“Aduh ada yang lagi sok jagoan nih. “
“Orang lemah kok sok sok an ngebully sih. “
“Dah tahu kali ya kalau si Ana gak bakalan ngelawan, jadi terus aja ngebully anak polos ini, DASAR CUPU!. “ ujar Alin ketika melihat tangan Syifa terus menerus menarik rambut Ana. Ana yang terlihat begitu kesakitan hanya bisa pasrah dan tidak bisa melawan.
Ana sudah seperti boneka bagi Syifa, ia akan terus menerus menyiksa Ana. Tanpa tahu apa alasan Syifa melakukan hal seperti itu.
Syifa langsung membalikkan badan dan melepaskan tangannya dari rambut Ana.
“Maksud lo apa HAH?! “ Syifa berjalan dengan perlahan menghampiri Alin yang berada tidak jauh darinya. Syifa menatap Alin dengan tatapan yang sinis, ia mengerutkan kedua alisnya.
“LO JANGAN SOK IKUT CAMPUR URUSAN GUE!“ Ujar Syifa dengan nada yang marah. Kemudian Syifa mendorong bahu Alin dengan kedua tangannya.
Plak!
Satu tamparan keras yang bebas mendarat di pipi Syifa, wajah Syifa langsung tertoleh ke arah samping.
Mata Syifa langsung melotot menatap Alin, yang baru saja menamparnya.
“ITU GAK SEBERAPA SAKIT, DIBANDING LO YANG TIAP HARI NYIKSA ANA, ANA GAK SALAH APA APA KENAPA LO BULLY! “
“LO GAK PUNYA HATI APA?! LIAT TUH SI ANA UDAH KESAKITAN GITU. MAU SAMPAI KAPAN LO KAYAK GINI! “
“GUE SUDAH MUAK BANGET SAMA LO, BAJING*N! “ Alin tidak bisa diam lagi melihat Syifa yang terus menerus menyiksa Ana.
Alin sangat membenci pembully, karena ia pernah merasakan dibully, saat Alin masih di sekolah dasar. Alin tahu betul rasanya di bully seperti itu.
Rasa takut adalah penghancur segalanya.
“GUE GAK PERNAH NGUSIK LU YA, ANJ! “ Syifa langsung menjambak rambut Alin.
Alin pun dengan cepat membalas jambakan Syifa.
“LEPASIN JAMBAKAN LO BG*T” Teriak Syifa yang kesakitan.
Ana sangat ketakutan melihat Alin dan Syifa bertengkar. Ia hanya bisa duduk di pojokkan dengan memeluk lutut nya
Brak!
Seseorang menendang pintu toilet dengan keras hingga pintu itu rusak.
“Astagfirullah ada apa ini?! “
“Alin, Syifa kalau kalian mau bertengkar jangan di toilet! Di lapang saja sekalian! “ Ujar Pak Adi dengan penekanan di tiap kata nya.
Alin dan Syifa kemudian melepas kan jambakannya masing masing dan mereka menunduk, di ikuti oleh Ana di samping Alin.
“Sekarang kalian ikut Bapak ke ruang bk, CEPAT! “ Pak Adi kemudian meninggalkan toilet dan disusul oleh Ana, Alin, dan Syifa.
***
Ana, Alin, dan Syifa hanya bisa menunduk di ruang bk.
Sial kenapa harus Pak Adi sih yang mergokin!
Belum selesai Alin mendumel dalam hatinya. Pak Adi dan Bu Marni memasuki ruangan itu.
“Astagfirullah, kamu lagi kamu lagi Al.” Ucap Bu Marni seraya duduk berhadapan dengan mereka bertiga.
“Sekarang kamu buat masalah apa-“
Belum beres Bu Marni berbicara Syifa langsung memotong.
“Alin menjambak rambut saya bu, ia juga tiba tiba mengucapkan kata kata kasar kepada saya” Ujar Syifa, dengan nada yang lemah.
“Apa Bu, tidak. ” Alin membantah ucapan Syifa tadi.
“Alin! Kamu ini tidak pernah jera ya di beri hukuman oleh ibu! “ Ucap Bu Marni dengan setiap penekanan di setiap katanya.
“Nggak Bu, tadi saat di toilet saya lihat Syifa sedang menarik- “
Tiba tiba Syifa menangis kencang.
Di sisi lain Ana hanya bisa diam dan menundukkan kepalanya, ia tidak berani berbicara tentang kebenarannya. Ana terus menerus meremas baju bagian bawah nya.
“Sudah Al, Ibu gak mau mendengar alasan kamu lagi, Ibu akan memanggil orang tua kamu. “
“Ibu akan beri kamu SP 3!” Ujar Bu Marni
“Ma-maaf Bu” Ana dengan gugup memberani kan diri untuk membela Alin.
Kemudian Syifa melirik Ana dengan tajam dan melotot dari arah samping Alin.
Alin yang menyadari hal itu, kemudian ia menutupi Syifa dengan badannya agar Ana tidak takut dan berani berbicara.
Gak apa apa lo bisa keluarin apa yang mau lo sampaikan. Jangan takut gue masih disini. Alin berisik pada Ana.
Mendengar hal itu kemudian Ana berbicara pada Bu Marni.
“Maaf bu sebelumnya jika saya lancang. Alin tidak bersalah bu, ia menolong saya dari Syifa. “ ujar Ana dengan nada yang lemah.
“Tidak bu, saya hanya ke toilet dan kebetulan ada Ana disana. Saya tidak melakukan apapun pada Ana. “
“Serius bu saya tidak melakukan apapun pada Ana” Syifa yang terus membela dirinya sendiri, ia takut jika Ana akan membuka semua perlakuan yang sudah ia lakukan pada Ana.
Bu Marni melihat Ana yang ketakutan mencoba menenangkan nya, Bu Marni memegang kedua tangan Ana yang sedari tadi meremas remas bajunya itu.
Bu Marni menoleh ke arah Syifa dengan tatapan yang tajam, kemudian beralih lagi menatap Ana.
“Tidak apa apa Ana, ungkapkan semua yang ingin kamu keluar kan, ada Ibu disini. “
Air mata yang sedari tadi menggenang di pelupuk mata Ana, terjun dengan bebasnya di pipi Ana. Ia menangis mengingat kejadian yang sudah Syifa lakukan padanya.
“Syifa sudah sering membully saya. Setiap hari ia selalu menyuruh saya mengerjakan tugas nya, kalau saya menolak ia akan menampar dan menjambak rambut saya. “ tangisan Ana tambah kencang, ia tidak sanggup untuk melanjutkan nya.
Sekarang Syifa ketakutan, ia takut akan dikeluarkan dari sekolahnya.
“Sudah sudah sekarang ada Ibu yang akan mengawasi kamu. “
“Sekarang kamu ke kelas ya tenangkan diri kamu. “ Kemudian Ana beranjak dari tempat duduknya dan keluar dari ruang bk.
“Sekarang ibu mau bicara dengan kalian berdua!” Bentak Bu Marni.
15 menit kemudian
Alin dan Syifa keluar dari ruang bk.
Setelah sedikit jauh dari ruang bk, Alin menarik baju Syifa dan menyeretnya ke belakang sekolah.
Alin membanting kan badan Syifa ke dinding dengan cukup keras.
“Awas lo ya kalau berani gangguin Ana lagi, lo bakal habis sama gue! “ ujar Alin dengan menunjuk wajah Syifa.
“Gue gak takut ya sama lo, Anj”
Alin meninggalkan Syifa begitu saja di belakang sekolah.
***
Setelah sampai dirumah. Alin langsung ke atas menuju kamar nya.
Ia menjatuhkan badannya di atas kasur yang empuk, ia memandangi langit langit kamarnya. Alin teringat pada Ibu dan Ayah nya.
Alin merogoh ponsel dari dalam tas nya. Kemudian ia mengirimkan pesan.
Alin :
Yah Alin kangen, kapan Ayah ke rumah Alin?
Ayah :
Ayah sibuk Al, mungkin nanti kalau kerjaan Ayah sudah beres ya.
Alin Gardenia Dorthea:
Bu Alin kangen, kapan Ibu ke rumah Alin?
Ibu :
Ibu masih sibuk kerja sayang, nanti ya ibu akan usahain biar cepat bisa ke rumah.
Setelah kedua orang tua Alin mempunyai keluarga baru masing masing, mereka sama sekali tidak pernah berkunjung ke rumah Alin. Yang dulu nya rumah itu penuh cinta dan kasih sayang dari kedua orang tua Alin, kini hanya ada ke hampaan.
Kenapa sih selalu jawab itu, setiap gue bilang kangen. Apa mereka benar benar tidak peduli? Apa mereka sekarang sudah bahagia dengan keluarga barunya? Tanpa mengingat gue sedikit pun gitu. Kenapa gue harus di lahirin sih! Gue sudah banyak bikin masalah di sekolah, apa tidak ada rasa khawatir sedikit pun di hati mereka buat gue.
Aaarrggghhhh
Alin berteriak sekencang mungkin, mengeluarkan seluruh amarah yang ada di hatinya. Kemudian ia membalikkan badannya dan menangis di dalam bantal nya.
Bi Asih yang mendengar teriakan Alin, bergegas berlari dari dapur menuju kamar Alin yang berada di lantai 2.
Tok... Tok
“Non, bibi boleh masuk? “
Tidak ada jawaban dari Alin, Bi Asih yang khawatir, menyelonong masuk begitu saja ke dalam kamar Alin.
“Non kenapa? “ ujar Bi Asih sembari mengelus punggung Alin.
Alin dengan perlahan bangun dan mengubah posisinya, ia duduk di samping Bi Asih. Dan ia mengusap air mata nya yang terus menerus membasahi kedua pipinya.
“Bi kenapa sih Alin harus lahir, kalau sekarang Alin sendirian kayak gini. “
“Orang tua Alin, sama sekali tidak peduli lagi. Mereka hanya asik dengan keluarga barunya itu. “
“Gak ada pikiran sedikit pun apa buat nemuin anak kandungnya sendiri. “
“Sekarang mereka malah sibuk ngurusin anak tirinya. Apa Alin harus bikin masalah lagi biar mereka nemuin Alin” Dada Alin terasa begitu sesak. Lagi dan lagi ia menangis, lalu perlahan ia memeluk Bi Asih. hanya Bi Asih tempat yang paling nyaman sekarang.
Bi Asih yang sedari tadi diam dan mendengarkan Alin. Tidak sadar ia menetaskan air matanya secara perlahan.
“Nggak Non, Tuan dan Nyonya pasti inget kok sama Non. Mereka juga pasti rindu sekali pada Non. “
“Mungkin sekarang pekerjaannya lagi banyak, jadi tidak bisa datang kesini. Bibi yakin sebentar lagi Tuan dan Nyonya pasti datang kok. “
Bi Asih memang jago sekali dalam menenangkan Alin.
“Sudah sekarang Bibi buatkan susu coklat ya, Non sekarang bersih bersih dulu gih mandi, bau asem nya sudah ke cium tuh” Ujar Bi Asih sembari menutup hidung nya dan tertawa kecil.
Alin yang sudah merasa sedikit tenang, kemudian ia melepaskan pelukannya dan mengangguk.
Bi Asih kemudian meninggalkan Alin di kamar. Alin mengambil ponsel yang berada di sampingnya, ia mengirim pesan pada Samuel.
ALIN :
Sam ke Cafe Langit yuk?
SAMUEL:
Oke gue kesana langsung ya... Lo jangan dandan cantik cantik gue malu kalo jadi bahan pusat perhatian.
ALIN :
Aelah, apaan sih lu gak jelas banget. Jam kek biasa ya Sam...
Alin kemudian bergegas mandi dan siap siap. Ia akan bertemu dengan Samuel di Cafe Langit.
Angin malam yang bertiup lembut itu terasa mengelus kulit putih gadis cantik yang tengah memandangi langit. Pemandangan diatas bukit ini sungguh indah, disertai alunan musik yang begitu merdu menambah keindahan malam.Suasana Cafe Langit ini adalah suasana yang paling favorit bagi setiap orang.Alin terus menerus memandangi langit, ia terus menatap melihat indahnya bintang yang bersinar. Hanya ditempat ini ia bisa melupakan sejenak masalah yang ada di dalam hidupnya yang terus datang silih berganti. Disini ia mendapatkan ketenangan dan kenyamanan yang tidak ia dapatkan dari siapa pun.“Kenapa sih Sam, kehidupan gue begitu rumit. Padahal keinginan gue sepele, gue cuma minta perhatian bokap sama nyokap gue lagi. Apa itu sulit?”“Kalau saja saat itu bokap gue gak ngelakuin hal yang menjijikan, mungkin hidup gue gak akan seperti sekarang Sam. “ Keluh Alin pada Samuel, sekarang ia menatap kembali langit dengan pandan
Alin hanya bisa pasrah, ia mengikuti apa yang Ayah nya suruh. Sekarang ia ingin sedikit menuruti apa titah Ayahnya.Alin pikir dengan begini ia akan bertemu dengan Ayahnya setiap hari dan hubungannya akan lebih membaik. Urusan ia dengan Freya... Entahlah ia tidak ingin memikirkannya sekarang, ia terlalu lelah.Alin sedang duduk di kursi taman yang ada di dekat rumahnya.Ia termenung. Memang, Alin yang sekarang sudah berbeda jauh dengan Alin yang dulu.Sekarang yang di perlukan Alin hanya memikirkan dirinya sendiri, tanpa harus memikirkan orang lain sekali pun itu orang tuanya sendiri.Ibu kemana? Kenapa Ibu gak pernah temui Alin. Alin kangen sekali Bu. Alin iri dengan anak anak yang lain. Mereka setiap hari bertemu dengan Ibunya, sedangkan Alin? Menanyakan kabar pun Ibu tidak pernah. Alin yang malang, ia setiap hari Alin selalu berkunjung ke taman tersebut, selain Cafe Langit.Tiba tiba hujan datang menyapa. Hanya geri
Tittt... Tittt... Tittt...Alin membuka jendela rumah nya, terlihat mobil hitam ternyata itu adalah mobil Anton. Kemudian Alin membuka pintu dan keluar menghampiri Anton.“Ayah gak mau masuk dulu? “Ujar Alin.“Nggak, Ayah gak bisa lama lama. Ayo cepat, suruh Pak Ujang bawakan koper koper kamu. “Alin mengangguk, kemudian ia mengambil tas kecilnya di dalam kamarnya.Alin menatap sekeliling kamarnya, ia dengan berat hati harus meninggalkan kamar kesayangan nya. Alin sudah berpesan pada Bi Asih.Bi, kalau Alin sudah tinggal di rumah Ayah. Tolong rawat kamar Alin ya Bi, jangan ada barang hilang satu pun dari kamar Alin dan jangan ada yang berubah posisinya. Posisi yang sudah Ibu atur dulu, Alin tidak mau merubahnya sedikit pun. Foto dan boneka ini jangan ada yang berubah ya Bi.Semalam, saat Alin dan Bi Asih sedang memasukkan baju – baju Alin ke dalam koper. Alin dan Bi Asih Asyik berbincang
Alin tersenyum manis pada semua siswa dan siswi yang ada di kelas nya itu dan ia sekali lagi memperhatikan sekeliling, ia memperhatikan wajah calon teman nya itu. Kemudian Alin melihat Freya yang berada di bangku belakang barisan kedua, ia sedang menatap Alin dengan sinis. Alin mengabaikan nya, ini hari pertama ia sekolah. Alin tidak mau merusaknya, hari ini pun mood Alin sedang bagus sekali. Ia senang bisa satu sekolah dengan Samuel tapi tidak dengan Freya. “Ayo Alin, silahkan duduk. Disana ada 2 bangku kosong, kamu bebas bisa duduk dengan siapa saja. “ Ujar Bu Riska seraya tersenyum pada Alin. “Baik Bu, terimakasih. “ Alin tersenyum dan menundukkan kepalanya ke arah Bu Riska. Alin melihat ada seorang cewek yang ia perhatikan, sedari tadi cewek itu terus menerus menunduk. Alin memilih duduk dengan gadis itu, Padahal sebelah kursi Samuel itu kosong, tapi Alin lebih memilih bersamanya. Alin melihat ke arah Samuel, yang terhalang oleh 2 meja di sebelah
Alin tersenyum manis pada semua siswa dan siswi yang ada di kelas nya itu dan ia sekali lagi memperhatikan sekeliling, ia memperhatikan wajah calon teman nya itu. Kemudian Alin melihat Freya yang berada di bangku belakang barisan kedua, ia sedang menatap Alin dengan sinis. Alin mengabaikan nya, ini hari pertama ia sekolah. Alin tidak mau merusaknya, hari ini pun mood Alin sedang bagus sekali. Ia senang bisa satu sekolah dengan Samuel tapi tidak dengan Freya. “Ayo Alin, silahkan duduk. Disana ada 2 bangku kosong, kamu bebas bisa duduk dengan siapa saja. “ Ujar Bu Riska seraya tersenyum pada Alin. “Baik Bu, terimakasih. “ Alin tersenyum dan menundukkan kepalanya ke arah Bu Riska. Alin melihat ada seorang cewek yang ia perhatikan, sedari tadi cewek itu terus menerus menunduk. Alin memilih duduk dengan gadis itu, Padahal sebelah kursi Samuel itu kosong, tapi Alin lebih memilih bersamanya. Alin melihat ke arah Samuel, yang terhalang oleh 2 meja di sebelah
Tittt... Tittt... Tittt...Alin membuka jendela rumah nya, terlihat mobil hitam ternyata itu adalah mobil Anton. Kemudian Alin membuka pintu dan keluar menghampiri Anton.“Ayah gak mau masuk dulu? “Ujar Alin.“Nggak, Ayah gak bisa lama lama. Ayo cepat, suruh Pak Ujang bawakan koper koper kamu. “Alin mengangguk, kemudian ia mengambil tas kecilnya di dalam kamarnya.Alin menatap sekeliling kamarnya, ia dengan berat hati harus meninggalkan kamar kesayangan nya. Alin sudah berpesan pada Bi Asih.Bi, kalau Alin sudah tinggal di rumah Ayah. Tolong rawat kamar Alin ya Bi, jangan ada barang hilang satu pun dari kamar Alin dan jangan ada yang berubah posisinya. Posisi yang sudah Ibu atur dulu, Alin tidak mau merubahnya sedikit pun. Foto dan boneka ini jangan ada yang berubah ya Bi.Semalam, saat Alin dan Bi Asih sedang memasukkan baju – baju Alin ke dalam koper. Alin dan Bi Asih Asyik berbincang
Alin hanya bisa pasrah, ia mengikuti apa yang Ayah nya suruh. Sekarang ia ingin sedikit menuruti apa titah Ayahnya.Alin pikir dengan begini ia akan bertemu dengan Ayahnya setiap hari dan hubungannya akan lebih membaik. Urusan ia dengan Freya... Entahlah ia tidak ingin memikirkannya sekarang, ia terlalu lelah.Alin sedang duduk di kursi taman yang ada di dekat rumahnya.Ia termenung. Memang, Alin yang sekarang sudah berbeda jauh dengan Alin yang dulu.Sekarang yang di perlukan Alin hanya memikirkan dirinya sendiri, tanpa harus memikirkan orang lain sekali pun itu orang tuanya sendiri.Ibu kemana? Kenapa Ibu gak pernah temui Alin. Alin kangen sekali Bu. Alin iri dengan anak anak yang lain. Mereka setiap hari bertemu dengan Ibunya, sedangkan Alin? Menanyakan kabar pun Ibu tidak pernah. Alin yang malang, ia setiap hari Alin selalu berkunjung ke taman tersebut, selain Cafe Langit.Tiba tiba hujan datang menyapa. Hanya geri
Angin malam yang bertiup lembut itu terasa mengelus kulit putih gadis cantik yang tengah memandangi langit. Pemandangan diatas bukit ini sungguh indah, disertai alunan musik yang begitu merdu menambah keindahan malam.Suasana Cafe Langit ini adalah suasana yang paling favorit bagi setiap orang.Alin terus menerus memandangi langit, ia terus menatap melihat indahnya bintang yang bersinar. Hanya ditempat ini ia bisa melupakan sejenak masalah yang ada di dalam hidupnya yang terus datang silih berganti. Disini ia mendapatkan ketenangan dan kenyamanan yang tidak ia dapatkan dari siapa pun.“Kenapa sih Sam, kehidupan gue begitu rumit. Padahal keinginan gue sepele, gue cuma minta perhatian bokap sama nyokap gue lagi. Apa itu sulit?”“Kalau saja saat itu bokap gue gak ngelakuin hal yang menjijikan, mungkin hidup gue gak akan seperti sekarang Sam. “ Keluh Alin pada Samuel, sekarang ia menatap kembali langit dengan pandan
“Aduh ada yang lagi sok jagoan nih. ““Orang lemah kok sok sok an ngebully sih. ““Dah tahu kali ya kalau si Ana gak bakalan ngelawan, jadi terus aja ngebully anak polos ini, DASAR CUPU!. “ ujar Alin ketika melihat tangan Syifa terus menerus menarik rambut Ana. Ana yang terlihat begitu kesakitan hanya bisa pasrah dan tidak bisa melawan.Ana sudah seperti boneka bagi Syifa, ia akan terus menerus menyiksa Ana. Tanpa tahu apa alasan Syifa melakukan hal seperti itu.Syifa langsung membalikkan badan dan melepaskan tangannya dari rambut Ana.“Maksud lo apa HAH?! “ Syifa berjalan dengan perlahan menghampiri Alin yang berada tidak jauh darinya. Syifa menatap Alin dengan tatapan yang sinis, ia mengerutkan kedua alisnya.“LO JANGAN SOK IKUT CAMPUR URUSAN GUE!“ Ujar Syifa dengan nada yang marah. Kemudian Syifa mendorong bahu Alin dengan kedua tangannya.Plak! Satu