DesirePart 3 Kembang Gunung Wilis I"Itu rumahnya Pak Lurah, Mas." Jingga menunjuk rumah paling besar dan paling mewah untuk ukuran orang desa. Jauh berbeda dengan rumah-rumah di sekitarnya. Di depan rumah utama ada bangunan joglo dengan pilar kayu jati yang kokoh dan berplitur cokelat mengkilap. Lantainya tampak bersih berkilauan. Di tengah joglo ada satu set meja kursi berukir untuk menerima tamu.Lelaki pengemudi mobil yang berhenti di sebelah Jingga memandang ke arah yang ditunjuk gadis itu. Bahkan seluruh penumpang juga menatap ke arah seberang jalan kecil tengah desa."Saya permisi dulu!" pamit Jingga langsung pergi dengan motornya. Gadis itu sudah tidak mendengar lagi teriakan terima kasih dari laki-laki yang pegang kemudi. Lelaki berusia dua puluh tujuh tahun itu asisten pribadi Fariq."Kita langsung turun semua, Pak Fariq? Atau yang lain menunggu di mobil saja?" tanya Mahika."Biar saya dan Pak Restu saja yang turun, Mbak. Kita hanya akan memberitahu sekaligus izin sama Pak
DesirePart 4 Kembang Gunung Wilis IIBanyak informasi yang Fariq dapat dari Mbok Legi. Tentang kebiasaan masyarakat desa itu dan adanya sebuah makam keramat yang sering di ziarahi oleh orang-orang dari luar kota. Makam Ki Ageng Ngaliman. Tokoh yang menyebarkan agama Islam di wilayah Sawahan. Juga di sebut sebagai cikal bakal adanya desa Ngliman. Beliau di makamkan di area tanah yang tinggi dan teduh, karena banyak pohon-pohon besar menaungi tempat itu. Beliau di makamkan dalam satu kawasan bersama dengan beberapa pengikut setianya.Mbok Legi menutup warungnya ketika rombongan Fariq telah pergi. Lelaki itu mengajak timnya untuk mampir Salat Asar sekaligus menunggu waktu Salat Maghrib di sebuah masjid pinggir jalan. Mereka ingin menikmati suasana malam di lereng Wilis yang menyimpan banyak kisah cerita sejarah. Ada juga kisah Mpu Sindok yang menjadi cikal bakal berdirinya kota Nganjuk."Di sini nggak ada signal, Pak Fariq." Mahika bicara sambil memandangi layar ponselnya. Dua orang i
DesirePart 5 Rencana Perjodohan IPesta, makan malam, dan pembicaraan penuh basa-basi di luar masalah pekerjaan sangat ingin dihindari Fariq belakangan ini. Dan papanya Mahika baru saja menelepon mengajaknya dinner akhir pekan. Pesis seperti yang dibicarakan Mahika tadi. Padahal jika bertemu, Pak Raul selalu suka membahas tentang politik. Dan itu tidak disukai Fariq, ia tidak tertarik dengan dunia penuh intrik.Hendak menolak rasanya tidak enak, karena sudah beberapa kali tawaran Pak Raul ditolak dengan beberapa alasan. Kecuali pertemuan mereka dilakukan saat jam kerja dan membicarakan mengenai pekerjaan. Pak Raul termasuk pemegang saham terbesar di perusahaan tempatnya bekerja.Mahika menerima kembali ponselnya. "Kayanya papa ada bisnis baru yang ingin dibicarakan dengan, Pak Fariq.""Bisnis apa?""Saya kurang tahu. Datanglah ke rumah, siapa tahu Pak Fariq tertarik.""Insya Allah," jawab Fariq sambil tersenyum, lantas mengalihkan perhatian pada gelapnya sisi jalan di sepanjang jalu
DesirePart 6 Rencana Perjodohan IIMeski terkejut, Fariq tetap bersikap tenang. Dia tidak menyangka saja jika maksud Pak Raul mengundangnya untuk membicarakan tentang perjodohan Mahika dengannya. Tapi kenapa memilihnya, pria yang pernah gagal menikah dua kali. Pria yang belum tentu bisa memberikan keturunan pada putrinya. Mahika bukan wanita biasa. Dia punya karir, cerdas, dan berpengalaman. Bisa saja kan, memilih lelaki yang lebih muda darinya. Setidaknya seumuran dengan Mahika sendiri. Banyak eksekutif muda yang lebih pantas menjadi pendamping gadis itu."Pak Raul, sudah tahu bagaimana masa lalu saya? Rasanya Mahika terlalu baik buat saya. Mahika bisa mendapatkan lelaki yang jauh lebih baik dari saya, Pak."Lelaki setengah baya itu menunduk. Tampak ada sesuatu yang dipikirkannya hingga membuat keningnya berkerut tajam. Entah bagaimana harus memulai, tapi Pak Raul ingin sekali memberitahu Fariq sesuatu. Namun kata-katanya hanya tersekat di tenggorokan. Pria itu bingung juga, apa har
DesirePart 7 Gadis Itu IGadis itu tidak gentar sedikitpun. Ia hanya tersenyum sinis pada lelaki yang hampir saja menjadi mertuanya. Lelaki yang dulu sangat baik padanya. Dia pikir mudah mau menjebloskan orang ke penjara. Semua ada prosesnya. Tapi apa yang tidak bisa ia lakukan. Dia punya kuasa dan uang. Dulu jadi lurah pun karena uangnya banyak. Menyesal dulu ia membiarkan kakaknya membantu lelaki itu."Kamu ini nggak bisa terima karena Aditya memutuskan menikahi Mawar." Sekarang Bu Lurah yang mengeluarkan suara."Maaf, Bu. Jangan kalian pikir kami nggak tahu apa yang sebenarnya terjadi di balik pernikahan Aditya dan Mawar." Kali ini Laras yang menjawabnya. Membuat Bu Lurah kaget lantas terdiam.Bahkan Jingga pun heran dengan ucapan iparnya. Apa yang Laras ketahui tapi tidak diketahuinya."Ayo, Ga. Kita pulang!" Laras menarik tangan iparnya. Jingga pun langsung berdiri. "Saya tunggu kabarnya, Pak Lurah," ucap Jingga kemudian melangkah ke arah sepeda motornya yang terparkir di sebela
DesirePart 8 Gadis Itu IIKabut pagi melayang di awang-awang. Puncak Wilis juga masih berselimut kabut tebal. Padahal sekarang sudah jam tujuh pagi, tapi suasana masih agak gelap. Tidak seperti di kota yang sudah terang benderang. Beberapa hari tinggal di Ngliman, Fariq mulai terbiasa dengan suasana dan udara dinginnya. Siangnya datang lebih lambat dan sorenya datang lebih cepat. Meski sinar matahari terik di siang hari. Tapi udara tetap saja terasa sejuk.Pagi itu Fariq, Erwin, dan beberapa pekerjanya sarapan di warung Mbok Legi. Nasi pecel dengan segelas kopi atau teh. Sarapan khas orang desa.Fariq menatap Toko Ceria yang masih tertutup rapat. Beberapa hari kemarin jam seperti ini sudah buka. Seorang gadis pasti sedang menyapu. Mulai dari dalam toko kemudian hingga halaman luar. Apa karena peristiwa kemarin sore yang membuat toko belum juga di buka? Fariq jadi cemas memikirkan hal yang mungkin saja terjadi dengan gadis berkulit eksotis itu.Mbok Legi sendiri sambil membungkus nas
DesirePart 9 Awal Perkenalan ILantunan ayat-ayat Al Qur'an itu menyejukkan jiwanya. Suaranya juga terdengar lembut di telinga. Bukan ia tidak pernah mendengar orang mendaras Al Qur'an. Di masjid dekat tempat tinggal mamanya, tiap malam Minggu para remaja masjid sering mengadakan kegiatan membaca Al Qur'an. Tapi kali ini terasa berbeda saja bagi Fariq. Pada saat yang bersamaan hatinya juga lega. Berarti gadis itu baik-baik saja. Dia masih di rumah. Fariq menarik Erwin untuk menepi ketika sebuah mobil muncul dari tikungan depan. Mobil hitam itu berhenti di depan rumah Adam. Seorang laki-laki turun dan mengetuk pintu rumah yang tertutup rapat.Laras yang membuka pintu. Perempuan itu kaget melihat Aditya sudah berdiri di depannya. Mantan kekasih Jingga itu tetap tersenyum ramah padanya. "Ada apa?""Saya ingin bertemu Jingga, Mbak.""Untuk apa! Nggak usah nemui adikku lagi." Ketus sekali suara Laras.Bersamaan dengan itu, suara lantunan ayat Al Qur'an terhenti dan di akhiri bacaan iftit
DesirePart 10 Awal Perkenalan IIJingga yang baru saja meletakkan belanjaannya di dapur sekalian mengambil wudhu dan masuk kamar untuk Salat Isya.Usai salat, gadis itu membuka pintu jendelanya lebar-lebar. Berdiri di bingkai jendela dan menatap bulan separuh di angkasa yang pekat. Hening. Hanya suara serangga malam yang terdengar dari pekarangan samping rumah. Jingga melamun."Maafkan aku, Ga. Untuk semuanya," ucap lirih Aditya ketika menghampiri Jingga yang sedang memanasi motornya."Jangan bicarakan itu lagi. Aku sudah melupakannya," jawab Jingga tanpa mau menatap pria yang berdiri di sebelahnya. Melupakan? Tentunya tidak akan semudah itu. Tapi untuk apa juga mengakui kalau dirinya terpuruk. Justru Jingga harus menunjukkan pada pria yang telah mengkhianatinya, menunjukkan kalau dirinya baik-baik saja.Jingga ingat bagaimana gelisahnya Aditya ketika lelaki itu menghampirinya tadi. Sepertinya ada yang ingin dibicarakan, tapi Jingga sama sekali tidak ingin memberinya kesempatan. Untu