Duduk di antara bebatuan tajam, berada di ruang gelap, sesosok pria paruh baya tengah bertapa. Bertahun-tahun dia berlatih dan bertapa di gua yang terletak di lembah di antara pegunungan. Dia menetap di sana seorang diri.
Meninggalkan semua perkara duniawi dan memilih menyendiri, Barata masih juga belum bisa melupakan kejadian beberapa tahun lalu saat dia kehilangan semua arti hidupnya.
Dikenal sebagai Tangan Setan, dia memiliki ilmu kanuragan yang tinggi. Tidak banyak pendekar yang bisa menghadapinya.
Hanya duduk bersila dan memejamkan matanya saja, udara di sekitar tubuhnya terus bergejolak dan berubah-ubah yang mengakibatkan tak banyak orang yang bisa bernafas di dekatnya dengan baik.
Ia bertapa dalam waktu yang cukup lama, lebih dari lima tahun lamanya. Setiap kali pendekar maupun orang biasa mendengar julukannya, mereka akan memilih untuk lari.
Setelah menghancurkan sebuah perkumpulan yang menghabisi nyawa orang-orang yang ia sayangi, Barata menghindari segala kontak dengan manusia dan menyendiri di gua yang terletak di sebuah lembah yang dikenal dengan Lembah Iblis. Sebuah tempat yang sulit dijangkau oleh pendekar biasa maupun manusia biasa.
Hari-harinya berlalu dengan normal tanpa ada kejadian yang mengejutkan. Entah seperti apa dunia luar saat ini, dia tidak mengetahuinya. Terkadang, ingin rasanya kembali ke masyarakat, tetapi dia masih nyaman dengan keadaannya saat ini.
Akan tetapi, semuanya berubah hari itu, saat dia menyelesaikan tapanya. Dia mulai melatih dirinya lebih sengit lagi. Tanpa senjata, hanya tangan kosong semata, tetapi tiap pukulannya mampu meremukkan batu hingga hancur menjadi debu.
Julukan yang disematkan pada Barata bukanlah karena kekejamannya, tetapi karena pukulannya yang mampu menghancurkan organ dalam manusia.
Pria itu berlatih gerakan. Pukulannya melayang dengan cepat, menghantam sebuah batu yang lantas berubah menjadi debu. Gerakan kakinya seimbang, tidak terlalu cepat namun tidak lamban.
Kendalinya dalam memanfaatkan gerakan kaki cukup bagus, bahkan sangat baik. Kaki yang di belakang akan mengikuti langkah kaki pertamanya.
Keringat tak membasahi pakaiannya meski berjam-jam dia berlatih gerakan. Ia memiliki tenaga yang besar. Semua itu ia peroleh setelah mengalami pelatihan mematikan semenjak dia masih muda.
Barata terbiasa berlari memutari sebuah gunung dengan menggendong sebuah batu di punggungnya. Ia melakukan rutinitas itu sejak masih kanak-kanak sampai remaja.
Barata melepaskan semua kekuatan dalam setiap gerakannya, dan dia menghela nafas setelah itu. Mendapati dirinya tak lelah, Barata pun melangkah keluar meninggalkan gua.
Sudah berapa lama dia tak meninggalkan tempat itu? Setahun lebih? Tidak. Lebih dari itu. Dia benar-benar menutup dirinya.
“Udaranya segar sekali. Pohon-pohon ini memberikan udara sejuk dan juga melindungiku dari panasnya matahari. Kicauan burung juga terdengar merdu. Sudah lama aku tak merasakan ketenangan dan kedamaian seperti ini,” ucap Barata. Ia meregangkan tubuhnya, menarik otot-ototnya agar lebih rileks.
Melihat dan merasakan secara langsung pemandangan yang indah dengan udara yang sejuk, Barata tersenyum puas.
Namun, seberapa besar ia berusaha untuk menutupi semua kesedihannya, tetap saja ia masih mengingat kejadian berdarah itu. Meski pemandangan yang indah terpampang di depan matanya, dia hanya merasakan kebahagiaan itu sekejap.
Lepas itu, bayang-bayang kejadian berdarah tersebut terus menghantui dirinya. Walaupun ia sudah menghancurkan perkumpulan itu, tetap saja ia merasa tidak tenang. Tragedi berdarah itu meninggalkan luka yang tak akan pernah bisa disembuhkan.
Mengingat kejadian kala itu, Barata menatap sedih ke arah langit, menengadah layaknya meminta sesuatu pada Yang Maha Kuasa.
Sendu, ingin ia berteriak. Namun, apa yang akan berubah jika dia berteriak terhadap langit yang tak memberikan kebahagiaan untuknya. Kehilangan keluarga membuat dia tak bergairah lagi untuk menapaki kehidupan.
Duduk di antara pepohonan yang lebat nan menjulang tinggi ke langit dengan gagahnya, dia merasakan ada bagian di dalam tubuhnya yang perlahan-lahan menghilang.
Entah apa yang baru saja terjadi, tiba-tiba tubuhnya terasa lemas sekali. Menggerakkan jari saja terasa sangat menyakitkan.Pandangannya tak jelas dan mulai kabur. Keringat mengucur deras di sekujur tubuhnya, membasahi pakaian yang ia kenakan. Wajahnya memucat, tubuhnya gemetar menahan rasa sakit yang tiada tara. Panas seperti dibakar hidup-hidup, lalu berganti dengan dingin layaknya ia ditenggelamkan dalam ribuan es.
Saat batuk, ia mengeluarkan darah. Tenaganya pun menghilang dan ia roboh seketika tak sadarkan diri.
Peristiwa itu terjadi di seluruh Nusantara. Bukan hanya Barata saja yang merasakan rasa sakit itu, semua pendekar yang mempelajari dan menguasai ilmu kanuragan pun kehilangan seluruh tenaga dalam, termasuk semua kemampuan mereka. Tak ayal, hal ini menimbulkan rangkaian reaksi yang tak terkira dari berbagai pihak.
Ratusan ribu orang yang mempelajari ilmu kanuragan, baik dari yang ahli sampai yang masih baru, mereka semua ambruk tak sadarkan diri dengan kondisi yang sama seperti Barata.
Para Raja dan yang lainnya tak lepas dari kejadian ini. Mereka juga mengalami kejadian serupa.
Tatanan masyarakat secara tiba-tiba menghilang bersamaan dengan robohnya semua pendekar yang tak sadarkan diri. Satu per satu kejadian aneh mulai bermunculan.
Angin ribut mulai meluluh lantahkan beberapa desa dan memasuki kawasan kota. Bumi terguncang dengan hebatnya, menghancurkan berbagai bangunan yang tak mampu menahannya.
Langit bergemuruh, petir saling menyambar satu sama lain, cuaca berubah menjadi tak menentu. Laut yang biasanya tenang mulai berdebur dengan ombak yang menyapu pesisir pantai hingga ke daratan.Bencana yang terjadi semakin menjadi. Tak berselang lama, berbagai bangunan yang tak biasa mulai muncul satu per satu. Tanah terbelah membentuk celah. Sebuah bangunan berbentuk tabung keluar dari celah itu dengan garangnya.
Berbagai macam bangunan muncul di berbagai tempat. Ada yang turun dari langit bagaikan meteor, muncul dari kedalaman bumi, dan juga mencuat ke permukaan dari dasar laut. Semua kejadian itu menyebabkan kepanikan tak terhingga bagi seluruh penduduk Nusantara.
Sepuluh hari lebih mereka dilanda ketakutan tak berujung, sepuluh hari itu pula para pendekar tak sadarkan diri. Ketika para penduduk mulai merasa tenang dengan terhentinya berbagai bencana, mereka mendapati jika semua yang terjadi hanyalah sebuah awal dari sebuah akhir yang tak pernah mereka damba-dambakan.
Satu per satu makhluk dengan bentuk yang mengerikan menampakkan dirinya dengan bentuk yang tak biasa. Mereka memiliki kekuatan yang sama seperti yang dulu dimiliki oleh para pendekar.
Makhluk-makhluk itu berkeliaran di segala tempat, memangsa para manusia yang berkeliaran di sekitar tempat mereka.
Tak ada yang bisa menghentikan mereka. Orang-orang dengan keberanian besar mengangkat senjata mereka dan melawannya. Namun, tanpa kekuatan yang memadai, mereka hanya menghantarkan nyawanya saja.
Lima belas hari berlalu, para pendekar yang tak sadarkan diri mulai membuka mata mereka.
Barata membuka mata saat sekujur badannya terasa menyakitkan. Dia merasakan ada yang janggal dengan tubuhnya. Dia terkapar di tanah, dan tak bisa beranjak dari tempatnya.Barata mengingat kembali apa yang terjadi padanya beberapa waktu lalu. Terakhir kali, sebelum dia tak sadarkan diri, dia sedang bermeditasi dan menguatkan tenaga dalamnya.Merasa ada yang aneh dengan tubuhnya, Barata mencoba mengalirkan tenaga dalam, tetapi dia sama sekali tidak merasakan tenaga dalam di tubuhnya. Semua yang telah dia akumulasikan seumur hidupnya menghilang, sirna tanpa jejak.“Apa? Apa yang terjadi? Mengapa aku tidak bisa merasakan tenaga dalam di tubuhku? Sial! Oh Dewa, apa yang telah terjadi denganku?” Barata gelisah sekaligus terkejut. Dia tidak lagi mengerti dengan situasi ini, bagaimana tenaga dalamnya bisa menghilang.Ia duduk, lalu menenangkan dirinya. Dia menjernihkan pikirannya yang sudah melayang-layang entah kemana. Barata mengingat kembali setiap
Barata berusaha untuk tetap tenang, mengamati pergerakan dari makhluk di hadapannya ini. Dia sama sekali tidak bisa memprediksi apa yang akan dilakukan oleh makhluk itu.Ketika makhluk itu memamerkan kekuatannya, tanah pun retak dan masuk ke dalam membentuk kawah kecil.Makhluk berbentuk singa itu juga memiliki kecepatan yang mengerikan. Barata hampir saja kehilangan jejaknya. Jika saja dia tidak merasakan hawa membunuh dari makhluk itu, mungkin dia tidak akan bisa menemukannya kembali.Barata menguatkan genggaman pada pedangnya, dan dia mengawasi perubahan yang terjadi di sekelilingnya. Hembusan angin yang kencang dan tak biasa merupakan jejak yang ditinggalkan oleh makhluk tersebut saat dia bergerak.“Sekuat apakah makhluk ini? Tidak hanya auranya saja yang setara dengan pendekar tingkat atas, kecepatannya pun tidak kalah jauh darinya. Aneh sekali. Dan lagi, bagaimana bisa ada makhluk sekuat ini?” pikir Barata heran. Ia mengamati gerakan makhluk yan
Barata melepaskan serangan yang begitu cepat dan mematikan. Lintasan pedangnya begitu tajam, dan mengarah ke leher monster singa. Dengan kecepatan ayunan pedang yang begitu tinggi, Barata memiliki momentum yang besar.Celah mulai terbuka ketika monster singa melangkah ke depan, dan peluang itulah yang Barata ambil. Dia mengayunkan pedangnya sekuat tenaga, tetapi serangannya dimentahkan dengan tanduk monster itu.Terjadi sebuah benturan yang kuat, hingga sekujur tubuh Barata bergidik dalam waktu yang singkat. Barata melihat pedangnya retak dan patah. Tak lama kemudian diikuti oleh suara retakan lainnya.Barata menyunggingkan senyuman kecil di wajahnya saat dia melihat tanduk monster singa itu retak. Meskipun tidak patah, retakan itu cukup besar, dan hanya perlu satu tekanan saja untuk membuatnya patah.Dengan kekuatan layaknya seorang pria dewasa biasa, ia mampu melukai monster tangguh itu. Hal ini membuat Barata senang. Sayangnya, hal ini juga memberinya
Sambil memegangi dadanya yang terus berdebar-debar, Barata memasuki bangunan aneh itu. Sebuah bangunan dengan bentuk mirip dengan sebuah tabung dan memiliki kemiripan dengan sebuah menara, tapi tak terlalu tinggi. Hanya ada satu pintu masuk.Hanya berada di depannya saja sudah membuat Barata bergidik. Dia tidak pernah melihat sebuah tempat dengan aura yang begitu mengerikan seperti ini.Ketika Barata melewati pintu besar, seketika kakinya menginjak masuk ke dalam. Tekanan yang dia rasakan pun meningkat berkali-kali lipat. Barata merasa seperti berhadapan dengan seorang pendekar tingkat dewa.Barata sama sekali tidak mengerti mengapa dia merasakan tekanan tersebut. Bangunan itu memang aneh dan bergaya tidak biasa, apalagi ornamen di sekitarnya terlihat seperti area yang berada di rawa-rawa, padahal di Lembah Iblis ini sendiri tidak ada rawa.Di Nusantara, para pendekar terbagi menjadi empat tingkatan, yaitu pemula, menengah, ahli, dan Dewa. Semua tin
Sesosok makhluk yang tak Barata kenali muncul dari balik debu yang berterbangan, dengan tubuh yang mencengangkan seperti makhluk mitos. Bagian bawah seperti tubuh laba-laba, sedangkan tubuh bagian atasnya berupa manusia. Ia nampak cantik.Penampilannya begitu menggoda, bahkan seorang putri kerajaan akan menciut ketika berada di sampingnya. Dua gunung penuh nan besar menjulang dengan bangganya, saat makhluk itu melihat Barata dengan sebuah senyuman. Jari telunjuknya yang lentik menunjuk ke arah Barata.Mata makhluk itu begitu indah dan memikat, seperti ada pesona yang tak dapat ditolak. Auranya tidak hanya kuat, ada sebuah keseksian dan godaan yang begitu mendominasi darinya.Makhluk itu berada di belakang benda yang tadinya Barata sentuh. Makhluk itu terlihat seperti seorang pelindung, hawa keberadaannya begitu besar, dan dia tampak menjadi pusat dari seluruh kekuatan yang ada di dalam ruangan itu.Barata terdiam dan tak bergerak. Dia hanya bisa memperhat
Barata menghela nafas. Dia tidak beranjak dari posisinya ketika menyaksikan bangunan itu menghilang dari pandangannya.Barata mengambil belati di pinggangnya, dan dia merasakan adanya kekuatan yang terasa akrab. Perasaan itu mengalir ke dalam dirinya saat dia menggenggam belati itu.Ketika dia merasakan kekuatan yang mengalir dari belati yang kemudian masuk ke dalam dirinya, Barata mengernyitkan dahi. Perasaan itu sangatlah kuat hingga urat-urat di tubuhnya seakan mencuat keluar.Pada awalnya, Barata menggenggam belati dengan satu tangan, tapi setelah merasakan aliran energi yang masuk ke dalam dirinya, dia mulai menggenggam dengan kedua tangannya.Ketika dia melakukannya, riak-riak energi yang masuk ke dalam tubuhnya mulai memengaruhi area sekitarnya.Perlahan, Barata merasakannya, dan dia mencoba untuk memahami kekuatan itu. Ketika dia semakin tenggelam saat merasakan energi itu, samar-samar dia melihat sosok yang sama seperti yang ia lihat ketik
Barata membuka matanya, persepsinya mulai berbeda, dan penglihatannya menjadi lebih baik. Dia tidak melihat pemandangan di sekitarnya ini seperti sebelumnya, dan berubah menjadi lebih baik seperti saat ini.Tidak lama kemudian, rasa sakit yang sebelumnya menderu-deru dan ia rasakan perlahan memudar, dan dia merasa jauh lebih baik dari beberapa waktu lalu.Barata melihat belati yang ia letakkan dekat dadanya. Saat dia mengingat kembali percakapannya dengan roh yang ada di dalam belati itu, dia menghela nafas.“Wanita itu sangat mengerikan. Aura yang dia keluarkan saja sudah setara dengan pendekar ahli. Tidak, dia sendiri terlihat seperti dibatasi. Mungkin saja kekuatannya setara atau lebih dari pendekar dewa. Apa yang harus aku lakukan sekarang?” Barata menggenggam kuat-kuat belati di tangannya. Ia bingung harus berbuat apa. Bagaimanapun juga, dia tidak memiliki kekuatan kecuali belati yang ada di tangannya.Apalagi, tubuhnya juga masih menderi
Pada saat dia sampai di tempat yang menjadi sarang monster singa, Barata melihat makhluk itu sedang tertidur pulas. Ada rasa ingin kabur, dan meninggalkan tempat tersebut. Namun, dia juga tidak menampik jika dia ingin menguji kekuatannya dan mencari tahu seberapa jauh perbedaan antara dirinya saat ini dengan beberapa waktu lalu.Barata bergegas meninggalkan posisinya. Ia berlari menuju ke sebuah pohon, lantas dia bersembunyi di balik pohon itu sambil memperhatikan monster singa tersebut.Dia tidak tahu akankah ini berhasil atau tidak. Namun, dia tetap menatap monster itu dengan mata yang tajam. Perlahan, dia mengedarkan energi yang ada di dalam Pusaka Kalimedeni, dan mengarahkannya tepat ke arah monster tersebut.Setelah itu, Barata mendekatinya. Langkah kakinya begitu hening, tak ada suara. Tangannya menggenggam kuat-kuat Pusaka Kalimedeni, dan tubuhnya terselimuti energi yang berasal dari pusaka itu.Barata mendekati monster itu. Setelah ia berada sanga
Waktu mereka masuk ke dalam alam ketiadaan. Barata merasakan sensasi kesemutan dan getaran hebat di sekujur tubuhnya. Bagian-bagian tubuh yang sebelumnya tak berfungsi menunjukkan sedikit peningkatan yang membuat dia menjadi semangat. Di sisi lain, Hyang Barakala tidak hanya mengompres seluruh energi yang mengitari tubuhnya. Dengan satu tatapan yang serius serta mematikan, dia menarik seluruh energi tersebut dan menyatukannya dengan tubuhnya. Lantas, dengan sebuah gerakan sederhana, Hyang Barakala melesat maju ke arah Barata. Keadaan segera berubah saat Hyang Barakala mengambil langkah. Tidak hanya tekanan besar yang datang tapi juga sebuah ancaman yang langsung membuat Barata melipat gandakan kewaspadaannya. Walau begitu, dia tetap mengelak dari Hyang Barakala dan tidak menangkis maupun menahan serangannya. Ia tahu betul seberapa merusaknya serangan yang Hyang Barakala lepaskan barusan. Energi yang besar dan merusak saling bertemu. Baik energi yang Barata miliki mau
Semuanya berjalan sesuai dengan keinginan Hyang Barakala. Barata yang mengalami peningkatan drastis menjadi sesuatu hal yang memberi Hyang Barakala sebuah rasa takut. Dia memang menginginkan hal ini kembali, rasa takut yang sudah lama tak dia rasakan. Bagaimana dia tidak merasa senang saat dia menyaksikan perubahan pada Barata yang benar-benar jauh dari ekspektasinya dan sekarang dia merasa lebih segar.“Kau masih bisa bertahan, bukan? Kau membuat aku bersemangat dan semangat ini semakin lama menjadi semakin besar. Aku benar-benar bahagia sekarang. Pertarungan ini akan terus kukenang! Barata, kau benar-benar sosok penantang yang hebat dan aku senang. Aku senang kaulah yang berhasil mendapatkan semua benda itu, jika itu orang lain. Entah bagaimana akhirnya, mungkin aku tidak akan sesemangat ini!” ujar Hyang Barakala ketika dia melihat tubuh Barata mengalami perubahan dimana energi dalam jumlah besar mengelilinginya.Barata mendengar sebuah hal yang tak ingin
Pukulan itu melayang dengan kecepatan tinggi dan sangat menekan. Seluruh energi berkumpul dalam kepalan tangan Barata yang melesat ke arah Hyang Barakala. Udara terpecah belah dan berbagai pusaran angin dalam bermacam-macam ukuran muncul saat pukulan itu mendekati tubuh Hyang Barakala.Sewaktu pukulan itu menghantam tubuh Hyang Barakala sontak sebuah gelombang kejut muncul dari benturan itu. Hyang Barakala cukup terkejut dengan kemampuan Barata yang begitu mengerikan terutama daya ledak dari pukulannya. Energinya sungguh besar dan dampak dari pukulannya langsung terasa. Tidak ada sedikitpun celah dalam serangan itu dan Hyang Barakala melihatnya dalam cahaya berbeda, seolah serangan itu merupakan serangan terkuat yang Barata lepaskan sejak pertarungan pertama.“Uagh!!” Hyang Barakala terdorong mundur dan memuntahkan seteguk darah serta di dadanya ada sebuah luka yang berbentuk seperti kepalan tangan. Tatapannya sedikit menunjukkan rasa takut saat Barata meny
Hyang Barakala menembakkan bola energi yang sudah dia kompresi hingga ke titik terbaik. Bola energi yang seharusnya sangat besar ia kompresi menjadi sedemikian rupa. Lantas dengan satu gerakkan telunjuknya, dia menembakkan bola energi itu ke arah Barata yang juga melakukan hal yang sama dengannya. Kumpulan bola energi saling bertabrakan dan berbenturan. Sebuah gelombang kejut yang sangat kuat menghantam seluruh area.Barata terdorong mundur dan memiliki berbagai macam luka di tubuhnya hingga mengeluarkan darah yang tak terhitung jumlahnya. Hanya saja, Barata memiliki kemampuan untuk menyembuhkan diri dan kemampuan itu berkembang dengan cepat, sehingga ketika luka itu muncul di waktu yang sama luka itu segera pulih. Kejadian itu tak luput dari mata Hyang Barakala dan dia merasa bila kemampuan Barata semakin membaik di setiap detiknya.“Hahahaha … sungguh pertarungan yang menyenangkan. Aku tidak pernah berharap kau bisa mengeluarkan kekuatan yang sama dengan
Tubuhnya melenting saat Barata menyerap seluruh energi yang ada di sekitarnya. Baik Hyang Barakala maupun Barata saling menyerap energi di sekitarnya hingga menyebabkan fluktuasi menakutkan di lingkungan sekitarnya dan membuat ruang serta udaranya terdistorsi dengan hebatnya. Barata melayang dan energi di sekitarnya bergerak menuju ke dirinya dengan kecepatan tinggi membuat dia menjadi lebih berbahaya.Hyang Barakala tersenyum puas ketika dia menyaksikan perubahan pada Barata. Walaupun hal itu akan membuatnya makin berbahaya dan mengancamnyam Hyang Barakala tetap merasa senang karena dia tidak bisa menghadapi lawan yang setara selama ini. Dengan adanya Barata yang mulai berkembang dan bertambah kuat seiring mereka bertarung, Hyang Barakala menjadi semakin bersemangat hingga wajahnya berseri-seri.“Aku melakukan apapun yang aku inginkan tanpa ada makhluk yang bisa menahanku dan kau bisa datang ke tempat ini juga karenaku. Kau bertambah kuat atas izinku. Tidak ada
Hyang Barakala kembali mengirimkan sebuah bola energi yang jauh lebih kuat. Saat dilihat lebih dekat dan teliti, bola energi itu dipenuhi dengan kandungan elemen alam. Barata memperkuat pertahanannya dengan menebalkan dinding pertahanan dari energi di sekitar tubuhnya. Tatapan matanya terus tertuju dan terpaku pada Hyang Barakala yang melakukan gerakan yang sama tapi dengan tekanan serta momentum yang jauh lebih kuat dari sebelumnya.Serangan kedua datang dengan kekuatan yang jauh lebih besar. Barata tidak menahan diri saat dia melihat gerakan yang dilakukan oleh Hyang Barakala. Bola energi itu datang dengan kecepatan tinggi. Barata yang begitu fokus melihat arah serangan itu dan secepat mungkin dia bergerak ke samping untuk menghindarinya, akan tetapi begitu dia hendak bergerak. Tatapan mata Hyang Barakala segera tertuju padanya dan memiliki dominasi tertentu hingga membuat Barata terpaku diam untuk beberapa saat.Pada waktu Barata hendak menghindar, dia benar-benar d
Tanpa menunggu Hyang Barakala bertindak, Barata mengambil langkah pertama dengan melancarkan sebuah serangan yang didasari akan seluruh kekuatan serta emosinya. Hasilnya, serangannya memberikan tekanan yang begitu besar. Di sekitar kepalan tangannya muncul retakan ruang dan tampak waktu terhenti karena tak ada hembusan apapun, lalu disertai dengan ilusi sebuah makhluk kuat. Ada beberapa elemen alam yang menyatu dalam kepalan tangannya yang membuat sebuah luka dari kepalan tangannya hingga bahunya, tapi pulih dengan sendirinya.Hyang Barakala tersenyum ketika dia merasakan kekuatan yang ada dalam pukulan Barata. Dia tidak menghindarinya ataupun membuat suatu gerakan tertentu untuk menahan pukulan itu. Hyang Barakala membiarkan serangan itu menghantam tubuhnya dan pukulan itu menabrak langsung ke dadanya hingga memicu sebuah dentuman yang memekakkan telinga serta mendorongnya mundur. Sorot matanya sedikit berubah saat dia terdorong mundur.Ada rasa tidak percaya dalam so
Barata meresapi perkataan Kalia dan menatap sosok yang menyebut dirinya Hyang Barakala sekaligus mengatakan dirinya sebagai Dewa ataupun Tuhan. Sulit untuknya menerima hal itu begitu saja. Dia sendiri tidak yakin akan keberadaan Dewa, tapi dihadapannya saat ini muncul sesosok makhluk yang mengatasnamakan dirinya sebagai Dewa. Sesuatu hal yang cukup aneh sebenarnya. Sayangnya, apa yang terjadi sebelumnya dan keadaan saat ini membuka mata Barata lebar-lebar. Sehingga, mau tidak mau dia harus mengakui bila ucapan sosok itu benar adanya.Mengenai apa yang dikatakan dan dilakukan oleh sosok itu, Barata tak begitu memikirkannya pada awalnya. Hanya saja, setelah dia mendengar ucapan Kalia. Dia menjadi lebih sadar akan keberadaan serta kekuatan yang dimiliki oleh Hyang Barakala. Selain itu, di sepanjang waktu pembicaraan terjadi, Barata bisa melihat ada sedikit rasa senang dari sorot mata serta wajah yang Hyang Barakala tunjukkan seolah dia sudah menanti pertemuan ini sejak lama.
Sosok yang melepaskan dominasi menakutkan itu tak bergerak. Dia juga tidak merespons pertanyaan Barata. Sosok itu hanya menatapnya dan terus mengawasinya seolah-olah dia sedang mengukur kemampuannya. Tatapan itu mengandung tekanan yang jauh melampaui segala tekanan yang pernah Barata rasakan. Penampilannya yang begitu agung tampak seperti manusia tapi jauh lebih menawan dari manusia biasa dan memiliki beberapa tanduk di kepalanya dengan rambut panjang yang terurai serta taring yang menjulur keluar dari mulutnya. Matanya besar dengan pupil menonjol. Saat dia tersenyum dunia tampak berhenti.Pandangan matanya terus menyapu sekitarnya dan sosok itu perlahan-lahan menunjukkan senyuman dinginnya. Tatapannya juga mulai mengalami perubahan saat menatap Barata yang mencoba untuk menahan segala tekanan yang dia keluarkan. Bagaimanapun situasi saat ini ada karena tindakannya dan dia menyukai sikap yang Barata tunjukkan.Sosok itu menatap Barata dengan dingin seraya berujar, &ldq