Share

12 Kecurigaan Evan

Penulis: Ans18
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-30 18:06:46

"El, temen Kakak mau ke sini boleh?" tanya Hana pada Elga yang belum mau pergi dari kamar Hana karena khawatir.

Hana tahu diri, meskipun ia sudah tinggal bertahun-tahun di rumah sebelum ia memutuskan tinggal sendiri di apartemen, tetap saja itu bukan rumahnya dan ia selalu meminta izin jika akan ada temannya yang datang, dari dulu selalu begitu, pun sekarang, tidak ada yang berubah.

"Boleh lah, Kak. Kenapa mesti nanya sih. Ini kan rumah Kak Hana juga."

Hana tersenyum melihat Elga yang menjawabnya sambil asik menonton salah satu series di salah satu layanan streaming berbayar. Ia lantas membalas pesan Vio yang masuk belum lama ke ponselnya.

Hana: Ok, Vi. Ke sini aja.

"Emang siapa Kak yang mau ke sini?" Mata Elga tertuju pada layar, tapi ia masih bisa membagi fokusnya dengan bertanya pada Hana.

"Vio."

"Oh, Kak Vio." Elga memang sudah mengenal Vio dari dulu karena Vio adalah teman Hana yang paling sering datang ke rumah itu. Sepertinya hampir semua keluarganya mengenal Vio, kecuali Elaks
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • FALLING IN LOVE WITH MY ASSISTANT   13 Nyonya Cakrawangsa

    “Hana, kamu kok nggak bilang kalo sakit?” tanya Letta yang langsung menuju kamar Hana setelah mendapat informasi perihal sakitnya Hana dari Azka. “Kan Tante udah bilang, kalo ada apa-apa langsung hubungi Tante.”Hana tersenyum mendengar omelan dari wanita paruh baya yang dipanggilnya ‘Tante’ tapi dirasanya sebagai pengganti mamanya. “Kan di sini banyak yang jagain Hana, Tan.”Letta mendengkus, memang banyak yang menaruh perhatian pada Hana, buktinya Azka sampai menginap di rumahnya, dan di kamar Hana ada dua orang yang juga selalu mengkhawatirkan Hana, Vio dan Ibra. “Vio, Ibra, apa kabar? Lama nggak main ke sini?”“Baik Tante.” Keduanya menjawab bersamaan dan mengulurkan tangan untuk menyapa Letta dengan sopan.“Hana udah minum obat?” tanya Letta lagi. Dia tahu pasti dokter Erlin memberi Hana obat yang harus diminum selama beberapa waktu setelah PTSD-nya kambuh.“Yang pagi udah, Tan. Nanti yang siang kan setelah makan siang.”“Kamu lagi pengen makan sesuatu nggak? Tante bikinin ya,” t

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31
  • FALLING IN LOVE WITH MY ASSISTANT   14 Agar Tidak Terasa Dipaksakan

    Evan mendengkus kesal. Kenapa tidak ada satu pun orang yang mempercayainya? Saat menatap ayahnya yang sedang menyesap kopi di depannya, barulah ia ingat sesuatu yang pernah ingin disampaikannya, namun kesempatannya selalu tidak tepat.“Yah, Ayah kan paling anti sama perjodohan. Kenapa sekarang Ayah kesannya kayak ngebiarin Mama jodohin aku sama Hana? Ayah nggak bisa bantu aku buat ngubah keputusan Mama?”Ares menarik napas kemudian menghembuskannya perlahan. Ya, ia memang menentang yang namanya perjodohah. Karena itu, ia tidak pernah berniat untuk mencarikan anak-anaknya jodoh apalagi demi urusan bisnis.“Ayah sama Mama bukan lagi jodohin kamu, Van. Ayah sama Mama lagi ngajarin kamu arti kata tanggung jawab. Kamu udah tidur sama Hana, apa nggak ada keinginan dari kamu buat bertanggung jawab? Apa ini hasil yang Ayah sama Mama ajarkan ke kamu?”Evan terdiam, ia belum pernah melihat raut kekecewaan dari ayahnya selama ini. Pun saat ia memilih menjalankan bisnis kecil-kecilannya sendiri,

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31
  • FALLING IN LOVE WITH MY ASSISTANT   15 Apa Kamu Telat Datang Bulan?

    Hana berdiri dengan resah saat akan berangkat ke kantor. Di dekatnya, Evan dan ayahnya sama-sama sedang bersiap. Tapi Hana tahu kalau masing-masing dari mereka akan membawa mobil sendiri untuk mempermudah mobilitas. Lalu ia harus ikut siapa? Sementara mobilnya sendiri ada di apartemen.Dulu, saat ia menjadi asisten Ares, jelas ia akan ikut mobil Ares. Tapi kini ia adalah asisten Evan. Dan yang lebih mengesalkan baginya, ia tidak punya keberanian untuk meminta tumpangan kepada Evan. ‘Apa pesen taksi online aja ya? Atau naik KRL aja?’ batinnya bingung.“Yah, ini kopinya.” Letta muncul dari pintu yang menghubungkan ruang tamu dan ruang tengah dengan membawa tumbler berisi kopi kesukaan suaminya.Ares mengucapkan terima kasih kemudian mengecup singkat puncak kepala istrinya sebelum ia melangkah ke dalam mobil.“Hana, sana, kok kamu masih bengong,” ucap Letta.Belum sempat Hana menjawab, Ares menimpali ucapan istrinya. “Hana kan sekarang asistennya Evan. Ya Hana sama Evan lah, Ma.”“Oh iya

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-01
  • FALLING IN LOVE WITH MY ASSISTANT   16 Mungkinkah Rasa Benci Hilang dalam Satu Malam?

    Ibra: Han, aku udah di parkiran ya.Hana: Ok, aku turun Bang.Hana melirik pintu ruangan Evan yang belum terbuka lagi sejak Evan membantingnya. ‘Ah udah lah, udah gede ini, bisa cari makan sendiri,’ batinnya.“Sorry, Bang. Lama ya nunggunya? Liftnya suka rame kalo jam istirahat,” ucapnya begitu memasuki mobil yang dikendarai Ibra.“Nggak kok. Ready? Mau makan di mana?”Hana melirik Ibra takut-takut. “Junk food boleh nggak?”Ibra balas melirik Hana sambil mulai menekan pedal gasnya. “Kamu beneran pengen junk food? Nggak bisa diganggu gugat?”“Sebenernya aku pengen waffle ice cream-nya.”“Ya udah kalo gitu. Yang penting sarapan sama makan malammu makanan sehat kan?” Ibra memastikan sekali lagi, walaupun sebenarnya masa pemulihan Hana ini tidak ada hubungannya dengan kondisi fisik, karena yang harus dipulihkannya adalah kondisi mentalnya.“Jelas makan sehat lah, Bang. Kan di rumah Tante Letta.”“Oh iya bener. Kamu kapan balik ke apartemen?”“Belum nanya lagi bolehnya kapan. Sebenernya ak

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-01
  • FALLING IN LOVE WITH MY ASSISTANT   17 Pemilik Bekas Lipstik

    Mata Hana masih membuka sempurna, terlalu terkejut dengan apa yang dilakukan Evan. ia mendorong Evan sekuat tenaganya dan untungnya berhasil.Setelah Evan mundur, sekilas Hana melihat Evan yang mengangkat salah satu sudut bibirnya seakan tersenyum.Plak!Satu tamparan mendarat di pipi Evan. Tidak terlalu keras memang, karena Hana mengontrol tenaganya. Andai yang melakukannya orang lain, mungkin Hana akan mengerahkan semua tenaganya.Tanpa berkata apa-apa lagi, Hana melangkah keluar dari ruangan Evan.Hana memejamkan mata sambil mengatur napasnya sesaat setelah ia menutup pintu ruangan Evan.Tina—cleaning service—yang mengamati tingkah Hana mengernyitkan dahi karena bingung. “Mbak Hana kenapa? Kok mukanya merah banget?”“Nggak apa-apa, agak gerah aja.” Menyadari keberadaan Tina yang tak jauh darinya, membuat Hana melenggang anggun menuju mejanya, seakan-akan tidak ada yang terjadi.“AC ruangan Pak Evan kurang dingin ya, Mbak? Apa perlu minta orang AC buat dateng Mbak?”“Nggak usah. Pak

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-02
  • FALLING IN LOVE WITH MY ASSISTANT   18 Sentuhan Kecil

    “Sore, Yah,” ucap Evan setelah membuka pintu ruang kerja ayahnya.“Masuk, Van. Eh, Hana ikut juga.”“Evan yang minta ikut, Om. Aku balik aja nggak apa-apa sih, masih banyak yang mesti kukerjain.”“Di sini aja, Om cuma mau ngobrol yang enteng-enteng aja kok.”Evan mendelik kesal ke arah Hana.Hana membalas tatapan Evan dengan bingung. “Kenapa?”“Katamu kalau sama Ayah di kantor kamu tetep pake panggilan resmi meskipun cuma berdua.”Hana terdiam. Toh sudah ketahuan kalau ia bohong.Ares terkekeh. “Mana ada. Kalo lagi nggak ada orang lain, ya manggil biasa aja kayak di rumah.” Ia kemudian mengajak Evan dan Hana duduk di sofa yang ada di tengah ruangannya. “Gimana kerjaan, Van?”“Yah, so far sih masih bisa handle, Yah. Lagian Hana ngebantuin banget kok.” Evan melirik ke arah Hana yang terlihat menegang setelah ia mengucapkannya.“Hana memang nggak perlu diragukan lagi kerjanya, Van. Itu lah dulu yang bikin Ayah sama ayahnya Hana bisa handle perusahaan ini. Ayahnya Hana itu cerdas dan bert

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-02
  • FALLING IN LOVE WITH MY ASSISTANT   19 Tidak akan Jatuh Hati

    “Van, ini terlalu berisiko.”“Kamu pasti paham kan, Han, yang namanya high risk high return?” balas Evan.Siang itu, Hana mengantarkan proposal yang dibuat oleh Tim II yang ada di Divisi Pengembangan Usaha. Hana telah menyusun pro kontra dari proposal itu untuk diperiksa Evan. Ia tidak akan melakukannya kalau proposal yang diberikan dari beberapa Tim yang ada di bawah Evan cukup rasional.“Tapi ini bukannya high risk high return lagi, Van. Ini tuh too good to be true.”“Ya udah, nanti saya pelajari lagi. Tapi setelah nanti saya bikin keputusan, itu final ya, nggak bisa diubah lagi.”Hana mengacak rambutnya dengan frustasi. “Aku akan bilang ke Om Ares kalo proposal semacam ini kamu lolosin.”Evan berdiri dari duduknya. Ia melangkah ringan ke arah Hana yang duduk di kursi yang berseberangan dengannya. Ia lantas menunduk, kedua tangannya meraih pinggiran kursi dan memutar kursi yang diduduki Hana agar menghadapnya.“Kenapa? Kamu takut aku berhasil menunjukkan kemampuanku?”Wajah Evan yan

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-03
  • FALLING IN LOVE WITH MY ASSISTANT   20 Siasat Evan

    Tangan Evan menutup cepat aplikasi yang akhirnya selesai di-install-nya. Evan berusaha menguasai diri, mencari jawaban terbaik yang tidak akan membuat Hana curiga. “Sorry, aku numpang ngirim e-mail.”Hana mendelik kesal. “Ya kan bisa izin dulu, Van.”“Aku udah izin, kamu aja yang nggak denger, keasikan mandi ya.”“Mana ada? Aku nggak denger kamu izin ke aku.”Evan bangkit dari duduknya, kemudian menghampiri Hana, merapikan anak rambutnya yang masih basah dan berantakan. “Kamu nggak denger, Han.” Bukan pertanyaan yang disampaikan Evan, melainkan pernyataan, untuk meyakinkan Hana kalau ia lah yang tidak mendengar saat Evan meminta izin menggunakan laptopnya.“Kalo nggak percaya, kamu tanya Ribka besok. Tadi aku e-mail ke dia revisi laporan yang dia bikin waktu kamu sakit.”Hana terdiam, baginya masih ada yang mengganjal. “Kan bisa besok, harus banget jam segini ngirimnya?”“Ya kan mumpung aku inget, padahal ini udah mau kukirim dari tadi pagi, malah lupa. Makanya aku ngirim sekarang mum

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-03

Bab terbaru

  • FALLING IN LOVE WITH MY ASSISTANT   114 Missing ...

    Letta berlari di sepanjang koridor rumah sakit setelah mendengar kabar dari Azka. Suaminya juga sedang dalam perjalanan ke rumah sakit tapi terjebak kemacetan demonstran yang terjadi di depan salah satu kantor kementerian."Gimana, Ka?" tanya Letta yang melihat Azka duduk lemas di salah satu kursi ruang tunggu."Dokter belum keluar, Tan.""Kamu udah berhasil hubungin Evan? Nomor hpnya nggak aktif." Letta benar-benar bingung dengan situasi yang terjadi. Mengapa Hana ada di Jakarta dan Evan masih di Lombok? Belum lagi ponsel Evan yang tidak bisa dihubungi sejak Letta mendapat kabar kondisi Hana dari Azka.Beruntung Azka datang ke rumah Hana pagi itu, kalau tidak, Letta tidak bisa membayangkan apa yang terjadi pada Hana. Hanya ada dua ART di rumah itu dan semuanya perempuan. Siapa yang bisa membawa Hana ke rumah sakit dalam keadaan merintih kesakitan. Menunggu ambulance atau pertolongan dari kelaurganya tentu saja membutuhkan waktu lebih lama lagi."Masih nggak aktif hpnya, Tan," jawab A

  • FALLING IN LOVE WITH MY ASSISTANT   113 Looking For ...

    Dante Coffee, hanya tempat itu yang kini menarik perhatian Hana. Tempatnya tidak terlalu luas, ada beberapa pengunjung di dalam dan masih ada tempat kosong di sudut coffee shop itu.Ia melangkah masuk, memesan minuman hangat selagi menunggu jadwal penerbangannya.Jangan tanyakan perasaannya saat ini.Hampa.Bahkan air mata tak kunjung ingin keluar dari sudut matanya. Padahal ia membayangkan kelegaannya jika air matanya bisa keluar saat itu juga.Hana berjalan menuju counter saat namanya dipanggil. Di tangannya kini ada secangkir cappuccino yang mengepul. Lumayan untuk Hana menghangatkan telapak tangannya yang mulai kedinginan, pasalnya ia hanya mengenakan kaos lengan pendek dan celana jeans, tanpa sempat berpikir mengambil cardigan dari dalam koper. Biasanya ia tidak memerlukan cardigan karena selalu ada Evan yang siap memeluknya.Lagi-lagi Hana tersenyum nanar, lelaki yang tiba-tiba saja muncul dipikirkannya saat ini, nyatanya tengah memeluk wanita lain. Apa yang bisa ia harapkan?Se

  • FALLING IN LOVE WITH MY ASSISTANT   112 I Don't Wanna See You with Her

    Hana mengerjap pelan, kepalanya berat, dan kakinya masih pegal, rasanya seperti ia baru saja selesai latihan tae kwon do. Ia meraba-raba sisi kasur di sebelahnya, namun tidak menemukan keberadaan suaminya.'Mungkin di kamar mandi,' pikirnya.Ia kembali memejamkan mata, dan terlelap.Entah pukul berapa saat itu, yang jelas suara telepon internal di dalam kamar yang berbunyi nyaring membuat Hana terbangun. Ia mencoba meraih gagang telepon yang ada di atas nakas."Halo," jawabnya dengan suara serak khas orang bangun tidur."Han, lo tidur? Sorry, sorry.""Ada apa, Fin?" tanya Hana setelah yakin kalau suara di seberang sambungan telepon adalah suara Arfindo."Lo sama Evan nggak mau jalan-jalan gitu, lihat sunset mungkin? Gue gabut nih di kamar sendirian, nggak apa-apa deh gue jadi obat nyamuk kalian. Nggak enak banget sumpah, masa sampe Lombok cuma ngerem di kamar.""Hah? Lihat sunset?" Padahal Hana kira saat itu sudah pagi, tapi Arfindo mengajaknya melihat sunset? Ia lantas mengecek ponsel

  • FALLING IN LOVE WITH MY ASSISTANT   111 The Beginning of Heartbreak

    "Sayang, kamu kenapa? Nggak enak badan?" tanya Evan saat sudah berada di dalam pesawat.Hari itu hanya ia dan Hana yang berangkat bersama. Sementara Arfindo akan langsung berangkat dari Bali karena urusan bisnisnya, dan Melinda benar-benar tidak akan datang dalam acara peresmian proyek mereka."I'm ok.""No, you're not." Evan mencoba menatap Hana, tapi istrinya itu malah menyandarkan tubuhnya ke belakang dan memejamkan mata. "Ngantuk?"Hana mengangguk cepat untuk menyudahi pertanyaan-pertanyaan dari Evan.Evan ikut menyandarkan tubuhnya setelah mengecup singkat puncak kepala istrinya, walaupun Evan sebenarnya tidak yakin kalau Hana benar-benar mengantuk, karena kebiasaan wanita itu adalah menunggu sampai pesawat benar-benar mengudara barulah ia akan mulai memejamkan mata. Tidak seperti ini, pesawat bahkan masih mengantre di runway bandara, tapi Hana sudah memejamkan matanya. Pasti ada sesuatu, Evan yakin itu.Keduanya tiba di Bandara Internasional Lombok saat waktu masih menunjukkan p

  • FALLING IN LOVE WITH MY ASSISTANT   110 Resah

    Hana memperhatikan suaminya yang sedang mengepak pakaian yang akan mereka bawa. Malam itu, Evan tidak membiarkan Hana melakukan hal lain, setelah seharian menghadapi dua rapat beruntun ditambah beberapa proposal dari tim pengembangan yang harus diperiksa dan diselesaikan Hana sebelum mereka berangkat ke Lombok."Mas, besok malem nginep di rumah Mama yuk. Jadi kita berangkat ke bandara dari sana.""Boleh," jawab Evan tanpa menoleh pada Hana yang duduk bersimpuh di sampingnya. "Kenapa tiba-tiba pengen nginep di rumah Mama?""Nggak tau, pengen aja. Sebenernya aku juga kangen tidur sama Elga."Kali ini Evan langsung menoleh setelah mendengar celetukan Hana. "Trus aku tidur sama siapa kalo kamu mau tidur sama Elga?"Hana mengerucutkan bibirnya karena jawaban dari Evan menyiratkan penolakan atas keinginannya."Lagian apa enaknya sih tidur sama Elga? Paling diganggu curhatan dia.""Justru karena itu, aku tu khawatir Elga nggak ada tempat curhat."Evan menghela napas. Mungkin benar apa yang d

  • FALLING IN LOVE WITH MY ASSISTANT   109 Pillow Talk

    "Mas, kenapa?" Hana—yang sedang melonggarkan dasi suaminya—cukup bingung dengan mood suaminya sepanjang siang hingga mereka pulang ke rumah. Suaminya itu lebih banyak diam, kadang pikirannya seperti sedang berada di tempat lain."Hmm? Nggak kenapa-kenapa kok. Puas tadi jalan-jalannya sama Ribka?" tanya Evan berusaha mengalihkan pembicaraan."Ya nggak puas lah, orang ada yang nyuruh cepet-cepet balik." Hana mengerucutkan bibir, tetapi tangannya tetap lincah bergerak melepas dasi dan kemeja yang dikenakan Evan, kemudian meletakkannya di tempat pakaian kotor. Evan sebenarnya tidak pernah menuntutnya untuk melayani sampai hal-hal kecil semacam itu, tapi Hana memilih melakukannya daripada ia harus mengomel dengan kebiasaan Evan yang sembarangan meletakkan pakaian kotor."Mas mandi dulu aja, aku ngecek makan malam ke dapur.""Kamu nggak capek?" Tangan Evan seketika memegang pergelangan Hana sebelum istrinya itu benar-benar balik badan. "Biar diurus sama bibi aja.""Aku cuma ngecek, Mas. Kam

  • FALLING IN LOVE WITH MY ASSISTANT   108 Evan vs Arfindo

    "Han."Sapaan seorang lelaki yang berdiri di depan meja kerjanya membuat Hana langsung mendongak."Eh, Fin, udah nyampe?" Beberapa jam sebelumnya memang Hana mendapat pesan dari Arfindo yang ingin mengatur janji temu dengan Evan. Karena jadwal Evan hanya kosong di saat jam istirahat, maka Hana membuat jadwal temu mereka saat makan siang."Nggak apa-apa nih aku makan siang sama Evan? Kamu gimana?"Hana tersenyum penuh arti. "Aku yang makasih malah. Kalo kamu nggak dateng, nggak mungkin si bos mau ditinggal, padahal kan kadang aku pengen makan bareng sama temen kantorku yang lain.""Dasar, si posesif.""Ayo, kuanter sekalian aku pamit." Hana berjalan terlebih dulu lalu mengetuk pintu ruang kerja Evan."Mas, udah dateng nih tamunya," ucap Hana sambil menunjukkan senyum tanpa rasa bersalahnya. Bisa dilihatnya wajah Evan yang tertekuk karena kesal.Tanpa menunggu dipersilakan, Arfindo langsung mengambil posisi duduk di sofa yang ada di tengah ruangan."Aku makan di luar sama Ribka ya. Nant

  • FALLING IN LOVE WITH MY ASSISTANT   107 Tentang Buah Hati

    Hana mengerjap pelan, berusaha menyesuaikan retina matanya dengan pencahayaan temaram di dalam kamar yang baru beberapa kali ditempatinya itu.Evan ikut bangun saat menyadari gerakan Hana yang bangkit dari tidurnya. "Udah bangun?""Mau bantu Mama."Malam sepulang dari rumah Azka, mereka berdua memutuskan menginap di rumah orang tua Evan. Mumpung weekend, pikir mereka.Dan karena kelelahan, keduanya langsung terlelap di kamar Evan setelah ritual bersih-bersih singkat."Udah ada banyak ART yang bantu Mama.""Ya tapi kan Mama masak kalo pagi, masa aku nggak bantuin.""Mama bakal lebih seneng kalo kamu melakukan sesuatu di pagi hari daripada bantuin Mama masak.""Apa?""Bikinin cucu untuk Mama."Hana mencibir niat terselubung Evan di balik kata-katanya."Beneran, kalo nggak percaya tanya sendiri ke Mama.""Masa yang begituan ditanyain ke Mama."Evan terkekeh melihat rona merah yang muncul di pipi Hana tanpa aba-aba. "Eh, Sayang, aku mau nanya sampe lupa. Kita udah dua bulan nikah, tapi ka

  • FALLING IN LOVE WITH MY ASSISTANT   106 Beda antara Belum Bisa Move On dan Obsesi

    "Serius lo, Han?" Vio menatap Hana dengan rasa tidak percayanya.Hari sabtu itu, keduanya memutuskan untuk bertemu dan makan siang di Sop Konro Karebosi Kelapa Gading. Vio yang kebetulan baru saja bertemu klien di daerah Rawamangun mengajak Hana untuk makan siang bersama, dan beruntungnya dia, Azka sedang berkunjung ke rumah Evan dan Hana. Kalau tidak, mana mungkin Evan akan melepaskan Hana untuk keluar di hari sabtu tanpa dirinya."Gue udah nggak bisa bedain sih, antara belum bisa move on atau terobsesi.""Terobsesi sih kayaknya. Kalo belum bisa move on itu kayak lo selama ini ke Evan."Hana yang sedang menyesap es palubutung tiba-tiba saja tersedak mendengar kenyataan yang diutarakan Vio. Kenapa dia baru menyadarinya?"Bener kan?" ledek Vio. "Lo setelah jatuh cinta sama Evan, yang entah tahun kapan itu kejadiannya, sama sekali nggak berminat jalin hubungan sama orang lain karena perasaan lo cuma buat dia. Tapi kan bukan berarti lo jadi dengan nggak tau malunya deketin Evan atau beru

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status