Barata bergegas menghampiri para pejuangnya, walaupun dia sedikit terhuyung-huyung. Dia berlari sekuat tenaganya, dan dia segera memeriksa mereka semua. Barata melihat para pejuangnya terluka akibat pertarungan sebelumnya serta ledakan yang terjadi beberapa saat lalu. Ketika dia melihat keadaan mereka, terbesit amarah dan rasa kekecewaan. Dia kecewa terhadap dirinya sendiri karena terlalu banyak berpikir dan mengkhawatirkan suatu hal yang belum terjadi.
Pada saat dia melihat kondisi para pejuangnya lantas Sopo Barungan, Surip, dan Supono. Barata benar-benar tidak menyangka mereka akan terluka cukup parah, terutama Sopo Barungan. Dia segera kembali dan memanggil orang-orang untuk membawa semua pejuangnya kembali ke gua. Mereka tak memiliki seorang ahli pengobatan ataupun tabib. Namun, untuk membalut luka mereka masih mampu.Bowo yang datang bersama dengan para penduduk terkejut saat melihat kondisi di medan pertempuran. Mereka tidak pernah membayangkan bilaTiga hari setelah pertarungan tak biasa itu, Barata menatap area gua yang sudah berubah total. Dia sama sekali tidak merasa senang ataupun buruk dengan perubahan ini, dia malah berpikir tentang keberadaan sosok yang melancarkan serangan itu. Menjadi kelinci percobaan bukanlah sesuatu yang menyenangkan dan kali ini dia merasakannya secara nyata.Barata sangat yakin bila pria itu pasti akan kembali ke Lembah Kehidupan suatu hari nanti. Jadi, setelah dia melihat perubahan di gua, dia memutuskan untuk pergi ke permukaan seorang diri dan meninggalkan mereka semua. Dia sudah menetapkan tujuannya untuk menjelajah area di sekitar Lembah Kehidupan untuk mencari sesuatu yang berharga.Namun, sebelum di pergi meninggalkan Lembah Kehidupan. Barata menemui Bowo dan memberikan beberapa pengingat padanya untuk segera menyelesaikan segala infrastruktur yang hendak mereka bangun. Barata juga memberitahunya jika dia tidak tahu akan sampai kapan dia berada di permukaan. Dia s
“Apa itu?” Barata terkejut dengan apa yang dia lihat.Dia tidak menyangka akan melihat makhluk yang sangat aneh dan tidak biasa. Tubuhnya terlihat seperti babi hutan seberat 200 kg, tapi keempat kakinya lebih panjang dari kebanyakan babi hutan yang dia kenal, dan setiap kaki itu terdapat cakar yang tajam, di mana ketajamannya mengalahkan besi. Selain itu, ada sesuatu di pundak makhluk tersebut, dan kepalanya lebih condong ke singa dari pada babi.Barata terdiam dan tak bisa berkata-kata dengan apa yang dia lihat karena makhluk itu membantai orang-orang dan menyantapnya. Dia mengetahui semua itu dari potongan-potongan tubuh yang tercecer dan organ dalam manusia yang tersebar di berbagai tempat. Pemandangan itu begitu mengerikan sekaligus menjijikkan. Bagi orang biasa, mereka pasti akan mengeluarkan apa yang mereka makan tatkala melihat pemandangan tersebut. Namun, Barata terlihat biasa saja.“Apa makhluk itu monster? Tapi kenap
Walaupun serangannya tidak memberikan hasil, Barata tidak menyerah, dan dia menyerang Cangkirang dengan lebih intens dan agresif lagi. Dia mengerti seberapa besar ancaman dan kekuatan yang dimiliki oleh makhluk ini. Hanya dengan raungannya saja dia bisa dipukul mundur. Barata tidak terlalu memikirkan risiko yang akan dia terima karena dia sudah tahu potensi malapetaka yang dibawa oleh makhluk ini.“Manusia, jangan berpikir kau sudah memahami teror yang dibawa olehnya. Kau hanya melihat sebagian kecil kekuatan yang dimilikinya. Hanya karena kau mampu menahan raungannya tidak berarti kau bisa mengalahkannya. Dia berada di atasmu, dan kekuatannya jauh melampaui apa yang kau bayangkan.” Suara sensual itu kembali muncul dan menggoda Barata.Roh Pusaka Batu Api tak berani berbicara saat Roh Pusaka Kalimedeni membuka mulutnya. Barata yang mendengarnya benar-benar merasa geram. Dia merasa sedang ditonton dan dilecehkan oleh Sang Ratu. Di benaknya tercet
Di saat Barata berdiri dan hendak menyerang makhluk itu kembali. Dia melihat bila makhluk itu sudah berhenti bergerak sembari terbaring dan darah keliar dari lehernya. Barata melihat makhluk itu meregang nyawa dan tubuh makhluk itu kejang-kejang ketika darah menyembur keluar dari lehernya. Dia menatapnya lekat-lekat dan tidak membiarkan pemandangan itu hilang dari pandangannya.“Uhuk!! Sial!! Ini sakit sekali. Kekuatannya benar-benar mengerikan, semoga saja makhluk bernama Cangkirang ini hanya ada satu saja. Kalau tidak, aku tidak tahu bagaimana situasi di luar sana. Sial sekali!! Bagaimana aku bisa sesial ini?” Barata bertanya-tanya ketika dia memegangi dadanya yang terasa nyeri. Dia tidak bergegas menghampiri makhluk tersebut, dia mengatur nafasnya terlebih dahulu dan menenangkan dirinya.Barata yang merasakan rasa nyeri di dadanya berangsur-angsur berkurang, dia menunjukkan sebuah senyum yang tak biasa, dan mendekati makhluk itu. Di dalam pik
Barata tidak menyangka jika pria itu akan memiliki sebuah pusaka. Memang sabit yang di bawa pria itu terlihat berbeda dari sabit pada umumnya. Di pegangannya sendiri terlihat memiliki sebuah ukiran yang tidak biasa. Barata merasakan ada hembusan angin yang kuat ketika dia menghindari serangan pria itu. Saat ini, dia mulai merasakan adanya peningkatan kekuatan pada pria tersebut.“Sial!! Dia mampu mengontrol angin. Sabit itu pasti sebuah pusaka dengan kekuatan angin. Sekarang, bagaimana caraku mengalahkannya. Selain itu, aku tidak menyangka dia akan memiliki sebuah pusaka. Apakah mendapatkan pusaka itu sebegitu mudahnya? Aku sudah melihat tiga orang yang menggunakan pusaka. Jika aku bisa merebut pusaka itu, pasti kekuatanku akan bertambah kuat lagi,” gumam Barata ketika dia melihat lawannya melayangkan serangan lain.Sabit di tangan pria itu melepaskan gelombang angin berbentuk bulan sabit ke arah Barata. Setiap gelombang angin itu mampu memotong
Barata memikirkan kunci dari keberhasilannya menaklukkan Pusaka Kalimedeni. Dia tidak tahu apakah itu karena kegigihannya atau karena darahnya. Barata mencoba untuk mencernanya lebih serius lagi. Dia dibuat bingung oleh sabit di tangannya, dia tidak mengetahui apa yang harus dia lakukan karena ini adalah kali pertama dia menemukan dan mendapatkan pusaka dari orang lain. Barata merasa bila ada satu hal yang perlu dia lakukan.“Aku kira kau ini cerdas, manusia. Namun, melihat kau dilanda kebingungan dalam masalah sepele ini benar-benar membuatku merasa tak berdaya. Ternyata manusia yang berhasil menaklukkanku itu manusia yang bodoh dan tak berakal. Sungguh sia-sia sekali aku berada di sini. Huft ... ini menyebalkan, aku tidak bisa memilih jua,” ucap Sang Ratu. Dia menunjukkan sedikit kekecewaannya akan situasi yang dihadapi Barata.Saat mendengar ucapan Sang Ratu kembali, Barata merasa seperti sedang dilecehkan dan dipandang rendah. Dia benar-bena
“Apa yang akan kita lakukan sekarang?” tanya seorang pemuda yang membawa sebuah pisau.“Diamlah!! Kita harus menjaga suara dan langkah kaki kita. Apa kau ingin mereka menemukan kita atau makhluk-makhluk itu menyerang kita? Kalau kau menginginkannya, ambil sendiri. Jangan membawa kita semua,” balas seorang pria paruh baya yang menggenggam sebuah parang.Sekelompok orang ini berjalan dengan hati-hati melewati sebuah pohon yang telah menjadi ranjang untuk Barata. Mereka mengatur nafasnya agar nafasnya tidak memburu. Mereka terlihat begitu cemas dan takut pada segala hal, bahkan ketika semak-semak tertiup angin dan bergerak. Mereka langsung menatap ke arah tersebut sembari mengacungkan senjatanya.Pria paruh baya yang memimpin kelompok ini terlihat seperti seorang pensiunan prajurit karena hanya dia seorang yang tetap bersikap tenang di saat ada sebuah situasi yang tak biasa. Jumlah mereka tak lebih dari belasan orang, dan m
Pria paruh baya menahan nafasnya saat dia mendengar ucapan Barata. Dia sama sekali tidak bisa mempercayai Barata. Dengan keadaan yang dia lalui, pria paruh baya ini tidak lagi bisa menaruh kepercayaannya pada orang lain. Jadi, ketika dia mendengar ucapan Barata yang begitu serius. Ketika dia melihat Barata yang melihat dirinya dengan tatapan serius dan tajam, dia menggelengkan kepalanya dan mengatur nafasnya.“Huft ... meskipun aku tidak mengatakannya dan kau akan melepaskan kami. Aku tidak bisa mempercayaimu, jadi aku akan mengatakannya. Sebelumnya aku hanyalah seorang prajurit yang sudah meletakkan senjatanya. Aku tinggal di desa yang sama dengan mereka. Pada saat dunia dilanda kekacauan, termasuk para pendekar yang kehilangan kekuatannya. Aku sedang melatih para pemuda ini untuk menjadi seorang prajurit.”“Setelah dunia kehilangan keseimbangannya. Aku membawa mereka, dan meninggalkan desa. Memimpin mereka menghadapi makhluk-makhluk meng
Waktu mereka masuk ke dalam alam ketiadaan. Barata merasakan sensasi kesemutan dan getaran hebat di sekujur tubuhnya. Bagian-bagian tubuh yang sebelumnya tak berfungsi menunjukkan sedikit peningkatan yang membuat dia menjadi semangat. Di sisi lain, Hyang Barakala tidak hanya mengompres seluruh energi yang mengitari tubuhnya. Dengan satu tatapan yang serius serta mematikan, dia menarik seluruh energi tersebut dan menyatukannya dengan tubuhnya. Lantas, dengan sebuah gerakan sederhana, Hyang Barakala melesat maju ke arah Barata. Keadaan segera berubah saat Hyang Barakala mengambil langkah. Tidak hanya tekanan besar yang datang tapi juga sebuah ancaman yang langsung membuat Barata melipat gandakan kewaspadaannya. Walau begitu, dia tetap mengelak dari Hyang Barakala dan tidak menangkis maupun menahan serangannya. Ia tahu betul seberapa merusaknya serangan yang Hyang Barakala lepaskan barusan. Energi yang besar dan merusak saling bertemu. Baik energi yang Barata miliki mau
Semuanya berjalan sesuai dengan keinginan Hyang Barakala. Barata yang mengalami peningkatan drastis menjadi sesuatu hal yang memberi Hyang Barakala sebuah rasa takut. Dia memang menginginkan hal ini kembali, rasa takut yang sudah lama tak dia rasakan. Bagaimana dia tidak merasa senang saat dia menyaksikan perubahan pada Barata yang benar-benar jauh dari ekspektasinya dan sekarang dia merasa lebih segar.“Kau masih bisa bertahan, bukan? Kau membuat aku bersemangat dan semangat ini semakin lama menjadi semakin besar. Aku benar-benar bahagia sekarang. Pertarungan ini akan terus kukenang! Barata, kau benar-benar sosok penantang yang hebat dan aku senang. Aku senang kaulah yang berhasil mendapatkan semua benda itu, jika itu orang lain. Entah bagaimana akhirnya, mungkin aku tidak akan sesemangat ini!” ujar Hyang Barakala ketika dia melihat tubuh Barata mengalami perubahan dimana energi dalam jumlah besar mengelilinginya.Barata mendengar sebuah hal yang tak ingin
Pukulan itu melayang dengan kecepatan tinggi dan sangat menekan. Seluruh energi berkumpul dalam kepalan tangan Barata yang melesat ke arah Hyang Barakala. Udara terpecah belah dan berbagai pusaran angin dalam bermacam-macam ukuran muncul saat pukulan itu mendekati tubuh Hyang Barakala.Sewaktu pukulan itu menghantam tubuh Hyang Barakala sontak sebuah gelombang kejut muncul dari benturan itu. Hyang Barakala cukup terkejut dengan kemampuan Barata yang begitu mengerikan terutama daya ledak dari pukulannya. Energinya sungguh besar dan dampak dari pukulannya langsung terasa. Tidak ada sedikitpun celah dalam serangan itu dan Hyang Barakala melihatnya dalam cahaya berbeda, seolah serangan itu merupakan serangan terkuat yang Barata lepaskan sejak pertarungan pertama.“Uagh!!” Hyang Barakala terdorong mundur dan memuntahkan seteguk darah serta di dadanya ada sebuah luka yang berbentuk seperti kepalan tangan. Tatapannya sedikit menunjukkan rasa takut saat Barata meny
Hyang Barakala menembakkan bola energi yang sudah dia kompresi hingga ke titik terbaik. Bola energi yang seharusnya sangat besar ia kompresi menjadi sedemikian rupa. Lantas dengan satu gerakkan telunjuknya, dia menembakkan bola energi itu ke arah Barata yang juga melakukan hal yang sama dengannya. Kumpulan bola energi saling bertabrakan dan berbenturan. Sebuah gelombang kejut yang sangat kuat menghantam seluruh area.Barata terdorong mundur dan memiliki berbagai macam luka di tubuhnya hingga mengeluarkan darah yang tak terhitung jumlahnya. Hanya saja, Barata memiliki kemampuan untuk menyembuhkan diri dan kemampuan itu berkembang dengan cepat, sehingga ketika luka itu muncul di waktu yang sama luka itu segera pulih. Kejadian itu tak luput dari mata Hyang Barakala dan dia merasa bila kemampuan Barata semakin membaik di setiap detiknya.“Hahahaha … sungguh pertarungan yang menyenangkan. Aku tidak pernah berharap kau bisa mengeluarkan kekuatan yang sama dengan
Tubuhnya melenting saat Barata menyerap seluruh energi yang ada di sekitarnya. Baik Hyang Barakala maupun Barata saling menyerap energi di sekitarnya hingga menyebabkan fluktuasi menakutkan di lingkungan sekitarnya dan membuat ruang serta udaranya terdistorsi dengan hebatnya. Barata melayang dan energi di sekitarnya bergerak menuju ke dirinya dengan kecepatan tinggi membuat dia menjadi lebih berbahaya.Hyang Barakala tersenyum puas ketika dia menyaksikan perubahan pada Barata. Walaupun hal itu akan membuatnya makin berbahaya dan mengancamnyam Hyang Barakala tetap merasa senang karena dia tidak bisa menghadapi lawan yang setara selama ini. Dengan adanya Barata yang mulai berkembang dan bertambah kuat seiring mereka bertarung, Hyang Barakala menjadi semakin bersemangat hingga wajahnya berseri-seri.“Aku melakukan apapun yang aku inginkan tanpa ada makhluk yang bisa menahanku dan kau bisa datang ke tempat ini juga karenaku. Kau bertambah kuat atas izinku. Tidak ada
Hyang Barakala kembali mengirimkan sebuah bola energi yang jauh lebih kuat. Saat dilihat lebih dekat dan teliti, bola energi itu dipenuhi dengan kandungan elemen alam. Barata memperkuat pertahanannya dengan menebalkan dinding pertahanan dari energi di sekitar tubuhnya. Tatapan matanya terus tertuju dan terpaku pada Hyang Barakala yang melakukan gerakan yang sama tapi dengan tekanan serta momentum yang jauh lebih kuat dari sebelumnya.Serangan kedua datang dengan kekuatan yang jauh lebih besar. Barata tidak menahan diri saat dia melihat gerakan yang dilakukan oleh Hyang Barakala. Bola energi itu datang dengan kecepatan tinggi. Barata yang begitu fokus melihat arah serangan itu dan secepat mungkin dia bergerak ke samping untuk menghindarinya, akan tetapi begitu dia hendak bergerak. Tatapan mata Hyang Barakala segera tertuju padanya dan memiliki dominasi tertentu hingga membuat Barata terpaku diam untuk beberapa saat.Pada waktu Barata hendak menghindar, dia benar-benar d
Tanpa menunggu Hyang Barakala bertindak, Barata mengambil langkah pertama dengan melancarkan sebuah serangan yang didasari akan seluruh kekuatan serta emosinya. Hasilnya, serangannya memberikan tekanan yang begitu besar. Di sekitar kepalan tangannya muncul retakan ruang dan tampak waktu terhenti karena tak ada hembusan apapun, lalu disertai dengan ilusi sebuah makhluk kuat. Ada beberapa elemen alam yang menyatu dalam kepalan tangannya yang membuat sebuah luka dari kepalan tangannya hingga bahunya, tapi pulih dengan sendirinya.Hyang Barakala tersenyum ketika dia merasakan kekuatan yang ada dalam pukulan Barata. Dia tidak menghindarinya ataupun membuat suatu gerakan tertentu untuk menahan pukulan itu. Hyang Barakala membiarkan serangan itu menghantam tubuhnya dan pukulan itu menabrak langsung ke dadanya hingga memicu sebuah dentuman yang memekakkan telinga serta mendorongnya mundur. Sorot matanya sedikit berubah saat dia terdorong mundur.Ada rasa tidak percaya dalam so
Barata meresapi perkataan Kalia dan menatap sosok yang menyebut dirinya Hyang Barakala sekaligus mengatakan dirinya sebagai Dewa ataupun Tuhan. Sulit untuknya menerima hal itu begitu saja. Dia sendiri tidak yakin akan keberadaan Dewa, tapi dihadapannya saat ini muncul sesosok makhluk yang mengatasnamakan dirinya sebagai Dewa. Sesuatu hal yang cukup aneh sebenarnya. Sayangnya, apa yang terjadi sebelumnya dan keadaan saat ini membuka mata Barata lebar-lebar. Sehingga, mau tidak mau dia harus mengakui bila ucapan sosok itu benar adanya.Mengenai apa yang dikatakan dan dilakukan oleh sosok itu, Barata tak begitu memikirkannya pada awalnya. Hanya saja, setelah dia mendengar ucapan Kalia. Dia menjadi lebih sadar akan keberadaan serta kekuatan yang dimiliki oleh Hyang Barakala. Selain itu, di sepanjang waktu pembicaraan terjadi, Barata bisa melihat ada sedikit rasa senang dari sorot mata serta wajah yang Hyang Barakala tunjukkan seolah dia sudah menanti pertemuan ini sejak lama.
Sosok yang melepaskan dominasi menakutkan itu tak bergerak. Dia juga tidak merespons pertanyaan Barata. Sosok itu hanya menatapnya dan terus mengawasinya seolah-olah dia sedang mengukur kemampuannya. Tatapan itu mengandung tekanan yang jauh melampaui segala tekanan yang pernah Barata rasakan. Penampilannya yang begitu agung tampak seperti manusia tapi jauh lebih menawan dari manusia biasa dan memiliki beberapa tanduk di kepalanya dengan rambut panjang yang terurai serta taring yang menjulur keluar dari mulutnya. Matanya besar dengan pupil menonjol. Saat dia tersenyum dunia tampak berhenti.Pandangan matanya terus menyapu sekitarnya dan sosok itu perlahan-lahan menunjukkan senyuman dinginnya. Tatapannya juga mulai mengalami perubahan saat menatap Barata yang mencoba untuk menahan segala tekanan yang dia keluarkan. Bagaimanapun situasi saat ini ada karena tindakannya dan dia menyukai sikap yang Barata tunjukkan.Sosok itu menatap Barata dengan dingin seraya berujar, &ldq