Beranda / Romansa / Embrace Fate / 56. The Broken Heart

Share

56. The Broken Heart

Penulis: Chani yoh
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Satu-satunya wanita yang dia inginkan, yang hampir dia dapatkan tiga tahun lalu, kini sedang berciuman dengan lelaki lain di dalam sana. Hati Nicky berkobar api amarah. Berani-beraninya lelaki kunyuk satu itu mencium calon pengantinnya. Sepertinya si kunyuk itu harus tahu siapa yang akan dia hadapi jika mencium Esmeralda. Karena apa? Karena Esmeralda Bandares dulunya adalah calon pengantinnya. Sekarangpun dia tetap menginginkan wanita itu.

Nicky meraih ponsel di telepon yang ada di dalam Limousin itu kemudian menekan satu tombol.

“Apa Britney sudah tiba di penthouse?” tanyanya pada bawahannya di ujung sana.

“Sudah, Tuan!” balas bawahannya itu.

“Good!”

“Lalu, bagaimana dengan secret lover, Tuan? Mereka semua menunggu perintah,” tanya bawahannya lagi.

Nicky menepuk jidatnya sendiri karena dia sampai melupakan misinya itu. Semua ini karena Esme. Dia terlalu menggilai wanita itu hingga sekarang rasanya secret lover tak be

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Embrace Fate   57. On The Quiet Morning

    Bunyi alarm membangunkan Esme pagi itu. Tubuhnya sedikit menggigil karena cuaca di luar semakin dingin dalam masa awal memasuki musim dingin. Esme menarik selimutnya hingga ke batas dagunya, untuk membuat tubuhnya kembali merasa hangat. Diliriknya jam, sudah pukul setengah tujuh pagi. Dan seketika otaknya mengingatkannya bahwa dia harus membeli buah-buahan segar untuk menghias frutty cake pesanan customer untuk sore ini. Dengan menyeret langkah kakinya, Esme bangun dari kasurnya dan bersiap. Esme menyempatkan diri melihat kamar Catherine sebelum pergi. Kamar itu ternyata kosong. Catherine tidak pulang semalam. Esme mendesah kemudian turun ke tokonya untuk segera ke pasar. Dalam langkah kakinya pagi itu, ditengadahkannya wajah untuk menyambut udara dingin. Meskipun benaknya terisi oleh bayang-bayang kejadian semalam, Esme berusaha melangkah penuh semangat. Pagi yang dingin itu membuat jalanan masih sepi, terutama di jalanan kecil di mana

  • Embrace Fate   58. Pengejaran!

    Drrrrrtttt … drrrrtttttt … “Ya?” tanya Darren dengan suara serak. “Ada apa?” “Lapor, Sir. Pemilik toko kue Emerald diculik!” “Shit! Shit! Shit!” maki Darren pada dirinya sendiri. Bukan kali ini saja dugaannya sangat tepat, tetapi baru ini pertama kalinya dia membenci keakuratan dugaannya. Darren melompat bangun dan menyambar jaketnya untuk segera berlari ke luar. “Kita bertemu di kantor,” serunya pada Lorry. *** “Ini nomor mobilnya, Sir.” Lorry menyerahkannya pada Darren saat telah di kantor dan agent lainnya sudah dikumpulkan. “Segera cari!” perintah Darren pada agent lainnya. Dia juga memberikan sederet nomor ponsel Esme pada Lorry. “Coba lacak juga nomor ini. Siapa tau masih aktif. Ini nomor korban.” “Baik, Sir!” Selagi menunggu, Darren menghubungi Inspekt

  • Embrace Fate   59. Kau adalah Pengantinku yang Hilang!

    “Pelabuhannya berada 200 meter dari posisi Anda, Sir,” seru suara Lorry dari walkie talkie, “berada di belokan ke kanan setelah mengambil jalur menuruni jembatan layang ini, Sir.”“Dimengerti,” jawab Darren singkat. Dia pun memerintahkan agent Franklin, yang sedang menyetir, untuk mengambil jalan yang diberitahukan Lorry.Dan akhirnya, setelah keluar dari jalan layang, Agent Franklin kembali tancap gas untuk menuju ke pelabuhan.Darren masih bisa melihat berderet SUV hitam yang merayap memasuki kapal.“Mereka sudah masuk ke kapal! Cepat turun dan cari cara agar bisa menyusup ke dalam kapal!” perintah Darren lugas dari walkie talkienya. Dia sendiri pun langsung melompat turun dari mobil begitu pintu mobil dia buka. Franklin bahkan belum menghentikan laju mobilnya dengan sempurna.Dengan bersembunyi di balik tembok-tembok rendah di pinggir pelabuhan serta berbagai mobil yang terparkir di sana, Darren me

  • Embrace Fate   60. Aku Akan Berteriak!

    “Mana Esme?” tanya Susan dari dalam dapur.Catherine memutar bola matanya saat mendengar pertanyaan Susan dan membayangkan di mana diri Esme semalam. Tentu saja sepupunya itu pastilah tidur di tempat Dave. Ah, sudahlah. Dia sudah dewasa sekarang. Akan tetapi, Catherine tidak mengatakan itu semua pada Susan. Biarlah itu menjadi rahasianya bersama Esme saja.Catherine tersenyum, sambil menggeleng, dan hendak menutup pintu toko saat sebuah tangan menahan pintu itu.“Hei, Catherine! Bisa kau panggilkan Esme? Ada yang ingin kubicarakan dengannya,” kata sosok yang tangannya sedang menahan pintu.Kini Catherine mengernyit melihat si penanya itu. Dia pun spontan bertanya balik, “Esme? Bukankah dia semalaman di tempatmu, Dave?”“Di tempatku?” tanya Dave dengan raut terheran-heran. “Mengapa kau bisa berpikiran jika dia ada di tempatku semalam? Apa semalam dia keluar dan tidak pulang?”

  • Embrace Fate   61. Obsesi yang Membutakan Akal Sehat

    “Kita sedang di laut lepas, Sayang. Siapa yang akan mendengar teriakanmu?”Esme shock mendengarnya. Sangat shock.Dengan mengeluarkan rasa frustrasinya, Esme berteriak kencang, “KAU JAHANAAAAAAAM!!!”“Hahahaha!” tawa Nicky kembali menggelegar. Dia membuka kemeja merah maroon yang dipakainya dan melemparnya asal. Dia juga mulai membuka kancing celananya dan membiarkan kain itu teronggok di kakinya.Setelahnya, dia mendekati ranjang dan merangkak naik.Esme semakin panic. Dia berteriak sembari menendang-nendang. Akan tetapi, kakinya terikat sehingga dia hanya bergerak seperti ikan yang menggelepar-gelepar. “Jangan mendekat! Kau sialan! Jangan sentuh aku!!!”Nicky sudah tiba di atas tubuh Esme. Sepasang mata cantik itu membelalak lebar menatap Nicky yang hanya berjarak dua puluh sentimeter di

  • Embrace Fate   62. Please, Bernapaslah!

    Nicky semakin marah. Dia menampar Esme lagi.“Hentikan!” seru Darren pada akhirnya. Dia tak tahan melihat Esme ditampar bertubi-tubi.“Kenapa hentikan? Kalian mau bermain cinta di depanku, hah?! Rasakan ini!”Dengan sekali gerakan, Nicky mengangkat tubuh Esme yang tangan dan kakinya terikat. Dia mengangkat dan membawanya hingga ke pagar dek kapal.Darren spontan berteriak, “Hentikan! Esmeeeeee!”Dan kedua tangan Nicky sudah melemparkan tubuh Esme ke dalam air.Byuuuurr!!Semua yang ada di sana terpelongo melihat kekejaman Nicky yang benar-benar melemparkan tubuh Esme yang terikat ke dalam air. Setega itu.Hanya Darren yang tak menunggu sedetik pun. Dia langsung bangun, melemparkan tali yang mengikat tangannya sedari tadi, dan melompati pagar dek kapal menuju air, menuju Esme. Sudah sedari saat tanganny akan diikat, Darren berusaha menahan kedua tangannya agar saat dia diikat terdapat celah ya

  • Embrace Fate   63. Thank You For ...

    Trak. Trak. Trak.Dave memainkan jemarinya di atas meja, mengetuk-ngetuk dengan segala rasa resah di dalam dadanya.“Kau yakin dia ke pasar?” tanyanya lagi pada Catherine dan Susan. Kedua gadis itu juga akhirnya ikutan resah.Sudah 2 jam berlalu dan Esme masih belum muncul. Sudah beberapa kali Dave menelpon ponselnya, tetapi tidak aktif. Telah beberapa kalimat dia bisikkan untuk menenangkan dirinya sendiri, tapi tak kunjung berhasil. Esme tak juga pulang dan menampakkan dirinya di sini.Lalu, ke mana dia?“Ck! Ke mana dia, ya? Kalau hanya ke pasar, kenapa selama ini? Dan kenapa pula ponsel tidak aktif. Dasar aneh!” Catherine mencela Esme dengan raut wajah kesal. Terlebih lagi dalam satu jam toko sudah harus dibuka. Bagaiaman dia bisa menjalankan toko seorang diri jika selama ini dia hanya bertugas sebagai kasir dan hanya bermain ponsel di saat-saat tak ada pelanggan yang perlu membayar?Cartherine menghe

  • Embrace Fate   64. We Were Just Kissing

    Saat Darren menarik tubuh Esme masuk ke dalam pelukannya saja Esme sudah membelalak lebar. Isak tangisnya tertahan di tenggorokannya akibat terkejut dengan apa yang dilakukan Darren padanya. Dan sekarang, pria itu malah mencari wajahnya dan menempelkan bibirnya di bibir Esme. Kehangatan merambat dan menggetarkan hati Esme, juga pembuluh darahnya.Denyut nadinya berdetak semakin kencang. Jantungnya berdegup semakin tak karuan menerima kehangatan dan kelembutan bibir Darren. Dan saat bibir itu bergerak melumat bibirnya, Esme hanya mampu memejamkan kedua matanya dan ikut menyecap apa yang diberikan Darren.Mereka berdua saling menyecap, melumat, dan saling membelai dengan tautan lidah dan bibir mereka. Terlebih lagi Darren, dia memperdalam ciumannya dan membuat Esme hanya mampu menerima tanpa mengelak sedikitpun. Bahkan saat pintu ruang rawat ESme diketuk, pertautan mereka terlepas dengan napas kedua nya yang saling memburu, berusaha mengisi paru mereka deng

Bab terbaru

  • Embrace Fate   Extra Endings

    Tiga hari di Claymont terasa kurang bagi Darren maupun Esme. Akan tetapi, apa mau dikata. Mereka sudah harus pulang. Pekerjaan Darren menantinya. Dengan pangkat baru, tanggung jawab baru, Darren tidak bisa berlama-lama cuti, meskipun dia berharap dia bisa. Sebelum meninggalkan Claymont di hari itu, pagi harinya Esme mengajak Darren menuju ke perkebunan anggur. Dia ingin membawa pulang anggur berkualitas yang langsung bisa dia petik di perkebunan itu. Kebetulan, pemilik perkebunan mengenal baik keluarga Darren. Mereka menyusuri perkebunan itu dengan Mr. Thompson, pemilik perkebunan. Pria paruh baya itu sambil menjelaskan pohon anggur mana yang buahnya berkualitas baik. Hingga tiba di deretan pohon yang berada tepat di tengah-tengah kebun, Mr. Thompson berhenti. “Ini yang paling berkualitas di sini. Dan kau beruntung, ada yang baru berbuah dan belum dipetik. Jika kau datang siang ini, aku yakin buah ini sudah tidak ada di sini.” Esme tersenyum senang. “Trims, Mr. Thompson. Tapi, ak

  • Embrace Fate   170. As Long As You Love Me

    “Aku ingin tempat yang lebih tenang untuk hidup. Kota kecil atau pedesaan rasanya lebih cocok untukku.”“Pedesaan? Bagaimana kau bisa hidup di pedesaan?”“Aku bisa bertani. Atau beternak. Rasanya lebih menantang, dari pada hanya duduk seharian di apartemen dan menghabiskan uangku untuk minum dan makan saja.”Selesai mengucapkan itu, Martinez melewati Catherine begitu saja.Catherine begitu shock hingga dia tidak tahu apa yang harus dia katakan. Dia juga tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Mengejar pria itu? Atau membiarkannya pergi? Catherine seperti kehilangan akalnya sendiri.Baru saat langkah Martinez semakin jauh darinya, Catherine baru tersadar. Gegas dia mengejar pria itu.“Jangan! Jangan pergi!”Martinez menghela napasnya. “Tekadku sudah bulat, Cath.”“Sudah bulat bagaimana? Kenapa kau tiba-tiba pergi? Padahal kau tidak boleh pergi! Kau ha

  • Embrace Fate   169. Throw a Party or Investment?

    Pagi itu, Darren duduk di kursi makannya. Dia sedang menyesap kopinya saat matanya tertuju pada layar ponsel. Claire mengiriminya undangan pesta pernikahan. Sebagai kakaknya, tanpa dikirimi undangan pun Darren pasti harus hadir. Tetapi, adiknya itu tetap ingin mengiriminya undangan.Melihat undangan itu, Darren merasa ada yang menggelitik hatinya.Sepiring poblano peppers tersaji di hadapannya secara tiba-tiba. Esme menyusul dengan duduk di sebelah pria itu. Wajahnya tersenyum lembut, memancarkan kebahagiaan.“Wow! Sarapan yang menggiurkan,” ucap Darren dengan matanya berbinar penuh gejolak.“Ya! Tadi kebetulan bangun lebih pagi, dan semua bahannya ini lengkap. Jadi, aku masak saja ini.” Esme mengambil satu dan memasukkannya ke dalam mulut. Dia mengunyah dengan perlahan dan sambil menikmatii rasa yang bercampur dalam mulutnya.“Hmmm, ini sangat lezat. Kau tidak makan?”“Tentu, aku akan

  • Embrace Fate   168. I'm not Incomplete

    “Apa yang terjadi di sini, biarlah berlalu. Tidak perlu disimpan dalam hati apalagi sampai dibawa pulang ke rumah kita. Aku tidak ingin kebersamaan kita nantinya ternoda dengan segala hal yang diucapkan Claire padamu. Bisakah?”Mendengar ucapan Darren, air mata Esme luruh lagi. Dia menganggukkan kepalanya. Darren menghapus air mata itu dan mengecup wajah Esme dengan penuh kasih.Setelahnya, mereka membawa segala barang bawaan mereka keluar kamar.Baru juga membuka pintu, sosok Claire sudah menghadang Esme di sana.“Mau apa lagi kau?” hardik Esme pada Claire. Rasanya seluruh persendian tubuhnya terasa sakit karena segala emosinya tersentak pada perseteruannya dengan Claire.Darren pun yang masih menarik koper di belakang Esme langsung menghardik Claire juga. “Claire, please. Apa tidak capek kau memikirkan hal itu terus-menerus?”Claire menggeleng. Wajahnya terlihat pucat dan lemah. Dan dengan

  • Embrace Fate   167. Farewell and Forgetting

    Catherine menahan napasnya selama perkelahian mereka dan baru mengembuskan napasnya itu saat Garry telah kehilangan kesadaran. Dia mengangkat wajahnya dan pandangannya tertaut pada tatapan mata Martinez. Di benaknya, dia mengharapkan Martinez akan menanyakan dengan lembut, ‘apa kau tidak apa-apa?’ Namun yang terjadi sesungguhnya, pria itu menatapnya marah dan membentaknya. “Apa kau sudah gila?! Apa kau sudah tidak punya harga diri lagi?!” Catherine shock minta ampun. Dia sampai terbelalak dan mulutnya menganga lebar. Martinez masih melanjutkan kemarahannya pada Catherine. “Kalau kau bodoh, lebih baik kau tinggal di rumah dan mengurus bayimu. Bukannya berkeliaran mencari lelaki lajang. Kau haus belaian atau apa, huh?!” Kata-kata Martinez begitu menusuk hati Catherine. Dia yang baru saja merasakan keterkejutan karena perlakuan Garry yang membuatnya takut, kini malah harus menghadapi kemarahan Martinez. Dia bahkan dikatai b

  • Embrace Fate   166. Where's Your Pride?

    “LEPASKAN! KAU BAJINGAN!” Catherine berusaha keras untuk berteriak, memukul, menendang. Apa saja agar terlepas dari kungkungan Garry. Tetapi, pria itu jauh lebih kuat darinya.Kini, wajah Garry berada di atas wajahnya. Bibirnya menjelajah di sekeliling pipi dan lehernya, membiarkan liurnya menempel di kulit Catherine. Dan pada akhirnya bibir itu mendarat di bibirnya.Catherine meronta-ronta ingin melepaskan dirinya.Namun nyatanya, tangan Garry malah merobek kaosnya.Catherine semakin histeris. Segala tenaga dia kerahkan hanya untuk merasakan terjangan tenaga yang lebih besar lagi dari Garry.“HELP! HELP!!!” teriak Catherine putus asa. Garry sudah bagai binatang buas yang siap membantai korbannya. ***Tok tok tok.Darren mengetuk pintu kamar orang tuanya. Tak lama kemudian, ayahnya membuka pintu dengan perlahan. Te

  • Embrace Fate   165. Foolishness

    Sementara itu di kamarnya, Claire juga menangis tersedu. Dia memikirkan betapa James Carter adalah pria yang baik.James sudah berteman dengan Darren sejak mereka di awal karier kepolisian. Claire suka berada di dekat mereka jika James datang ke rumah.Dan entah sejak kapan, James mulai menunjukkan tanda-tanda suka pada Claire. Meskipun gadis itu tidak menganggap James lebih dari seorang teman, Claire tidak pernah meremehkan perasaan James.Di hari ketika kabar tewasnya James tiba di telinganya, Claire mulai sering memikirkan pria itu. Saat itu, Claire merasa tidak ada salahnya membuka hatinya untuk James. Pria itu dewasa dan sangat baik. Dirinya yang manja mungkin akan bisa merasakan cinta yang manis saat bersama James.Claire bahkan sudah menyusun kata-kata yang akan dia ungkapkan pada James, bahwa dia ingin membuka hatinya untuk James.Tetapi kemudian kabar itu datang. Hatinya hancur remuk.Baru bertahun-tahu

  • Embrace Fate   The Accusation (ii)

    Garry benar-benar mengajak Catherine ke apartemennya. Dalam setiap langkahnya, Catherine merasa semakin gelisah.Meskipun semua ini adalah idenya sendiri, tetapi memikirkan dia akan kepergok Martinez mengunjungi apartemen pria lain, yang malahan baru dia kenal lewat kencan buta, tetaplah membuat perutnya terasa mual.Langkah kaki Cahterine hampir saja berbalik arah jika bukan karena wanita itu terngiang lagi akan ucapan Martinez sebelum ini.‘Kau berhak mendapatkan pria lain yang lebih sempurna. Yang layak mendapatkan dirimu.’Huh! Dasar lelaki tidak peka! Memangnya Martinez tidak sadar jika yang Catherine inginkan adalah pria itu sendiri? Dan karena kebodohannya itu, sekarang Catherine benar-benar ingin mencari yang lebih baik dari pria itu. Dia akan tunjukkan bahwa dia tidak akan mengemis cinta.“Unitmu di lantai ini?” tanya Cahterine terkejut saat mereka keluar dari lift. Bahkan unit Garry berada di lantai yang sama denga

  • Embrace Fate   164. The Accusation

    Garry pun memberitahu apartemen tempatnya tinggal. Cahterine terkejut karena nama apartemen yang disebut Garry adalah apartemen tempat Martinez tinggal. Mendadak, selintas ide gila lewat di otak Catherine. Dan idenya ini telah menghilangkan rasa malu Cahterine sebagai wanita. Dia berkata, “Boleh aku mampir ke apartemenmu? Ehm, maksudku, sekarang?” Pertanyaan Cahterine sukses membuat Garry tercengang. Tidak ada wanita yang lebih seterus terang dan segesit dia. Garry juga tidak menyangka jika Catherine bisa mengatakan ini semua mengingat saat makan di kafe tadi, Catherine tidak terlihat ramah. Dia begitu cuek, dingin, dan jutek. Wanita itu seperti tidak memiliki pikirannya di tubuhnya. Tetapi sekarang, tiba-tiba wanita ini memintanya untuk mengajaknya ke apartemen? Mungkin sebentar lagi akan hujan uang. Namun begitu, Garry laki-laki normal. Tidak mungkin dia melewatkan kesempatan emas seperti ini. Apalagi Catherine adalah wanita pirang seksi. Sungguh me

DMCA.com Protection Status