Tersapu oleh deru angin yang cukup kencang, rambut panjangnya mengudara seperti bendera yang berkibar, menyapu udara kosong. Wajahnya dipenuhi dengan kerutan tapi kini tak ada satupun kerutan di wajahnya dia tampak muda seperti saat dia berusia awal dua puluhan padahal dia sudah melewati usia tersebut dan menjadi pria paruh baya.
Tubuhnya yang kekar dengan bahu yang lebar dan dada yang bidang ditutupi dengan pakaian longgar seperti sebuah jubah sarjana. Tubuhnya yang berotot tertutupi oleh jubah hitamnya dan dia menangkupkan kedua tinjunya di belakang punggungnya sambil menatap ke arah area kosong di mana para prajuritnya sedang berusaha memecahkan masalah yang tiba-tiba muncul di wilayahnya. Anta Sukmajang yang membawa pedang di pinggangnya menengadah dan tidak bergerak.
“Hebat sekali!! Pria ini, dia memilih untuk melancarkan serangan menyelinap, mengacaukan pasukanku, dan menghancurkan moral para prajurit dengan membuat mereka menjadi gelisah dan khawatir. Ini
Bentrokan energi menciptakan ledakan yang begitu dahsyat hingga memorak-porandakan pohon di sekitar mereka. Tidak ada apapun di sekitar mereka dalam radius beberapa meter. Barata memegang pedangnya dan mengarahkan tatapan tajam ke arah Anta Sukmajang tanpa mengurangis sedikitpun rasa haus darahnya. Wajahnya berkedut karena marah dan tatapannya sedikit gila saat itu. Dia menancapkan pedangnya ke tanah seolah sedang membuat sebuah momentum.Barata memperhatikan Anta Sukmajang yang menatapnya dengan tatapan yang tidak menyenangkan. Dia memahaminya, tapi melihatnya secara langsung hanya membuat dia semakin marah. Apalagi, Anta Sukmajang tidak mengucapkan sebuah kata saat bertemu dengannya dan hal ini hanya makin membuat perasaannya buruk dan tidak nyaman. Mengerti siapa yang dilawan merupakan salah satu keuntungan tapi juga menjadi salah satu sumber kecemasan.Anta Sukmajang tidak bergeming meski merasakan aura membunuh dari Barata yang sangat kuat hingga membuat dia tak b
Anta Sukmajang kembali mengambil sikap menyerang seperti sebelumnya dan dia mengumpulkan Energi Kehidupannya di pedangnya. Tatapan matanya menajam saat dia mengikuti pergerakan Barata yang begitu cepat tanpa ada penundaan di setiap detiknya. Luka di tubuh Anta Sukmajang sembuh dengan cepat termasuk luka sayatan yang mempertontonkan dagingnya maupun luka bakar. Sekejap mata seperti sebuah kedipan mata, luka itu pulih sepenuhnya dan dia tidak terlihat seperti seseorang yang baru saja terluka. “Kenapa? Kau tidak akan menyerangku dan memilih untuk menghindariku? Sebegini besarkah penurunanmu, Barata? Sungguh mengecewakan sekali. Huh!! Kau sudah berbeda, kau tak sekuat dulu dan begitu menyedihkan sekarang!” nada dinginnya membuat Barata kesal, sudut mulut terangkat sedikit saat dia mengatakannya dan tatapannya begitu tak memandangnya seolah dia tidak ada di hadapannya. Pedangnya tak menembus tubuh Barata, hanya menggoresnya sedikit. Secepatnya dia mengambil sikap
Beberapa kali benturan terjadi dan ledakan energi yang begitu dahsyat membuat sekelilingnya hancur lebur. Barata mengatur nafasnya yang mulai memburu setelah benturan terjadi. Dia memiliki pakaian yang tak lagi utuh dan darah menetes. Pandangannya tetap jelas meskipun dia telah menguras tenaganya. Pergerakan Anta Sukmajang tidak terlepas dari pantauannya. Barata terus memperhatikannya dan mencari celahnya.Serangannya telah melukainya cukup parah hingga membuat dia hampir kehilangan salah satu tangannya. Namun, kecepatan pemulihannya juga tidak masuk akal. Dia memikirkan cara apalagi yang bisa dia lakukan untuk menghancurkan kekuatan yang Anta Sukmajang miliki. Jika terus seperti ini, dia tidak tahu apa dia bisa hidup atau tidak. Seolah-olah, Anta Sukmajang memang mempermainkannya dan membiarkannya terus melancarkan serangan.Meskipun, Anta Sukmajang termakan tipuannya dan masuk dalam perangkapnya dengan menyerangnya tanpa memikirkan pertahanan. Barata tetap tidak bisa
Ketika Energi Kehidupan coba ia masukkan ke dalam pusaka tersebut, Barata merasakan perlawanan yang tidak lemah dari pusaka tersebut. Sontak saja, pandangannya segera tertuju pada Anta Sukmajang yang kebetulan dia sudah bangkit serta berdiri dan menatapnya dengan tajam.Barata terus memaksakan Energi Kehidupannya ke dalam Pusaka yang saat ini berada di tangannya. Meskipun pusaka itu masih terpasang di jari Anta Sukmajang, dia tidak ragu untuk mengambilnya dan tentu saja dia menggenggam potongan tangan itu dengan tenang.“Kulihat kau tidak bisa menumbuhkan tanganmu? Apa yang terjadi, Sukmajang? Mungkinkah kekuatan magismu itu sudah menghilang?” Senyumnya yang dingin tidak memberikan perasaan yang baik. Dia mencabut paksa cincin yang ada di tangan Anta Sukmajang. Dua cincin itu terpasang dengan kuat dan sulit untuk ia cabut. “Dan … kenapa kau diam? Adakah hal yang tak bisa kau sampaikan padaku, mulutmu terbuka lebar, Sukmajang! Terkejutkah dirimu
Ledakan energi yang terjadi beberapa saat lalu begitu kuat. Barata yang sudah menguras seluruh kekuatannya pun segera mendekati Anta Sukmajang yang terbujur tak berdaya di tanah. Langkahnya stabil saat mendekatinya walau pandangannya terkadang tidak jelas.Begitu ia melihat Anta Sukmajang dari dekat. Pemandangan yang menyedihkan ia lihat, Anta Sukmajang dipenuhi dengan darah dan luka di tubuhnya menganga hingga memperlihatkan dagingnya. Barata meletakkan tangannya ke hidung Anta Sukmajang untuk memeriksanya. Dia ingin memastikan jika Anta Sukmajang benar-benar tewas.“Apakah semudah ini? Ugh-“ Barata tidak merasakan hembusan udara dari hidung pria itu. Saat dia merasakannya, sontak dia merasa ini terlalu mudah. Dia tidak mengharapkan situasi akan berakhir seperti ini. Walaupun dia juga terluka dari pertarungan itu. Dia merasa pertarungan ini tidak begitu mengancam nyawanya dan tampak begitu mudah.“Inilah alasanku tak begitu suka berbicara deng
Tawarannya benar-benar tidak bisa diterima. Salangporo melihat situasi di depannya sungguh tidak menguntungkan dan dia tahu jika Anta Sukmajang tidak lagi bernafas. Hal itu terbukti dengan keberadaan Barata yang terluka.Salangporo tidak bisa menerima keadaan ini. Selain itu, jika dia menerima tawaran Barata maka dia hanya akan mengkhianati kepercayaan yang telah diberikan oleh Keluarga Anta termasuk dengan Anta Sukmajang yang memberinya kepercayaan besar.“Aku tidak bisa menerima tawaranmu, Barata. Tidak ada yang bisa mendapatkan kepercayaanku, bahkan dirimu.kau memang keturunan Anta, tapi kau juga yang mengakhiri keluarga itu sampai pada keturunan terakhir. Darah Anta memang ada di dalam dirimu, Barata. Hanya saja, aku tak akan berada di bawahmu!!” Salangporo menunjukkan senyum yang merendahkan dirinya dan dia juga mengangkat senjatanya.Barata mendengarnya dengan senyum dingin. Ia mengerti betul jika Salangporo tidak akan menerima tawarannya. Hal
Jauh dari hiruk pikuk pertempuran di sisi selatan. Seorang pemuda dengan tubuh yang terlihat seperti pahatan pematung memimpin sekelompok Kontraktor beserta dengan para Kontraktor. Dia yang belum lama ini menaklukkan Kota Bakung, dan kota-kota sekitarnya sedang menghadapi masalah besar.Sebelumnya, dia sudah yang memiliki Pusaka Ilahi dan memanfaatkannya untuk menyokongnya dalam penaklukkan kota-kota itu. Awalnya, dia enggan melakukan hal tersebut. Namun, setelah salah seorang Kultivator memberitahunya untuk membangun sebuah kekuasaan dan menjelaskan padanya tujuan dari pembentukan itu, barulah dia mengikutinya.“Monster tingkat Bencana baru-baru ini lebih aktif, Tuan. Mereka memimpin monster lainnya dan menghancurkan berbagai kota di berbagai tempat. Para pengungsi yang mampu sampai tempat ini menceritakan semuanya, dan memberitahuku seberapa mengerikannya monster-monster itu.” Pria paruh baya membungkuk sambil menceritakan apa yang dia dengar dari para pe
Tubuhnya terkulai lemas dan terjebak di dalam cengkeraman tangan Barata. Nafas yang tak beraturan, pandangan mata yang kabur, dan darah yang tak berhenti-henti menetes keluar dari tubuhnya. Salangporo kehabisan kekuatan dan tidak bisa menghentikan dominasi Barata akan dirinya. Dalam pertarungannya itu, dia menyaksikan kekuatan yang begitu merusak pikirannya dan membuat dia tak bisa berbuat apa-apa.“Sebenarnya aku tidak ingin membunuhmu, Salangporo. Kau tahu betul seberapa besar perbedaan kekuatan kita. Namun, kau terus memaksakan diri dan menghadapiku. Ini bukan hanya terjadi satu atau dua kali. Mengampunimu merupakan satu hal yang ingin aku lakukan. Sayangnya, pantaskah kau menerima pengampunan ku?” Barata mengeluarkan api di tangan kanannya saat tangan kirinya mencengkeram kepala Salangporo.Barata memberikan senyum penuh pengertian saat tatapan matanya menyapu para prajurit. Mereka yang memiliki semangat untuk berjuang pun tak berani mengalami tindakan.
Waktu mereka masuk ke dalam alam ketiadaan. Barata merasakan sensasi kesemutan dan getaran hebat di sekujur tubuhnya. Bagian-bagian tubuh yang sebelumnya tak berfungsi menunjukkan sedikit peningkatan yang membuat dia menjadi semangat. Di sisi lain, Hyang Barakala tidak hanya mengompres seluruh energi yang mengitari tubuhnya. Dengan satu tatapan yang serius serta mematikan, dia menarik seluruh energi tersebut dan menyatukannya dengan tubuhnya. Lantas, dengan sebuah gerakan sederhana, Hyang Barakala melesat maju ke arah Barata. Keadaan segera berubah saat Hyang Barakala mengambil langkah. Tidak hanya tekanan besar yang datang tapi juga sebuah ancaman yang langsung membuat Barata melipat gandakan kewaspadaannya. Walau begitu, dia tetap mengelak dari Hyang Barakala dan tidak menangkis maupun menahan serangannya. Ia tahu betul seberapa merusaknya serangan yang Hyang Barakala lepaskan barusan. Energi yang besar dan merusak saling bertemu. Baik energi yang Barata miliki mau
Semuanya berjalan sesuai dengan keinginan Hyang Barakala. Barata yang mengalami peningkatan drastis menjadi sesuatu hal yang memberi Hyang Barakala sebuah rasa takut. Dia memang menginginkan hal ini kembali, rasa takut yang sudah lama tak dia rasakan. Bagaimana dia tidak merasa senang saat dia menyaksikan perubahan pada Barata yang benar-benar jauh dari ekspektasinya dan sekarang dia merasa lebih segar.“Kau masih bisa bertahan, bukan? Kau membuat aku bersemangat dan semangat ini semakin lama menjadi semakin besar. Aku benar-benar bahagia sekarang. Pertarungan ini akan terus kukenang! Barata, kau benar-benar sosok penantang yang hebat dan aku senang. Aku senang kaulah yang berhasil mendapatkan semua benda itu, jika itu orang lain. Entah bagaimana akhirnya, mungkin aku tidak akan sesemangat ini!” ujar Hyang Barakala ketika dia melihat tubuh Barata mengalami perubahan dimana energi dalam jumlah besar mengelilinginya.Barata mendengar sebuah hal yang tak ingin
Pukulan itu melayang dengan kecepatan tinggi dan sangat menekan. Seluruh energi berkumpul dalam kepalan tangan Barata yang melesat ke arah Hyang Barakala. Udara terpecah belah dan berbagai pusaran angin dalam bermacam-macam ukuran muncul saat pukulan itu mendekati tubuh Hyang Barakala.Sewaktu pukulan itu menghantam tubuh Hyang Barakala sontak sebuah gelombang kejut muncul dari benturan itu. Hyang Barakala cukup terkejut dengan kemampuan Barata yang begitu mengerikan terutama daya ledak dari pukulannya. Energinya sungguh besar dan dampak dari pukulannya langsung terasa. Tidak ada sedikitpun celah dalam serangan itu dan Hyang Barakala melihatnya dalam cahaya berbeda, seolah serangan itu merupakan serangan terkuat yang Barata lepaskan sejak pertarungan pertama.“Uagh!!” Hyang Barakala terdorong mundur dan memuntahkan seteguk darah serta di dadanya ada sebuah luka yang berbentuk seperti kepalan tangan. Tatapannya sedikit menunjukkan rasa takut saat Barata meny
Hyang Barakala menembakkan bola energi yang sudah dia kompresi hingga ke titik terbaik. Bola energi yang seharusnya sangat besar ia kompresi menjadi sedemikian rupa. Lantas dengan satu gerakkan telunjuknya, dia menembakkan bola energi itu ke arah Barata yang juga melakukan hal yang sama dengannya. Kumpulan bola energi saling bertabrakan dan berbenturan. Sebuah gelombang kejut yang sangat kuat menghantam seluruh area.Barata terdorong mundur dan memiliki berbagai macam luka di tubuhnya hingga mengeluarkan darah yang tak terhitung jumlahnya. Hanya saja, Barata memiliki kemampuan untuk menyembuhkan diri dan kemampuan itu berkembang dengan cepat, sehingga ketika luka itu muncul di waktu yang sama luka itu segera pulih. Kejadian itu tak luput dari mata Hyang Barakala dan dia merasa bila kemampuan Barata semakin membaik di setiap detiknya.“Hahahaha … sungguh pertarungan yang menyenangkan. Aku tidak pernah berharap kau bisa mengeluarkan kekuatan yang sama dengan
Tubuhnya melenting saat Barata menyerap seluruh energi yang ada di sekitarnya. Baik Hyang Barakala maupun Barata saling menyerap energi di sekitarnya hingga menyebabkan fluktuasi menakutkan di lingkungan sekitarnya dan membuat ruang serta udaranya terdistorsi dengan hebatnya. Barata melayang dan energi di sekitarnya bergerak menuju ke dirinya dengan kecepatan tinggi membuat dia menjadi lebih berbahaya.Hyang Barakala tersenyum puas ketika dia menyaksikan perubahan pada Barata. Walaupun hal itu akan membuatnya makin berbahaya dan mengancamnyam Hyang Barakala tetap merasa senang karena dia tidak bisa menghadapi lawan yang setara selama ini. Dengan adanya Barata yang mulai berkembang dan bertambah kuat seiring mereka bertarung, Hyang Barakala menjadi semakin bersemangat hingga wajahnya berseri-seri.“Aku melakukan apapun yang aku inginkan tanpa ada makhluk yang bisa menahanku dan kau bisa datang ke tempat ini juga karenaku. Kau bertambah kuat atas izinku. Tidak ada
Hyang Barakala kembali mengirimkan sebuah bola energi yang jauh lebih kuat. Saat dilihat lebih dekat dan teliti, bola energi itu dipenuhi dengan kandungan elemen alam. Barata memperkuat pertahanannya dengan menebalkan dinding pertahanan dari energi di sekitar tubuhnya. Tatapan matanya terus tertuju dan terpaku pada Hyang Barakala yang melakukan gerakan yang sama tapi dengan tekanan serta momentum yang jauh lebih kuat dari sebelumnya.Serangan kedua datang dengan kekuatan yang jauh lebih besar. Barata tidak menahan diri saat dia melihat gerakan yang dilakukan oleh Hyang Barakala. Bola energi itu datang dengan kecepatan tinggi. Barata yang begitu fokus melihat arah serangan itu dan secepat mungkin dia bergerak ke samping untuk menghindarinya, akan tetapi begitu dia hendak bergerak. Tatapan mata Hyang Barakala segera tertuju padanya dan memiliki dominasi tertentu hingga membuat Barata terpaku diam untuk beberapa saat.Pada waktu Barata hendak menghindar, dia benar-benar d
Tanpa menunggu Hyang Barakala bertindak, Barata mengambil langkah pertama dengan melancarkan sebuah serangan yang didasari akan seluruh kekuatan serta emosinya. Hasilnya, serangannya memberikan tekanan yang begitu besar. Di sekitar kepalan tangannya muncul retakan ruang dan tampak waktu terhenti karena tak ada hembusan apapun, lalu disertai dengan ilusi sebuah makhluk kuat. Ada beberapa elemen alam yang menyatu dalam kepalan tangannya yang membuat sebuah luka dari kepalan tangannya hingga bahunya, tapi pulih dengan sendirinya.Hyang Barakala tersenyum ketika dia merasakan kekuatan yang ada dalam pukulan Barata. Dia tidak menghindarinya ataupun membuat suatu gerakan tertentu untuk menahan pukulan itu. Hyang Barakala membiarkan serangan itu menghantam tubuhnya dan pukulan itu menabrak langsung ke dadanya hingga memicu sebuah dentuman yang memekakkan telinga serta mendorongnya mundur. Sorot matanya sedikit berubah saat dia terdorong mundur.Ada rasa tidak percaya dalam so
Barata meresapi perkataan Kalia dan menatap sosok yang menyebut dirinya Hyang Barakala sekaligus mengatakan dirinya sebagai Dewa ataupun Tuhan. Sulit untuknya menerima hal itu begitu saja. Dia sendiri tidak yakin akan keberadaan Dewa, tapi dihadapannya saat ini muncul sesosok makhluk yang mengatasnamakan dirinya sebagai Dewa. Sesuatu hal yang cukup aneh sebenarnya. Sayangnya, apa yang terjadi sebelumnya dan keadaan saat ini membuka mata Barata lebar-lebar. Sehingga, mau tidak mau dia harus mengakui bila ucapan sosok itu benar adanya.Mengenai apa yang dikatakan dan dilakukan oleh sosok itu, Barata tak begitu memikirkannya pada awalnya. Hanya saja, setelah dia mendengar ucapan Kalia. Dia menjadi lebih sadar akan keberadaan serta kekuatan yang dimiliki oleh Hyang Barakala. Selain itu, di sepanjang waktu pembicaraan terjadi, Barata bisa melihat ada sedikit rasa senang dari sorot mata serta wajah yang Hyang Barakala tunjukkan seolah dia sudah menanti pertemuan ini sejak lama.
Sosok yang melepaskan dominasi menakutkan itu tak bergerak. Dia juga tidak merespons pertanyaan Barata. Sosok itu hanya menatapnya dan terus mengawasinya seolah-olah dia sedang mengukur kemampuannya. Tatapan itu mengandung tekanan yang jauh melampaui segala tekanan yang pernah Barata rasakan. Penampilannya yang begitu agung tampak seperti manusia tapi jauh lebih menawan dari manusia biasa dan memiliki beberapa tanduk di kepalanya dengan rambut panjang yang terurai serta taring yang menjulur keluar dari mulutnya. Matanya besar dengan pupil menonjol. Saat dia tersenyum dunia tampak berhenti.Pandangan matanya terus menyapu sekitarnya dan sosok itu perlahan-lahan menunjukkan senyuman dinginnya. Tatapannya juga mulai mengalami perubahan saat menatap Barata yang mencoba untuk menahan segala tekanan yang dia keluarkan. Bagaimanapun situasi saat ini ada karena tindakannya dan dia menyukai sikap yang Barata tunjukkan.Sosok itu menatap Barata dengan dingin seraya berujar, &ldq