Anta Sukmajang kembali mengambil sikap menyerang seperti sebelumnya dan dia mengumpulkan Energi Kehidupannya di pedangnya. Tatapan matanya menajam saat dia mengikuti pergerakan Barata yang begitu cepat tanpa ada penundaan di setiap detiknya.
Luka di tubuh Anta Sukmajang sembuh dengan cepat termasuk luka sayatan yang mempertontonkan dagingnya maupun luka bakar. Sekejap mata seperti sebuah kedipan mata, luka itu pulih sepenuhnya dan dia tidak terlihat seperti seseorang yang baru saja terluka.
“Kenapa? Kau tidak akan menyerangku dan memilih untuk menghindariku? Sebegini besarkah penurunanmu, Barata? Sungguh mengecewakan sekali. Huh!! Kau sudah berbeda, kau tak sekuat dulu dan begitu menyedihkan sekarang!” nada dinginnya membuat Barata kesal, sudut mulut terangkat sedikit saat dia mengatakannya dan tatapannya begitu tak memandangnya seolah dia tidak ada di hadapannya.
Pedangnya tak menembus tubuh Barata, hanya menggoresnya sedikit. Secepatnya dia mengambil sikap
Terimakasih, sudah bertahan dan membaca novel ini. Cerita yang kusajikan memang belum sepenuhnya baik. Beberapa hal mungkin tidak tersampaikan dengan baik, akan tetapi perhatian kalian membuatku terus mencoba memperbaikinya. Terimakasih, atas dukungannya. jaga kesehatan kalian dan tetap semangat menjalani hari-hari yang mulai membaik.
Beberapa kali benturan terjadi dan ledakan energi yang begitu dahsyat membuat sekelilingnya hancur lebur. Barata mengatur nafasnya yang mulai memburu setelah benturan terjadi. Dia memiliki pakaian yang tak lagi utuh dan darah menetes. Pandangannya tetap jelas meskipun dia telah menguras tenaganya. Pergerakan Anta Sukmajang tidak terlepas dari pantauannya. Barata terus memperhatikannya dan mencari celahnya.Serangannya telah melukainya cukup parah hingga membuat dia hampir kehilangan salah satu tangannya. Namun, kecepatan pemulihannya juga tidak masuk akal. Dia memikirkan cara apalagi yang bisa dia lakukan untuk menghancurkan kekuatan yang Anta Sukmajang miliki. Jika terus seperti ini, dia tidak tahu apa dia bisa hidup atau tidak. Seolah-olah, Anta Sukmajang memang mempermainkannya dan membiarkannya terus melancarkan serangan.Meskipun, Anta Sukmajang termakan tipuannya dan masuk dalam perangkapnya dengan menyerangnya tanpa memikirkan pertahanan. Barata tetap tidak bisa
Ketika Energi Kehidupan coba ia masukkan ke dalam pusaka tersebut, Barata merasakan perlawanan yang tidak lemah dari pusaka tersebut. Sontak saja, pandangannya segera tertuju pada Anta Sukmajang yang kebetulan dia sudah bangkit serta berdiri dan menatapnya dengan tajam.Barata terus memaksakan Energi Kehidupannya ke dalam Pusaka yang saat ini berada di tangannya. Meskipun pusaka itu masih terpasang di jari Anta Sukmajang, dia tidak ragu untuk mengambilnya dan tentu saja dia menggenggam potongan tangan itu dengan tenang.“Kulihat kau tidak bisa menumbuhkan tanganmu? Apa yang terjadi, Sukmajang? Mungkinkah kekuatan magismu itu sudah menghilang?” Senyumnya yang dingin tidak memberikan perasaan yang baik. Dia mencabut paksa cincin yang ada di tangan Anta Sukmajang. Dua cincin itu terpasang dengan kuat dan sulit untuk ia cabut. “Dan … kenapa kau diam? Adakah hal yang tak bisa kau sampaikan padaku, mulutmu terbuka lebar, Sukmajang! Terkejutkah dirimu
Ledakan energi yang terjadi beberapa saat lalu begitu kuat. Barata yang sudah menguras seluruh kekuatannya pun segera mendekati Anta Sukmajang yang terbujur tak berdaya di tanah. Langkahnya stabil saat mendekatinya walau pandangannya terkadang tidak jelas.Begitu ia melihat Anta Sukmajang dari dekat. Pemandangan yang menyedihkan ia lihat, Anta Sukmajang dipenuhi dengan darah dan luka di tubuhnya menganga hingga memperlihatkan dagingnya. Barata meletakkan tangannya ke hidung Anta Sukmajang untuk memeriksanya. Dia ingin memastikan jika Anta Sukmajang benar-benar tewas.“Apakah semudah ini? Ugh-“ Barata tidak merasakan hembusan udara dari hidung pria itu. Saat dia merasakannya, sontak dia merasa ini terlalu mudah. Dia tidak mengharapkan situasi akan berakhir seperti ini. Walaupun dia juga terluka dari pertarungan itu. Dia merasa pertarungan ini tidak begitu mengancam nyawanya dan tampak begitu mudah.“Inilah alasanku tak begitu suka berbicara deng
Tawarannya benar-benar tidak bisa diterima. Salangporo melihat situasi di depannya sungguh tidak menguntungkan dan dia tahu jika Anta Sukmajang tidak lagi bernafas. Hal itu terbukti dengan keberadaan Barata yang terluka.Salangporo tidak bisa menerima keadaan ini. Selain itu, jika dia menerima tawaran Barata maka dia hanya akan mengkhianati kepercayaan yang telah diberikan oleh Keluarga Anta termasuk dengan Anta Sukmajang yang memberinya kepercayaan besar.“Aku tidak bisa menerima tawaranmu, Barata. Tidak ada yang bisa mendapatkan kepercayaanku, bahkan dirimu.kau memang keturunan Anta, tapi kau juga yang mengakhiri keluarga itu sampai pada keturunan terakhir. Darah Anta memang ada di dalam dirimu, Barata. Hanya saja, aku tak akan berada di bawahmu!!” Salangporo menunjukkan senyum yang merendahkan dirinya dan dia juga mengangkat senjatanya.Barata mendengarnya dengan senyum dingin. Ia mengerti betul jika Salangporo tidak akan menerima tawarannya. Hal
Jauh dari hiruk pikuk pertempuran di sisi selatan. Seorang pemuda dengan tubuh yang terlihat seperti pahatan pematung memimpin sekelompok Kontraktor beserta dengan para Kontraktor. Dia yang belum lama ini menaklukkan Kota Bakung, dan kota-kota sekitarnya sedang menghadapi masalah besar.Sebelumnya, dia sudah yang memiliki Pusaka Ilahi dan memanfaatkannya untuk menyokongnya dalam penaklukkan kota-kota itu. Awalnya, dia enggan melakukan hal tersebut. Namun, setelah salah seorang Kultivator memberitahunya untuk membangun sebuah kekuasaan dan menjelaskan padanya tujuan dari pembentukan itu, barulah dia mengikutinya.“Monster tingkat Bencana baru-baru ini lebih aktif, Tuan. Mereka memimpin monster lainnya dan menghancurkan berbagai kota di berbagai tempat. Para pengungsi yang mampu sampai tempat ini menceritakan semuanya, dan memberitahuku seberapa mengerikannya monster-monster itu.” Pria paruh baya membungkuk sambil menceritakan apa yang dia dengar dari para pe
Tubuhnya terkulai lemas dan terjebak di dalam cengkeraman tangan Barata. Nafas yang tak beraturan, pandangan mata yang kabur, dan darah yang tak berhenti-henti menetes keluar dari tubuhnya. Salangporo kehabisan kekuatan dan tidak bisa menghentikan dominasi Barata akan dirinya. Dalam pertarungannya itu, dia menyaksikan kekuatan yang begitu merusak pikirannya dan membuat dia tak bisa berbuat apa-apa.“Sebenarnya aku tidak ingin membunuhmu, Salangporo. Kau tahu betul seberapa besar perbedaan kekuatan kita. Namun, kau terus memaksakan diri dan menghadapiku. Ini bukan hanya terjadi satu atau dua kali. Mengampunimu merupakan satu hal yang ingin aku lakukan. Sayangnya, pantaskah kau menerima pengampunan ku?” Barata mengeluarkan api di tangan kanannya saat tangan kirinya mencengkeram kepala Salangporo.Barata memberikan senyum penuh pengertian saat tatapan matanya menyapu para prajurit. Mereka yang memiliki semangat untuk berjuang pun tak berani mengalami tindakan.
Setelah Barata menyelesaikan urusannya dengan Salangporo. Dia kembali dan dalam perjalanannya ia menggunakan Pusaka Cincin Kehidupan yang ia dapatkan. Pusaka Ilahi itu coba ia pakai dan saat ia memakainya. Sebuah tekanan yang teramat besar mengguncang tubuhnya dan membuat Ruang Jiwanya bergetar.Dia tak bisa bergerak saat tekanan itu muncul. Barata terdiam mematung. Tatapan matanya tak berubah hanya saja ada fluktuasi pada auranya. Dia tak pernah mengalami kejadian seperti ini. Energi masuk ke dalam tubuhnya dan meluap-luap. Tidak hanya itu, dia juga mendapati tubuhnya sulit untuk digerakkan. Pengalaman itu terjadi untuk waktu yang tak sebentar. Ia tersentak diam lagi sesaat setelah dia mencoba untuk bergerak.“Sial! Sebenarnya apa yang terjadi pada tubuhku? Kenapa aku tidak bisa bergerak dan hanya terpaku diam di sini? Apalagi, rasa tak nyaman apa ini?” Mengesalkan memang untuk merasakan sesuatu yang tak biasa di tubuh dan tak mengetahui apa
Ken Bamang memiliki penampilan yang berbeda setelah beberapa hari melalui siksaan yang tak terbayangkan. Ia kehilangan banyak prajurit ketika memasuki Pilar Ilahi.Tak dia bayangkan situasi akan berakhir sampai seburuk itu. Bukan hanya para penjaga Pilar Ilahi saja yang harus dia hadapi, melainkan monster yang mendiami sekitar lokasi Pilar Ilahi turut menjadi masalah.Meski begitu, di sangat puas dengan hasilnya. Ia kembali dengan berbagai rencana dalam pikirannya. Selain itu, saat dia mendapatkannya, ia juga mendengar beberapa hal yang tidak menyenangkan.Ancaman itu datang di waktu yang tidak tepat. Namun, hal itu tak memengaruhi rencananya dan dia tetap tenang walau tahu risikonya. Dia akan memperluas kekuasaannya.Berbeda dengan Ken Bamang yang dipenuhi dengan energi, Barata berada dalam kondisi yang tak menyenangkan. Dia harus berurusan dengan Pusaka Ilahi yang baru saja dia dapatkan.Dia mempelajarinya sekaligus mencoba untuk mengendalikannya