Share

Bab 97: Kekecewaan

Penulis: Nikma
last update Terakhir Diperbarui: 2024-04-25 10:10:07

Dengan langkah terburu-buru dan perasaan kalut yang memenuhi pikirannya, Nathaniel berlari menyusuri penjuru rumah, mencari tanda-tanda Isabella. Hatinya berdegup kencang dalam keremangan yang menyelimuti rumah tersebut.

“Isabella!!!”

Saat tiba di ruang tengah, Nathaniel terbelalak kaget melihat Isabella terkapar di lantai dengan pakaian compang camping dan tubuh yang dipenuhi luka.

“Nate!” pekik Isabella dengan suara lega saat melihat Nathaniel datang.

Namun, kelegaannya segera berubah menjadi ketegangan saat Nathaniel melihat Henrik—yang nyaris saja menodainya. Tanpa berpikir panjang, dengan emosi yang membuncah dan keinginan melampiaskan amarahnya, Nathaniel langsung menghampiri Henrik dan menghantamnya dengan pukulan berkali-kali.

“Manusia biadab! Beraninya kau melakukan hal ini pada Isabella!” teriak Nathaniel penuh amarah.

Tubuh Henrik terhuyung, dan akhirnya terjatuh menabrak meja kaca hingga pecah, memenuhi ruangan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Editor Dingin Bikin Bucin   Bab 98: Menyelesaikan Masalah

    Malam mulai menyapa, namun suasana di rumah Isabella masih dipenuhi dengan ketegangan. Isabella tertunduk, air matanya mengalir tanpa henti—merasa begitu bersalah pada Nathaniel. Di sisi lain, Nathaniel masih terdiam, pikirannya terasa keruh, emosinya campur aduk, membuatnya sulit untuk menentukan bagaimana seharusnya dia merespons Isabella.Saat itu, suara lenguhan Henrik mulai terdengar, tanda bahwa pria itu mulai tersadar dari pingsannya meskipun hanya merintih kesakitan. Nathaniel dan Isabella menoleh pada Henrik sejenak, tapi kemudian mengabaikannya. Mereka berdua terlalu sibuk dengan pikiran masing-masing, dan menganggap Henrik tidak lagi penting dalam momen tersebut.Di tengah kesunyian malam, hanya suara isak tangis Isabella yang memecah keheningan. Nathaniel menatap itu, lalu menghela napas dalam-dalam. “Aku... Aku tidak bermaksud menyalahkanmu, Isabella,” ucap Nathaniel pada akhirnya, emosinya sudah mulai mereda.Isabella menghapus ai

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-26
  • Editor Dingin Bikin Bucin   Bab 99: Kejutan & Keterkejutan

    Nathaniel baru saja akan mematikan lampu di kamarnya ketika ponselnya berbunyi. Tangannya segera meraih ponsel di meja nakas, ia melihat ada pesan dari Elena.[Tolong!!!”] Pesan singkat itu seketika membuatnya terbelalak, menyebabkan rasa kantuk yang baru saja menghampirinya sirna dalam sekejap. Kekhawatiran langsung menggantikan kelelahannya.Nathaniel segera membalas pesan, tetapi tidak ada jawaban. Bahkan ketika dia mencoba menelepon nomor Elena, suara sambung tidak terdengar. Nomor itu seolah-olah tidak aktif.Tanpa meraih kunci mobilnya yang terletak di atas meja. Pikirannya dipenuhi dengan bayangan-bayangan buruk tentang apa yang mungkin terjadi pada ibunya, dan dia tidak bisa duduk diam.Dengan hati yang berdebar-debar, Nathaniel bergegas menuju mobil Elena yang masih ada di luar rumah. Dia memasuki mobil dan segera memutar kunci kontak. Dia mengendarai mobil dengan cepat, membelah jalanan yang se

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-01
  • Editor Dingin Bikin Bucin   Bab 100: Misteri Julian

    Nathaniel segera menerimanya, lalu memotong kue tersebut dan meletakkannya pada piring-piring kecil yang sudah disediakan di meja ruang tengah. “Jangan tanya siapa yang mendapat potongan pertama, aku sudah memotongnya sama rata,” ucap Nathaniel saat membagi kue tersebut pada Gabriel, Camilia, lalu pada Elena dan Isabella. Semua menerima potongan kue itu dengan suka cita. Suasana kebersamaan yang hangat dan bahagia terasa begitu nyata di antara mereka, menghangatkan hati Nathaniel dan menyatukan mereka lebih erat lagi. Setelah menikmati kue, Gabriel tiba-tiba teringat sesuatu. “Ah, kami juga sudah menyiapkan hadiah untukmu,” ucapnya sambil mengeluarkan sesuatu dari sakunya, lalu memberikan sebuah kotak kecil pada Nathaniel. Nathaniel menerima kotak itu. “Bukalah, aku harap kau suka,” kata Gabriel. Nathaniel membuka kotak itu dan melihat sebuah jam tangan Rolex yang elegan di dalamnya. “Terima kasih, Ayah,” ucapnya dengan tulus. Tak mau

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-02
  • Editor Dingin Bikin Bucin   Bab 101: Berbagi Cerita

    Malam itu, Isabella menghabiskan waktunya bersama Nathaniel dan keluarganya. Mereka begadang, bercerita, dan tertawa bersama hingga larut malam. Namun, semakin larut, semakin terasa kelelahan menghampiri mereka, dan mereka pun memutuskan untuk beristirahat. Gabriel dan Camilia sudah lebih dulu istirahat di kamar, sementara Elena berniat mengantar Isabella menuju kamar tamu. Elena tidak bisa menahan diri untuk tidak menggodanya. “Kau bisa tidur di ruang tamu, atau malah kau ingin tidur di kamar Nate saja?” ucap Elena sambil tersenyum. Isabella menjawab sembari tertawa kecil, “Tentu saja aku mau, tapi sepertinya Nate akan keberatan jika aku tidur di kamarnya.” Isabella menoleh pada Nathaniel, mencari reaksi dari pemuda itu, namun Nathaniel hanya terdiam, sepertinya sibuk dalam pikirannya sendiri. Ada sesuatu yang mengganggunya, tapi Isabella tidak yakin apa itu. “Nate?” panggil Isabella. Nathaniel tersadar dari lamunan dan menatap Isabella dengan tatapa

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-03
  • Editor Dingin Bikin Bucin   Bab 102: Mimpi Masa Lalu

    15 tahun lalu di tepi danau yang sunyi, Julian berenang sekuat tenaga sambil mendekap erat Nathaniel kecil yang tenggelam di dadanya. Air danau menggelombang dan berkilauan di bawah sinar bulan yang redup. Tiba di tepi danau, Elena dengan wajah penuh kepanikan berteriak sambil menangis. Tatapan putus asa menghiasi wajahnya ketika dia membantu Julian naik ke atas. Nathaniel yang saat itu masih seorang anak berusia 12 tahun, tampak tak berdaya dalam dekapan Julian. Matanya berkaca-kaca, terlihat ketakutan dan lemas. Meskipun ia menyadari suara Elena memanggil namanya, rasa lelah membuatnya tak sanggup menyahut. Dalam kegelapan yang merangkak, kesadarannya perlahan-lahan memudar. *** Nathaniel terbangun dari pingsannya dengan terkejut, mendapati dirinya terbaring di ranjang rumah sakit. Samar-samar dia bisa melihat saat Elena, Gabriel Alexander dan Camilia berjalan ke arah pintu keluar sambil bicara serius dengan Julian— seolah b

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-04
  • Editor Dingin Bikin Bucin   Bab 103: Kebenaran yang Terungkap

    Julian sibuk di dapur, mengeluarkan beberapa bahan seperti tepung dan yang lainnya untuk membuat kue pai. Saat membuka kulkas, Julian baru sadar jika dia tidak memiliki apel lagi. “Aku harus ke supermarket dulu untuk belanja,” gumamnya. Tiba-tiba, Julian mendengar suara pintu dibuka dari arah depan. Dia segera melangkah, memastikan apakah Nathaniel sudah pulang. Nathaniel baru melepas mantel dan syalnya saat Julian muncul dari arah dapur. “Nate, kau sudah pulang?” tanya Julian. Nathaniel menoleh, terdiam, menatap Julian dengan datar. Pikirannya masih penuh dengan banyak hal yang membingungkan, termasuk kebohongan yang mungkin dilakukan oleh Julian selama ini. “Paman, ada yang ingin aku tanyakan—” Belum selesai Nathaniel bicara, Julian lebih dulu menyela, “Nanti saja, Nate. Aku masih harus ke supermarket untuk membeli apel. Aku berniat membuat pai apel, hari ini ulang tahunmu, kan? Aku akan membuatkan kue favoritmu.” “Paman, aku bukan anak kecil lagi,

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-06
  • Editor Dingin Bikin Bucin   Bab 104: Mabuk Lagi

    Isabella melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, menuju pusat perbelanjaan. Hari Minggu menjadi waktu yang tepat baginya untuk mengisi stok persediaan kulkas dan barang-barang rumah tangga lainnya. Di perjalanan, Isabella mencoba menghubungi Nathaniel melalui perangkat telepon mobilnya, namun panggilannya tidak kunjung terhubung. Sebenarnya Isabella ingin mengajak Nathaniel untuk berbelanja bersama, jika pemuda itu bersedia. Namun setelah beberapa kali menghubunginya, panggilan Isabella tidak tersambung juga. “Mungkin dia sedang sibuk,” pikir Isabella lalu kembali fokus pada jalanan di depannya. Tetapi tiba-tiba, dia melihat sosok Nathaniel yang berjalan sempoyongan di trotoar. Kedua mata Isabella terbelalak kaget. “Nate?” serunya kebingungan. Isabella segera menghentikan mobilnya, lalu bergegas turun dari mobil. Langkahnya terburu-buru menuju Nathaniel yang masih melangkah gontai di tepi trotoar. “Nate!” Isabella menarik lengan pemuda itu

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-07
  • Editor Dingin Bikin Bucin   Bab 105: Mencari Tempat Tinggal

    Senja mulai turun, membawa suasana yang semakin dingin di udara. Nathaniel keluar dari kamar mandi dengan jubah mandi berwarna putih yang melingkari tubuhnya. Saat melangkah menjauh dari kamar mandi, tatapannya terarah pada Isabella yang sedang mencuci mangkok kotor di wastafel. Yang membuat Nathaniel merasa heran adalah karena Isabella terdiam dan membiarkan air terus mengguyur mangkok di tangannya meski pun sudah bersih, sementara kedua mata gadis itu terlihat menerawang— seolah memikirkan sesuatu. “Isabella, itu sudah bersih,” tegur Nathaniel. Isabella tersentak dan baru menyadari jika dia baru saja tenggelam dalam lamunan. Isabella buru-buru mematikan keran, kemudian meletakkan mangkok di rak. Isabella menoleh pada Nathaniel sembari berusaha tersenyum, “Kau sudah selesai mandi?” Nathaniel mengangguk. Setelah mandi air hangat, wajah pemuda itu terlihat lebih segar— meski Isabella tetap bisa melihat kabut keresahan di matanya. Sebelumnya, Nathaniel

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-08

Bab terbaru

  • Editor Dingin Bikin Bucin   Bab 139. Ending

    Sore itu, Nathaniel melangkah keluar dari kantor dengan langkah cepat, wajahnya menunjukkan jelas kemarahan dan frustrasi. Pertengkarannya dengan Isabella tadi masih terasa panas di benaknya. Ketika Isabella mencoba mengikutinya, Nathaniel berusaha untuk tidak memperdulikannya.“Nate, tunggu!” panggil Isabella sambil mempercepat langkahnya untuk mengejar Nathaniel yang sudah berada di depan pintu utama.Nathaniel menghentikan langkahnya sejenak, namun tidak berbalik. “Apa?” suaranya terdengar dingin dan tegang.Isabella mendekat, meraih lengan Nathaniel. “Aku minta maaf soal tadi. Aku hanya kesal karena kau terus menerus menerima pesan dari Olivia,” katanya, suaranya merendah, berusaha menenangkan suasana.Nathaniel menatap Isabella dengan tajam, melepaskan tangannya dari genggaman Isabella. “Olivia yang mengirimiku pesan, Isabella. Bukan aku. Kenapa kau harus cemburu karena hal itu?”Isabella menghela napas, mencoba mengendalikan emosinya. “Karena aku merasa dia hanya mencari alasan

  • Editor Dingin Bikin Bucin   138. Kerjasama Lagi

    Nathaniel dan Isabella duduk berdampingan di ruang kerja mereka, suasana penuh dengan semangat dan produktivitas. Mereka telah menghabiskan beberapa minggu terakhir dengan bekerja keras, dan kini Isabella baru saja menulis penutup untuk novelnya. Ia merasa lega dan antusias untuk menunjukkan hasil kerjanya kepada Nathaniel.“Nate, bagaimana menurutmu?” Isabella bertanya, suaranya penuh harap sambil menatap layar komputer yang menampilkan paragraf akhir dari novelnya.Nathaniel yang sedang sibuk dengan catatannya, menggeser kursinya lebih dekat ke layar Isabella. Ia membaca dengan cermat setiap kata, matanya fokus pada kalimat-kalimat terakhir yang menggambarkan penyelesaian cerita.Isabella tersenyum, menikmati momen ini karena posisi Nathaniel yang sekarang sangat dekat dengannya. Kehangatan tubuhnya terasa nyaman di sebelahnya, membuat jantungnya berdetak sedikit lebih cepat.Melihat peluang yang tak ingin dilewatkan, Isabella perlahan melin

  • Editor Dingin Bikin Bucin   Bab 137. Kejutan

    Nathaniel kesal mendengar ucapan Gabriel. “Ayah, aku bukan anak kecil lagi. Aku tahu apa yang kulakukan. Kau tidak bisa memaksaku untuk meninggalkan Isabella. Kita harus mencari solusi, bukan menambah masalah.”Isabella yang duduk mendengarkan pertengkaran itu dengan cemas, akhirnya berdiri. Hatinya terasa campur aduk, antara perasaan bersalah dan keinginan untuk mendukung Nathaniel. Dia berjalan mendekat, menatap Nathaniel dengan tatapan lembut.“Nate, tenanglah,” katanya dengan suara lembut, meski berusaha keras menahan emosinya. “Aku tahu ini sulit, tapi kita tidak akan mendapatkan solusi dengan bertengkar seperti ini.”Nathaniel menatap Isabella. Perlahan, dia menghela napas dan menurunkan suaranya. “Maafkan aku,” katanya dengan nada lebih tenang, mencoba meredam emosinya.Gabriel masih tampak tegang, wajahnya kaku dengan emosi yang bergolak. Nathaniel kembali duduk di samping Isabella, yang segera mengg

  • Editor Dingin Bikin Bucin   Bab 136. Meminta Maaf

    Pagi itu, sinar matahari menerobos tirai tipis jendela kamar Isabella, menerangi ruangan dengan kehangatan yang lembut. Udara pagi yang segar merayap masuk melalui jendela yang sedikit terbuka, menambah semangat baru untuk hari yang penting. Isabella berdiri di depan cermin kamarnya, merapikan gaun putih sederhana yang dipilihnya. Gaun itu memberikan kesan elegan namun rendah hati, sesuai dengan niatnya hari ini.Di sisi lain rumah, Emilia sedang merapikan rambutnya di depan cermin di kamar tidur. Wajahnya kini tampak sedikit tegang. Hari ini, dia akan melakukan sesuatu yang belum pernah dia lakukan seumur hidupnya: meminta maaf kepada keluarga selebriti. Emilia tahu jika mungkin ini akan lebih sulit dari yang dia bayangkan, tapi setidaknya dia akan berusaha demi putrinya.“Ibu, kau sudah siap?” Suara Isabella memecah keheningan, membawa Emilia kembali dari lamunannya. Isabella berdiri di ambang pintu, menatap ibunya dengan senyum lembut namun penuh doronga

  • Editor Dingin Bikin Bucin   Bab 135. Membersihkan Nama

    Di salah satu sudut tenang café yang berada tidak jauh dari jantung kota, Nathaniel duduk sendirian di meja kecil yang dikelilingi oleh dekorasi kayu dan lampu-lampu hangat yang menambah nuansa damai. Sambil menunggu kedatangan Olivia, ia meraih ponselnya dari saku, melihat layar penuh dengan pesan dari Isabella. Senyum tipis mengembang di wajahnya ketika ia membaca pesan-pesan itu yang kebanyakan tak begitu penting itu.Isabella, kau masih sakit. Harusnya banyak istirahat. Jangan melulu menggunakan ponselmu.Nathaniel mengirim pesan tersebut. Tak lama kemudian balasan dari Isabella masuk.Aku merasa bisa cepat sembuh jika aku terus terhubung denganmu.Sebelum Nathaniel sempat membalas pesan itu, terdengar suara dering keras dari ponselnya. Ia melihat nama Isabella muncul di layar sebagai panggila

  • Editor Dingin Bikin Bucin   Bab 134. Rindu Suaramu

    Isabella baru saja berbaring— siap untuk tidur setelah hari yang melelahkan di rumah sakit. Namun, tiba-tiba ponselnya berdering. Nada dering yang familiar membuatnya meraih ponsel di meja samping tempat tidur, dan melihat nama Nathaniel yang terpampang di layar membuat kantuknya sirna seketika.Isabella segera menjawab telepon itu, senyum terbentuk di wajahnya. “Halo, Nate,” sapanya semangat. “Halo, Isabella,” suara Nathaniel terdengar agak ragu. “Apa aku mengganggumu? Sudah larut.”Isabella tertawa kecil. “Tentu tidak, Sayang. Aku selalu rindu mendengar suaramu.”Nathaniel tertawa pelan, suara tawanya terdengar sedikit lega.“Aku serius, Nate,” lanjut Isabella dengan nada setengah menggoda. “Jangan tertawa.”“Baiklah, aku tidak akan tertawa lagi,” jawab Nathaniel dengan nada yang lebih serius, meski senyuman masih terasa dalam suaranya.

  • Editor Dingin Bikin Bucin   Bab 133. Tidak Salah Menerima Bantuan

    Nathaniel menarik napas panjang, berusaha mengendalikan emosinya. “Aku tahu ini tidak mudah, tapi kita harus mencoba. Isabella dan aku... kami saling mencintai, dan kami berhak mendapatkan kesempatan.”Elena menggigit bibirnya, tampak bimbang sejenak sebelum menegakkan punggungnya lagi. “Cinta tidak selalu cukup, Nate. Kadang ada hal-hal yang lebih penting dari perasaan itu.”“Apa yang lebih penting?” Nathaniel menatap Elena.Tepat saat itu, beberapa wartawan muncul, mengelilingi mereka di parkiran. Kilatan kamera dan rentetan pertanyaan yang mendesak membuat suasana semakin kacau.“Bagaimana kelanjutan hubungan Anda dengan Isabella setelah kecelakaan sebelumnya?”“Nathaniel, bukankah hubunganmu dengan keluarga Isabella sedang tidak baik?”“Nathaniel, bagaimana tanggapan Anda tentang situasi ini?”“Apakah ini terkait dengan skandal sebelumnya?”

  • Editor Dingin Bikin Bucin   Bab 132. Konflik

    Emilia mengingat bagaimana kelakuannya hingga membuat berita di media makin panas, menambahkan api ke situasi yang sudah kacau. Dia tahu bahwa dia paling merugikan Nathaniel, yang sebenarnya tidak pernah berbuat salah apa pun padanya. Dengan rasa bersalah yang menyelimuti, Emilia melangkah mendekat, wajahnya menunduk, merasa tak berdaya di hadapan dua orang muda yang telah dia sakiti.Nathaniel dan Isabella melepaskan pelukan mereka dengan perasaan hangat namun canggung. Nathaniel menoleh ke arah Emilia yang terus menatapnya dengan ekspresi serius.“Nate, bisa kita bicara sebentar?” tanya Emilia dengan ekspresi agak ragu. Nathaniel terkejut oleh permintaan itu, merasa resah, mengingat penolakan Emilia sebelumnya. Ia ragu-ragu sebelum akhirnya bertanya, “Kita bicara di luar?”Emilia mengangguk. Isabella, yang memperhatikan mereka, memberikan senyuman yang meyakinkan kepada Nathaniel, mencoba menenangkannya. “Semuanya akan baik-baik s

  • Editor Dingin Bikin Bucin   Bab 131. Kerinduan Terobati

    Hugo memandang Emilia dengan mata penuh kebencian. “Aku tidak akan pergi kecuali kau mentransfer uang padaku sekarang. Aku butuh uang itu, dan aku tahu kalian bisa memberikannya.”Emilia tersentak, hampir tidak percaya dengan sikap Hugo yang tidak tahu malu. “Uang? Kau datang ke sini untuk meminta uang? Ini rumah sakit, Hugo! Isabella sedang sakit, dan kau hanya memikirkan dirimu sendiri!”Hugo menyeringai sinis, melipat tangan di dadanya. “Ya, aku butuh uang itu. Dan aku tidak akan pergi sampai kau memberikannya.”Isabella menatap ayahnya penuh kebencian. “Kau benar-benar tidak punya hati, Ayah. Aku tidak akan memberikan apa pun padamu. Keluar dari sini!”Emilia akhirnya bangkit dari tempat duduknya, tubuhnya gemetar karena marah. “Keluar, Hugo. Sekarang juga!” teriak Emilia, matanya menyalak dengan kemarahan yang tertahan terlalu lama.Wajah Hugo berubah merah karena marah, pria itu mela

DMCA.com Protection Status