Share

When It Hurt

Penulis: Nadia
last update Terakhir Diperbarui: 2021-04-03 12:30:53

    Wanita itu menjatuhkan gelas winenya ketika melihat pemandangan menyayat hati yang saat ini terpampang di hadapannya.

    Dia mematung dengan jantungnya yang sempat berhenti berdetak selama sedetik sebelum akhirnya berpacu cepat akibat perasaan sedih dan marah yang mendadak tak ayal menggerayangi dirinya dalam sekejap.

    Sepasang pria dan wanita yang sedang berciuman mesra itu langsung menoleh ke arahnya begitu mendengar suara pecahan gelas kaca yang ia jatuhkan.

    "Elline?" ujar pria itu dengan wajah panik dan langsung menjauh dari wanita di hadapannya.

    Elline berjalan mundur dengan perlahan ketika Melvin, pacarnya itu, mendekat ke arahnya. Caranya berjalan mundur dengan langkah yang gontai itu membuatnya hampir jatuh karena beberapa kali bertubrukan dengan orang-orang yang sedang bergoyang ria di atas lantai dansa dengan iringan musik bar yang sangat menggelegar.

    "Tidak kusangka, gosip mengenai dirimu dan Gloria yang main di belakangku ternyata memang benar," ujar Elline dengan suaranya yang bergetar hebat. Suaranya itu beradu dengan musik bar yang menggema di seluruh ruangan, namun Melvin masih tetap bisa mendengar apa yang ia ucapkan.

    "Elline, dengarkan aku dulu," kata Melvin.

    Elline tersenyum pahit dan menggeleng pelan pada pria itu. Ia berbalik dan berjalan menuju pintu keluar bar. Melvin terus memanggil namanya di tengah hiruk pikuk bar di malam yang sudah semakin larut itu.

    Meskipun ia mendengar pria itu meneriaki namanya, tapi ia tidak peduli. Ia juga tahu bahwa kini Melvin mengikutinya, tapi tak sedikitpun ia mau berbalik, ia hanya terus berjalan keluar dari bar dengan air mata yang sudah membanjiri kedua pipinya.

    "Elline, tunggu," Melvin meraih tangan Elline dan memaksanya untuk berhenti ketika saat ini mereka berada di area parkir bar.

    "Dengarkan aku dulu," ucap Melvin.

    "Apa yang harus aku dengar darimu?! Kau bercumbu dengan wanita lain dan kau masih berani menarik tanganku dan menyuruhku untuk mendengarkanmu?!" pekik Elline di tengah isak tangisnya seraya menghentakkan pergelangan tangan kanannya yang digenggam oleh pria di hadapannya itu.

    Setelah ia berhasil melepas tangannya dari genggaman Melvin, ia pun menatap pria itu dengan kedua matanya yang terus berlinang air mata, lalu berkata dengan nada suaranya yang tinggi dan sangat tak terkontrol, "Berani-beraninya kau selingkuh dengan wanita itu, dasar bajingan! Asal kau tahu, kau adalah lelaki paling brengsek yang pernah aku kenal, Melvin. Kita saling mengenal sejak kita berumur 7 tahun, dan sekarang aku sungguh menyesal karena dengan bodohnya mau berpacaran denganmu."

    Tak terima mendengar segala penuturan Elline itu, Melvin pun menyahut dengan tak kalah emosi, "Kau pikir bagaimana perasaanku, hah?! Kau kira selama ini aku tidak menyesal karena memacarimu? Kau hanya wanita gila yang bertingkah seperti komandan dengan selalu mengatur-aturku! Tidakkah kau mau berpikir alasan apa yang membuatku selingkuh darimu? Lihatlah dirimu, Elline, kau kacau."

    Dalam sekejap saja, Elline tak ragu melayangkan tamparan keras ke pipi pria di hadapannya itu.

    Melvin memegangi pipi kirinya yang saat ini berangsur-angsur memerah akibat tamparan keras dari Elline. Dia tersenyum sinis, lalu berkata dengan sengit, "Kau sakit, Elline. Pantas saja ibumu membawamu bolak-balik klinik kejiwaan. Ternyata kau memang gila."

    "Jaga ucapanmu, sialan! Sekali lagi kau buka mulutmu, aku tidak segan-segan membunuhmu!" pekik Elline.

    Tak lama kemudian, wanita bergaun merah yang tadi Elline lihat berciuman dengan Melvin, muncul dari dalam bar dan datang menghampiri mereka. Wanita berparas Amerika Latin itu terlihat panik saat menatap Elline. Dia nampak kebingungan dan kesulitan menata kalimat untuk buka suara.

    "Elline..."

    Elline mengangkat tangan kanannya, memotong ucapan wanita itu, "Tidak usah mengatakan apapun, Gloria."

    Dia menatap Melvin dan Gloria bergantian, mengintimidasi mereka dengan netra tajamnya yang berair penuh air mata, "Keparat seperti kalian berdua seharusnya berada di neraka."

    Setelah mengumpat seperti itu, Elline berbalik dan berjalan meninggalkan area parkir bar. Namun, sebelum ia benar-benar keluar dari area parkir tersebut, ia berhenti tepat di samping mobil putih milik Melvin, kemudian memberikan tendangan berkali-kali pada salah satu sisi mobil itu dengan sangat keras dan penuh emosi sebelum akhirnya beranjak pergi.

    "Sialan kau, Elline!"

***

    Wanita itu menenggak bir dari botol yang ia pegang. Setelah beberapa kali teguk, dia menghela napas berat dan menghentikan langkahnya.

    Kepalanya mendongak ke atas, menatap langit malam kota New York yang sangat gelap tanpa bulan atau satupun bintang. Kerongkongannya terasa panas akibat terlalu banyak mengonsumsi alkohol. Namun, itu tidak masalah. Rasa panas itu setidaknya mampu membuat tubuhnya terasa sedikit tenang meski berkali-kali merasakan hembusan angin musim dingin yang menusuk.

    Elline tidak tahu sudah pukul berapa sekarang, tapi yang ia terka, sekarang pasti sudah lewat tengah malam atau mungkin justru sudah pagi.

    Trotoar tempatnya berdiri saat ini telah sangat sepi. Hanya dua atau tiga orang yang masih berlalu lalang di sana. Entah ia memang berada di jalan yang biasanya sepi, atau memang sepi karena sudah sangat larut.

    Sembari terus menatap langit malam yang mengarungi seisi New York di awal musim dingin ini, Elline kembali menenggak birnya. Sejujurnya, ia tidak terlalu kuat dengan alkohol. Ia yakin, sebentar lagi mungkin ia akan pingsan karena semakin mabuk.

    Air mata mulai mengalir dari kedua mata cokelatnya. Dia menangis dalam diam selama beberapa waktu, meratapi nasibnya yang begitu menyedihkan.

    Hingga tak lama kemudian, suara tangisnya pun pecah. Dia terduduk di atas trotoar dan terus menangis tersedu-sedu ketika dadanya terasa begitu sesak begitu mengingat Melvin. Tak peduli pada bagaimana pandangan orang lain yang ada di sekitarnya, tapi saat ini dia memang terlihat seperti pemabuk gila.

    Melvin adalah temannya sejak kecil. Melvin adalah tetangganya sejak ia dan orangtuanya pindah ke New York saat ia berusia 7 tahun hingga sekarang ia telah berusia 22 tahun. Berapa lama ia mengenal pria itu? Seharusnya ia menjadikannya cukup sebagai sahabat dan teman, kan? Mengapa bisa-bisanya setahun yang lalu ia bercinta dengan sahabatnya sendiri? Mengapa bisa-bisanya ia jatuh cinta pada Melvin dan mengiyakan ketika Melvin mengajaknya untuk menjalin hubungan asmara setelah mereka sempat bercinta waktu itu?

    Elline sangat mengenal Melvin, begitu pula sebaliknya. Elline tahu betul siapa Melvin. Pria itu adalah pria paling brengsek yang pernah ia kenal. Wajah dan sifatnya yang disebut-sebut sebagai idaman semua wanita, sesungguhnya hanyalah topeng di balik watak brengseknya yang sebenarnya.

    Elline tahu soal itu. Belasan tahun ia mengenal Melvin. Sejak beranjak remaja hingga dewasa pun ia sudah menyaksikan berapa banyak wanita yang dipermainkan oleh Melvin.

    Lalu, mengapa dengan bodohnya ia bisa jatuh cinta pada pria seperti itu? Terkutuklah perasaannya karena telah menaruh hati pada lelaki brengsek itu.

    Elline sungguh tidak tahu harus berbuat apa sekarang. Rumahnya berada tepat di sebelah rumah Melvin, di daerah perumahan yang sama di wilayah Manhattan, dan di blok perumahan yang sama pula. Setelah menyaksikan pria itu bercumbu dan selingkuh dengan salah satu temannya di kampus, bagaimana ia harus bersikap jika bertemu dengan pria itu saat keluar dari rumah? Atau bagaimana ia harus bertindak ketika ia berpapasan dengan pria itu di kampus?

    Elline tak tahu patah hati akan terasa semenyakitkan ini. Ia sangat memercayai Melvin. Akibat trauma masa kecil yang pernah ia alami, ia tidak pernah menaruh kepercayaan penuh pada pria lain selain Melvin. Ia menganggap Melvin sebagai pelindungnya, orang kepercayaannya, dan segala-galanya. Tapi lihatlah sekarang. Pria itu justru menyakitinya.

***

Bersambung....

Bab terkait

  • Entangled in Love: Terikat Cinta   Burried in Silent

    Wanita itu menunduk, menatap boots heels keluaran Gucci yang menempel indah di kedua kaki jenjangnya. Kepalanya masih terasa pening, tapi itu wajar karena semalaman ia mabuk dan hanya tidur kurang dari 3 jam. Setelah terdiam selama beberapa saat di depan pintu rumah, dia pun berjalan menuju pagar. Hati boleh terasa mati, tapi selagi masih bernyawa, ia akan tetap melakukan apa yang harus ia lakukan, yaitu memulai hari dengan berangkat ke kampus meski selalu dengan setengah hati. Baru saja berjalan beberapa langkah, Elline melihat Melvin juga baru keluar dari pagar rumahnya sendiri. Tanpa sadar, langkahnya melambat ketika ia saling beradu tatap dengan pria itu selama beberapa saat. Tapi kemudian, ia pun langsung membuang muka dan mencoba untuk tidak memedulikan wujud Melvin meskipun sebenarnya ia ingin menangis detik ini juga jika mengingat apa yang terjadi antara dirinya dan Melvin semal

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-04
  • Entangled in Love: Terikat Cinta   Subway Tears

    Setelah bicara dengan nada tinggi, wanita itu mulai menangis tersedu-sedu. Melvin menoleh ke sekelilingnya. Ia mendapati semua orang yang ada di area tunggu kedatangan kereta kini menatap ke arahnya dan Elline dengan tatapan yang beragam. Mulai dari tatapan keheranan, tatapan aneh, sampai tatapan sinis. Bahkan sekarang banyak pasang mata yang mengintimidasinya karena wanita yang sedang bersamanya itu kini menangis tersedu-sedu dan tak henti bicara dengan suara melengking. "Dasar pria brengsek! Kau kira aku ini apa, hah?! Kau selingkuh dariku dan mengata-ngataiku semalam. Kau menyebutku sakit, menyebutku gila, lalu kau bersikap seolah kaulah yang menjadi korban! Persetan denganmu! Kau yang gila, dasar bajingan!" Melvin sungguh tak mempermasalahkan umpatan kasar yang terus Elline lontarkan padanya itu. Saat ini ia lebih mempermasalahkan tatapan orang-orang yang tertuju pada mereka. Apalagi di sana banyak maha

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-05
  • Entangled in Love: Terikat Cinta   College

    Ia adalah mahasiswa di salah satu universitas yang cukup ternama di Amerika Serikat, jadi apapun yang terjadi, ia akan tetap berangkat ke kampus. Banyak orang pintar dan jenius yang mendamba-dambakan ingin menjadi mahasiswa di New York University, sedangkan dirinya hanyalah wanita bodoh yang bahkan tidak pernah benar-benar memahami apa itu Teori Copernicus yang merupakan pelajaran dasar murid sekolah menengah, tapi ia bisa menjadi mahasiswa jurusan Psikologi di NYU karena faktor keberuntungan dan melalui jalur langit, yaitu atas bantuan Tuhan. Ia bisa diterima menjadi mahasiswa NYU melalui rentetan tes yang ia ikuti setelah lulus dari sekolah akhir 2 tahun yang lalu. Awalnya ia hanya coba-coba saja, dan saat mengikuti semua tes pun ia melakukannya secara asal-asalan. Namun, keberuntungan rupanya ada di pihaknya, dan ia pun bisa lolos. Walaupun ia hanya datang ke Gereja untuk berdoa saat natal dan saat ada m

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-08
  • Entangled in Love: Terikat Cinta   What's Wrong, Girl?

    Olivia jelas merasa keheranan melihat sikap Elline hari ini. Pertama-tama, Elline tidak datang saat kelas pagi dan baru tiba saat siang hari. Kedua, Elline berpenampilan seperti zombie. Dan ketiga, karibnya itu terlihat tidak terlalu memedulikan penampilannya yang saat ini dipandang heran oleh sebagian besar orang-orang yang ada di kelas. Olivia paham bahwa ada sesuatu yang salah, sebab ini bukan sikap wajar Elline yang pada hari-hari sebelumnya selalu ia lihat. Elline adalah wanita yang sangat peduli pada penampilan. Yah, walaupun Elline sering bertingkah tidak tahu malu, tapi Olivia paham betul bahwa Elline adalah tipikal orang yang selalu ingin berpenampilan menarik di depan banyak orang. Jadi, ketika melihat Elline tak peduli pada betapa berantakannya penampilannya siang ini, jelas Olivia bertanya-tanya, apa yang terjadi? "Ada apa denganmu?" tanya Olivia. Dia menarik kursi yang didudukinya untuk mendeka

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-09
  • Entangled in Love: Terikat Cinta   Stop Crying

    Sudah hampir 15 menit wanita itu sesenggukan dan bersikap seolah menjadi wanita yang paling merana di dunia ini. Olivia menghela napas. Ia meminum kopinya dan menatap Elline yang duduk di sebelahnya dengan tatapan iba. Sekitar 30 menit yang lalu, begitu kelas mata kuliah Komunikasi telah selesai, Elline dan Olivia pergi dari kampus dan mampir ke kedai kopi. Elline membeli vanilla latte, sementara membeli mochaccino. Dan sekarang, mereka berdua sedang duduk di salah satu bangku taman di Central Park yang terletak di tengah-tengah gedung-gedung tinggi di Manhattan. Olivia mengizinkan Elline untuk bercerita mengenai bagaimana jalan cerita masalahnya dengan Melvin. Ia mengizinkan Elline kembali bercerita karena ia pikir mungkin saja Elline sudah merasa lebih tenang dan tidak akan menangis lagi karena tadi sudah menangis meraung-raung di kelas sebelum mata kuliah mereka dimulai. 

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-16
  • Entangled in Love: Terikat Cinta   Hypophrenia

    Wanita itu melempar pena miliknya sembarangan ke atas meja. Ia benar-benar jenuh. Kepalanya yang sudah sakit, makin terasa sakit dan pening karena sejak tadi terus menatap buku tebal yang ada di hadapannya. Elline beranjak dari meja belajarnya yang terletak di salah satu sisi kamar, kemudian langsung membaringkan tubuhnya di atas kasur. Ia menenggelamkan wajahnya ke bantal empuk di kasurnya itu. Setelah terdiam cukup lama dalam keheningan malam yang cukup menusuk, air matanya mulai menetes tanpa ia sadari. Hingga beberapa menit kemudian, ketika ia mengangkat sedikit kepalanya dari bantal, ia melihat bantal itu sudah basah karena air matanya yang sejak tadi mengalir bebas dari kedua matanya yang sangat sayu malam ini. Elline tidak tahu sejak kapan ia mengidap hypophrenia atau kondisi dimana seseorang bisa menangis secara tiba-tiba tanpa alasan yang jelas. Diam merenung dengan pikiran kos

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-25
  • Entangled in Love: Terikat Cinta   Gossip

    Mobil yang Elline tumpangi itu tiba di depan sebuah rumah bergaya khas Amerika tanpa pagar. Elline memandangi rumah itu dan melihat bahwa pesta yang Daniel adakan nampak sudah lumayan ramai. "Ayo, masuk," ajak Daniel yang duduk di kursi kemudi di sebelah Elline. Pria berambut pirang itu melepas seat beltnya dan melanjutkan, "Yang lain sudah menunggumu sejak tadi." Elline pun membuka pintu di sampingnya dan turun dari mobil Daniel. Ia kemudian berjalan beriringan dengan Daniel masuk ke rumah itu. "Wow, apa orang tuamu sungguh mengizinkan orang sebanyak ini mengadakan pesta di sini?" tanya Elline begitu Daniel membuka pintu rumah. Ia melihat banyak sekali teman-temannya yang lain sudah berkumpul dan minum-minum di berbagai ruangan di dalam rumah Daniel itu. "Ayah dan ibuku sedang pergi ke Las Vegas dan baru pulang besok siang. Kau tenang saja, mereka mengira ini perayaan tahunan kampus,"

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-29
  • Entangled in Love: Terikat Cinta   Don't Even Talk to Me

    Elline melempar gumpalan tissue yang ada di tangannya ke arah Daniel ketika pria itu meledeknya soal Melvin. Ia benar-benar sedang berada dalam suasana hati yang sangat buruk malam ini. Ia pikir pesta di rumah Daniel akan berlangsung menyenangkan dan bisa membuatnya melupakan segala masalah yang sedang membebani pikirannya sejak kemarin setelah ia memeregoki Melvin berciuman dengan Gloria. Tapi ternyata tidak. Memang menyenangkan bagi sebagian besar orang yang hadir di pesta itu, tapi tidak dengan Elline. Rasanya menyebalkan sekali tiap kali mendengar teman-temannya terus menerus membahas soal Melvin dan Gloria tanpa henti. "Diam kalian! Sialan sekali!" omel Elline. Gadis cantik itu memang sedang marah dan jengkel, tapi justru itulah hal lucu yang membuat para pemuda yang ada di gazebo terkekeh melihatnya. Elline mendengus dan memberikan lirikan sinis pada semua tem

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-01

Bab terbaru

  • Entangled in Love: Terikat Cinta   Cross

    "Iya, Ibu. Aku mengerti," ujar Elline seraya menuangkan air putih di gelas kaca yang ia letakkan di atas meja makan. Gagang telepon dari pesawat telepon yang ada di dapur, masih menempel di telinga kirinya, berbicara dengan Rachel, ibunya, yang masih berada di kantor karena ada urusan penting bahkan hingga jam sudah menunjukkan pukul setengah 10 malam. "Jangan mengerti-mengerti saja. Pokoknya kau tidak boleh pergi ke mana-mana malam ini. Diam saja di rumah sampai Ibu pulang. Ibu tidak mau kau pergi sehari semalam seperti kemarin. Dasar anak nakal!" oceh Rachel dari seberang telepon. "Astaga, iya, Ibu. Harus berapa kali aku bilang? Aku mengerti. Aku tidak akan pergi ke manapun malam ini. Besok aku ada kelas pagi di kampus," sahut Elline yang lama-kelamaan merasa agak jengkel diocehi terus sejak 5 menit yang lalu. "Ya sudah kalau begitu. Sampai jumpa," kata Rachel.

  • Entangled in Love: Terikat Cinta   Wondering

    "Dengar, Elline, aku..." "Kalau sebegitu pedulinya kau padaku, lalu mengapa kau mengkhianatiku? Kenapa kau selingkuh dariku, huh?" potong Elline. Melvin pun terdiam ketika melihat air mata mulai membendung di kedua pelupuk mata Elline. "Jangan diam saja. Jawab aku, Melvin," tuntut Elline. Melvin tetap diam. "Apa kau tahu kalau perasaanku sekarang mungkin telah mati karenamu? Sakit hati yang kau timbulkan pada jiwaku jauh lebih mengkhawatirkan dibandingkan fisikku yang tidak terluka sama sekali. Lihat mataku, Melvin. Apa kau tidak melihat kalau aku sangat terluka karenamu? Kau berkata seolah kau mengkhawatirkanku, tapi justru kaulah yang menyakitiku dan menghancurkanku..." ungkap Elline dengan suara yang bergetar hebat dan air mata yang mulai mengalir di kedua pipinya. Elline menatap pria di hadapannya itu dalam-dalam dengan kedua matanya y

  • Entangled in Love: Terikat Cinta   Worry

    Elline turun dari taksi dengan Luke yang membantu memegangi tangannya agar tubuhnya bisa bertumpu sehingga tidak kehilangan keseimbangan karena kaki kirinya yang terkilir. Setelah menempuh perjalanan sekitar 2 jam dari Hellington, akhirnya ia dan Luke tiba di New York. Begitu tadi tiba di New York, Luke menyempatkan diri untuk membawa Elline ke klinik untuk memeriksa keadaan kaki gadis itu yang terkilir. Beruntungnya dokter sudah mengobati kaki Elline sehingga kini sudah tak separah sebelumnya, dan dokter bilang keadaan kaki kiri gadis itu akan segera kembali normal. Saat ini Elline dan Luke telah sampai di depan sebuah rumah setelah sebelumnya mereka menaiki taksi dari klinik yang terletak tak terlalu jauh dari stasiun kereta. Luke membantu Elline untuk berjalan sampai ke depan pagar rumah bergaya modern yang merupakan rumah Elline itu. Kemudian, Elline pun berbalik menghadap Luke dan tersenyum pada pri

  • Entangled in Love: Terikat Cinta   Thank You

    Elline menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi yang ia duduki. Saat ini dirinya dan Luke sudah berada di dalam kereta yang membawa mereka dari Hartford, Connecticut menuju Manhattan, New York. Rasa nyeri masih terus menggerayangi area pergelangan kaki kirinya. Karena saking lelah dan tidak sanggup lagi memaksakan diri berjalan menggunakan heels, tadi ia tersandung kakinya sendiri saat berjalan di trotoar, hingga akhirnya ia jatuh dan kondisi kakinya malah makin parah karena terkilir. Ia pikir Luke tidak mau peduli dan akan menelantarkannya di pinggir jalan Hartford, kota yang sama sekali tidak pernah ia datangi sebelumnya. Tapi tak disangka, meski sangat dingin dan cuek, ternyata sosok Luke tetap memiliki rasa peduli yang cukup besar. Pria itu mau menolongnya. Luke bahkan juga tidak protes sama sekali ketika tadi tanpa sadar Elline melayangkan tamparan ke wajahnya karena dia menekan memar d

  • Entangled in Love: Terikat Cinta   Crybaby

    Gadis itu menghela napas keras. Uap putih keluar dari hidung dan mulutnya ketika ia melakukan itu. Hal tersebut jelas menjadi pertanda bahwa suhu udara saat ini semakin bergerak rendah. Tapi setidaknya ia tidak terlalu merasa kedinginan karena ia memakai coatcokelat yang dipinjamkan oleh Luke. Coat yang tentunya sangat kebesaran di tubuhnya itu memberi kehangatan yang lebih dari cukup pada tubuhnya yang sebelumnya hanya memakai gaun pesta yang panjangnya hanya sampai seatas lutut. Saat ini dirinya dan Luke telah keluar dari area jalan tol dan sedang menyusuri trotoar jalan umum untuk mencari stasiun. Mereka berdua sudah tak lagi berada di negara bagian Massachusetts di mana kota Boston berada, melainkan telah berada di wilayah negara bagian Connecticut, tepatnya di kota Hartford. Sementara itu, mobil Luke masih berada di jalan tol untuk menunggu di tangani oleh montir. Luke juga s

  • Entangled in Love: Terikat Cinta   Missing Elline

    Melvin mengerutkan keningnya karena heran. Rachel Clifton, ibunya Elline, tidak biasanya menelpon nomornya. Kalau membutuhkan sesuatu, ibunya Elline yang telah ia anggap seperti ibunya sendiri itu pasti hanya menghubunginya sekadar melalui pesan tulis. Paham bahwa pasti ada sesuatu yang penting dan mendesak, Melvin pun langsung mengangkat telepon tersebut. "Halo, Melvin?" sapa ibunya Elline dari sebrang telepon. "Ya, ini aku. Ada apa?" tanya Melvin. "Apa Elline sedang bersamamu?" "Tidak. Kenapa?" "Dia pergi dari semalam dan belum pulang sampai sekarang. Aku pikir dia menginap di rumah temannya dan langsung berangkat ke kampus saat pagi hari, makanya aku tidak mengkhawatirkannya. Tetapi, barusan Olivia datang ke sini dan menanyakan keberadaan Elline. Dia mengatakan kalau Elline sama sekali tidak datang ke kampus sejak tadi pagi." &n

  • Entangled in Love: Terikat Cinta   Making Love

    Melvin meremas kedua gundukan milik wanita di hadapannya. Bibirnya bertautan penuh nafsu dengan wanita itu. Ketika tangannya mulai bergerak turun menyentuh pangkal paha wanita itu yang masih berbalut celana, ia mendegar suara lenguhan tertahan yang begitu terlena dengan permainannya. Dalam sekejap saja, Melvin berhasil melucuti kemeja satin dan celana jeans yang dikenakan Gloria hingga wanita itu kini setengah telanjang, hanya tersisa bra dan celana dalam saja yang masih menempel di tubuh indahnya. Jemari Melvin mulai bermain di bagian luar area kewanitaan Gloria. Melihat wanita yang berdiri di hadapannya itu menunjukkan wajah penuh nafsu yang menandakan bahwa dia membutuhkan sesuatu yang lebih jauh, Melvin pun meraup bibir wanita itu dan melumatnya dengan brutal. Ia melepas hoodie putih yang ia pakai, melepas resleting celananya, kemudian melepas seluruh pakaian yang ada di tubuhnya hingga ia sama toplesnya dengan Gloria.

  • Entangled in Love: Terikat Cinta   Accident

    Elline meringis pelan ketika kepalanya terasa berat dan begitu sakit setelah kepala belakangnya terbentur dengan sandaran kursi. Tapi setidaknya benturan itu jauh lebih aman dibandingkan jika kepalanya menghantam dashboard di hadapannya. "Kau baik-baik saja?" tanya Luke pada Elline. Khawatir dan cemas ketika melihat Elline yang meringis sambil memegangi kepalanya. "Ya, aku baik-baik saja," jawab Elline kemudian. "Sungguh?" Luke menjulurkan tangan kanannya ke kepala belakang Elline, kemudian mengusap-usap kepala Elline untuk memastikan bahwa gadis itu benar-benar baik-baik saja. "Iya, Luke," ujar Elline meyakinkan. "Tunggu sebentar," Luke melepas sabuk pengamannya, kemudian membuka pintu mobil, lalu bergegas turun. Luke memeriksa apa masalah yang terjadi pada mobilnya. Dan rupanya, ia mendapati bahwa ban mobil depannya yang sebelah kanan te

  • Entangled in Love: Terikat Cinta   Awkward

    Luke melirik sekilas ke arah Elline yang duduk di kursi penumpang di sebelahnya. Sejak mereka pergi dari apartemennya sekitar hampir sejam yang lalu, gadis itu membisu dan terus menerus membuang muka untuk menghindari tatapannya. Ia tahu apa penyebab yang membuat Elline bertingkah seperti itu, yaitu tak lain dan tak bukan karena ciuman tak direncanakan yang mendadak terjadi begitu saja di antara mereka berdua. Luke paham bahwa Elline malu atas kejadian tersebut. Bahkan setelah tadi ia selesai berciuman dengan Elline, ia melihat wajah gadis itu langsung merah padam karena malu. Dan setelah itu, gadis itu langsung menghindar darinya, tidak ingin menatapnya, dan tidak bicara sepatah kata pun padanya. Luke tetap fokus menyetir. Ia menopangkan siku tangan kirinya ke jendela mobil di sebelahnya, kemudian mengusap-usap tengkuknya karena merasa agak gugup. Walaupun ekspresi wajahnya terlihat tetap datar dan dingin,

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status