Share

Subway Tears

Penulis: Nadia
last update Terakhir Diperbarui: 2021-04-05 14:22:23

    Setelah bicara dengan nada tinggi, wanita itu mulai menangis tersedu-sedu.

    Melvin menoleh ke sekelilingnya. Ia mendapati semua orang yang ada di area tunggu kedatangan kereta kini menatap ke arahnya dan Elline dengan tatapan yang beragam. Mulai dari tatapan keheranan, tatapan aneh, sampai tatapan sinis. Bahkan sekarang banyak pasang mata yang mengintimidasinya karena wanita yang sedang bersamanya itu kini menangis tersedu-sedu dan tak henti bicara dengan suara melengking.

    "Dasar pria brengsek! Kau kira aku ini apa, hah?! Kau selingkuh dariku dan mengata-ngataiku semalam. Kau menyebutku sakit, menyebutku gila, lalu kau bersikap seolah kaulah yang menjadi korban! Persetan denganmu! Kau yang gila, dasar bajingan!"

    Melvin sungguh tak mempermasalahkan umpatan kasar yang terus Elline lontarkan padanya itu. Saat ini ia lebih mempermasalahkan tatapan orang-orang yang tertuju pada mereka. Apalagi di sana banyak mahasiswa New York University yang juga sedang menunggu kereta menuju kampus.

    Ia tidak bisa lagi mendeskripsikan betapa malunya ia sekarang. Ia bisa saja berbalik dan pergi meninggalkan Elline yang menangis histeris itu. Namun, ia tidak mungkin melakukan hal tersebut. Ia sadar bahwa dirinya telah jahat pada Elline mengenai hubungan mereka, tapi bukan berarti ia setega itu meninggalkan Elline sendirian saat sedang menjerit-jerit bak orang kesetanan.

    "Kau pikir aku tidak sakit hati?! Mentang-mentang kau tetanggaku, lalu kau merasa bisa melakukan apapun padaku?! Sialan kau, Melvin! Kau meniduriku, lalu mengajakku untuk menjalin hubungan asmara. Untuk apa kau melakukan itu, hah?! Agar bisa bebas meniduriku tanpa harus mabuk dulu seperti waktu itu?! Kemudian setelah kau bosan bercinta denganku, kau mencari wanita lain, selingkuh dariku, dan membuangku begitu saja?! keterlaluan sekali!"

    Melvin tertegun. Ucapan Elline yang sangat frontal di tempat yang sangat ramai itu mendadak membuat semua orang menjadi hening.

    Ia sungguh tidak bisa lagi menahan rasa malunya ketika ia merasakan hampir seluruh pasang mata di ruang tunggu itu memandanginya dengan sangat sinis. Rasanya sekarang juga ia ingin mengambil kantung plastik besar untuk mengubur wajahnya.

    Karena tidak ingin Elline kembali menjerit dan mengeluarkan umpatan mengerikan seperti tadi, Melvin pun langsung menarik tangan Elline dan membawanya pergi dari tempat tersebut.

    Elline memberontak. Dia terus mencoba melepaskan tangannya yang digenggam erat oleh Melvin.

    "Lepaskan aku!" pekik Elline. Kini, dia berjongkok di tengah jalan dan membuat Melvin mau tidak mau menghentikan langkahnya. Kalau ia tetap berjalan, sama saja ia bertindak kasar karena menyeret wanita itu.

    Melvin menghela napas. Ia sungguh kebingungan harus bertindak bagaimana karena sekarang Elline terduduk di tengah-tengah koridor ruang tunggu stasiun sambil menangis tersedu-sedu. di sana terdapat banyak sekali orang yang hilir mudik, dan tentunya kini Elline menjadi tontotan bagi orang-orang yang berlalu lalang di sana.

    Wanita itu menangis bagai anak kecil yang merengek karena tidak dibelikan mainan baru. Jika sudah seperti ini, ia tidak punya pilihan lain. Ia pun membungkuk di hadapan Elline, menarik tangan Elline, kemudian membopong tubuh ringan wanita itu di pundak kirinya.

    "Turunkan aku, dasar bajingan!" umpat Elline seraya memukul-mukul punggung Melvin dan terus menggerakkan kakinya sebagai usaha untuk turun dari gendongan Melvin. Tapi apa daya, tubuh Melvin jauh lebih besar darinya, dan tenaga Melvin pun juga jauh lebih kuat darinya. Dengan ia terus memberontak seperti itu, Melvin malah semakin kuat memeganginya.

    Hingga tak lama kemudian, dua pria petugas keamanan stasiun datang menghampiri Melvin dan menghadang jalannya.

    "Ada apa ini?" tanya salah satu petugas tersebut, "Tolong turunkan wanita ini."

    Melvin memutar matanya dengan malas dan mau tidak mau menurunkan Elline.

    "Apa yang terjadi sampai membuat keributan di sini?" kata petugas yang satunya lagi.

    "Dia ingin menculikku," sahut Elline yang masih sesenggukan sambil menunjuk Melvin.

    Melvin mengerutkan keningnya dan langsung menoyor kepala Elline, "Tidak, Pak. Dia adikku."

    "Adik?! Setelah memacariku, lalu selingkuh dariku, kini kau menganggapku adik?! Kau benar-benar bajingan kurang ajar, Melvin!" teriak Elline.

    "Sudah cukup. Sejak tadi kami perhatikan kalian terus ribut dan membuat pengunjung lain terganggu. Jadi, tolong kalian pergi dari stasiun ini."

    "Oh, tentu tidak. Aku tidak membuat keributan apapun. Dia yang sejak tadi teriak-teriak seperti orang gila. Jadi, dia saja yang diusir dari stasiun ini. Kereta menuju NYU sudah datang, aku harus segera tiba di kampusku," cetus Melvin seraya berbalik dan berniat untuk berjalan kembali ke area tunggu kedatangan kereta. Namun, salah satu petugas keamanan langsung menghalanginya.

    "Kau juga yang menyebabkan keributan di sini. Jadi, kalian berdua keluar dari stasiun ini sekarang juga, dan tanpa terkecuali."

***

    Gadis itu melirik sebotol air mineral yang disodorkan Melvin padanya. Kemudian, ia membuang muka dan mengalihkan pandangannya ke arah jalan raya di hadapannya, tak menghiraukan Melvin yang baru saja keluar dari toserba.

    Sambil meminum soda kaleng miliknya, Melvin menggoyangkan botol air mineral yang ia pegang ke hadapan Elline yang masih sesenggukan dengan sisa-sisa air mata di kedua pipinya, mengisyaratkan pada karibnya itu untuk segera mengambil botol tersebut. Namun, Elline tak menggubris dan tetap diam.

    Melvin pun menghela napas. Ia kemudian menempelkan botol air mineral dingin itu ke pipi Elline.

    "Jangan mengacau!" protes Elline.

    "Ambil ini," kata Melvin masih sambil menyodorkan botol itu pada Elline.

    Karena Elline masih diam saja, Melvin pun jadi agak jengkel. Dia berdecak kesal, kemudian meraih tangan Elline dan meletakkan botol air mineral yang baru ia beli tersebut ke tangan gadis itu.

    Ketika akhirnya Elline mau menerimanya, ia pun tersenyum simpul. Ia kembali menenggak sodanya sembari menatap Elline yang kini juga mulai meminum minumannya.

    Ia agak terperangah ketika melihat gadis itu menghabiskan sebotol air mineral berukuran sedang itu dalam sekali teguk tanpa henti.

    "Kau haus atau sedang emosi?" cetus Melvin.

    "Tidak usah bicara padaku."

    "Saat ini kita sedang bicara, kan?"

    "Makanya diam!"

    Melvin pun menurut saja dan memilih untuk diam.

    Sejujurnya, Elline merasa sangat canggung berdiri berdekatan seperti saat ini dengan Melvin. Setelah apa yang terjadi pada mereka semalam, dan setelah segala hal yang Melvin lontarkan saat adu mulut dengannya di bar semalam, ia benar-benar merasa sangat aneh bicara dengan pria itu lagi sekarang.

    Bahkan sebenarnya ia tak sanggup berlama-lama menatap mata Melvin. Kalau ia sampai mendongak untuk menatap wajah tampan itu 5 detik saja, ia menjamin kalau air matanya akan kembali bertumpah ruah tanpa ragu.

    Karena itulah, sejak tadi ia terus menghindari melakukan kontak mata dengan Melvin dan memilih untuk memandang ke arah lain. Sebab, sisa-sisa tangisnya yang sekarang saja masih belum hilang, lucu sekali jika ia menangis lagi.

    "Apa yang akan kita lakukan sekarang? Tetap berangkat ke kampus atau membolos saja?" ucap Melvin setelah keheningan terjalin di tengah-tengah mereka selama beberapa menit.

    Elline hanya diam.

    "Well, aku rasa sebaiknya bolos saja. Kau setuju?"

    Lagi-lagi Elline hanya diam.

    Ia sungguh merasa heran, bisa-bisanya pria itu bersikap biasa-biasa saja seolah tidak ada apapun yang terjadi di antara mereka. Mungkin karena saking seringnya menyakiti hati wanita, kini Melvin sudah tak memiliki rasa bersalah sedikitpun atas apa yang telah dia lakukan padanya.

    Tanpa mengatakan apapun, Elline pun memutar arah berdirinya ke sebelah kanan dan mulai berjalan menyusuri trotoar menuju halte bus yang terletak di ujung jalan sana. Ia tidak mungkin kembali ke stasiun kereta bawah tanah tadi, karena pasti petugas yang sama akan mengusirnya lagi.

    "Hei, Elline! Kau mau ke mana?" panggil Melvin.

    Elline tak menoleh atau pun menyahut.

    "Kau benar-benar akan ke kampus?!"

    Ia terus melanjutkan langkahnya tanpa memedulikan Melvin yang terus meneriakinya.

Bersambung .....

Bab terkait

  • Entangled in Love: Terikat Cinta   College

    Ia adalah mahasiswa di salah satu universitas yang cukup ternama di Amerika Serikat, jadi apapun yang terjadi, ia akan tetap berangkat ke kampus. Banyak orang pintar dan jenius yang mendamba-dambakan ingin menjadi mahasiswa di New York University, sedangkan dirinya hanyalah wanita bodoh yang bahkan tidak pernah benar-benar memahami apa itu Teori Copernicus yang merupakan pelajaran dasar murid sekolah menengah, tapi ia bisa menjadi mahasiswa jurusan Psikologi di NYU karena faktor keberuntungan dan melalui jalur langit, yaitu atas bantuan Tuhan. Ia bisa diterima menjadi mahasiswa NYU melalui rentetan tes yang ia ikuti setelah lulus dari sekolah akhir 2 tahun yang lalu. Awalnya ia hanya coba-coba saja, dan saat mengikuti semua tes pun ia melakukannya secara asal-asalan. Namun, keberuntungan rupanya ada di pihaknya, dan ia pun bisa lolos. Walaupun ia hanya datang ke Gereja untuk berdoa saat natal dan saat ada m

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-08
  • Entangled in Love: Terikat Cinta   What's Wrong, Girl?

    Olivia jelas merasa keheranan melihat sikap Elline hari ini. Pertama-tama, Elline tidak datang saat kelas pagi dan baru tiba saat siang hari. Kedua, Elline berpenampilan seperti zombie. Dan ketiga, karibnya itu terlihat tidak terlalu memedulikan penampilannya yang saat ini dipandang heran oleh sebagian besar orang-orang yang ada di kelas. Olivia paham bahwa ada sesuatu yang salah, sebab ini bukan sikap wajar Elline yang pada hari-hari sebelumnya selalu ia lihat. Elline adalah wanita yang sangat peduli pada penampilan. Yah, walaupun Elline sering bertingkah tidak tahu malu, tapi Olivia paham betul bahwa Elline adalah tipikal orang yang selalu ingin berpenampilan menarik di depan banyak orang. Jadi, ketika melihat Elline tak peduli pada betapa berantakannya penampilannya siang ini, jelas Olivia bertanya-tanya, apa yang terjadi? "Ada apa denganmu?" tanya Olivia. Dia menarik kursi yang didudukinya untuk mendeka

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-09
  • Entangled in Love: Terikat Cinta   Stop Crying

    Sudah hampir 15 menit wanita itu sesenggukan dan bersikap seolah menjadi wanita yang paling merana di dunia ini. Olivia menghela napas. Ia meminum kopinya dan menatap Elline yang duduk di sebelahnya dengan tatapan iba. Sekitar 30 menit yang lalu, begitu kelas mata kuliah Komunikasi telah selesai, Elline dan Olivia pergi dari kampus dan mampir ke kedai kopi. Elline membeli vanilla latte, sementara membeli mochaccino. Dan sekarang, mereka berdua sedang duduk di salah satu bangku taman di Central Park yang terletak di tengah-tengah gedung-gedung tinggi di Manhattan. Olivia mengizinkan Elline untuk bercerita mengenai bagaimana jalan cerita masalahnya dengan Melvin. Ia mengizinkan Elline kembali bercerita karena ia pikir mungkin saja Elline sudah merasa lebih tenang dan tidak akan menangis lagi karena tadi sudah menangis meraung-raung di kelas sebelum mata kuliah mereka dimulai. 

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-16
  • Entangled in Love: Terikat Cinta   Hypophrenia

    Wanita itu melempar pena miliknya sembarangan ke atas meja. Ia benar-benar jenuh. Kepalanya yang sudah sakit, makin terasa sakit dan pening karena sejak tadi terus menatap buku tebal yang ada di hadapannya. Elline beranjak dari meja belajarnya yang terletak di salah satu sisi kamar, kemudian langsung membaringkan tubuhnya di atas kasur. Ia menenggelamkan wajahnya ke bantal empuk di kasurnya itu. Setelah terdiam cukup lama dalam keheningan malam yang cukup menusuk, air matanya mulai menetes tanpa ia sadari. Hingga beberapa menit kemudian, ketika ia mengangkat sedikit kepalanya dari bantal, ia melihat bantal itu sudah basah karena air matanya yang sejak tadi mengalir bebas dari kedua matanya yang sangat sayu malam ini. Elline tidak tahu sejak kapan ia mengidap hypophrenia atau kondisi dimana seseorang bisa menangis secara tiba-tiba tanpa alasan yang jelas. Diam merenung dengan pikiran kos

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-25
  • Entangled in Love: Terikat Cinta   Gossip

    Mobil yang Elline tumpangi itu tiba di depan sebuah rumah bergaya khas Amerika tanpa pagar. Elline memandangi rumah itu dan melihat bahwa pesta yang Daniel adakan nampak sudah lumayan ramai. "Ayo, masuk," ajak Daniel yang duduk di kursi kemudi di sebelah Elline. Pria berambut pirang itu melepas seat beltnya dan melanjutkan, "Yang lain sudah menunggumu sejak tadi." Elline pun membuka pintu di sampingnya dan turun dari mobil Daniel. Ia kemudian berjalan beriringan dengan Daniel masuk ke rumah itu. "Wow, apa orang tuamu sungguh mengizinkan orang sebanyak ini mengadakan pesta di sini?" tanya Elline begitu Daniel membuka pintu rumah. Ia melihat banyak sekali teman-temannya yang lain sudah berkumpul dan minum-minum di berbagai ruangan di dalam rumah Daniel itu. "Ayah dan ibuku sedang pergi ke Las Vegas dan baru pulang besok siang. Kau tenang saja, mereka mengira ini perayaan tahunan kampus,"

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-29
  • Entangled in Love: Terikat Cinta   Don't Even Talk to Me

    Elline melempar gumpalan tissue yang ada di tangannya ke arah Daniel ketika pria itu meledeknya soal Melvin. Ia benar-benar sedang berada dalam suasana hati yang sangat buruk malam ini. Ia pikir pesta di rumah Daniel akan berlangsung menyenangkan dan bisa membuatnya melupakan segala masalah yang sedang membebani pikirannya sejak kemarin setelah ia memeregoki Melvin berciuman dengan Gloria. Tapi ternyata tidak. Memang menyenangkan bagi sebagian besar orang yang hadir di pesta itu, tapi tidak dengan Elline. Rasanya menyebalkan sekali tiap kali mendengar teman-temannya terus menerus membahas soal Melvin dan Gloria tanpa henti. "Diam kalian! Sialan sekali!" omel Elline. Gadis cantik itu memang sedang marah dan jengkel, tapi justru itulah hal lucu yang membuat para pemuda yang ada di gazebo terkekeh melihatnya. Elline mendengus dan memberikan lirikan sinis pada semua tem

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-01
  • Entangled in Love: Terikat Cinta   Too Drunk

    Dua gelas bir harusnya sudah cukup parah untuk memengaruhi kesadarannya. Namun, alih-alih berhenti minum-minum, gadis berambut pirang sebahu itu justru mengambil sebotol bir dari atas meja dan menenggaknya tanpa peduli bahwa lambung dan seluruh organ di dalam tubuhnya mungkin sudah tak sinkron dengan segala indra dan pikirannya. Semua orang yang ada di gazebo hanya tertawa geli memandangi Elline yang sudah mabuk itu makin tak terkontrol. Sebagian yang sudah mabuk berat bergeming dan melanjutkan candu mereka pada bir dan wiski yang tersuguh di hadapan mereka, sedangkan sebagian lagi yang memilih untuk tetap pada kesadaran normal, asyik menontoni Elline yang menangis tersedu-sedu sambil meracau panjang lebar di tengah kesadarannya yang berada di ambang benang tipis karena mabuk. "Maksudku, memangnya aku ini apa, huh? Katakan... apa kurangnya aku? Apa aku seburuk itu? Ini tidak adil... benar, kan? Sungguh, aku

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-01
  • Entangled in Love: Terikat Cinta   Weak

    Masih sambil memegang botol bir di tangan kanannya, gadis itu berjalan melewati halaman rumah Daniel. Sementara di tangan kirinya, masih tersampir indah tas putih keluaran terbaru dari Chanel miliknya. Langkah Elline sangat gontai persis orang mabuk berat, kedua matanya yang sayu jelas menggambarkan bahwa pandangannya tidak sejelas biasanya. Hal itulah yang menyebabkan beberapa kali ia sempat tak sengaja menubruk orang-orang yang ada di teras rumah Daniel. Pengaruh alkohol yang menenggelamkan kesadaran Elline bahkan sebetulnya membuat Elline tidak tahu ke mana jalan pulang yang benar. Tapi ia tidak peduli, daripada tetap berada di pesta di dalam sana, ia merasa betul-betul ingin pulang. Ketika ia sedang melewati beberapa mobil yang terparkir di halaman rumah Daniel, tiba-tiba saja salah satu pintu mobil terbuka, tepat ketika ia berjalan di sebelahnya, sehingga tubuhnya pun terbentur dengan pintu mobil

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-03

Bab terbaru

  • Entangled in Love: Terikat Cinta   Cross

    "Iya, Ibu. Aku mengerti," ujar Elline seraya menuangkan air putih di gelas kaca yang ia letakkan di atas meja makan. Gagang telepon dari pesawat telepon yang ada di dapur, masih menempel di telinga kirinya, berbicara dengan Rachel, ibunya, yang masih berada di kantor karena ada urusan penting bahkan hingga jam sudah menunjukkan pukul setengah 10 malam. "Jangan mengerti-mengerti saja. Pokoknya kau tidak boleh pergi ke mana-mana malam ini. Diam saja di rumah sampai Ibu pulang. Ibu tidak mau kau pergi sehari semalam seperti kemarin. Dasar anak nakal!" oceh Rachel dari seberang telepon. "Astaga, iya, Ibu. Harus berapa kali aku bilang? Aku mengerti. Aku tidak akan pergi ke manapun malam ini. Besok aku ada kelas pagi di kampus," sahut Elline yang lama-kelamaan merasa agak jengkel diocehi terus sejak 5 menit yang lalu. "Ya sudah kalau begitu. Sampai jumpa," kata Rachel.

  • Entangled in Love: Terikat Cinta   Wondering

    "Dengar, Elline, aku..." "Kalau sebegitu pedulinya kau padaku, lalu mengapa kau mengkhianatiku? Kenapa kau selingkuh dariku, huh?" potong Elline. Melvin pun terdiam ketika melihat air mata mulai membendung di kedua pelupuk mata Elline. "Jangan diam saja. Jawab aku, Melvin," tuntut Elline. Melvin tetap diam. "Apa kau tahu kalau perasaanku sekarang mungkin telah mati karenamu? Sakit hati yang kau timbulkan pada jiwaku jauh lebih mengkhawatirkan dibandingkan fisikku yang tidak terluka sama sekali. Lihat mataku, Melvin. Apa kau tidak melihat kalau aku sangat terluka karenamu? Kau berkata seolah kau mengkhawatirkanku, tapi justru kaulah yang menyakitiku dan menghancurkanku..." ungkap Elline dengan suara yang bergetar hebat dan air mata yang mulai mengalir di kedua pipinya. Elline menatap pria di hadapannya itu dalam-dalam dengan kedua matanya y

  • Entangled in Love: Terikat Cinta   Worry

    Elline turun dari taksi dengan Luke yang membantu memegangi tangannya agar tubuhnya bisa bertumpu sehingga tidak kehilangan keseimbangan karena kaki kirinya yang terkilir. Setelah menempuh perjalanan sekitar 2 jam dari Hellington, akhirnya ia dan Luke tiba di New York. Begitu tadi tiba di New York, Luke menyempatkan diri untuk membawa Elline ke klinik untuk memeriksa keadaan kaki gadis itu yang terkilir. Beruntungnya dokter sudah mengobati kaki Elline sehingga kini sudah tak separah sebelumnya, dan dokter bilang keadaan kaki kiri gadis itu akan segera kembali normal. Saat ini Elline dan Luke telah sampai di depan sebuah rumah setelah sebelumnya mereka menaiki taksi dari klinik yang terletak tak terlalu jauh dari stasiun kereta. Luke membantu Elline untuk berjalan sampai ke depan pagar rumah bergaya modern yang merupakan rumah Elline itu. Kemudian, Elline pun berbalik menghadap Luke dan tersenyum pada pri

  • Entangled in Love: Terikat Cinta   Thank You

    Elline menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi yang ia duduki. Saat ini dirinya dan Luke sudah berada di dalam kereta yang membawa mereka dari Hartford, Connecticut menuju Manhattan, New York. Rasa nyeri masih terus menggerayangi area pergelangan kaki kirinya. Karena saking lelah dan tidak sanggup lagi memaksakan diri berjalan menggunakan heels, tadi ia tersandung kakinya sendiri saat berjalan di trotoar, hingga akhirnya ia jatuh dan kondisi kakinya malah makin parah karena terkilir. Ia pikir Luke tidak mau peduli dan akan menelantarkannya di pinggir jalan Hartford, kota yang sama sekali tidak pernah ia datangi sebelumnya. Tapi tak disangka, meski sangat dingin dan cuek, ternyata sosok Luke tetap memiliki rasa peduli yang cukup besar. Pria itu mau menolongnya. Luke bahkan juga tidak protes sama sekali ketika tadi tanpa sadar Elline melayangkan tamparan ke wajahnya karena dia menekan memar d

  • Entangled in Love: Terikat Cinta   Crybaby

    Gadis itu menghela napas keras. Uap putih keluar dari hidung dan mulutnya ketika ia melakukan itu. Hal tersebut jelas menjadi pertanda bahwa suhu udara saat ini semakin bergerak rendah. Tapi setidaknya ia tidak terlalu merasa kedinginan karena ia memakai coatcokelat yang dipinjamkan oleh Luke. Coat yang tentunya sangat kebesaran di tubuhnya itu memberi kehangatan yang lebih dari cukup pada tubuhnya yang sebelumnya hanya memakai gaun pesta yang panjangnya hanya sampai seatas lutut. Saat ini dirinya dan Luke telah keluar dari area jalan tol dan sedang menyusuri trotoar jalan umum untuk mencari stasiun. Mereka berdua sudah tak lagi berada di negara bagian Massachusetts di mana kota Boston berada, melainkan telah berada di wilayah negara bagian Connecticut, tepatnya di kota Hartford. Sementara itu, mobil Luke masih berada di jalan tol untuk menunggu di tangani oleh montir. Luke juga s

  • Entangled in Love: Terikat Cinta   Missing Elline

    Melvin mengerutkan keningnya karena heran. Rachel Clifton, ibunya Elline, tidak biasanya menelpon nomornya. Kalau membutuhkan sesuatu, ibunya Elline yang telah ia anggap seperti ibunya sendiri itu pasti hanya menghubunginya sekadar melalui pesan tulis. Paham bahwa pasti ada sesuatu yang penting dan mendesak, Melvin pun langsung mengangkat telepon tersebut. "Halo, Melvin?" sapa ibunya Elline dari sebrang telepon. "Ya, ini aku. Ada apa?" tanya Melvin. "Apa Elline sedang bersamamu?" "Tidak. Kenapa?" "Dia pergi dari semalam dan belum pulang sampai sekarang. Aku pikir dia menginap di rumah temannya dan langsung berangkat ke kampus saat pagi hari, makanya aku tidak mengkhawatirkannya. Tetapi, barusan Olivia datang ke sini dan menanyakan keberadaan Elline. Dia mengatakan kalau Elline sama sekali tidak datang ke kampus sejak tadi pagi." &n

  • Entangled in Love: Terikat Cinta   Making Love

    Melvin meremas kedua gundukan milik wanita di hadapannya. Bibirnya bertautan penuh nafsu dengan wanita itu. Ketika tangannya mulai bergerak turun menyentuh pangkal paha wanita itu yang masih berbalut celana, ia mendegar suara lenguhan tertahan yang begitu terlena dengan permainannya. Dalam sekejap saja, Melvin berhasil melucuti kemeja satin dan celana jeans yang dikenakan Gloria hingga wanita itu kini setengah telanjang, hanya tersisa bra dan celana dalam saja yang masih menempel di tubuh indahnya. Jemari Melvin mulai bermain di bagian luar area kewanitaan Gloria. Melihat wanita yang berdiri di hadapannya itu menunjukkan wajah penuh nafsu yang menandakan bahwa dia membutuhkan sesuatu yang lebih jauh, Melvin pun meraup bibir wanita itu dan melumatnya dengan brutal. Ia melepas hoodie putih yang ia pakai, melepas resleting celananya, kemudian melepas seluruh pakaian yang ada di tubuhnya hingga ia sama toplesnya dengan Gloria.

  • Entangled in Love: Terikat Cinta   Accident

    Elline meringis pelan ketika kepalanya terasa berat dan begitu sakit setelah kepala belakangnya terbentur dengan sandaran kursi. Tapi setidaknya benturan itu jauh lebih aman dibandingkan jika kepalanya menghantam dashboard di hadapannya. "Kau baik-baik saja?" tanya Luke pada Elline. Khawatir dan cemas ketika melihat Elline yang meringis sambil memegangi kepalanya. "Ya, aku baik-baik saja," jawab Elline kemudian. "Sungguh?" Luke menjulurkan tangan kanannya ke kepala belakang Elline, kemudian mengusap-usap kepala Elline untuk memastikan bahwa gadis itu benar-benar baik-baik saja. "Iya, Luke," ujar Elline meyakinkan. "Tunggu sebentar," Luke melepas sabuk pengamannya, kemudian membuka pintu mobil, lalu bergegas turun. Luke memeriksa apa masalah yang terjadi pada mobilnya. Dan rupanya, ia mendapati bahwa ban mobil depannya yang sebelah kanan te

  • Entangled in Love: Terikat Cinta   Awkward

    Luke melirik sekilas ke arah Elline yang duduk di kursi penumpang di sebelahnya. Sejak mereka pergi dari apartemennya sekitar hampir sejam yang lalu, gadis itu membisu dan terus menerus membuang muka untuk menghindari tatapannya. Ia tahu apa penyebab yang membuat Elline bertingkah seperti itu, yaitu tak lain dan tak bukan karena ciuman tak direncanakan yang mendadak terjadi begitu saja di antara mereka berdua. Luke paham bahwa Elline malu atas kejadian tersebut. Bahkan setelah tadi ia selesai berciuman dengan Elline, ia melihat wajah gadis itu langsung merah padam karena malu. Dan setelah itu, gadis itu langsung menghindar darinya, tidak ingin menatapnya, dan tidak bicara sepatah kata pun padanya. Luke tetap fokus menyetir. Ia menopangkan siku tangan kirinya ke jendela mobil di sebelahnya, kemudian mengusap-usap tengkuknya karena merasa agak gugup. Walaupun ekspresi wajahnya terlihat tetap datar dan dingin,

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status