Barata menghela nafas. Dia tidak beranjak dari posisinya ketika menyaksikan bangunan itu menghilang dari pandangannya.
Barata mengambil belati di pinggangnya, dan dia merasakan adanya kekuatan yang terasa akrab. Perasaan itu mengalir ke dalam dirinya saat dia menggenggam belati itu.
Ketika dia merasakan kekuatan yang mengalir dari belati yang kemudian masuk ke dalam dirinya, Barata mengernyitkan dahi. Perasaan itu sangatlah kuat hingga urat-urat di tubuhnya seakan mencuat keluar.
Pada awalnya, Barata menggenggam belati dengan satu tangan, tapi setelah merasakan aliran energi yang masuk ke dalam dirinya, dia mulai menggenggam dengan kedua tangannya.
Ketika dia melakukannya, riak-riak energi yang masuk ke dalam tubuhnya mulai memengaruhi area sekitarnya.
Perlahan, Barata merasakannya, dan dia mencoba untuk memahami kekuatan itu. Ketika dia semakin tenggelam saat merasakan energi itu, samar-samar dia melihat sosok yang sama seperti yang ia lihat ketika mengambil belati itu.
“Argh!!” teriakan Barata begitu pilu saat dia tenggelam dalam energi itu.
Dia sama sekali tidak mengerti mengapa tiba-tiba rasa sakit di tubuhnya menderu-deru dengan hebatnya. Dia memegang belati itu sekuat tenaga saat tubuhnya gemetar. Keringat mulai membasahi tubuhnya. Ada rasa perih yang menjalar di tubuh ketika lukanya terkena keringat.
Barata berusaha untuk fokus, dan dia mulai melihat bayangan samar-samar itu. Meski rasa sakit yang ia rasakan begitu menyakitkan, fokusnya sama sekali tidak goyah.
Setelah memastikan jika bayangan itu merupakan sosok yang sama dengan apa yang dia lihat di altar, dia menghela nafas lega.
Tubuhnya gemetar bukan karena takut dengan bayangan itu, melainkan karena ia terlalu letih, dan juga rasa sakit yang menerjang tubuhnya saat menggenggam belati itu.
Setelah melalui peristiwa tersebut, Barata baru mengetahui jika belati ini merupakan manifestasi dan juga tempat dari roh berbentuk setengah manusia dan setengah laba-laba bernama Kalimedeni.
Begitu dia menyadari hal ini, Barata kemudiam mengatur nafasnya. Selain mengetahui nama serta senjata apa itu, dia juga mendapatkan pemahaman baru jika senjata itu disebut pusaka dengan kemampuan membuat ilusi.
Barata terduduk lemah tak berdaya, lalu darah mulai menetes lagi dari tubuhnya. Tubuh lelaki itu serasa menerima hantaman ribuan palu dalam sekejap mata, dan ia dipaksa roboh. Barata hanya bisa duduk lemas sembari menggenggam belatinya kuat-kuat sebelum dia tak sadarkan diri.
Bagaimana dia tidak pingsan, tubuhnya saja sudah kehilangan cukup banyak darah, apalagi dia juga kelelahan. Semua beban itu bersatu padu menjadi satu, dan menghajar tubuhnya secara bersamaan. Sudah pasti tubuhnya tidak bisa menahan semua itu.
Setelah tak sadarkan diri dalam waktu yang tak sebentar, Barata membuka matanya. Dia merasa sekujur tubuhnya nyeri dan lengket. Ia pun merasakan ada energi yang mengalir di dalam tubuhnya. Namun, semua energi itu berpusat pada belati yang ia genggam. Dia menyadari kalau dia bisa menggunakan kekuatan yang besar itu asalkan dia menggenggam belati ini.
Barata memaksakan diri untuk duduk bersila. Dia meletakkan Pusaka Kalimedeni tepat di dadanya, lantas dia memejamkan mata layaknya seseorang yang sedang bertapa.
Barata tidak peduli dengan area sekitarnya maupun tubuhnya. Dia berusaha untuk berkomunikasi dengan roh yang ada di dalam Pusaka Kalimedeni. Dia mencoba untuk mengonfirmasi apa yang ia lihat dan rasakan sesaat sebelum dia tak sadarkan diri.
Perasaan yang ada di dalam dirinya terus berkecamuk ketika dia berusaha berkomunikasi dengan roh yang mendiami Pusaka Kalimedeni. Pikirannya menajam, dan menjadi jernih agar dia bisa berkomunikasi dengan roh yang ada di dalam Pusaka Kalimedeni itu.
Dia berada dalam posisi itu cukup lama. Perlahan, dia mulai melihat bayangan itu kembali. Pada awalnya hanya berbentuk kabut yang memperlihatkan siluetnya saja. Namun, semakin ia fokus dan semakin lama waktu berjalan, bayangan itu terlihat lebih nyata, dan wujud sosok itu semakin jelas. Barata tidak mengendurkan fokusnya, dan dia terus berkonsentrasi penuh.
“Oh ... kau tau bahwa ini adalah cara untuk berkomunikasi dengan Ratu? Menarik. Apa yang kau inginkan manusia? Cepat katakan, jangan membuang waktu Ratu," ucap sosok itu. Suaranya begitu datar tanpa ada jejak emosi. Namun, saat Barata mendengarnya, dia merasakan kedinginan yang luar biasa, dan membuat tubuhnya menggigil dalam sekejap mata.
“Ratu? Aku tidak tahu apakah aku harus memanggilmu seperti itu? Aku hanya ingin tahu. Apa yang sebenarnya terjadi di dunia ini? Mengapa kekuatan yang aku miliki sirna tak bersisa?” tanya Barata. Dia berusaha keras menekan perasaan takut yang entah dari mana muncul di dalam hatinya, dan dia memaksakan diri untuk mengajukan pertanyaan pada makhluk tersebut.
“Tidak ada yang bisa aku beritahu padamu manusia, kau tidak pantas untuk mengetahui semua ini. Ratu ini tidak bisa mengatakan apa yang tengah terjadi pada duniamu. Adakah hal lain yang ingin kau ketahui? Ratu ini tak memiliki banyak waktu,” ucap makhluk itu, matanya sedikit berfluktuasi saat dia mendengar pertanyaan Barata, seolah-olah ada ketakutan besar di matanya.
“Kalau begitu, siapa kamu? Bangunan itu, benda yang aku terima beberapa waktu lalu, apa sebenarnya mereka semua? Bagaimana mereka bisa muncul di tempat ini? Aku harap kau bisa memberiku petun, wahai Ratu,” tanya Barata.
Dia tidak bisa mendapatkan jawaban yang jelas tentang situasi di dunia ini dari makhluk tersebut. Satu hal yang menjadi pertanyaan terbesarnya, dia pun menanyakan hal lain yang tidak kalah pentingnya dari hal ini.
Barata merasa jika dunia sudah berubah, dan menjadi sesuatu yang tak ia ketahui. Kemunculan bangunan aneh, benda yang disebut Pusaka ini, serta kekuatannya yang sirna begitu saja telah membuatnya sangat kebingungan.
Barata menatap serius makhluk itu. Dia menantikan jawaban yang akan diberikannya, dan berharap agar makhluk itu mau memberikan jawaban yang pasti.
Tak lama berselang, makhluk itu menatap Barata dengan tenang, seolah-olah dia sudah tahu jika Barata akan bertanya hal itu. Ia lantas berucap, “Bangunan yang kau masuki tadi, itu disebut Pilar Ilahi. Di dunia ini, ada banyak bangunan yang sama seperti itu. Setiap insan yang mampu menaklukkannya akan mendapatkan sebuah benda yang disebut Pusaka. Setiap Pusaka memiliki kekuatan yang berbeda-beda. Dan kau manusia, kau terlalu beruntung. Kau bisa melewati persidangan yang Ratu ini berikan. Kau mampu mengambil pusaka itu, salah satu benda yang Ratu ini sukai.”
Setiap Pusaka yang ada di dalam Pilar Ilahi merupakan sebuah benda yang disukai ataupun benda yang terikat dengan roh yang ada di dalamnya. Setiap benda itu mengandung kekuatan dari sang Roh. Pusaka merupakan senjata sekaligus wadah kekuatan untuk setiap orang yang memilikinya.
“Kau beruntung bisa mendapatkan dan menggunakan kekuatan Ratu ini. Tidak banyak orang yang bisa mendapatkan kehormatan ini. Manusia, kau tidak bisa membuat Ratu ini turun. Buat semua orang yang ada di duniamu merasakan keputusasaan sejati. Buat Ratu ini bahagia. Ratu ini ingin melihat semua makhluk bersujud. Kau mendapatkan anugerah ini dariku. Buat mereka semua bertekuk lutut padamu, manusia!!!”
Begitu makhluk itu telah menyelesaikan kata-katanya, Barata mulai tersadar, dan bayang-bayang itu menghilang entah ke mana. Namun, dia masih merasa menggigil saat mendengar suara terakhir yang datang dari makhluk itu. Sebuah suara yang hanya menginginkan kekejaman serta kesuraman mutlak.
Barata membuka matanya, persepsinya mulai berbeda, dan penglihatannya menjadi lebih baik. Dia tidak melihat pemandangan di sekitarnya ini seperti sebelumnya, dan berubah menjadi lebih baik seperti saat ini.Tidak lama kemudian, rasa sakit yang sebelumnya menderu-deru dan ia rasakan perlahan memudar, dan dia merasa jauh lebih baik dari beberapa waktu lalu.Barata melihat belati yang ia letakkan dekat dadanya. Saat dia mengingat kembali percakapannya dengan roh yang ada di dalam belati itu, dia menghela nafas.“Wanita itu sangat mengerikan. Aura yang dia keluarkan saja sudah setara dengan pendekar ahli. Tidak, dia sendiri terlihat seperti dibatasi. Mungkin saja kekuatannya setara atau lebih dari pendekar dewa. Apa yang harus aku lakukan sekarang?” Barata menggenggam kuat-kuat belati di tangannya. Ia bingung harus berbuat apa. Bagaimanapun juga, dia tidak memiliki kekuatan kecuali belati yang ada di tangannya.Apalagi, tubuhnya juga masih menderi
Pada saat dia sampai di tempat yang menjadi sarang monster singa, Barata melihat makhluk itu sedang tertidur pulas. Ada rasa ingin kabur, dan meninggalkan tempat tersebut. Namun, dia juga tidak menampik jika dia ingin menguji kekuatannya dan mencari tahu seberapa jauh perbedaan antara dirinya saat ini dengan beberapa waktu lalu.Barata bergegas meninggalkan posisinya. Ia berlari menuju ke sebuah pohon, lantas dia bersembunyi di balik pohon itu sambil memperhatikan monster singa tersebut.Dia tidak tahu akankah ini berhasil atau tidak. Namun, dia tetap menatap monster itu dengan mata yang tajam. Perlahan, dia mengedarkan energi yang ada di dalam Pusaka Kalimedeni, dan mengarahkannya tepat ke arah monster tersebut.Setelah itu, Barata mendekatinya. Langkah kakinya begitu hening, tak ada suara. Tangannya menggenggam kuat-kuat Pusaka Kalimedeni, dan tubuhnya terselimuti energi yang berasal dari pusaka itu.Barata mendekati monster itu. Setelah ia berada sanga
Barata terbaring lemah. Masuknya cahaya dari pusaka ke dalam tubuhnya sama sekali tidak ia duga. Sulit baginya untuk mengatakan apa yang tengah terjadi. Pada saat cahaya itu masuk ke tubuhnya, dia merasa mendapatkan kekuatan yang besar.Kekuatan itu membuat tubuhnya semakin kuat dan mempercepat proses penyembuhannya. Luka yang ia terima dari monster singa itu cukuplah parah. Bahunya mati rasa dan nafasnya memberat. Akan tetapi ketika cahaya itu masuk ke tubuhnya, dia merasa lebih baik, seolah-olah dia mendapatkan tubuh baru.Saat Barata bangkit untuk duduk pun dia mampu melakukannya. Padahal, dengan luka di tubuhnya, ia seharusnya sulit untuk duduk. Pandangan matanya tertuju pada pusaka di tangannya yang mengeluarkan aura sedikit lebih kuat daripada sebelumnya. Pancaran aura itu seperti menunjukkan jika kekuatannya telah bertambah. Barata terdiam, dia mencoba mencerna apa yang tengah terjadi, minimnya informasi yang ia miliki membuat Barata tidak tahu apa yang sedang t
Setelah melakukan pertapaan selama beberapa waktu, Barata tidak lagi merasa asing dengan energi yang ada di dalam pusaka. Di atas batu, Barata diselimuti aliran energi yang kuat, dan energi itu terus masuk ke dalam tubuhnya. Lantas dia mendapatkan kembali kekuatan yang dulunya menghilang. Pada saat itulah dia percaya jika energi itu merupakan tenaga dalam yang beberapa waktu lalu menghilang. Begitu ia mengonfirmasi hal itu, dia menjadi lebih paham akan kekuatan yang bisa ia gunakan. “Kekuatan ini terbagi menjadi tahapan tertentu. Ilusi yang aku gunakan sewaktu melawan monster singa itu merupakan tahapan kedua yang cukup kuat, tetapi bukan yang paling menakutkan. Tetap Hukuman Ilahi yang paling berbahaya dari keterampilan di pusaka ini. Tahap awal hanya bisa memengaruhi satu orang saja, sedangkan tahap kedua mampu memengaruhi area sekitarnya, tahap ketiga mampu digunakan untuk melukai lawan secara langsung, dan yang terakhir, itu yang paling mengerikan. Betapa kuasany
“Tuan Pendekar, namaku Bowo. Aku yang memimpin rombongan ini. Kami dari Desa Soman. Letaknya tidak jauh dari Lembah Iblis ini, Tuan Pendekar. Kami terpaksa masuk kemari karena tidak ada pilihan lain. Beberapa hari lalu, kami melihat sosok yang menakutkan. Dia tidak bisa dibunuh meskipun kami menusuknya dengan parang ataupun sabit. Dia tidak bisa mati, dan tak lama setelah itu, ada banyak dari mereka yang datang dan mengejar kami,” ucap Bowo—Kepala Desa Soman. Setelah itu, lelaki itu juga mulai menjelaskan apa yang dia temui. Monster dengan wujud seekor anjing, dan beberapa makhluk aneh lainnya serta sebuah bangunan yang tak pernah mereka lihat. Banyak korban berjatuhan ketika mereka meninggalkan desa. Awalnya, rombongan ini berjumlah ratusan orang. Akan tetapi, banyaknya orang dalam rombongan ini menarik perhatian entitas bernama Zombie. Jadi, mereka terpaksa berhadapan dengan puluhan makhluk itu. Rombongan yang awalnya berjumlah ratusan menurun secara drasti
Barata menggenggam kuat-kuat parang di tangannya. Dia melihat gerakan setiap lawannya dengan tatapan hati-hati. Belasan Zombie mendekatinya, dan ia segera mengubah gerakannya. Dia meninggalkan posisinya dengan cepat, lalu mengayunkan parangnya. Saat ketiga penduduk biasa yang dia bawa melihat gerakannya, ketiga penduduk itu melihat Barata seperti bergerak dari dua arah yang berbeda seolah-olah tubuhnya terbagi menjadi dua, menyerang para zombie dari dua sisi. Beberapa Zombie yang bergerak ke arah Barata, dan mencoba menggapainya. Zombie-Zombie itu tertebas, tapi mereka tidak mati. Para Zombie itu terus bergerak meskipun mereka memiliki tubuh yang terbelah, dan lagi meski tanpa kaki ataupun tangan sekalipun. Mereka masih terus mengejar Barata. Wajah zombie-zombie itu menunjukkan tampilan kengerian dan terdistorsi karena rasa sakit. Hal itu membuat para penduduk yang mengikuti Barata bergidik ngeri. “Mereka tidak mati walaupun aku menebasnya? Tubuh mere
Setelah mencoba membujuk orang-orang yang bersembunyi, dan bujukannya membuahkan hasil. Barata mendapati lonjakan kekuatan di mana sebelumnya dia hanya bersama tiga orang saja, kini bertambah menjadi belasan orang. Saat melihat mereka, Barata tak terlalu bersemangat. Dia tahu arti akan bertambahnya orang-orang ini di mana dia akan lebih sibuk lagi. Tentunya setelah dia melihat orang-orang ini, dia tidak membiarkan mereka diam saja. Barata segera membagi tugas untuk mereka. Dia memerintahkan mereka untuk mengambil segala sesuatu yang bisa digunakan, yakni benda-benda yang terbuat dari besi ataupun baja, gerobak, bahan pangan, pakaian, dan juga perabotan. Ketika Barata memerintahkan mereka untuk mencari benda-benda itu, Barata pergi untuk memantau area sekitarnya. Tidak mungkin baginya untuk diam saja. Barata mengamati area sekitarnya. Beberapa rumah yang terlihat usang pun dia masuki, sedangkan mereka yang mendapatkan tugas mengambil sumber daya hanya
Barata menciptakan sebuah ilusi di mana ada sebuah suara yang kuat menghantam tanah di salah satu titik di sekitar zombie-zombie yang pada akhirnya menuntun zombie-zombie itu ke titik suara itu.Selain itu, dia juga tidak melupakan keberadaan monster anjing dengan api di kepalanya, dia memperhatikan mereka yang mencoba untuk mendekatinya. Barata tak terlalu memikirkan para zombie itu karena mereka bukanlah bahaya yang mengancam, melainkan monster anjing inilah yang membuat dia merasakan ancaman nyata.Barata mendekati monster itu dengan belati di tangannya, dia mengambil sikap bertahan yang juga dapat melancarkan serangan balik. Barata mengawasi pergerakan monster anjing yang berlari ke arahnya.“Ilusi suara itu tidak memberikan efek apapun pada monster anjing itu ... ini sedikit menyebalkan, aku tidak bisa mengubahnya. Tak apa, zombie-zombie itu tidak akan terlalu membahayakan dan membatasi ruang gerakku. Aku hanya perlu menghabisi monster-monster anjing
Waktu mereka masuk ke dalam alam ketiadaan. Barata merasakan sensasi kesemutan dan getaran hebat di sekujur tubuhnya. Bagian-bagian tubuh yang sebelumnya tak berfungsi menunjukkan sedikit peningkatan yang membuat dia menjadi semangat. Di sisi lain, Hyang Barakala tidak hanya mengompres seluruh energi yang mengitari tubuhnya. Dengan satu tatapan yang serius serta mematikan, dia menarik seluruh energi tersebut dan menyatukannya dengan tubuhnya. Lantas, dengan sebuah gerakan sederhana, Hyang Barakala melesat maju ke arah Barata. Keadaan segera berubah saat Hyang Barakala mengambil langkah. Tidak hanya tekanan besar yang datang tapi juga sebuah ancaman yang langsung membuat Barata melipat gandakan kewaspadaannya. Walau begitu, dia tetap mengelak dari Hyang Barakala dan tidak menangkis maupun menahan serangannya. Ia tahu betul seberapa merusaknya serangan yang Hyang Barakala lepaskan barusan. Energi yang besar dan merusak saling bertemu. Baik energi yang Barata miliki mau
Semuanya berjalan sesuai dengan keinginan Hyang Barakala. Barata yang mengalami peningkatan drastis menjadi sesuatu hal yang memberi Hyang Barakala sebuah rasa takut. Dia memang menginginkan hal ini kembali, rasa takut yang sudah lama tak dia rasakan. Bagaimana dia tidak merasa senang saat dia menyaksikan perubahan pada Barata yang benar-benar jauh dari ekspektasinya dan sekarang dia merasa lebih segar.“Kau masih bisa bertahan, bukan? Kau membuat aku bersemangat dan semangat ini semakin lama menjadi semakin besar. Aku benar-benar bahagia sekarang. Pertarungan ini akan terus kukenang! Barata, kau benar-benar sosok penantang yang hebat dan aku senang. Aku senang kaulah yang berhasil mendapatkan semua benda itu, jika itu orang lain. Entah bagaimana akhirnya, mungkin aku tidak akan sesemangat ini!” ujar Hyang Barakala ketika dia melihat tubuh Barata mengalami perubahan dimana energi dalam jumlah besar mengelilinginya.Barata mendengar sebuah hal yang tak ingin
Pukulan itu melayang dengan kecepatan tinggi dan sangat menekan. Seluruh energi berkumpul dalam kepalan tangan Barata yang melesat ke arah Hyang Barakala. Udara terpecah belah dan berbagai pusaran angin dalam bermacam-macam ukuran muncul saat pukulan itu mendekati tubuh Hyang Barakala.Sewaktu pukulan itu menghantam tubuh Hyang Barakala sontak sebuah gelombang kejut muncul dari benturan itu. Hyang Barakala cukup terkejut dengan kemampuan Barata yang begitu mengerikan terutama daya ledak dari pukulannya. Energinya sungguh besar dan dampak dari pukulannya langsung terasa. Tidak ada sedikitpun celah dalam serangan itu dan Hyang Barakala melihatnya dalam cahaya berbeda, seolah serangan itu merupakan serangan terkuat yang Barata lepaskan sejak pertarungan pertama.“Uagh!!” Hyang Barakala terdorong mundur dan memuntahkan seteguk darah serta di dadanya ada sebuah luka yang berbentuk seperti kepalan tangan. Tatapannya sedikit menunjukkan rasa takut saat Barata meny
Hyang Barakala menembakkan bola energi yang sudah dia kompresi hingga ke titik terbaik. Bola energi yang seharusnya sangat besar ia kompresi menjadi sedemikian rupa. Lantas dengan satu gerakkan telunjuknya, dia menembakkan bola energi itu ke arah Barata yang juga melakukan hal yang sama dengannya. Kumpulan bola energi saling bertabrakan dan berbenturan. Sebuah gelombang kejut yang sangat kuat menghantam seluruh area.Barata terdorong mundur dan memiliki berbagai macam luka di tubuhnya hingga mengeluarkan darah yang tak terhitung jumlahnya. Hanya saja, Barata memiliki kemampuan untuk menyembuhkan diri dan kemampuan itu berkembang dengan cepat, sehingga ketika luka itu muncul di waktu yang sama luka itu segera pulih. Kejadian itu tak luput dari mata Hyang Barakala dan dia merasa bila kemampuan Barata semakin membaik di setiap detiknya.“Hahahaha … sungguh pertarungan yang menyenangkan. Aku tidak pernah berharap kau bisa mengeluarkan kekuatan yang sama dengan
Tubuhnya melenting saat Barata menyerap seluruh energi yang ada di sekitarnya. Baik Hyang Barakala maupun Barata saling menyerap energi di sekitarnya hingga menyebabkan fluktuasi menakutkan di lingkungan sekitarnya dan membuat ruang serta udaranya terdistorsi dengan hebatnya. Barata melayang dan energi di sekitarnya bergerak menuju ke dirinya dengan kecepatan tinggi membuat dia menjadi lebih berbahaya.Hyang Barakala tersenyum puas ketika dia menyaksikan perubahan pada Barata. Walaupun hal itu akan membuatnya makin berbahaya dan mengancamnyam Hyang Barakala tetap merasa senang karena dia tidak bisa menghadapi lawan yang setara selama ini. Dengan adanya Barata yang mulai berkembang dan bertambah kuat seiring mereka bertarung, Hyang Barakala menjadi semakin bersemangat hingga wajahnya berseri-seri.“Aku melakukan apapun yang aku inginkan tanpa ada makhluk yang bisa menahanku dan kau bisa datang ke tempat ini juga karenaku. Kau bertambah kuat atas izinku. Tidak ada
Hyang Barakala kembali mengirimkan sebuah bola energi yang jauh lebih kuat. Saat dilihat lebih dekat dan teliti, bola energi itu dipenuhi dengan kandungan elemen alam. Barata memperkuat pertahanannya dengan menebalkan dinding pertahanan dari energi di sekitar tubuhnya. Tatapan matanya terus tertuju dan terpaku pada Hyang Barakala yang melakukan gerakan yang sama tapi dengan tekanan serta momentum yang jauh lebih kuat dari sebelumnya.Serangan kedua datang dengan kekuatan yang jauh lebih besar. Barata tidak menahan diri saat dia melihat gerakan yang dilakukan oleh Hyang Barakala. Bola energi itu datang dengan kecepatan tinggi. Barata yang begitu fokus melihat arah serangan itu dan secepat mungkin dia bergerak ke samping untuk menghindarinya, akan tetapi begitu dia hendak bergerak. Tatapan mata Hyang Barakala segera tertuju padanya dan memiliki dominasi tertentu hingga membuat Barata terpaku diam untuk beberapa saat.Pada waktu Barata hendak menghindar, dia benar-benar d
Tanpa menunggu Hyang Barakala bertindak, Barata mengambil langkah pertama dengan melancarkan sebuah serangan yang didasari akan seluruh kekuatan serta emosinya. Hasilnya, serangannya memberikan tekanan yang begitu besar. Di sekitar kepalan tangannya muncul retakan ruang dan tampak waktu terhenti karena tak ada hembusan apapun, lalu disertai dengan ilusi sebuah makhluk kuat. Ada beberapa elemen alam yang menyatu dalam kepalan tangannya yang membuat sebuah luka dari kepalan tangannya hingga bahunya, tapi pulih dengan sendirinya.Hyang Barakala tersenyum ketika dia merasakan kekuatan yang ada dalam pukulan Barata. Dia tidak menghindarinya ataupun membuat suatu gerakan tertentu untuk menahan pukulan itu. Hyang Barakala membiarkan serangan itu menghantam tubuhnya dan pukulan itu menabrak langsung ke dadanya hingga memicu sebuah dentuman yang memekakkan telinga serta mendorongnya mundur. Sorot matanya sedikit berubah saat dia terdorong mundur.Ada rasa tidak percaya dalam so
Barata meresapi perkataan Kalia dan menatap sosok yang menyebut dirinya Hyang Barakala sekaligus mengatakan dirinya sebagai Dewa ataupun Tuhan. Sulit untuknya menerima hal itu begitu saja. Dia sendiri tidak yakin akan keberadaan Dewa, tapi dihadapannya saat ini muncul sesosok makhluk yang mengatasnamakan dirinya sebagai Dewa. Sesuatu hal yang cukup aneh sebenarnya. Sayangnya, apa yang terjadi sebelumnya dan keadaan saat ini membuka mata Barata lebar-lebar. Sehingga, mau tidak mau dia harus mengakui bila ucapan sosok itu benar adanya.Mengenai apa yang dikatakan dan dilakukan oleh sosok itu, Barata tak begitu memikirkannya pada awalnya. Hanya saja, setelah dia mendengar ucapan Kalia. Dia menjadi lebih sadar akan keberadaan serta kekuatan yang dimiliki oleh Hyang Barakala. Selain itu, di sepanjang waktu pembicaraan terjadi, Barata bisa melihat ada sedikit rasa senang dari sorot mata serta wajah yang Hyang Barakala tunjukkan seolah dia sudah menanti pertemuan ini sejak lama.
Sosok yang melepaskan dominasi menakutkan itu tak bergerak. Dia juga tidak merespons pertanyaan Barata. Sosok itu hanya menatapnya dan terus mengawasinya seolah-olah dia sedang mengukur kemampuannya. Tatapan itu mengandung tekanan yang jauh melampaui segala tekanan yang pernah Barata rasakan. Penampilannya yang begitu agung tampak seperti manusia tapi jauh lebih menawan dari manusia biasa dan memiliki beberapa tanduk di kepalanya dengan rambut panjang yang terurai serta taring yang menjulur keluar dari mulutnya. Matanya besar dengan pupil menonjol. Saat dia tersenyum dunia tampak berhenti.Pandangan matanya terus menyapu sekitarnya dan sosok itu perlahan-lahan menunjukkan senyuman dinginnya. Tatapannya juga mulai mengalami perubahan saat menatap Barata yang mencoba untuk menahan segala tekanan yang dia keluarkan. Bagaimanapun situasi saat ini ada karena tindakannya dan dia menyukai sikap yang Barata tunjukkan.Sosok itu menatap Barata dengan dingin seraya berujar, &ldq