Barata berusaha untuk tetap tenang, mengamati pergerakan dari makhluk di hadapannya ini. Dia sama sekali tidak bisa memprediksi apa yang akan dilakukan oleh makhluk itu.Ketika makhluk itu memamerkan kekuatannya, tanah pun retak dan masuk ke dalam membentuk kawah kecil.
Makhluk berbentuk singa itu juga memiliki kecepatan yang mengerikan. Barata hampir saja kehilangan jejaknya. Jika saja dia tidak merasakan hawa membunuh dari makhluk itu, mungkin dia tidak akan bisa menemukannya kembali.
Barata menguatkan genggaman pada pedangnya, dan dia mengawasi perubahan yang terjadi di sekelilingnya. Hembusan angin yang kencang dan tak biasa merupakan jejak yang ditinggalkan oleh makhluk tersebut saat dia bergerak.
“Sekuat apakah makhluk ini? Tidak hanya auranya saja yang setara dengan pendekar tingkat atas, kecepatannya pun tidak kalah jauh darinya. Aneh sekali. Dan lagi, bagaimana bisa ada makhluk sekuat ini?” pikir Barata heran. Ia mengamati gerakan makhluk yang sedari tadi memutarinya. Makhluk itu terlihat sedang mengawasi dirinya.
Barata sama sekali tidak nyaman dengan situasi di hadapannya ini. Dia tidak bisa terpaku diam seperti ini. Alangkah mudahnya jika tenaga dalamnya masih ada. Pikir Barata.
Bagaimanapun, tanpa tenaga dalam, dia hanyalah manusia biasa, sama seperti manusia pada umumnya. Menghadapi lawan dengan kekuatan yang setara dengan pendekar tingkat atas hanyalah tindakan bunuh diri.
Sayangnya, Barata tak berpikir seperti itu. Dia tidak terlalu peduli akan hidup dan matinya. Dia hanya penasaran pada awalnya, tetapi saat melihat kekuatan makhluk ini, Barata yakin jika membiarkannya keluar dari lembah akan membawa petaka yang luar biasa mengerikan bagi seluruh penduduk Nusantara.
Entah berapa banyak korban jiwa jika makhluk ini lepas dari hadapannya. Pastinya akan lebih dari puluhan ribu orang yang tewas.
Kecepatan makhluk itu bertumpu pada keempat kakinya. Dengan tubuh yang begitu besar dan kokoh, dia sangat gesit. Barata terkejut akan kecepatan makhluk itu. Pergerakannya semakin kencang dan terarah. Makhluk itu tidak secara acak berlari atau memutari Barata, tetapi dia mencari celah untuk melancarkan sebuah serangan.
Geramannya terdengar begitu dekat dan menakutkan. Barata berusaha sebisa mungkin untuk tetap tenang dan mengawasi pergerakan makhluk itu. Barata merasakan tekanan yang terarah padanya semakin besar. Sekali saja dia kehilangan fokus, dia akan menerima serangan mematikan.
Barata tidak berani memalingkan wajahnya ataupun mengurangi konsentrasi serta kewaspadaannya saat makhluk itu terus memutarinya. Mahkluk berbentuk singa itu berhenti berputar, dan kini ia tepat berada di belakang Barata.
Merasakan nafas dari makhluk di belakangnya, tubuh Barata mulai gemetar. Dia tahu bukan hal baik untuk membelakangi binatang buas. Dia segera melompat ke samping sembari mengayunkan pedangnya.
Pria itu mengayunkan pedangnya sekuat tenaga. Momentumnya sedikit menghilang saat dia melompat, dan serangannya itu tak memiliki dampak berarti. Hanya menggoresnya saja tanpa melukainya.
Apalagi, saat dia melompat serta menghindar. Makhluk itu menyerang balik dengan sebuah cakaran. Barata terhempas hingga tubuhnya menabrak sebuah pohon.
“Argh!!!” Punggungnya menghantam batang pohon, meninggalkan bekas yang cukup dalam. Barata menahan rasa sakit yang menjalar di sekujur tubuhnya. Pandangan matanya juga sedikit goyah.
Bagaimanapun, kehilangan tenaga dalam cukup memengaruhi dirinya. Dia tidak lagi bisa bertarung seperti saat dia masih memiliki kekuatan. Barata hanya bisa mengandalkan teknik saja untuk selamat dari pertarungan ini.
Meski hanya samar, dia merasakan serangan yang dilepaskan oleh makhluk itu mengandung tenaga dalam. Sangat mirip dengan miliknya dan juga para pendekar lainnya.
Ia bangkit, menatap tajam ke arah makhluk berbentuk singa itu seraya berkata, “Kekuatan ini bukan milik makhluk biasa. Pantas rasanya jika aku menyebutnya monster singa. Apa yang sebenarnya terjadi dengan dunia ini? Mengapa ada makhluk semengerikan ini? Bertarung dengannya hanya akan membuatku terluka dan mati.”
Ada keinginan Barata untuk lari dari tempat itu karena ia tidak tahu harus bagaimana menghadapi monster ini. Dia tidak menemukan kelemahan di monster itu, baik gerakan, kecepatan, dan kekuatan. Barata harus bertahan sekuat tenaga dari serangan monster itu.
Ia terus menghindari serangan makhluk itu. Tak ada kekuatan yang tersisa di dalam diri Barata untuk menahan serangan monster itu. Sekali lagi, Barata berusaha menahan monster itu, tapi ia langsung dihempaskan lagi dan seluruh tubuhnya serasa seperti dihancurkan. Dia berusaha untuk tetap tenang, dan mengamati monster itu.
“Huft ... Huft ... Hanya mengandalkan kekuatan murni tidak akan membuatku selamat dari pertarungan ini. Seandainya ini hari terakhirku, aku ingin membuatnya menjadi lebih berarti!" Barata melesat maju, mengayunkan pedangnya berkali-kali, mengincar kepala monster itu.
Setiap serangannya ditepis oleh monster itu melalui tanduknya. Benturan yang terjadi antara pedangnya serta tanduk itu membuat tubuhnya bergetar dan dia hampir kehilangan keseimbangan.
Meski goyah, Barata tetap mengayunkan pedangnya sekuat tenaga dari atas ke bawah. Dia mengombinasikan beberapa gerakan dalam satu waktu.
Meskipun dia tahu serangannya tak terlalu memberikan dampak yang besar dan hanya membuatnya semakin marah, Barata tetap menyerang makhluk itu.
Geraman dan nafasnya semakin cepat. Kini monster itu menatap Barata dengan marah, dan dia bergerak dengan sangat cepat saat menyerang Barata.
“Kecepatannya meningkat, sial!!” Barata tak bisa menghindar dari serangan yang datang. Tandukan dari monster singa itu menghantam tubuhnya.
Beruntungnya dia masih bisa menahan tandukan itu dengan bilah pedangnya. Namun, dampak dari kekuatan yang dimiliki monster itu sangatlah besar, dan Barata kembali terpukul mundur. Kali ini, dia memuntahkan darah.
“Ugh!!! Apa-apaan kekuatan ini,” ucapnya lirih, Barata mengumpulkan tenaganya kembali. Dia berusaha untuk berdiri kembali, tetapi tubuhnya tak menuruti keinginannya.
Kehilangan tenaga dalam dan dampak dari tak sadarkan diri beberapa waktu lalu mulai terasa. Dia benar-benar tidak bisa menghadapi monster di depannya ini.
Matanya menatap rumit ke arah monster tersebut. Dia terlalu meremehkan makhluk itu dan melebih-lebihkan dirinya. Namun, Barata tak menyesali sikapnya ini, hanya saja dia merasa bodoh karena tidak memikirkan adanya kemungkinan ini.
Kematian bukan hal yang buruk, kekalahan karena kebodohan dan kecerobohan itu jauh lebih mengerikan daripada kematian itu sendiri. Barata tak menginginkan hal ini terjadi pada dirinya. Sayangnya pada pertarungan ini, dia melakukannya.
“Argh!!! Sepertinya kekuatanku benar-benar menghilang. Karena sudah berada di sini, aku harus mengakhiri pertarungan ini!!”
Mata Barata penuh tekad. Dia menguatkan kepalan tangannya. Dengan tarikan nafas yang dalam hingga tulang-tulangnya terasa diregangkan, dia melesat bagaikan anak panah menggunakan seluruh kekuatan yang tersisa di dalam dirinya. Dia mulai bergerak maju menyerang monster singa itu lagi.
Barata melepaskan serangan yang begitu cepat dan mematikan. Lintasan pedangnya begitu tajam, dan mengarah ke leher monster singa. Dengan kecepatan ayunan pedang yang begitu tinggi, Barata memiliki momentum yang besar.Celah mulai terbuka ketika monster singa melangkah ke depan, dan peluang itulah yang Barata ambil. Dia mengayunkan pedangnya sekuat tenaga, tetapi serangannya dimentahkan dengan tanduk monster itu.Terjadi sebuah benturan yang kuat, hingga sekujur tubuh Barata bergidik dalam waktu yang singkat. Barata melihat pedangnya retak dan patah. Tak lama kemudian diikuti oleh suara retakan lainnya.Barata menyunggingkan senyuman kecil di wajahnya saat dia melihat tanduk monster singa itu retak. Meskipun tidak patah, retakan itu cukup besar, dan hanya perlu satu tekanan saja untuk membuatnya patah.Dengan kekuatan layaknya seorang pria dewasa biasa, ia mampu melukai monster tangguh itu. Hal ini membuat Barata senang. Sayangnya, hal ini juga memberinya
Sambil memegangi dadanya yang terus berdebar-debar, Barata memasuki bangunan aneh itu. Sebuah bangunan dengan bentuk mirip dengan sebuah tabung dan memiliki kemiripan dengan sebuah menara, tapi tak terlalu tinggi. Hanya ada satu pintu masuk.Hanya berada di depannya saja sudah membuat Barata bergidik. Dia tidak pernah melihat sebuah tempat dengan aura yang begitu mengerikan seperti ini.Ketika Barata melewati pintu besar, seketika kakinya menginjak masuk ke dalam. Tekanan yang dia rasakan pun meningkat berkali-kali lipat. Barata merasa seperti berhadapan dengan seorang pendekar tingkat dewa.Barata sama sekali tidak mengerti mengapa dia merasakan tekanan tersebut. Bangunan itu memang aneh dan bergaya tidak biasa, apalagi ornamen di sekitarnya terlihat seperti area yang berada di rawa-rawa, padahal di Lembah Iblis ini sendiri tidak ada rawa.Di Nusantara, para pendekar terbagi menjadi empat tingkatan, yaitu pemula, menengah, ahli, dan Dewa. Semua tin
Sesosok makhluk yang tak Barata kenali muncul dari balik debu yang berterbangan, dengan tubuh yang mencengangkan seperti makhluk mitos. Bagian bawah seperti tubuh laba-laba, sedangkan tubuh bagian atasnya berupa manusia. Ia nampak cantik.Penampilannya begitu menggoda, bahkan seorang putri kerajaan akan menciut ketika berada di sampingnya. Dua gunung penuh nan besar menjulang dengan bangganya, saat makhluk itu melihat Barata dengan sebuah senyuman. Jari telunjuknya yang lentik menunjuk ke arah Barata.Mata makhluk itu begitu indah dan memikat, seperti ada pesona yang tak dapat ditolak. Auranya tidak hanya kuat, ada sebuah keseksian dan godaan yang begitu mendominasi darinya.Makhluk itu berada di belakang benda yang tadinya Barata sentuh. Makhluk itu terlihat seperti seorang pelindung, hawa keberadaannya begitu besar, dan dia tampak menjadi pusat dari seluruh kekuatan yang ada di dalam ruangan itu.Barata terdiam dan tak bergerak. Dia hanya bisa memperhat
Barata menghela nafas. Dia tidak beranjak dari posisinya ketika menyaksikan bangunan itu menghilang dari pandangannya.Barata mengambil belati di pinggangnya, dan dia merasakan adanya kekuatan yang terasa akrab. Perasaan itu mengalir ke dalam dirinya saat dia menggenggam belati itu.Ketika dia merasakan kekuatan yang mengalir dari belati yang kemudian masuk ke dalam dirinya, Barata mengernyitkan dahi. Perasaan itu sangatlah kuat hingga urat-urat di tubuhnya seakan mencuat keluar.Pada awalnya, Barata menggenggam belati dengan satu tangan, tapi setelah merasakan aliran energi yang masuk ke dalam dirinya, dia mulai menggenggam dengan kedua tangannya.Ketika dia melakukannya, riak-riak energi yang masuk ke dalam tubuhnya mulai memengaruhi area sekitarnya.Perlahan, Barata merasakannya, dan dia mencoba untuk memahami kekuatan itu. Ketika dia semakin tenggelam saat merasakan energi itu, samar-samar dia melihat sosok yang sama seperti yang ia lihat ketik
Barata membuka matanya, persepsinya mulai berbeda, dan penglihatannya menjadi lebih baik. Dia tidak melihat pemandangan di sekitarnya ini seperti sebelumnya, dan berubah menjadi lebih baik seperti saat ini.Tidak lama kemudian, rasa sakit yang sebelumnya menderu-deru dan ia rasakan perlahan memudar, dan dia merasa jauh lebih baik dari beberapa waktu lalu.Barata melihat belati yang ia letakkan dekat dadanya. Saat dia mengingat kembali percakapannya dengan roh yang ada di dalam belati itu, dia menghela nafas.“Wanita itu sangat mengerikan. Aura yang dia keluarkan saja sudah setara dengan pendekar ahli. Tidak, dia sendiri terlihat seperti dibatasi. Mungkin saja kekuatannya setara atau lebih dari pendekar dewa. Apa yang harus aku lakukan sekarang?” Barata menggenggam kuat-kuat belati di tangannya. Ia bingung harus berbuat apa. Bagaimanapun juga, dia tidak memiliki kekuatan kecuali belati yang ada di tangannya.Apalagi, tubuhnya juga masih menderi
Pada saat dia sampai di tempat yang menjadi sarang monster singa, Barata melihat makhluk itu sedang tertidur pulas. Ada rasa ingin kabur, dan meninggalkan tempat tersebut. Namun, dia juga tidak menampik jika dia ingin menguji kekuatannya dan mencari tahu seberapa jauh perbedaan antara dirinya saat ini dengan beberapa waktu lalu.Barata bergegas meninggalkan posisinya. Ia berlari menuju ke sebuah pohon, lantas dia bersembunyi di balik pohon itu sambil memperhatikan monster singa tersebut.Dia tidak tahu akankah ini berhasil atau tidak. Namun, dia tetap menatap monster itu dengan mata yang tajam. Perlahan, dia mengedarkan energi yang ada di dalam Pusaka Kalimedeni, dan mengarahkannya tepat ke arah monster tersebut.Setelah itu, Barata mendekatinya. Langkah kakinya begitu hening, tak ada suara. Tangannya menggenggam kuat-kuat Pusaka Kalimedeni, dan tubuhnya terselimuti energi yang berasal dari pusaka itu.Barata mendekati monster itu. Setelah ia berada sanga
Barata terbaring lemah. Masuknya cahaya dari pusaka ke dalam tubuhnya sama sekali tidak ia duga. Sulit baginya untuk mengatakan apa yang tengah terjadi. Pada saat cahaya itu masuk ke tubuhnya, dia merasa mendapatkan kekuatan yang besar.Kekuatan itu membuat tubuhnya semakin kuat dan mempercepat proses penyembuhannya. Luka yang ia terima dari monster singa itu cukuplah parah. Bahunya mati rasa dan nafasnya memberat. Akan tetapi ketika cahaya itu masuk ke tubuhnya, dia merasa lebih baik, seolah-olah dia mendapatkan tubuh baru.Saat Barata bangkit untuk duduk pun dia mampu melakukannya. Padahal, dengan luka di tubuhnya, ia seharusnya sulit untuk duduk. Pandangan matanya tertuju pada pusaka di tangannya yang mengeluarkan aura sedikit lebih kuat daripada sebelumnya. Pancaran aura itu seperti menunjukkan jika kekuatannya telah bertambah. Barata terdiam, dia mencoba mencerna apa yang tengah terjadi, minimnya informasi yang ia miliki membuat Barata tidak tahu apa yang sedang t
Setelah melakukan pertapaan selama beberapa waktu, Barata tidak lagi merasa asing dengan energi yang ada di dalam pusaka. Di atas batu, Barata diselimuti aliran energi yang kuat, dan energi itu terus masuk ke dalam tubuhnya. Lantas dia mendapatkan kembali kekuatan yang dulunya menghilang. Pada saat itulah dia percaya jika energi itu merupakan tenaga dalam yang beberapa waktu lalu menghilang. Begitu ia mengonfirmasi hal itu, dia menjadi lebih paham akan kekuatan yang bisa ia gunakan. “Kekuatan ini terbagi menjadi tahapan tertentu. Ilusi yang aku gunakan sewaktu melawan monster singa itu merupakan tahapan kedua yang cukup kuat, tetapi bukan yang paling menakutkan. Tetap Hukuman Ilahi yang paling berbahaya dari keterampilan di pusaka ini. Tahap awal hanya bisa memengaruhi satu orang saja, sedangkan tahap kedua mampu memengaruhi area sekitarnya, tahap ketiga mampu digunakan untuk melukai lawan secara langsung, dan yang terakhir, itu yang paling mengerikan. Betapa kuasany
Waktu mereka masuk ke dalam alam ketiadaan. Barata merasakan sensasi kesemutan dan getaran hebat di sekujur tubuhnya. Bagian-bagian tubuh yang sebelumnya tak berfungsi menunjukkan sedikit peningkatan yang membuat dia menjadi semangat. Di sisi lain, Hyang Barakala tidak hanya mengompres seluruh energi yang mengitari tubuhnya. Dengan satu tatapan yang serius serta mematikan, dia menarik seluruh energi tersebut dan menyatukannya dengan tubuhnya. Lantas, dengan sebuah gerakan sederhana, Hyang Barakala melesat maju ke arah Barata. Keadaan segera berubah saat Hyang Barakala mengambil langkah. Tidak hanya tekanan besar yang datang tapi juga sebuah ancaman yang langsung membuat Barata melipat gandakan kewaspadaannya. Walau begitu, dia tetap mengelak dari Hyang Barakala dan tidak menangkis maupun menahan serangannya. Ia tahu betul seberapa merusaknya serangan yang Hyang Barakala lepaskan barusan. Energi yang besar dan merusak saling bertemu. Baik energi yang Barata miliki mau
Semuanya berjalan sesuai dengan keinginan Hyang Barakala. Barata yang mengalami peningkatan drastis menjadi sesuatu hal yang memberi Hyang Barakala sebuah rasa takut. Dia memang menginginkan hal ini kembali, rasa takut yang sudah lama tak dia rasakan. Bagaimana dia tidak merasa senang saat dia menyaksikan perubahan pada Barata yang benar-benar jauh dari ekspektasinya dan sekarang dia merasa lebih segar.“Kau masih bisa bertahan, bukan? Kau membuat aku bersemangat dan semangat ini semakin lama menjadi semakin besar. Aku benar-benar bahagia sekarang. Pertarungan ini akan terus kukenang! Barata, kau benar-benar sosok penantang yang hebat dan aku senang. Aku senang kaulah yang berhasil mendapatkan semua benda itu, jika itu orang lain. Entah bagaimana akhirnya, mungkin aku tidak akan sesemangat ini!” ujar Hyang Barakala ketika dia melihat tubuh Barata mengalami perubahan dimana energi dalam jumlah besar mengelilinginya.Barata mendengar sebuah hal yang tak ingin
Pukulan itu melayang dengan kecepatan tinggi dan sangat menekan. Seluruh energi berkumpul dalam kepalan tangan Barata yang melesat ke arah Hyang Barakala. Udara terpecah belah dan berbagai pusaran angin dalam bermacam-macam ukuran muncul saat pukulan itu mendekati tubuh Hyang Barakala.Sewaktu pukulan itu menghantam tubuh Hyang Barakala sontak sebuah gelombang kejut muncul dari benturan itu. Hyang Barakala cukup terkejut dengan kemampuan Barata yang begitu mengerikan terutama daya ledak dari pukulannya. Energinya sungguh besar dan dampak dari pukulannya langsung terasa. Tidak ada sedikitpun celah dalam serangan itu dan Hyang Barakala melihatnya dalam cahaya berbeda, seolah serangan itu merupakan serangan terkuat yang Barata lepaskan sejak pertarungan pertama.“Uagh!!” Hyang Barakala terdorong mundur dan memuntahkan seteguk darah serta di dadanya ada sebuah luka yang berbentuk seperti kepalan tangan. Tatapannya sedikit menunjukkan rasa takut saat Barata meny
Hyang Barakala menembakkan bola energi yang sudah dia kompresi hingga ke titik terbaik. Bola energi yang seharusnya sangat besar ia kompresi menjadi sedemikian rupa. Lantas dengan satu gerakkan telunjuknya, dia menembakkan bola energi itu ke arah Barata yang juga melakukan hal yang sama dengannya. Kumpulan bola energi saling bertabrakan dan berbenturan. Sebuah gelombang kejut yang sangat kuat menghantam seluruh area.Barata terdorong mundur dan memiliki berbagai macam luka di tubuhnya hingga mengeluarkan darah yang tak terhitung jumlahnya. Hanya saja, Barata memiliki kemampuan untuk menyembuhkan diri dan kemampuan itu berkembang dengan cepat, sehingga ketika luka itu muncul di waktu yang sama luka itu segera pulih. Kejadian itu tak luput dari mata Hyang Barakala dan dia merasa bila kemampuan Barata semakin membaik di setiap detiknya.“Hahahaha … sungguh pertarungan yang menyenangkan. Aku tidak pernah berharap kau bisa mengeluarkan kekuatan yang sama dengan
Tubuhnya melenting saat Barata menyerap seluruh energi yang ada di sekitarnya. Baik Hyang Barakala maupun Barata saling menyerap energi di sekitarnya hingga menyebabkan fluktuasi menakutkan di lingkungan sekitarnya dan membuat ruang serta udaranya terdistorsi dengan hebatnya. Barata melayang dan energi di sekitarnya bergerak menuju ke dirinya dengan kecepatan tinggi membuat dia menjadi lebih berbahaya.Hyang Barakala tersenyum puas ketika dia menyaksikan perubahan pada Barata. Walaupun hal itu akan membuatnya makin berbahaya dan mengancamnyam Hyang Barakala tetap merasa senang karena dia tidak bisa menghadapi lawan yang setara selama ini. Dengan adanya Barata yang mulai berkembang dan bertambah kuat seiring mereka bertarung, Hyang Barakala menjadi semakin bersemangat hingga wajahnya berseri-seri.“Aku melakukan apapun yang aku inginkan tanpa ada makhluk yang bisa menahanku dan kau bisa datang ke tempat ini juga karenaku. Kau bertambah kuat atas izinku. Tidak ada
Hyang Barakala kembali mengirimkan sebuah bola energi yang jauh lebih kuat. Saat dilihat lebih dekat dan teliti, bola energi itu dipenuhi dengan kandungan elemen alam. Barata memperkuat pertahanannya dengan menebalkan dinding pertahanan dari energi di sekitar tubuhnya. Tatapan matanya terus tertuju dan terpaku pada Hyang Barakala yang melakukan gerakan yang sama tapi dengan tekanan serta momentum yang jauh lebih kuat dari sebelumnya.Serangan kedua datang dengan kekuatan yang jauh lebih besar. Barata tidak menahan diri saat dia melihat gerakan yang dilakukan oleh Hyang Barakala. Bola energi itu datang dengan kecepatan tinggi. Barata yang begitu fokus melihat arah serangan itu dan secepat mungkin dia bergerak ke samping untuk menghindarinya, akan tetapi begitu dia hendak bergerak. Tatapan mata Hyang Barakala segera tertuju padanya dan memiliki dominasi tertentu hingga membuat Barata terpaku diam untuk beberapa saat.Pada waktu Barata hendak menghindar, dia benar-benar d
Tanpa menunggu Hyang Barakala bertindak, Barata mengambil langkah pertama dengan melancarkan sebuah serangan yang didasari akan seluruh kekuatan serta emosinya. Hasilnya, serangannya memberikan tekanan yang begitu besar. Di sekitar kepalan tangannya muncul retakan ruang dan tampak waktu terhenti karena tak ada hembusan apapun, lalu disertai dengan ilusi sebuah makhluk kuat. Ada beberapa elemen alam yang menyatu dalam kepalan tangannya yang membuat sebuah luka dari kepalan tangannya hingga bahunya, tapi pulih dengan sendirinya.Hyang Barakala tersenyum ketika dia merasakan kekuatan yang ada dalam pukulan Barata. Dia tidak menghindarinya ataupun membuat suatu gerakan tertentu untuk menahan pukulan itu. Hyang Barakala membiarkan serangan itu menghantam tubuhnya dan pukulan itu menabrak langsung ke dadanya hingga memicu sebuah dentuman yang memekakkan telinga serta mendorongnya mundur. Sorot matanya sedikit berubah saat dia terdorong mundur.Ada rasa tidak percaya dalam so
Barata meresapi perkataan Kalia dan menatap sosok yang menyebut dirinya Hyang Barakala sekaligus mengatakan dirinya sebagai Dewa ataupun Tuhan. Sulit untuknya menerima hal itu begitu saja. Dia sendiri tidak yakin akan keberadaan Dewa, tapi dihadapannya saat ini muncul sesosok makhluk yang mengatasnamakan dirinya sebagai Dewa. Sesuatu hal yang cukup aneh sebenarnya. Sayangnya, apa yang terjadi sebelumnya dan keadaan saat ini membuka mata Barata lebar-lebar. Sehingga, mau tidak mau dia harus mengakui bila ucapan sosok itu benar adanya.Mengenai apa yang dikatakan dan dilakukan oleh sosok itu, Barata tak begitu memikirkannya pada awalnya. Hanya saja, setelah dia mendengar ucapan Kalia. Dia menjadi lebih sadar akan keberadaan serta kekuatan yang dimiliki oleh Hyang Barakala. Selain itu, di sepanjang waktu pembicaraan terjadi, Barata bisa melihat ada sedikit rasa senang dari sorot mata serta wajah yang Hyang Barakala tunjukkan seolah dia sudah menanti pertemuan ini sejak lama.
Sosok yang melepaskan dominasi menakutkan itu tak bergerak. Dia juga tidak merespons pertanyaan Barata. Sosok itu hanya menatapnya dan terus mengawasinya seolah-olah dia sedang mengukur kemampuannya. Tatapan itu mengandung tekanan yang jauh melampaui segala tekanan yang pernah Barata rasakan. Penampilannya yang begitu agung tampak seperti manusia tapi jauh lebih menawan dari manusia biasa dan memiliki beberapa tanduk di kepalanya dengan rambut panjang yang terurai serta taring yang menjulur keluar dari mulutnya. Matanya besar dengan pupil menonjol. Saat dia tersenyum dunia tampak berhenti.Pandangan matanya terus menyapu sekitarnya dan sosok itu perlahan-lahan menunjukkan senyuman dinginnya. Tatapannya juga mulai mengalami perubahan saat menatap Barata yang mencoba untuk menahan segala tekanan yang dia keluarkan. Bagaimanapun situasi saat ini ada karena tindakannya dan dia menyukai sikap yang Barata tunjukkan.Sosok itu menatap Barata dengan dingin seraya berujar, &ldq