FEBRUARI, 05
"Aku bisa merasakan bahwa aku dalam bahaya, Aku tidak bisa melarikan diri
Satu langkah ceroboh dan aku tak sadarkan diri
Aku tidak bisa tenang, sangat darurat. Terlalu berbahaya"
Dimana Damon mulai terobsesi dengan Wendy.
Sore hari ini terasa hangat, suara suara melengking dari anak anak yang sedang berjalan bergerombolan di trotoar membuat Damon mengerutkan keningnya tak suka.
"Tuan."
Vino memasuki mobil dan menduduki kursi pengemudi, mengeluarkan satu kopi dingin dengan nama Ethereal di atas gelas kartonnya dan menaruhnya di cup holder mobil di hadapan Damon.
Maka tersenyumlah, karena tangismu akan segera tiba Tertawalah, karena raungmu akan segera terdengar Sayangku, satu-satunya keahlianku adalah membuat orang bahagia sebelum ku jatuhkan dalam derita "Jangan lihat-lihat!" Lagi, suara protes wanita terdengar di telinga Wendy. Meski malam, taman kota masih ramai dengan muda mudi yang sedang asik berbagi kasih. Beberapa kali Wendy mendengar cibiran wanita yang prianya terus terusan melirik ke arah Wendy. Iya, Wendy tahu. Pasti beberapa orang mengira Wendy ini bahkan seorang pekerja seksual yang sedang man
Jangan angkat ponselmu yang berdering. Jangan beri tahu siapapun, biarkan saja, kenapa kau cemas? Tak apa, aku tahu isi hatimu. Beri tahu aku semua rahasiamu. 10 Tahun Sebelum Kejadian. 10 tahun yang lalu, saat itu Damon adalah mahasiswa baru di perguruan tinggi nomor 1 di Indonesia. Menyandang nama Gasendra membuat puluhan mata langsung tertuju padanya, entah itu pandangan kagum, pandangan iri atau pandangan memuja. Damon sudah biasa dengan semuanya. Yang tidak biasa adalah dua orang yang sedang asik
FEBRUARI, 20 Keseharian Wendy kembali berjalan normal. Tirtan sudah kembali seperti biasa bahkan semakin manis padanya dan selalu berhati-hati dalam menyentuhnya. Meskipun cabang cafe sudah dibuka dan memiliki tempat yang lebih besar, Tirtan dan Wendy tetap memilih untuk mengerjakan semuanya dari tempat pertama. "Rama, tolong bantu Amel membawa belanjaan ke dapur." Wendy yang sedang mengelap kaca menyempatkan diri untuk mennguncir rambutnya menjadi cepol yang tinggi. Hari ini entah kenapa suasananya sangat menyenangkan, Wendy sedang merasa sangat positif dan bersemangat, membuat dua karyawannya ikut-ikutan gembira. "L, is for the way you look at me~" Lantunan indah dari bibir Wendy membuat Amel dan Rama yang sedang membenahkan sekitar ikut mengangguk angguk mengikuti irama dan menggumam. DihandphoneWendy sudah terputar sebuahplaylistYoutube dengan judul "Kumpulan lagu
"Tunjukan semuanya padaku, jangan buat semua uang yang ku hamburkan padamu sia-sia."Damon GasendraPria dominan yang di gadang-gadang manusia setengah dewa. Kaya dan tampan sejak lahir membuatnya menjadi seorang sadistik yang angkuh pun arogan.Penyandang nama Gasendra dan penerus Gasendra Group membuatnya menjadi orang paling berpengaruh nomor satu di Indonesia sejak digantikannya posisi sang Ayah di usianya yang masih tergolong muda.Kelebihan lainnya tentu saja, penampilan.Kabarnya, tidak ada satu pria pun di negara ini yang memiliki ketampanan melebihi dirinya. Mata cokl
-Ethereal- (kata sifat)"Sesuatu yang begitu indah, yang terlalu sempurna untuk dunia"Wendy bukanlah wanita cengeng dan manja, merasakan penderitaan sedari kecil membuatnya tumbuh sebagai wanita dengan mental tangguh.Hanya satu orang yang dapat melihat sisi manja dan cengeng dirinya.Tirtan, sang Kakak laki-laki, satu-satunya anggota keluarga yang tersisa setelah Ibunya meninggal.Tumbuh dalam lingkungan penuh kekerasan, Wendy akan senantiasa dibawa bersembunyi di dalam lemari pakaian bersama sang Kakak saat mereka masih kecil."Kita sembunyi di sini ya? Jangan takut, ada Kakak di sini."
JANUARI, 18,Suara decitan sepatu terdengar di sepanjang lorong, tak ada satu orang pun yang tidak menunduk saat melihat bayangannya mendekat.Damon, dengan setelannya yang sudah kusut berjalan dengan gagah menuruni elevator dari lantai 30. Keningnya bertaut tidak santai, menandakan jam kerjanya yang sudah terlewat batas, meski begitu Damon tetap terlihat memesona.Kaki jenjangnya saat melangkah, otot-ototnya yang masih menonjol meski sudah di lapisi setelan dan tentu saja wajahnya yang membuat segala pria di sekitar terlihat seperti butiran debu halus atau bersin tikus."Jadwal apa saja yang ku punya malam ini?"Damon dengan mata tajamnya menatap satu per satu karyawan yang dia lewati, memastik
JANUARI, 21 "Tuan." Damon berhenti menatap keluar dari jendela besar kamarnya. Entah mengapa kenangan buruk dari masa lalu tiba tiba datang menghampirinya. Membuat moodnya tiba tiba turun dan enggan melakukan apa pun kecuali melamun. Saat ini, Vino berdiri tepat di depan meja kerja Damon, di dalam mansion yang merupakan tempat tinggal utama setiap penerus Gasendra sebelum pensiun dan kembali menyerahkannya pada sang penerus. "Sudah kau dapatkan?" Damon berjalan pelan, sudah tak ada jas yang membalut tubuhnya. Yang ada hanyalah sebuah jubah tidur berwarna hitam yang membuat dada bidangnya terintip setiap dia berjalan. "Sudah, Tuan."
2 BULAN SEBELUM KEJADIAN. JANUARI, 22 Tik Tok Tik Tok Denting jam seolah menggema di dalam ruangan gelap ini, satu titik cahaya terpancar dari sebuah lampu kecil (lampu belajar) diatas meja. Suara coretan coretan kertas terdengar menggema kemana mana, suara lembaran kertas yang dibalik dan ketikan pada komputer saja yang menjadi iringan suara denting jam ini. Sedikitnya terlihat dari pantulan bulan yang ada di luar jendela, jam dinding besar tua itu menunjukan angka 2 pada jarum kecilnya. Pria itu tak terusik sedikitpun dengan kesunyian yang ada, atau bahkan dengan gelapnya ruangan. Berkas berkas yang berserakan di meja kerjanya pun tak menghilangkan