“Ayah tidak menerima permintaan dari Thian Sin? Tanya Lie Hwa setelah pertemuan berakhir.“Lie Hwa! Walau ayah seorang raja, tetapi ayah tidak bisa memutuskan masalah ini seorang diri, ayah juga harus meminta pendapat dari menteri Ayah,” jawab Ong Thian.“Apalagi anak muda itu adalah orang yang sudah membunuh kawan ayah, saudara Yu Lai serta Sin Kun,” lanjut perkataan Ong Thian.“Jadi benar apa yang di katakan oleh Thian Sin, bahwa dia sudah membunuh dua rasul langit,” batin Lie Hwa setelah mendengar keterangan sang ayah.“Kau tidak usah khawatir, apapun pilihan ayah itu pasti yang terbaik untuk rakyat Tayli,” ucap Ong Thian sambil tersenyum kepada putrinya.Setelah bercakap cakap sebentar, keduanya undur diri untuk istirahat.Di dalam kamarnya Lie Hwa terus berpikir dengan perkataan Thian Sin dan berusaha menyambung nyambung kan dengan beberapa kejadian di berbagai kota Tayli dimana banyak pengacau yang membunuh para penduduk.Karena terus berpikir, mata Lie Hwa lelah dan akhirnya sa
Dayang Istana langsung masuk dan menyelimuti tubuh putri Lie Hwa.“Bawa keluar tuan putri dari sini! Ong Thian berkata.Kepala Dayang istana langsung membawa keluar putri Lie Hwa dari dalam kamar.Setelah kepala Dayang istana membawa keluar putri Lie Hwa.Ong Thian langsung melesat, tangan kanan yang mengandung hawa Sinkang berhawa dingin menghantam ke arah Thian Sin.Thian Sin angkat tangannya menangkis hantaman Ong Thian, tetapi ketika kaki Ong Thian menendang ke arah bahu kanan, Thian Sin tak bisa menangkis.Buk!Thian Sin terpental menghantam tembok kamar.“Celaka! Tenaga dalamku habis terkuras setelah menyedot racun dari dalam tubuh putri Lie hwa,” batin Thian Sin setelah terkena serangan Ong Thian.Belum sempat Thian Sin bangkit, Ong Thian melesat kembali dan tangannya menghantam ke arah dada Thian Sin.Thian Sin membuka racun di titik jalan darah dan tubuhnya langsung berubah merah.“Aku sudah banyak belajar ketika bertempur dengan ayahmu, sekarang racun dalam tubuhmu tidak ada
Terjadi kebimbangan di hati Bi Miu antara menceritakan kejadian sebenarnya atau tidak, karena Bi Miu tahu ancaman yang akan ia hadapi.Bi Miu tidak memperdulikan keselamatan dirinya, tetapi keselamatan keluarganya lah yang lebih penting.Bi Miu tahu Huang Chi pasti akan membunuh seluruh keluarganya jika ia sampai membocorkan rahasia yang ia ketahui.“Sudahlah! Toh tuan Thian Sin sudah berhasil di selamatkan, jadi aku tidak perlu menceritakan masalah ini kepada putri Lie Hwa,” batin Bi Miu akhirnya memutuskan.“Lamunan Bi Miu akhirnya tersadar mendengar teguran putri Lie Hwa,”“Apa yang kau lamunkan? Tanya Lie Hwa.“Tidak….tidak ada tuan putri,” jawab Bi Miu.Setelah bercakap cakap sebentar, akhirnya Bi Miu meninggalkan kamar Lie Hwa.Tanpa di sadari oleh kepala dayang, sepasang mata terus mengawasi Bi Miu dari kejauhan.~Di dalam goa, tempat yang biasa di pakai oleh Wu Chen istirahat.Api unggun menerangi goa.Dada Thian Sin yang biru akibat hantaman Ong Thian di balur oleh Wu Chen d
Thian Sin mondar mandir di dalam goa, hatinya gelisah memikirkan apa yang terjadi dengan Tayli, karena setelah dua hari ia menyembuhkan luka dan mengembalikan kekuatannya di dalam goa, tidak ada kabar sekalipun yang masuk.“Ada apa, kenapa Pangcu terlihat gelisah? Tanya Wu Chen.“Aku tengah memikirkan negeri Tayli setelah menyimak keterangan paman beberapa hari yang lalu,” jawab Thian Sin.“Kenapa harus memikirkan orang yang membenci kita, biarkan saja mereka hancur.“Menurutku itu lebih baik, agar kita tidak perlu mengotori tangan sendiri,” balas Wu Chen.“Kalau memang benar mereka membenci kita tanpa sebab, aku masih bisa mengerti, tetapi mereka membenci kita karena mereka terkena hasutan Huang Chi.“Aku yakin Huang Chi tidak bergerak sendiri.“Hek Bong Siang Lomo serta pemerintah Yuan pasti ada di balik semua ini,” Thian Sin berusaha menjelaskan kepada Wu Chen.“Jadi menurut Pangcu apa yang harus kita lakukan? Tanya Wu Chen.Jawab Thian Sin dengan nada tegas.“Kembali ke istana Tay
Setelah sembuh dari cedera, Thian Sin memutuskan kembali ke istana Tayli secara diam-diam untuk mengetahui kabar yang terjadi.Dua bayangan melesat cepat di antara pepohonan dalam hutan bergerak ke arah ibu kota Tayli.Melihat malam itu rombongan orang yang masuk di periksa satu persatu, Thian Sin yakin ada sesuatu yang tidak beres di istana Tayli.“Paman! Sepertinya kita tidak bisa masuk melewati gerbang kota,” ucap Thian Sin.“Pangcu benar! Kita masuk lompati benteng kota saja,” balas Wu Chen.Thian Sin anggukan kepala, kemudian keduanya bergerak mencari benteng kota yang sepi dari penjaga, setelah melihat tempat yang cocok, keduanya lompat melewati benteng dan keduanya sudah berada di dalam.“Dimana ini? Tanya Thian Sin. Melihat pepohonan di tempat mereka sekarang ini.“Sepertinya kita ada di hutan kota,” jawab Wu Chen.“Pangcu tunggu sebentar, biar aku lihat dulu,” lanjut perkataan Wu Chen sambil melesat naik ke atas pohon.“Ke arah timur Pangcu! Seru Wu Chen melihat banyak sinar
Putri Lie Hwa hanya bisa menangis tersedu dan tidak memperdulikan luka dalam yang ia derita, hatinya sakit mendengar perkataan Thian Sin dan menatap kepergian Thian Sin dengan tatapan mata penuh kebencian.Putri Lie Hwa pernah mendengar beberapa dayang, bahwa sebagian tubuhnya pernah di lihat oleh Thian Sin, sebenarnya ketika mendengar cerita tersebut ada rasa hangat di dalam diri sang putri karena benih cinta mulai tumbuh di dalam lubuk hati sang putri, apalagi ketika sang putri menanyakan kembali kepada Bi Miu dan Bi Miu mengatakan mengambil tubuh sang putri yang setengah telanjang dari atas tubuh Thian Sin.Di saat hati Putri Lie Hwa tengah berbunga bunga, Bi Miu tewas dan meninggalkan surat yang membuat hati putri Lie Hwa seperti di tusuk ribuan jarum, di tambah gunjingan para dayang yang di perintahkan oleh Huang Chi untuk menyebarkan berita bohong yang semakin lama semakin tersebar.Putri Lie Hwa dari cinta berbalik menjadi benci dan hampir setiap malam putri Lie Hwa selalu men
Sesudah mendapat kabar dari kepala pengawal istana, Putri Lie Hwa di bantu Guan Yu diam-diam menghubungi para perwira serta prajurit yang masih setia kepada Ong Thian.Ternyata para perwira dan prajurit yang setia di luar dugaan Putri Lie Hwa, karena jumlah mereka hampir setengah lebih dari total keseluruhan prajurit negeri Tayli.Sedangkan Huang Chi menyuruh orang-orangnya untuk mencari dimana keberadaan putri Tayli, biar bagaimana pun jika sang putri belum tertangkap, Hati Huang Chi tidak bisa tenang.~Thian Sin setelah bertempur dengan putri Lie Hwa sudah putus harapan mengajak negeri Tayli bergabung sesuai instruksi dari sang ibu.Thian Sin mengajak Wu Chen untuk melanjutkan perjalanan menuju Guangzhou.Dalam perjalanannya Thian Sin mengganti pakaian begitu pula dengan Wu Chen, Thian Sin tidak ingin di kenali oleh prajurit Tayli sehingga ia harus berlarut larut di negri yang sudah menolak keras untuk kerja sama.Pakaian kasar dengan topi jerami di kenakan oleh Thian Sin serta Wu
“Kami tidak pernah melarang siapapun untuk bergabung, tetapi jika ingin bergabung, kalian berdua harus menuruti perintahku,” jawab Pek Ciang Busu.“Kami akan menuruti apa kata tuan Panglima,” balas Thian Sin.Hari itu akhirnya Thian Sin dan Wu Chen bergabung, Taoti tidak bosan memberi nasehat serta arahan kepada Thian Sin serta Wu Chen.Selama satu hari bergabung Thian Sin melihat bahwa anak buah Pek Ciang Busu selalu tertib dan mentaati aturan yang sudah di tetapkan oleh sang pemimpin.Ke esokan hari, mata-mata Pek Ciang Busu datang melapor, bahwa 500 prajurit Yuan yang sedang mereka buru ternyata masuk ke negeri Tayli.“Aneh! Bagaimana bisa prajurit Yuan masuk ke negeri Tayli, bukan kah itu melanggar kedaulatan Raja Ong Thian? Ucap Pek Ciang Busu kepada Taoti.“Hamba juga aneh mendengarnya panglima, jangan-jangan Negeri Tayli sudah bergabung dengan pemerintah Yuan,” Taoti menimpali perkataan sang atasan.“Kalau pemerintah Yuan menyerang dengan hanya 500 prajurit, itu tidak mungkin,”
Thian Sin terus berusaha menggerakkan pedang pusaka racun merah yang membeku di udara, tetapi walau sudah mengerahkan sebagian tenaga dalamnya, pedang pusaka racun merah tetap tak bergerak.Sementara di sisi lain, Qin Qin bersama anggota topeng merah langsung pergi menjauh dari tempat pertempuran setelah melihat keganasan jurus Iblis Putih, begitu pula dengan prajurit Yuan, mereka tidak mau mati konyol terkena imbas dari jurus sang pemimpin.Setelah tahu pedang pusaka racun merah terkunci oleh bongkahan es, Thian Sin kibaskan tangan ke arah Iblis Putih, lalu melesat ke arah pedang pusaka racun merah.Sinar merah dari jurus Ban Tok Ciang melesat cepat menyerang Iblis putih.Bibir Iblis putih tersenyum penuh ejekan melihat jurus lawan menyerang dirinya, sambil lalu sang Iblis kerahkan tangan untuk menahan pukulan sambil lompat, berusaha menghalangi niat Thian Sin.Iblis Putih tahu jika Thian Sin ingin menghancurkan bongkahan es yang membekukan pedang agar bisa ia gunakan, karena jurus s
“Sungguh hebat nama jurus mu, apa jurus itu mampu membunuhku? Tanya Thian Sin dengan nada penuh ejekan.“Jangan sombong anak muda, aku tahu racun Raja ular merah tidak tahan terhadap hawa dingin, itu sebanya waktu itu kau hampir mampus di tangan Ong Thian,” Iblis putih membalas perkataan Thian Sin, kemudian tertawa.Ha Ha Ha“Memang ku akui kalau pukulan beracun serta racun di dalam tubuhku mempunyai kelemahan terhadap tenaga dalam berhawa dingin, itu sebabnya aku mempelajari jurus selain pukulan beracun untuk menghadapi orang-orang sepertimu,” Thian Sin menanggapi perkataan Iblis putih, kemudian lanjut berkata.“Kau mau coba?”Raut wajah Iblis putih tampak kelam mendengar perkataan Thian Sin, tetapi dalam hati sang Iblis ragu, apa benar perkataan pemuda yang sudah membunuh saudaranya tersebut.“Kalian mundur dan beritahu Panglima Arkun agar bergegas karena musuh sudah berada tidak jauh,” Iblis Putih beri perintah kepada prajurit Yuan yang ikut bersamanya.Seorang perwira anggukan kep
Setelah Ban Tok Kui Bo bersama Tabib Yok pergi, Thian Sin langsung mengambil alih pimpinan anggota topeng merah yang menunggu pasukan Panglima Arkun di pintu masuk hutan Liu.Tidak ada satu pun dari anggota topeng merah yang menolak kepemimpinan Thian Sin, karena mereka tahu kapasitas dari anak Pek I Siancu.Maling sakti di perintahkan oleh Thian Sin pergi ke telaga Liu dan memberitahu kalau mereka akan menyerang Pasukan Panglima Arkun, Thian Sin juga menyampaikan pesan agar semua pasukan berkumpul untuk menghabisi pasukan Yuan dan membebaskan Tayli dari ancaman.Maling sakti bersama Mi Xue tanpa banyak bicara langsung bergerak menuju telaga dimana sang ketua berada untuk menyampaikan pesan Thian Sin.Setelah Maling sakti serta cucunya pergi, Qin Qin tidak mau jauh dari Thian Sin sehingga membuat Jendral Zhou Chu bertanya tanya siapa sebenarnya Qin Qin dan ada hubungan apa antara gadis itu dengan suami dari putri Lie Hwa, untuk bertanya Jendral Zhou Chu tidak berani, akhirnya sang Jen
Thian Sin hentikan larinya ketika melihat dan mendengar suara yang ia kenal.“Nek! Mana ibuku? Tanya Thian Sin ketika sudah berhadapan dengan Ban Tok Kui Bo.“Ibumu sedang berada di telaga Liu bersama kedua orang istri mu,” jawab Ban Tok Kui Bo.Thian Sin tersenyum mendengar perkataan sang nenek.“Apa kau tahu dimana Yok Kwi gege? Tanya Ban Tok Kui Bo.Thian Sin menjawab dengan gelengkan kepala.“Sesudah menewaskan Sepasang Badai Utara aku langsung pergi mengambil jalan lain agar tidak di ketahui oleh pasukan Panglima Arkun, jadi aku tidak tahu dimana kakek Yok, karena beliau berangkat lebih dulu bersama pasukan Tayli,” jawab Thian Sin.“Aku tahu itu dari cerita salah seorang istrimu, tetapi menurut mertua mu, Yok Kwi gege pergi bersama Jendral Zhou Chu mengawasi pergerakan pasukan Panglima Arkun,” balas Ban Tok Kui Bo.“Rupanya begitu,” ucap Thian Sin mendengar perkataan Ban Tok Kui Bo, kemudian lanjut berkata.“Apa di telaga Liu, Ibu bersama anggota Topeng merah?“Tidak, hanya aku
“Tidak peduli kau Dewi berbaju putih, hitam atau merah, kau harus mati karena telah membunuh prajurit Tayli,” Lie Hwa berkata dengan raut wajah penuh nafsu membunuh.“Kurang ajar! Anak masih ingusan berani memaki, kau ingin mati dengan cara apa? Tanya Ban Tok Kui Bo dengan nada gusar sambil melotot ke arah Lie Hwa.“Nenek peot! Aku lihat wajah serta penampilan mu seram, tetapi apa ilmu yang kau miliki sama menyeramkan? Balas Lie Hwa sambil tersenyum mengejek.Raut wajah Ban Tok Kui Bo berubah kelam mendengar ejekan Lie Hwa, tongkat kepala setan di tangan kanan terangkat naik dan siap menyerang.Kim Hwa yang diam karena berusaha mengingat tokoh bergelar Pek I Siancu, ketika teringat kembali kalau anak buahnya sering berkata bahwa ketua kelompok topeng merah adalah wanita yang selalu memakai pakaian putih, langsung bergerak maju dan berkata.“Anak Lie, jaga bahasamu!“Maaf kan kami yang tidak tahu tingginya gunung dan dalamnya lautan,” ucap Kim Hwa sambil memberi hormat, kemudian lanjut
Lie Hwa, Yok Kwi, Kim Mi serta sang ibu langsung bergegas ketika mendengar laporan dari perwira yang berjaga di atas bukit.Mereka tidak sabar menunggu kedatangan kelompok topeng merah, apalagi Lie Hwa serta Kim Mi, karena mereka tahu kalau ketua kelompok topeng merah adalah ibu dari sang suami.“Apa kau yakin itu kelompok topeng merah? Tanya Kim Hwa dengan raut wajah cemas, karena orang yang mereka tunggu dan harapkan masih juga belum datang.“Hamba hanya di beritahu mereka memakai topeng merah, jadi hamba menyimpulkan bahwa mereka adalah kelompok merah,” balas si Perwira.Ketika sedang bercakap cakap, datang seorang prajurit yang di kirim untuk melihat pertempuran.“Bagaimana? Siapa yang bertempur, apa mereka dari kelompok topeng merah? Tanya si Perwira kepada anak buahnya.“Tanya satu-satu biar dia tidak bingung,” Yok Kwi berkata mendengar rentetan pertanyaan dari perwira tersebut.“Cepat ceritakan apa yang kau lihat! Seru Putri Lie Hwa yang sudah tidak sabar.“Mereka memang sepert
Bab : 144 Hancurnya Pasukan PenyergapJendral Gurma sudah tidak ada pilihan, sebagian besar anak buahnya menjadi bulan bulanan kelompok topeng merah serta kumpulan kuda yang mengamuk, melarikan diri juga tidak mungkin, karena ruang geraknya semakin di persempit oleh Bu Ceng Kui yang terus menyerang tanpa memberi kesempatan kepada Jendral Gurma untuk berpikir lebih jauh.Wu Chen serta Dewa Tongkat Merah terus memburu satu persatu prajurit Yuan.Tombak Jendral Gurma terus menyerang ke arah Bu Ceng Kui, jurus tombak pencakar langit kian gencar menyerang.Plak....plak!Tangan kanan Bu Ceng Kui menahan tombak, setelah menahan tombak, jari tangan kanan Bu Ceng Kui bergerak menuju batang dan langsung mencengkeram tombak lawan.Jendral Gurma melihat Bu Ceng Kui mencengkeram tombak, tangannya langsung menarik tombak sekuat tenaga, berusaha melukai jari lawannya.Bu Ceng Kui tahu maksud dari Gurma dan mengerahkan tenaga dalamnya menahan tombak agar tidak tertarik.Asap mengepul keluar dari ba
Jendral Gurma ketika mendengar suara Bu Ceng Kui langsung bergegas menyusul anak buahnya ke tempat penyimpanan kuda.Langkahnya semakin di percepat saat mendengar suara teriakan dan beradunya senjata“Apa yang terjadi? Apa mungkin pasukan Tayli sudah tahu rencana kami?” Batin Jendral Gurma sambil memerintahkan anak buahnya untuk bergegas.“Walau rencanaku sudah di ketahui, tetapi itu tidak jadi masalah karena mereka tidak akan menang melawan pasukan Panglima Arkun,” kembali Jendral Gurma berkata dalam hati.Sementara itu Wu Chen, Bu Ceng Kui serta kelompok Topeng merah bersiap menghadapi prajurit Yuan yang di pimpin oleh Jendral Gurma, mereka bersembunyi di antara 500 ekor kuda.Sesampainya di depan pagar yang menjadi tempat persembunyian kuda, Jendral Gurma menatap ke arah kuda-kuda yang berada di dalam kandang sementara tersebut.“Aneh! Ke mana Mogu bersama anak buahnya? Batin Jendral Gurma tidak melihat anak buahnya tersebut di tempat persembunyian kuda. “Coba periksa kuda-kuda d
“Aneh! Kenapa di dalam hutan bisa ada bau tembakau,” batin Mogu.Merasa ada hal yang tidak wajar, Mogu memberi isyarat kepada anak buahnya untuk menyebar.Prajurit Yuan yang bersama Mogu ketika melihat isyarat sang pemimpin, mereka langsung menyebar dan berusaha mencari asal bau tembakau yang mereka cium.Ketika para prajurit mulai mencari, tiba-tiba Mogu mendengar suara ringkik kuda.Raut wajah Mogu berubah ketika teringat dengan 500 ekor kuda yang baru saja mereka sembunyikan.Tanpa banyak bicara Mogu langsung mencabut golok dari punggung dan melesat ke tempat dimana mereka menyembunyikan kuda.Benar saja perkiraan Mogu, di tempat mereka menyembunyikan kuda, Mogu melihat seorang kakek tengah memegang tali kekang seekor kuda di kelilingi oleh anak buahnya.“Kurang ajar! Berani sekali kau mencuri kuda, kau tahu kuda milik siapa yang kau curi? Tanya Mogu sambil acungkan golok ke arah si kakek.“Kalian yang hendak mencuri, kuda-kuda ini adalah milikku karena aku yang menemukan kuda-kud