Pada saat Barata keluar dari Pilar Ilahi atau candi yang sudah luluh lantah dimakan bumi itu. Dia melihat ada begitu banyak orang yang menunggunya, dan mereka yang menantinya mengeluarkan rasa haus darah serta nafsu membunuh yang tinggi. Salah satu pria yang tampak seperti seorang pemimpin melangkah maju meninggalkan orang-orang di belakangnya. Sebuah senyum misterius mengembang di wajahnya, dan dia tampak begitu tertarik dengan sesuatu.
Tatapan mata pria itu tertuju ke arah tangan Barata, tepatnya di dua jari yang ada cincinnya. Dia tersenyum seolah dia sudah tahu apa yang ada di hadapannya ini. Sudro adalah pria itu, dia mengusap cincin yang dia kenakan di tangan kirinya. Sudro mengerti bila saat ini dia sedang berhadapan dengan seseorang yang memiliki kekuatan serta kemampuan tak jauh dari dirinya, dan bahkan bisa jadi pria itu jauh lebih kuat darinya. Sudro mencoba untuk berpikir tenang, dan tak terlalu mengkhawatirkan hal itu.Barata merasakan adanya t76.Pertempuran di mulai setelah Sudro melangkah maju. Barata tidak terlalu memikirkan orang-orang yang ada di depannya. Barata mengerti jika pertempuran ini pasti akan menghasilkan lautan darah. Dengan bergeraknya orang-orang yang berada di sisi Sudro, Barata mulai menunjukkan tindakan yang lebih nyata. Awalnya dia hanya mengamati mereka saja, tapi dia mengubahnya saat ini.Barata segera mengeluarkan beberapa bola api dari Pusaka Batu Api. Sembari mengamati lawannya, dia juga menoleh ke arah Wati yang masih takut akan dirinya dan juga orang-orang yang saat ini mengepung mereka. Barata melihat kalau ada beberapa orang yang melangkah maju dan meninggalkan pria lainnya. Dia tidak tahu mengapa pria-pria yang saat ini dia hadapi memberikan sebuah perasaan yang aneh.“Apakah kalian benar-benar ingin bertarung denganku atau kalian hanya dipaksa untuk melakukan semua ini? Kalau kalian dipaksa, maka kalian bisa meninggalkan tempat ini. Aku tidak akan mem
Barata terengah-engah, dia yang sebelumnya sudah berhadapan dengan penjaga Pilar Ilahi tidak mungkin tidak lelah. Dengan lawan yang begitu tangguh di depannya ini, Barata harus menghadapinya dengan seluruh kemampuan serta mempertaruhkan nyawanya. Lawannya bukan seseorang yang mudah dihadapi. Beberapa benturan yang terjadi sudah memberikan sebuah penglihatan pada Barata tentang kemampuan lawannya.“Huft ... huft ... “ Barata mengatur nafasnya ketika dia memperhatikan Sudro yang mendekatinya dengan langkah pelan tapi pasti dan penuh percaya diri.Barata mengernyitkan dahinya saat dia melihat Sudro mengeluarkan sebuah gerakan yang mempertontonkan serta mengencangkan ototnya.Barata sama sekali tidak merasa senang dengan gerakan yang dilakukan Sudro karena gerakan itu merupakan sebuah tanda dimulainya petaka lain. Ya, setelah Sudro melakukan gerakan itu, dia langsung melesat maju ke depan dan menyerang Barata. Dia tidak menahan kekuatan
Beberapa benturan yang telah terjadi memberikan Barata pandangan tentang keseluruhan. Dia tidak bisa menghadapinya dengan kekuatan ataupun kecepatan. Namun, setelah Barata memikirkannya sejenak, dia tahu bahwa bukan semua itu yang menjadi faktor penentu. Barata mengarahkan seluruh kekuatannya dan melancarkan serangan dengan serius. Dia sama sekali tidak percaya bila Sudro tidak dapat ia kalahkan. Oleh karena itu, dia mengerahkan segalanya.Barata menatap Sudro yang melesat ke arahnya dengan kecepatan yang tinggi. Kedua lengannya melebar seperti sebuah palang yang kuat. Sudro yang berlari melesat ke arah Barata langsung mengayunkan kedua lengannya begitu jarak serangannya tercapai. Barata menghadapi serangan yang begitu mematikan, dia tahu bila dia menahannya nyawanya akan melayang. Dengan begitu, dia tidak menahannya melainkan melewatinya, ia menundukkan kepalanya sambil mengayunkan sabitnya ke arah perut Sudro.Walaupun serangan-serangan sebelumnya tak ter
Barata tidak mampu menahan amarahnya, dan membiarkan semua itu keluar tanpa ada penahanan. Selepas dia melakukannya, dia melihat seluruh area dipenuhi dengan darah dan potongan tubuh. Meski pemandangannya begitu mengerikan dan membuat hati gentar. Barata sama sekali tidak menunjukkan sedikit perubahan. Dia benar-benar memperlihatkan tatapan yang dingin dan tidak terganggu oleh pemandangan yang ada di depannya. Barata melihat semua itu seperti sedang melihat sesuatu yang lumrah.“Sudro!!! Dasar Bajingan Keparat!!! Kau membuatku kembali ke masa itu, dan memaksaku untuk mengeluarkan sisi burukku di hadapan seorang anak kecil tak berdosa. Jangan pernah menunjukkan batang hidungmu di depanku atau aku akan membuatmu menyesal karena hidup. Aku berjanji!!! Selama aku bertemu denganmu, aku pastikan kau tidak akan bisa hidup dengan tenang. Akan aku lumat kebanggaanmu sebagai seorang pecundang sialan!!!” teriak Barata ketika dia melihat Wati yang jatuh terduduk setelah
Barata mencoba untuk melindungi Wati. Dia berada di dalam gua sambil mendekap Wati. Dia tidak ingin Wati terluka atau mendapatkan masalah akibat dari tindakannya. Dia sangat memahami kondisi mental Wati yang terguncang hebat karena ulah yang dia lakukan beberapa saat lalu. Tidak mungkin Wati tidak menerima guncangan akibat dari tindakannya. Bagaimanapun juga, Wati masihlah anak-anak. Jadi masih sangat mungkin bila Wati mendapatkan serangan mental. Sulit bagi Barata untuk tidak merasa kasihan pada Wati.“Huft ... pria itu, Sudro ... dia benar-benar berbahaya. Kemampuannya tidak begitu menakutkan, tapi daya tahannya begitu mengerikan. Dia benar-benar tidak bisa diremehkan. Jika dia mampu menguasai pusaka itu dengan baik atau mendapatkan kekuatan lain. Aku tidak mengerti akan seberapa menakutkan orang ini. Di mampu mempertahankan keadaannya sampai pada posisi ini. Kemampuannya dalam bertahan berada di tingkat yang menyulitkan. Dia juga tahu harus kapan mundur meski i
Barata melihat Wati yang menunjukkan tatapan mata yang penuh antisipasi serta memberikan rasa takut tertentu. Wati tampak begitu gelisah setelah dia membuka matanya, pemandangan pertempuran itu masih sangat tercetak jelas di kepalanya, dan dia sama sekali tidak dapat menghapusnya. Barata melihat Wati dari kejauhan karena dia berada di mulut gua dan memeriksa area depan gua. Dia benar-benar terkejut saat melihat area depan gua karena dia melihat ada berbagai jejak pertarungan ataupun jejak kaki.Daun, ranting, semak-semak, semua yang ada di depan gua sudah tidak sama lagi dengan saat dia masuk ke dalam gua. Perubahan ini begitu cepat dan membuat dia merasa tak berdaya karena perubahan ini benar-benar memberitahu dia bila situasi yang ada di depan matanya ini merupakan sebuah bukti dari bahayanya Hutan Jalungporo bagian dalam. Saat dia memeriksa bagian depan gua, setiap jejak kaki itu berbeda-beda, baik dari ukuran telapaknya ataupun kedalaman dari jejak itu.
Bersama Wati, Barata masuk ke dalam Hutan Jalungporo bagian terdalam. Dia tidak menunda-nunda waktu untuk istirahat lagi. Jejak-jejak pertarungan yang ada di sekitar gua memberi tahu dia bila bagian terdalam Hutan Jalungporo memiliki sebuah misteri. Barata tertarik dan penasaran dengan apa yang ada di Hutan bagian terdalam.Pada saat dia berjalan masuk ke dalam hutan. Barata merasakan ada beberapa pasang mata yang menatapnya. Barata dan Wati berjalan dengan langkah yang cepat. Dia memastikan kondisinya terlebih dahulu, apakah kondisinya sudah pulih seutuhnya atau belum. Barata tidak ingin memiliki sebuah pertarungan yang sengit tanpa memastikan kondisinya. Tanpa mengetahui keadaannya sendiri, Barata tidak bisa melakukan sebuah pertarungan. Dia tahu betapa sulitnya menghadapi lawan yang kuat dengan keadaan yang buruk.Saat dia berjalan bersama dengan Wati, dia bertemu dengan kumpulan zombie yang jumlahnya tidak sedikit. Barata tidak menggunakan pusakanya unt
Barata memang merasa ada yang salah dengan situasi di depan, tapi dia tidak tahu apa itu. Dengan melihat keadaan dan situasi yang ada di sekitarnya, Barata merasakan bulu kuduknya berdiri. Dia jarang mendapatkan perasaan semacam ini bahkan di saat dia berhadapan dengan maut, tapi kali ini dia merasa tak tenang. Hal itu terjadi bukan karena pertarungan dari dua monster itu, tapi datang dari suatu hal yang tak dia ketahui. Barata menatap lekat-lekat setiap arah, dan dia merasa bila bahaya yang besar sedang mengintainya. Perasaan semacam itu benar-benar buruk dan membuatnya tak bisa berkonsentrasi penuh.Dua monster itu belum juga menyelesaikan pertarungannya, dan mereka masih bertarung dengan gilanya. Barata mengamati pertarungan itu dengan tenang sambil menunggu kesempatan yang ada, dan dia juga mengamati keadaan sekitarnya dengan waspada. Setiap gerakan yang tidak normal selalu masuk ke dalam perhatiannya. Barata tidak bisa tidak merasa cemas dengan adanya keberadaan so