Beranda / Urban / EUFORIA / Penaklukan Beberapa Perempuan

Share

Penaklukan Beberapa Perempuan

Penulis: Marion D'rossi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Setidaknya sekarang aku sadar bahwa siapa pun orangnya, pasti memiliki kenangan pahit yang tidak bisa dilupakan dari ingatan.

Salah satunya adalah Wanda.

Manda mungkin terlihat biasa-biasa saja, baik dalam pembawaan maupun sikap. Namun, yang menjadi konflik terbesar di batinnya ialah Wanda itu sendiri.

Benar-benar tidak bisa kubayangkan jika menjadi Manda atau Wanda yang hidup dalam satu tubuh manusia. Sementara itu, mereka mengenal orang yang sama, berbicara dengan orang yang sama, tetapi hanya salah satu yang dapat bertahan dan dikatakan baik.

“Maaf, ya. Tante jadi sedih gini.”

Wanda terlepas dari dekapanku. Dihapusnya setitik air mata yang menggantung di manik.

“Hal yang biasa sebagai seorang manusia.”

Suasana jadi berbeda dari biasanya.

“Hmm, kamu belum ngopi, ya? Tante buatkan kopi, mau?”

Dengan senang hati, aku mengangguk sambil menjawab, “Boleh. Itu pun kalau nggak ngerepo

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • EUFORIA   Kiana yang Penuh Misteri

    Terlepas dari semua kenikmatan yang selalu mencengkeramku di kehidupan sehari-hari, seolah-olah menjadi sarapan dan kebutuhan pokok. Kini, di pasar malam yang penuh dengan kelap-kelip lampu penghias, aku bertemu kembali dengan Kiana Amaliya.Perempuan paling misterius yang pernah kutahu ada di muka bumi ini.“Hai, Adrian. Kayaknya takdir udah mengikat kita dan akhirnya ketemu lagi di sini.”Seperti biasa, senyuman lebar yang tak pernah padam, terbentuk di wajahnya. Benar-benar seorang perempuan dengan martabat tinggi.“Hai. Gue kebetulan lagi suntuk aja. Jadi, gue ke sini.”Jika dibilang takdir, mungkin itulah yang membawaku ke tempat ini. Hanya saja, aku masih sama, dengan pemikiran yang sama karena tidak sepenuhnya percaya pada sebuah takdir.Ada alasan lebih logis yang bisa menjelaskan mengapa kami selalu bertemu di tempat-tempat tak terduga.Entah karena memiliki ketertarikan yang sama atau kepentingan lain

  • EUFORIA   Perempuan Lancang Sedunia

    Karina Dwi Utari, seorang artis profesional dengan harga mahal saat ini di agensi. Memiliki tubuh yang bagus, gundukan yang sempurna, bemper belakang yang pas. Serta bibir yang begitu panas, bahkan jika hanya dilihat saja, bisa menaklukkan para lelaki dengan sekejap.Sepertinya aku sudah mulai naik tingkat. Kali ini, Elaine memintaku untuk menaklukkan perempuan sempurna dengan tatapan tajam itu.Sebenarnya hal yang membuat malas dan tidak menyenangkan. Akan tetapi, Elaine mengaku telah mengirimkan kontrak pada Karina dan selalu diabaikan atau ditolak.Elaine benar-benar menginginkan perempuan itu untuk berpasangan denganku. Andai saja dia mau menerima kontrak yang dikirimkan, aku tidak akan repot-repot untuk memikirkan cara menaklukkannya.Lagi pula, perempuan itu terlihat seperti model profesional yang anggun. Aku tidak akan keberatan jika berpasangan dengannya. Itu sudah pasti.Sambil berjalan di koridor, aku sudah mengunci keberadaan Karina yang

  • EUFORIA   Menaklukkan Karina

    Bagaimana mungkin saat tak ada perempuan yang berani menolak ajakanku di agensi ini, Karina justru berbanding terbalik. Akan kubuktikan seberapa mahal dirinya.Sambil mengendap-endap, aku bersembunyi di balik dinding, berharap saat dia melewati persimpangan di koridor ini, segera setelah itu kusekap dirinya.Baiklah. Mungkin aku harus menunggu karena seseorang sedang berbicara padanya. Hingga tak lama kemudian, aku bersiap saat beberapa langkah lagi tiba di persimpangan.Maka, dengan lugas kubungkam mulutnya dari belakang. Dia memang meronta-ronta sebagaimana halnya tengah merasa terancam.Untungnya ruangan Elaine sangat dekat dari tempat ini, sehingga beberapa menit berusaha menahan tenaganya yang cukup besar itu, aku berhasil membawanya masuk.Aku melepaskannya dan dia menjauh beberapa jarak.“Lo?!” Wajah terkejut bercampur amarah ditujukan padaku.“Hai, Karina cantik.”Dengan sengaja aku menyeringai u

  • EUFORIA   Kali Ini Pasti Takluk

    “Okay! Baiklah, cukup sampai di situ! Ruangan ini bukan untuk dijadikan tempat mesum!”Kalimat itu dilontarkan Elaine sembari bertepuk tangan. Betapa lancang menghentikan kenikmatan yang hampir jauh berbeda kurasakan dari yang lain.Walau demikian, aku tetap mengerti.Pertama-tama, harus kukatakan bahwa perempuan bernama Karina ini di luar dugaan. Ekspresi dan gerakan tangannya tak seperti seorang pemula atau dilakukan sembarangan.Jadi, aku sudah tahu bagaimana kualitas Karina yang sebenarnya.Perempuan itu menjauh dariku, tetap saja ia membuang pandangan. Seolah-olah jijik padaku.“Lalu, bagaimana, Karina? Apa kamu setuju untuk memerankan film itu?”Dia tidak menjawab, lantas mengenakan pakaiannya kembali.Kurasa mulutnya masih berat mengakui betapa pesonaku begitu kuat untuk ditepis. Yah, aku mencoba memahami itu karena sifatnya yang benar-benar dingin.Dia seorang perempuan yang sulit mengakui

  • EUFORIA   Karina Dwi Utari

    Karina meletakkan sekumpulan kertas di atas meja Elaine dengan keras.“Nih, ya, setelah gue pikir-pikir, gue terima kontraknya. Tapi, jangan pikir gue nyerah karena usaha kalian. Gue kasihan aja sama kalian yang merengek-rengek sama gue.”Bahkan setelah dia dengan jelas telah menandatangani kontrak tersebut, tetapi Karina masih saja bersikap dingin.Sepertinya usahaku kemarin tak sia-sia. Memang, waktu itu aku tak sampai melakukan hal di luar batas. Anggap saja sebagai salam pertemuan, sekaligus usaha penaklukan dirinya.Kuyakin, dari situlah dia mulai bimbang dan berpikir kembali untuk menerima kontrak tersebut.“Dasar cewek kulkas. Seharusnya lo ngaku aja kalah dari gue.”Dengan kebanggaan tiada batas, aku menyilangkan tangan sambil bersandar di punggung sofa. Sudah semestinya aku bangga dengan pencapaian luar biasa ini.Sebab, Karina memang terkenal sebagai perempuan yang sulit ditaklukkan. Dan aku adalah la

  • EUFORIA   Satu Noda Merusak Segalanya

    Sekian lama mencari ingatan samar di kepala, aku menyadari satu kesalahan yang telah kuperbuat, yaitu tidak mengingat apa yang kulupa.Mungkin ini sebuah kalimat yang konyol, tetapi jika dipikir kembali, seseorang sepertiku juga punya masa kecil yang cukup bahagia.“Karina Dwi Utari,” lirihku sambil memandang wajah perempuan yang tengah sendu di hadapanku.“Gue nggak nyangka lo ngelupain gue, Adrian.”Bukan hal yang mustahil jika aku melupakan masa kecil atau siapa saja yang selalu bersamaku dulu. Bahkan, aku telah tidak ingat apa saja yang pernah kulewati.Ingatan-ingatan itu telah menjadi samar dan aku hanya fokus memikirkan masa kini.“J-jadi, lo itu …”“Ya, Adrian. Gue Utari. Lo dulu sering manggil gue Utari, bukan Karina. Karena panggilan masa kecil gue, ya, Utari. Dan ternyata lo ngelupain gue?”Konyol sekali, sih, bertemu dengan seorang teman masa kecil di sebuah age

  • EUFORIA   Seorang Pembohong Terhormat

    “Kadang, kita memang butuh waktu untuk merenung. Merenungi segala hal tentang kehidupan. Merenungi segala hal yang sudah pernah kita lalui.”Suara dalam yang begitu lembut. Seolah-olah menciptakan suasana damai nan tenang. Seketika aku berkhayal berada di sebuah tempat yang penuh dengan cahaya dan pohon-pohon rindang yang dikibaskan angin.Perempuan berkacamata, Kiana, yang selama ini masih menjadi misteri besar di dalam hidupku. Dia dengan anggun tersenyum dan berdiri di sebelahku sambil menatap mentari yang sebentar lagi tenggelam di ujung cakrawala.Oh, ayolah. Bahkan di tempat tak terduga seperti pantai, aku masih bisa bertemu dengannya. Dia ini hantu gentayangan, apa? Selalu saja ada di saat hatiku sedang dilanda sebuah keraguan.“Kayaknya gue nggak perlu tanya lagi kenapa lo bisa ada di sini.”“Kenapa, Adrian?” Dia menatapku dengan matanya yang berbinar, membias cahaya senja yang memukau.“Kare

  • EUFORIA   Menghancurkan Kesombongan Karina

    Telah puluhan menit diriku bungkam sambil menatap Karina dengan gelagat aneh. Matanya memicing, sekali dalam beberapa detik.“Ada apa, sih? Dari tadi diem. Nggak mau ngomong juga?”“Ogah gue ngomong sama lo.”Jadi, begitu. Di saat aku telah memenuhi keinginannya untuk berhadapan, dia mengatakan hal paling konyol yang pernah kudengar.Padahal, dia yang butuh bicara. Dan aku hanya menuruti keinginannya saja dan berusaha menunggu mulutnya buka suara.“Yaelah.”Sejak terakhir bertemu dengannya, memang telah banyak perubahan yang terjadi dalam diri Karina. Mulai dari perubahan fisik maupun sikap.Aku jadi tak sabar ingin menikmatinya di ranjang. Tidak, tidak. Aku harus menghentikan pikiran itu untuk sementara waktu.Dengan kerendahan hatiku yang sangat tinggi, aku memutuskan memulai sebuah percakapan sekaligus sebuah ajakan yang mungkin tidak akan mampu ia tolak.“Nanti malam lo ada w

Bab terbaru

  • EUFORIA   Not The End

    “Aku udah bilang sama kamu, kan?”Sepasang tangan memelukku dari belakang. Sementara diriku masih saja tak bisa berpaling dari bayangan Carissa yang telah meninggalkanku dengan lelaki bernama Alex. Dia tak lagi terlihat di kedua mataku.Perempuan ini melepaskan dekapannya, lalu berdiri di hadapanku dengan sebuah senyuman. Sesekali, dia membenarkan kacamatanya yang sempat melorot.“Kita pulang, yuk.”Entah mengapa aku menurut begitu saja, lalu berjalan sambil bergandengan tangan dengannya. Kami masuk ke dalam mobilku. Namun, aku kembali bergeming.“Udah, nggak apa-apa. Sini, aku masih sama kamu.”Aku mengangguk pelan, lalu perempuan berkacamata ini membenamkan kepalaku dalam dekapannya. Sungguh hangat. Sungguh nyaman dan aku terbuai akan sebuah perasaan.“Kenapa semua harus terjadi sama gue? Kenapa orang-orang yang gue cintai nggak pernah bisa menetap dan menemani gue?”“Aku

  • EUFORIA   Goodbye Again

    “Kenapa, Carissa? L-lo bilang kalau kita akan selalu bersama. Tapi, kenapa sekarang kamu bilang kita nggak bisa bersama?”Begitulah aku bertanya pada Carissa yang sedang tertunduk di depanku. Mungkin aku sudah tidak bisa mengeluarkan air mata kesedihan. Sebab, ini terlalu sulit untuk dipercaya. Hanya karena sebuah kesalahan, kenangan yang telah kami jalani bersama akan sirna begitu saja.“Adrian, saya sudah memikirkan ini cukup lama. Atau tepatnya ketika saya jatuh cinta padamu. Saya merasa sangat mencintaimu, tapi rasanya sangat sulit jika kamu terus-menerus nggak bisa mengendalikan dirimu sendiri.”“B-bukannya semua gangguan yang aku alami atas Skizo ini udah perlahan-lahan berkurang? Maksudku, aku udah nggak mengalami Skizo lagi dalam beberapa bulan terakhir. Aku nggak mengalami ilusi dan delusi lagi,” jelasku.Terdengar bahwa napas Carissa begitu berat saat mengembus. Aku menduga bahwa dia pun begitu sulit untuk men

  • EUFORIA   Dia Membenci

    Tanpa pikir panjang setelah melihat bahwa lelaki bernama Alex ini melakukan hal yang tidak seharusnya pada Carissa, aku berlari dengan penuh amarah. Kemudian, tanganku yang terkepal melayang begitu saja hingga menghantam wajahnya.“Sialan lo! Berani-beraninya lo ngelakuin hal nggak pantes sama cewek gue!”Amarahku tidak terkendali. Aku menjadi orang yang sangat brutal dan emosi itu semakin lama semakin bergejolak.“Adrian! Jangan, Adrian!”Aku tahu aku mendengar suara Carissa yang berusaha menyabarkan hatiku. Hanya saja, aku sudah tidak terkendali lagi. Begitu lelaki bertubuh tinggi ini terjatuh, aku segera meraih kerah pakaiannya, lalu menghantamnya lagi dan lagi.“Lo cowok sialan! Lo nggak tahu kalau Carissa udah punya pacar?! Sialan lo! Goblok!”Secara terus-menerus kuhujani Alex dengan tinjuku. Sesekali, kakiku menendangnya tak tanggung-tanggung. Bagiku, dia sangat pantas mendapatkan perlakuan seperti

  • EUFORIA   Marah

    Aku tak tahu siapa laki-laki berambut pirang dan berbola mata kuning yang menyerukan nama Carissa barusan. Namun, dari gelagatnya, kurasa dia sangat mengenal Carissa.“Hai, Carissa! Kita bisa berjumpa lagi!” ucap laki-laki berambut pirang yang telah tiba di hadapanku dan Carissa.Sementara itu, perempuan ini terlihat cukup tegang dan khawatir.“A-Alex ….”“Yup! Ini saya. Alex. Apa kabar? Sudah cukup lama kita tidak bertemu.”Sembari mengalihkan pandangan padaku, Carissa menjawab, “B-baik. Saya baik. B-bagaimana denganmu?”Sepertinya, Carissa memang agak gugup berbicara dengan laki-laki bernama Alex ini. Entah, dia mungkin teman kekasihku yang telah lama tidak bertemu.Aku, sih, mengerti mengapa Carissa begitu khawatir dan terlihat gugup. Bisa saja dia sungkan berbicara karena ada diriku di tengah-tengah mereka.“Carissa, gue tunggu lo di mobil aja, ya,” ucapku k

  • EUFORIA   Memanas

    Diana menjauhkanku dari Carissa.“Aku nggak akan menyerahkan Adrian sama kamu!”Mendengar nada tegas perempuan yang tengah mencengkeram erat lenganku ini, Carissa tersentak. Seketika, dia kembali naik pitam.“Apa maksudmu? Adrian itu kekasih saya!”“Kalian cuma sepasang kekasih, bukan suami dan istri. Saya masih punya hak merebut Adrian dari kamu!”Tentu saja, aku tidak bisa tinggal diam atas apa yang Diana lakukan. Dia sudah benar-benar kurang ajar dan tak tahu diri.“Lepasin gue, Diana!” Kutarik tangan dengan segera dan menatap perempuan ini penuh intimidasi.“Adrian! Kamu sebenarnya nggak sayang sama Carissa! Apa kamu yakin dengan perasaanmu? Gimana kalau perasaanmu cuma ilusi?!”Senyuman yang lebar terpahat di wajah Diana. Ini seolah-olah dia berusaha untuk melumpuhkan kepercayaan diriku.Bagaimana mungkin dia mengatakan bahwa perasaanku terhadap Carissa mer

  • EUFORIA   Khayal

    Di mulut pintu gudang, telah berdiri Carissa yang menyaksikan Diana memeluk diriku. Hal ini tentu saja tidak bisa aku biarkan. Walau demikian, telah terjadi kesalahpahaman di antara kami. Tak diragukan lagi.“Carissa?!”Perempuan itu menggeleng-geleng seolah tak percaya dengan yang ia saksikan.“Gue … gue … nggak kayak yang lo lihat, Carissa!”Aku berusaha menjelaskan padanya. Entah mengapa, tak ada yang dapat aku ucapkan, sebab Diana semakin erat memeluk diriku.Segera kudorong Diana agar terlepas dari tubuhku. Tahu-tahu, pakaiannya telah compang-camping. Entah sejak kapan itu terjadi. Aku yakin bahwa dia sengaja melakukannya sendiri agar terkesan bahwa akulah yang telah melakukannya lebih dulu atas keinginan sendiri.“Jangan percaya apa yang lo lihat, Carissa!”Segera aku berlari untuk menggapai Carissa yang masih berdiri dengan tatapan nanar di mulut pintu. Dia tak bergerak sedikit

  • EUFORIA   Klimaks

    Ketika aku berjalan untuk menuju ruang syuting, seseorang mendorong tubuhku hingga masuk ke sebuah gudang penyimpanan alat dan barang-barang bekas.“Woi! Apa-apaan ini?!”Aku tak melihat apa pun di ruangan tersebut karena sangat gelap. Tubuhku didorongnya hingga mentok pada dinding. Sedangkan, mataku ditutup oleh sehelai kain. Sempurna sudah, aku tidak bisa melihat apa pun.“Siapa lo?! Apa-apaan, sih, ini?!”Tanganku berusaha meraba-raba, tetapi tak mendapatkan apa pun. Kudengar embusan napas dari orang yang menyekapku ke gudang ini.Sepasang tangan melingkar di pinggangku. Dari kelembutan kulit yang aku rasakan, kurasa pelakunya adalah seorang perempuan.“Siapa lo? Kenapa lo ngelakuin ini?”Masih tak ada jawaban. Kini, terasa bahwa tangannya meraba-raba dadaku, menelusup ke balik kemeja yang aku kenakan. Segera aku tepis dan berhasil menggenggam tangannya.Meskipun tak bisa melihat apa pun,

  • EUFORIA   Evil

    Aku membuka pintu ruangan Elaine dengan kasar.“Apa-apaan, sih, lo?! Kenapa si Diana cewek gila itu harus jadi partner gue?!” protesku sambil mendengkus kasar, lalu mengempaskan pantat di sofa.Elaine terlihat sedang bersantai sambil menikmati rokok putih kesukaannya. Dia menatapku sejenak dan tersenyum kecut. Ini seolah-olah dia melihat seorang lelaki bodoh.“Kenapa, Adrian? Kamu tiba-tiba datang dan berteriak seperti itu. Memangnya dia merepotkanmu selama ini?”“Udah jelas! Dia ngerepotin banget! Hubungan gue sama Carissa hampir aja berakhir gara-gara dia! Udah gila itu cewek. Bisa-bisanya lo … ahhh!”Kuembuskan napas panjang untuk sedikit meredakan kekesalan yang menyelimuti.Walau demikian, aku memang tak habis pikir dengan perempuan bernama Diana itu. Mulai dari sikapnya yang riang, lalu berubah jadi sangat licik dan merepotkan. Benar-benar tipe perempuan yang tidak pernah aku inginkan ada di d

  • EUFORIA   Terancam

    Dengan langkah cepat, aku masuk dan mengunci pintu rumah. Tak lama kemudian, pintu diketuk-ketuk dengan keras oleh Diana dari luar.“ADRIAN! AKU NGGAK MAU PULANG! AKU MAU TETAP DI SINI!”Begitulah dia berteriak sambil membentur-benturkan tangannya di pintu, kurasa. Aku tak menanggapi semua yang dia ucapkan dengan teriakan pekak.Ini benar-benar tidak bagus. Semestinya aku sudah bermesra-mesraan sekarang dengan Carissa setelah selesai makan siang. Namun, kedatangan Diana menjadi sebuah malapetaka bagi kami.“Adrian! Please! Bukan pintunya! Aku nggak akan pulang sebelum kamu menerima aku jadi yang kedua!”Salahkah jika aku mengatakan perempuan ini murahan? Sebab, dia terlalu menuntut hati seseorang yang tidak memiliki perasaan padanya.Baru kali ini aku bertemu perempuan keras kepala seperti Diana. Ia bahkan tidak ragu mempermalukan dirinya di hadapanku. Jika benar dia mencintai dengan setulus hati, mengapa tidak memiki

DMCA.com Protection Status