidur di ranjang nyaman kamar itu."Bahagianya jadi orang kaya," kata Nara sebelum terlelap.Kee
Nara berusaha terlihat tenang sambil menyapa semua orang dengan ramah. Sementara Teh Gina tampak kerepotan, beberapa kali ia harus menopang tubuh Nara yang hampir jatuh karena hills 12 cm yang ia pakai. Orang-orang di sekitarnya pun ikut khawatir setelah melihat perubahan Niki, namun Teh Gina berhasil meyakinkan mereka dan interview itu pun dapat berjalan sesuai rencana.Nara duduk berhadapan dengan seorang penulis di majalah itu. Beberapa kamera pun telah siap untuk merekam jalannya interview. Nara agak khawatir karena ia benar-benar tak mengerti seluk beluk fashion. Baju branded sih lumayan banyak, terakhir kali yang ia beli adalah terusan berwarna putih yang didapat dari toko baju import bekas langganannya. Rencananya baju itu akan ia kenakan untuk acara pernikahan sepupunya. Tapi manusia hanya bisa berencana, ehh semesta malah ngajak bercanda. Bercandanya asik lagi."Untuk saat ini fashion apa yang sedang Niki sukai ?" tanya penulis itu terlihat berhati-hati. Karen
Nara diam mematung membelakangi Jason. Tangannya gemetaran tak tahu harus berbuat apa. Keasikan jadi orang kaya sampai melupakan satu hal yang penting, Jason. Jason yang selama ini hanya ada di hayalannya tiba-tiba berdiri di hadapannya sebagai pacar. Jangankan pacar, membayangkan berteman dengannya saja tak berani."Kamu udah baikan ?" kata Jason sambil berjalan mendekati Nara."I, iya," jawab Nara masih memalingkan wajahnya dari Jason. Sesekali ia berusaha mencuri pandang. Sial, Jason benar-benar terlihat sexy saat menggosok-gosok rambut basahnya dengan handuk di tangannya. Belum lagi roti sobek di perutnya membuat Nara menelan ludah berkali-kali."Jangan kesini pliiis ..." gumam Nara dalam hati, tapi pria itu justru semakin mendekat."Coba sini aku lihat." Jason membelai rambut Nara untuk memeriksa bekas luka di dahinya. Nara segera memalingkan wajahnya, sentuhan Jason tadi membuat aliran darahnya tiba-tiba menyempit. Sebelum jatu
Teek ...Ternyata Jason hanya mematikan lampu tidur yang ada di atas meja dekat kepala Nara, lalu ia tidur di sebelahnya tanpa bersuara. Nara yang dari tadi sudah ketar-ketir jadi bisa bernapas lega. Sesekali ia mengintip Jason di sampingnya untuk memastikan Jason benar-benar tidur. Setelah itu ia tak berani lagi menggerakkan badannya, ia tidur membelakangi Jason, tangannya sampai kesemutan karena terlalu lama tidur miring ke arah kiri.Pagi harinya masih di dalam kamar apartemen,"Nik ..." Jason membangunkan Nara yang tampak lelap tertidur sambil memeluknya dengan erat. Sebenarnya tak tega membangunkannya, tapi Jason ada acara pagi jadi ia harus segera bersiap."Iya sebentar lagi," jawab Nara."Aku ada syuting pagi hari ini.""Ahaha, syuting film laga sama Bu Yuyun ?" kata Nara masih belum sadar juga kalau orang yang sedang ia peluk itu bukan ibunya tapi Jason. Sementara Jason hanya tersenyum mengira Niki masih sedang bermimpi."Bang
"Dulu kamu benci banget sama fansnya Jason.""Oh, ya ?" Nara masih tak percaya Niki seperti itu.Niki memang sangat membenci semua penggemar Jason. Ia sangat tidak nyaman setiap kali melihat mereka dekat-dekat dengan Jason apalagi sampai memeluk dan memegang-megang kekasihnya itu. Niki benci saat mereka terlalu mengatur hidup Jason melebihi dirinya yang seharusnya lebih berhak. Karena mereka, Niki tak bisa menunjukkan hubungannya dengan Jason di depan publik. Karena mereka pula, Jason dan dirinya sering terlibat pertengkaran yang tak perlu. Pokoknya Niki mengganggap mereka hanya batu penghalang antara dirinya dan Jason, Niki tak suka itu.Nara bisa memahami perasaan Niki. Memang kadang fans Jason juga keterlaluan. Sampai urusan jodoh pun mereka yang atur. Jason hanya boleh dekat dengan wanita A yang mereka sukai. Jika ada wanita B yang tak sesuai dengan standar mereka, maka ia akan disingkirkan bagaimana pun caranya. Cara yang paling umum dengan menyerang mental
Beberapa kotak makanan lezat berjejer di atas meja ruang tengah apartemen Niki. Nara harus sedikit bersabar karena minuman yang ia pesan belum juga datang. Makan makanan lezat tidak afdol jika hanya minum segelas air putih. Nara ingin memanjakan lidahnya selagi masih memiliki kesempatan. Sudah cukup selama ini ia menahan diri, sekarang ia akan memakan semua makanan yang ia inginkan tanpa harus pusing memikirkan harga. Nara ingin mencoba semua makanan terkenal dari berbagai penjuru dunia, mencicipi truffle dan caviar yang selama ini membuatnya sangat penasaran seenak apa rasanya hingga harganya bisa semahal itu. Selama ada kartu kredit Niki, semua beres.Beberapa saat kemudian terdengar suara pintu terbuka. Nara buru-buru berlari ke arah pintu, ia mengira itu staf yang mengantarkan pesanannya, tapi malah Jason yang berdiri di depan pintu."Kamu, kamu sudah pulang," kata Nara terkejut. Ia bingung memikirkan cara untuk menyembunyikan semua makanan yang ia pesan. Malu lah
Nara sampai di depan sebuah mall. Ia turun dari mobil mewahnya sambil membuka kaca mata hitam yang ia pakai. Penampilannya super wah sampai menarik perhatian semua orang. Ia lempar kunci mobilnya lalu berjalan memasuki mall dengan kerennya. Di belakang sana seorang security melompat menangkap kunci mobil Niki bak seorang penjaga gawang profesional. Semua mata tertuju padanya, memandanginya dari ujung rambut hingga ujung kaki. Kemudian mereka buru-buru membuka kalkulator untuk menghitung berapa banyak uang yang Nara habiskan untuk penampilan supernya itu. Mulut mereka langsung menganga saat melihat deretan angka nol di layar hp mereka. Nara tersenyum bangga, hari ini ia akan membuktikan perkataan Lisa di dalam lagunya, Money. Ia juga memotong pendek rambutnya untuk lebih merasakan feels Lisa di dalam dirinya. Pokoknya ia akan menghamburkan uang Niki sebanyak mungkin. "Dolla dollas dropin on my ass tonight ... " Nara sedikit menyanyikan lirik lagu itu sambil menenteng bany
Nara jatuh lemas di atas kasur. Tubuh dan pikirannya sudah sangat lelah memikirkan semua yang terjadi. Nara ingin beristirahat sejenak untuk meredakan stres yang ia alami mengingat masih ada kehidupan di dalam perut Niki yang perlu ia jaga. Ia tak ingin membahayakan kehidupan janin yang tak berdosa itu. Nara berusaha memejamkan mata, tapi tak bisa karena ia terus memikirkan masalah yang sedang ia hadapi. Ia bangun dari balik selimut yang menutupi wajahnya, duduk di atas kasur dengan mata sembab karena seharian menangis."Ahaa ..."Di tengah kegalauannya, tiba-tiba sebuah ide brilian muncul begitu saja. Nara teringat kata-kata bijak Bima, selama ada uang semua pasti beres. Buat apa bersedih kalau semua bisa diselesaikan dengan uang. Bagaimana pun juga saat ini ia adalah Niki yang kaya raya, kenapa ia tak memanfaatkan keadaan itu saja. Ia bisa membebaskan ibunya dari jerat hutang, ia juga bisa membiayai pengobatannya di rumah sakit menggunakan uang Niki. Nara baru sadar
Nara turun di depan gang rumahnya,Gang itu terlalu sempit untuk mobil, jadi ia harus berjalan kaki untuk sampai di rumahnya. Nara berjalan mengendap-endap, tak lupa ia pakai topi dan masker agar tak ada orang yang bisa mengenalinya. Saat ada orang lewat ia bersembunyi di balik pohon kadang juga menempel di belakang tiang listrik. Pokoknya aksinya itu justru menarik perhatian orang, untung tak dikira maling."Kayaknya gue over acting deh ..." keluhnya setelah merasa capek sendiri.Tak lama kemuadian Bu Yuyun melintas dengan sepeda motornya, Nara panik lalu buru-buru masuk ke dalam sebuah antrian agar keberadaanya tak diketahui oleh Bu Yuyun. Sungguh usaha yang sangat sia-sia, Bu Yuyun mana tahu kalau dia itu Nara."Sempol atau cilok, Neng ?" kata abang penjual menyadarkan Nara."Cilok lima ribu, Bang." Ya sudahlah akhirnya Nara membeli cilok abang itu. Lagipula sudah lama ia tak memakan jajanan wajib yang dulu hampir setiap hari menemaninya i
Ken memacu mobilnya menembus riuhnya jalanan ibu kota, sementara Nara masih duduk di sampingnya dengan mulut terkunci rapat. Hawa dingin mulai menyertai perjalanan mereka. Bukan karena AC mobil, tapi ekspresi wajah Ken yang tampak begitu dingin. Setelah hampir setengah jam berkendara akhirnya Ken menepikan mobilnya di depan sebuah cafe. Cafe itu lumayan private karena hanya bisa didatangi kalangan tertentu saja. Jadi mereka bisa berbicara dengan santai disana."Lo pesen apa ?" kata Ken memulai pembicaraan."Ngikut aja. Aku gak tahu mana yang enak," jawab Nara ragu-ragu. Jujur Nara agak khawatir melihat perubahan sikap Ken setelah mengetahui kehamilan Niki."Padahal lo yang sering ngajak gue kesini dulu.""Oya ?""He'em. Sebelum lo sama Jason," jawab Ken sambil tersenyum.Dari tatap matanya, Nara bisa tahu Ken sedang berusaha menutupi rasa kecewa. Nara curiga, jangan-jangan Ken selama ini memiliki rasa untuk Niki. Apal
"Stooop ..." teriak Nara keras karena terus mengingat momen pagi itu. Semua orang segera menghentikan aktifitas mereka dan terpaku menatap ke arahnya. Nara jadi salah tingkah."Oh ... stop dulu, aku mau ke toilet," kilah Nara. Semua orang langsung bernafas lega setelah mendengar jawaban Nara.Nara langsung berlari meninggalkan studio karena sudah tak sanggup menghadapi pikirannya sendiri. Ia harus menenangkan diri sejenak karena Jason benar-benar telah mengacaukan pikirannya. Pokoknya hari ini ia tak mau pulang ke apartemen, ia akan menghindari Jason untuk beberapa saat sebelum benar-benar gila dibuatnya.Nara berdiri menghadap cermin untuk menjernihkan pikirannya, tapi bukannya tenang kepalanya malah semakin pening. Entah karena terlalu memikirkan ciuman itu atau apa, yang jelas kepalanya terasa sangat berat. Badannya juga lemas hingga ia harus bersandar di meja wastafel depan toilet untuk menopang berat tubuhnya."Ahh ..." keluh Nara sambil terus memega
Hari ini Nara akan melakukan pemotretan dengan majalah fashion terkemuka. Ia duduk di depan cermin besar, seorang stylist menata rambutnya sementara seorang lainnya sibuk merapikan make up di wajahnya. Tak lama kemudian datang seorang staf untuk memasang sepatu di kakinya. Dalam hati Nara tesenyum bangga, ternyata diperlakukan istimewa bak seorang ratu sangat menyenangkan. Selama ini ia hanya menunggu momen pernikahan untuk menjadi ratu semalam, itu pun terasa sulit karena jodoh entah masih tersangkut dimana. Tapi kini semua telah terlampang di depan mata, ia merasa benar-benar menjadi ratu yang sesungguhnya."Perfect ..." kata Benny, MUA terkenal langganan para artis dan kalangan atas setelah selesai menata rambut Nara."Gimana say ?" Teh Gina memastikan."Udin say ... Emm cucok.""Abangku satu ini emang gak pernah ngecewain," puji Teh Gina."Ok cus fitting room yuk."Setelah Nara selesai dimake up, Teh Gina memeriksa la
Nara masih menikmati serangan pagi yang Jason lancarkan di meja dapur. Sayangnya aktifitas mereka harus terhenti saat ponsel Jason tiba-tiba berdering, managernya memanggil. Jason meminta Nara menunggu sebentar sementara ia menerima panggilan itu. Manager memintanya untuk menyalakan TV, katanya ada berita heboh tentang Bima. Jason segera menyalakan TV, benar wajah Bima sedang ada di semua saluran stasiun televisi dengan judul berita yang provokatif. Bima benar-benar sedang dalam masalah besar. Jason sedikit kesulitan untuk menghubungi Bima. Setelah beberapa kali memanggil, akhirnya Bima menerima panggilan itu. "Halo, bro," jawab Bima santai. Nara memberi isyarat agar Jason menghidupan speaker, ia ingin mendengar jawaban Bima atas berita itu. "Bim, berita itu gak bener, kan ?" Maksud Jason adalah berita pelecehan yang sedang viral dimana-mana. Seorang penggemar menuntut Bima atas kasus pelecehan. "Gak bener lah. Pelecehan darimananya ?? orang kit
Tapi ..."Tapi aku mau mandi dulu. Tunggu sebentar ya ..." bisik Jason di telinga Nara. Ia tersenyum menggoda lalu bergegas pergi ke kamar mandi.Saat Jason telah memasuki kamar mandi, Nara langsung mengambil ancang-ancang melompat ke atas tempat tidur. Nanti ia akan pura-pura tidur saat Jason keluar dari kamar mandi. Kalau itu tidak berhasil ia akan pura-pura kesurupan saja.Pagi hari yang cerah,Jam menunjukkan pukul sembilan pagi. Nara mulai membuka mata, tidurnya sangat lelap hingga ia bisa bangun sesiang itu. Meski begitu Nara masih enggan meninggalkan kasur, ia tarik kembali selimutnya lalu ia eratkan lengan Jason di pelukannya. Dekapan itu sangat menenangkan sampai membuatnya lupa siapa orang yang sedang berada di belakangnya itu. Nara langsung membuka matanya lebar-lebar setelah menyadari lengan Jason sedang melingkar erat di tubuhnya. Ia putar tubuhnya perlahan untuk memastikan. Jason masih tertidur lelap sambil memeluknya dari belakang. Nara jad
Daaaarrr ...Nara menyalakan petasan kertas saat Jason membuka pintu. Ia ingin menghiburnya dengan sebuah pesta kecil yang telah ia siapkan. Nara gagal dari misi jangan baper yang ia gaung-gaungkan sebelumnya. Pelukan hangat Jason kemarin benar-benar telah mencairkan gunung es di hatinya. Rasa kesal sebagai fans yang telah Jason bohongi pun telah ia singkirkan jauh-jauh."Apa ini, Nik ?" Jason tersenyum bahagia mendapatkan kejutan kecil dari Nara."Surprise ..." kata Nara sambil melempar senyum manis pada Jason. Nara menarik Jason ke sebuah meja makan yang telah ia hias begitu cantik dengan segelas wine dan bunga di tengah meja. Di atasnya sudah ada beberapa makanan kesukaan Jason, ada juga sekotak cup cake lengkap dengan lilin di atasnya. Nara langsung menyalakan lilin di atas cup cake buatannya itu."Ini ... dalam rangka apa, Nik ?" Jason nampak bahagia, sementara Nara masih sibuk menyalakan lilin dengan semangat."Ini ...""Ulang